Anda di halaman 1dari 6

PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA

Pengertian Anggaran Berbasia Kinerja (Performance Based Budgeting).

Anggaran berbasis kinerja adalah anggaran yang menghubungkan anggaran negara


(pengeluaran negara) dengan hasil yang diinginkan (output dan outcome) sehingga setiap rupiah
yang dikeluarkan dapat dipertanggung jawabkan kemanfaatannya.”

Anggaran berbasis kinerja (Performance Based Budgeting) merupakan sistem


penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi,
misi, dan rencana strategis organisasi. Penganggaran berbasis kinerja merupakan penyusunan
anggaran yang dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran
dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
Sesuai PP No 21 Pasal 7 Tahun 2004 Kementrian Negara/Lembaga diharuskan menyusun
anggaran dengan mengacu kepada indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja. Indikator
kinerja (Performance Indicators) dan sasaran (targets) merupakan bagian dari pengembangan
sistem penganggaran berdasarkan kinerja.

Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, pengertian anggaran berbasis kinerja


adalah suatu pendekatan dalam penyusunan anggaran yang didasarkan pada kinerja atau prestasi
kerja yang ingin dicapai. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan konsep value
for money dan pengawasan atas kinerja output.

 Prinsip dan Tujuan Penganggaran Berbasis Kinerja

Secara umum prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja didasarkan pada konsep Value
For Money yang juga dikenal dengan konsep 3E ( Ekonomis, Efisiensi, dan Efektifitas ) dan
prinsip Good Corporate Governance, termasuk adanya pertanggung jawaban para pengambil
keputusan atas penggunaan uang yang dianggarkan untuk mencapai tujuan, sasaran dan indikator
yang ditetapkan.

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penganggaran berbasis kinerja :

1. Alokasi Anggaran Berorientasi pada Kinerja (output and outcome oriented).

Alokasi anggaran yang disusun dalam dokumen rencana kerja dan anggaran dimaksudkan
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan menggunakan sumber daya yang
efisien. Dalam hal ini, program/kegiatan harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran
yang telah ditetapkan dalam rencana.

2. Fleksibilitas

Pengelolaan anggaran untuk mencapai hasil dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas
(let the manager manages) Prinsip ini menggambarkan keleluasaan manager unit kerja dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai keluaran sesuai rencana. Keleluasaan tersebut meliputi
penentuan cara dan tahapan suatu kegiatan untuk mencapai keluaran dan hasilnya pada saat
pelaksanaan kegiatan, yang memungkinkan berbeda dengan rencana kegiatan. Cara dan tahapan
kegiatan beserta alokasi anggaran pada saat perencanaan merupakan dasar dalam pelaksanaan
kegiatan. Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara seorang manager unit kerja
bertanggung jawab atas penggunaan dana dan pencapaian kinerja yang telah ditetapkan
(outcome).

3. Money Follow Function, Function Followed by Structure

Money follow function merupakan prinsip yang menggambarkan bahwa pengalokasian


anggaran untuk mendanai suatu kegiatan didasarkan pada tugas dan fungsi unit kerja sesuai
maksud pendiriannya (biasanya dinyatakan dalam peraturan perundangan yang berlaku).

 Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas maka tujuan penerapan PBK diharapkan :

1. Menunjukan keterkaitan antara pendanaan dan prestasi kinerja yang akan dicapai
2. Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaksanaan
3. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas dan
pengelolaan anggaran

Secara lebih rinci maksud dan tujuan penganggaran berbasis kinerja adalah:

1. Mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (Output) dan dampak (Outcomes) atas
alokasi belanja (Input) yang ditetapkan.
2. Disusun berdasarkan sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran
3. Program dan kegiatan disusun berdasarkan renstra Kementrian Negara/Lembaga.

 Karakteristik dan Elemen Penganggaran Berbasis Kinerja

Karateristik Anggaran Berbasis Kinerja dalam rangka penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
antara lain:

1. Pengeluaran anggaran didasarkan pada outcome yang ingin dicapai


2. Adanya hubungan antara masukan dengan keluaran yang ingin dicapai
3. Adanya peranan indikator efisiensi dalam proses penyusunan anggaran berbasis kinerja
4. Adanya penyusunan target kinerja dalam anggaran berbasis kinerja.

