Secara umum prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja didasarkan pada konsep Value
For Money yang juga dikenal dengan konsep 3E ( Ekonomis, Efisiensi, dan Efektifitas ) dan
prinsip Good Corporate Governance, termasuk adanya pertanggung jawaban para pengambil
keputusan atas penggunaan uang yang dianggarkan untuk mencapai tujuan, sasaran dan indikator
yang ditetapkan.
Alokasi anggaran yang disusun dalam dokumen rencana kerja dan anggaran dimaksudkan
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan menggunakan sumber daya yang
efisien. Dalam hal ini, program/kegiatan harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran
yang telah ditetapkan dalam rencana.
2. Fleksibilitas
Pengelolaan anggaran untuk mencapai hasil dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas
(let the manager manages) Prinsip ini menggambarkan keleluasaan manager unit kerja dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai keluaran sesuai rencana. Keleluasaan tersebut meliputi
penentuan cara dan tahapan suatu kegiatan untuk mencapai keluaran dan hasilnya pada saat
pelaksanaan kegiatan, yang memungkinkan berbeda dengan rencana kegiatan. Cara dan tahapan
kegiatan beserta alokasi anggaran pada saat perencanaan merupakan dasar dalam pelaksanaan
kegiatan. Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara seorang manager unit kerja
bertanggung jawab atas penggunaan dana dan pencapaian kinerja yang telah ditetapkan
(outcome).
1. Menunjukan keterkaitan antara pendanaan dan prestasi kinerja yang akan dicapai
2. Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaksanaan
3. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas dan
pengelolaan anggaran
Secara lebih rinci maksud dan tujuan penganggaran berbasis kinerja adalah:
1. Mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (Output) dan dampak (Outcomes) atas
alokasi belanja (Input) yang ditetapkan.
2. Disusun berdasarkan sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran
3. Program dan kegiatan disusun berdasarkan renstra Kementrian Negara/Lembaga.
Karateristik Anggaran Berbasis Kinerja dalam rangka penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
antara lain:
Visi mengacu kepada hal yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam jangka panjang,
sedangkan misi adalah kerangka yang menggambarkan bagaimana visi akan dicapai.
2. Tujuan
Tujuan tergambar dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang
menunjukkan tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam rangka mencapai visi dan misi yang
telah ditetapkan.
3. Sasaran
Sasaran akan membantu penyusun anggaran untuk mencapai tujuan dengan menetapkan
target tertentu dan terukur. Kriteria sasaran yang baik adalah dilakukan dengan menggunakan
kriteria spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan ada batasan waktu (specific, measurable,
achievable, relevant, timely/ SMART) dan yang tidak kalah penting bahwa sasaran tersebut
harus mendukung tujuan (support goal).
4. Program
Program dibagi menjadi kegiatan dan harus disertai dengan target sasaran output dan
outcome. Program yang baik harus mempunyai keterkaitan dengan tujuan dan sasaran serta
masuk akal dan dapat dicapai.
5. Kegiatan
Penerapan penganggaran berbasis kinerja tersebut akan tercermin dalam dokumen anggaran
(RKA-KL). Secara substansi RKA-KL menyatakan informasi kebijakan beserta dampak alokasi
anggarannya. Informasi yang dinyatakan dalam RKA-KL antara lain berupa :
Agar penerapan PBK dapat dilaksanakan secara penuh, diperlukan adanya 3 komponen
utama yang harus tersedia. Pasal 7 ayat (2) PP Nomor 21 Tahun 2004 menyebutkan bahwa
dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan adanya 3 hal yaitu: indikator kinerja;
standar biaya; dan evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis kegiatan.Sedangkan pasal 5 ayat
(3) PP Nomor 90 Tahun 2010 menyatakan secara lebih tegas bahwa ketiga hal tersebut
merupakan instrumen yang digunakan dalam penyusunan RKA-KL. Penjelasan ketiga komponen
itu adalah sebagai berikut:
1. Indikator kinerja
Indikator kinerja merupakan alat ukur untuk menilai keberhasilan suatu program atau
kegiatan. Dalam konteks penerapan PBK ini, indikator kinerja dibagi menjadi 3 level, yaitu:
2. Standar biaya
Standar Biaya adalah satuan biaya atau harga tertinggi dari suatu barang