  Elemen-Elemen Anggaran Berbasis Kinerja Departemen Keuangan Republik Indonesia/


Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK, 2008) menjelaskan elemen-elemen utama
yang harus ditetapkan terlebih dahulu, antara lain:

1. Visi dan misi yang hendak dicapai

Visi mengacu kepada hal yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam jangka panjang,
sedangkan misi adalah kerangka yang menggambarkan bagaimana visi akan dicapai.

2. Tujuan
Tujuan tergambar dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang
menunjukkan tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam rangka mencapai visi dan misi yang
telah ditetapkan.

3. Sasaran

Sasaran akan membantu penyusun anggaran untuk mencapai tujuan dengan menetapkan
target tertentu dan terukur. Kriteria sasaran yang baik adalah dilakukan dengan menggunakan
kriteria spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan ada batasan waktu (specific, measurable,
achievable, relevant, timely/ SMART) dan yang tidak kalah penting bahwa sasaran tersebut
harus mendukung tujuan (support goal).

4. Program

Program dibagi menjadi kegiatan dan harus disertai dengan target sasaran output dan
outcome. Program yang baik harus mempunyai keterkaitan dengan tujuan dan sasaran serta
masuk akal dan dapat dicapai.

5. Kegiatan

Kegiatan adalah serangkaian pelayanan yang mempunyai maksud menghasilkan output


dan hasil yang penting untuk pencapaian program. Kegiatan yang baik kriterianya adalah harus
dapat mendukung pencapaian program.

 Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja

Penerapan penganggaran berbasis kinerja diharapkan akan meningkatkan kualitas


pelayanan publik yang terlihat dari peningkatan kinerja sektor publik. Performance Based
Budgeting memperhatikan keterkaitan pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan
termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut sehingga prinsip-prinsip
transparansi, efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas dapat dicapai. Penerapan penganggaran
berbasis kinerja akan mendukung alokasi anggaran terhadap prioritas program dan kegiatan.
Sistem ini terutama berusaha untuk menghubungkan antara keluaran (Output) dengan hasil
(Outcomes) yang disertai dengan penekanan terhadap efektifitas dan efisiensi terhadap anggaran
yang dialokasikan.

Penerapan penganggaran berbasis kinerja tersebut akan tercermin dalam dokumen anggaran
(RKA-KL). Secara substansi RKA-KL menyatakan informasi kebijakan beserta dampak alokasi
anggarannya. Informasi yang dinyatakan dalam RKA-KL antara lain berupa :

1. Kebijakan dan hasil yang diharapkan dari suatu program.


2. Kondisi yang diinginkan untuk mencapai sasaran program berupa output dan kegiatan
tahunan yang akan dilaksanakan.
3. Kegiatan dan keluaran beserta masukan sumber daya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan.
Penyediaan informasi dilakukan secara terus menerus sehingga dapat digunakan dalam
manajemen perencanaan, pemrograman, penganggaran dan evaluasi. Kondisi yang harus
disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi penggunaan anggaran berbasis
kinerja, yaitu kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi, kemudian fokus
pada penyempurnaan administrasi secara terus menerus, sumber daya yang cukup untuk usaha
penyempurnaan tersebut (uang, waktu, dan orang), penghargaan (reward) dan sanksi
( punishment) yang jelas, serta keinginan yang kuat untuk berhasil.

Komponen Penganggaran Berbasis Kinerja.

Agar penerapan PBK dapat dilaksanakan secara penuh, diperlukan adanya 3 komponen
utama yang harus tersedia.  Pasal 7 ayat (2) PP Nomor 21 Tahun 2004 menyebutkan bahwa
dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan adanya 3 hal yaitu: indikator kinerja;
standar biaya; dan evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis kegiatan.Sedangkan pasal 5 ayat
(3) PP Nomor 90 Tahun 2010 menyatakan secara lebih tegas bahwa ketiga hal tersebut
merupakan instrumen yang digunakan dalam penyusunan RKA-KL. Penjelasan ketiga komponen
itu adalah sebagai berikut:

1. Indikator kinerja

Indikator kinerja merupakan alat ukur untuk menilai keberhasilan suatu program atau
kegiatan.  Dalam konteks penerapan PBK ini, indikator kinerja dibagi menjadi 3 level, yaitu:

1. Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk menilai tingkat keberhasilan Program;


2. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) untuk menilai tingkat keberhasilan Kegiatan; dan
3. Indikator Keluaran untuk menilai tingkat keberhasilan Subkegiatan.

2. Standar biaya

Standar Biaya adalah satuan biaya atau harga tertinggi dari suatu barang dan jasa baik
secara mandiri maupun gabungan yang diperlukan untuk memperoleh keluaran tertentu dalam
rangka penyusunan anggaran berbasis kinerja.  Standar Biaya dapat bersifat umum atau bersifat
khusus.  Standar Biaya Umum (SBU) adalah satuan biaya yang merupakan batas tertinggi yang
berlaku secara nasional. Sedangkan Standar Biaya Khusus (SBK) adalah standar biaya yang
digunakan untuk kegiatan yang khusus dilaksanakan Kementerian Negara/Lembaga tertentu atau
di wilayah tertentu.  Idealnya standar biaya yang digunakan adalah standar biaya keluaran.  Akan
tetapi pada tahap awal penerapan PBK, standar biaya yang digunakan adalah standar biaya
masukan.

3.Evaluasi kinerja

Evaluasi kinerja adalah proses untuk menghasilkan informasi capaian kinerja yg telah
ditetapkan dalam dokumen perencanaan dan anggaran (dalam hal ini RKA-KL).  Evaluasi
dilakukan dengan cara membandingkan antara target kinerja dengan hasil yang dicapai, serta
membandingkan rencana penggunaan dana dengan realisasinya.  Tujuan lain dari evaluasi
kinerja adalah untuk mengukur tingkat efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan serta
sebagai umpan balik (feed back) untuk penyusunan RKA-KL dan perbaikan kinerja pada tahun
berikutnya.

Indikator kinerja memberikan penjelasan tentang apa yang akan diukur untuk menentukan
apakah tujuan sudah tercapai, yang terdiri dari :

1. Masukan (input), yaitu tolak ukur kinerja berdasarkan tingkat atau besaran sumber-
sumber : dana, sumber daya manusia, material,waktu, teknologi dan sebagainya yang
digunakan untuk melaksanakan program dan atau kegiatan /subkegiatan.
2. Keluaran (output), yaitu tolak ukur kinerja berdasarkan produk (barang atau jasa) yang
dihasilkan dari program dan atau kegiatan/sub kegiatan sesuai dengan masukan yang
digunakan.
3. Hasil (outcome), yaitu tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat keberhasilan yang dapat
dicapai berdasarkan keluaran program dan atau kegiatan / subkegiatan yang sudah
dilaksanakan.
4. Manfaat (benefit), yaitu tolak ukur kinerja berdasarkan tingkat kemanfaatan yang dapat
dirasakan sebagai nilai tambah bagu masyarakat dan pemerintah.
5. Dampak (impact ), yaitu tolok ukur kinerja berdasarkan dampaknya terhadap kondisi
makro yang ingin dicapai dari manfaat.

 Manfaat Anggaran Berbasis Kinerja 

Penerapan anggaran berbasis kinerja akan memberikan manfaat dalam pelaksanaan pengelolaan
keuangan dalam rangka penyelenggaraan tugas kepemerintahan, sebagai berikut:

1. Anggaran Berbasis Kinerja memungkinkan pengalokasian sumber daya yang terbatas


untuk membiayai kegiatan prioritas pemerintah sehingga tujuan pemerintah dapat
tercapai dengan efisien dan efektif.
2. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja adalah hal penting untuk menuju pelaksanaan
kegiatan pemerintah yang transparan. Anggaran yang jelas, dan juga output yang jelas,
serta adanya hubungan yang jelas antara pengeluaran dan output yang hendak dicapai,
maka akan tercipta transparansi.
3. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja menuntut setiap departemen untuk fokus pada
tujuan pokok yang hendak dicapai dengan keberadaan departemen yang bersangkutan.
4. Organisasi pembuat kebijakan seperti kabinet dan parlemen, berada pada posisi yang
lebih baik untuk menentukan prioritas kegiatan pemerintah yang rasional ketika
pendekatan Anggaran Berbasis Kinerja.
5. Terdapat perubahan kebijakan yang terbatas dalam jangka menengah, tetapi kementerian
tetap bisa lebih fokus kepada prioritas untuk mencapai tujuan departemen meskipun
hanya dengan sumber daya yang terbatas. Pimpinan akan tetap fokus untuk mencapai
tujuan departemen yang dipimpin tidak perlu terganggu oleh keterbatasan sumber daya
dengan penetapan prioritas pekerjaan yang telah ditetapkan.
6. Anggaran memungkinkan untuk peningkatan efisiensi administrasi. Adanya fokus
anggaran pada output dan outcome maka diharapkan tercipta efisiensi dan efektifitas
dalam pelaksanaan pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai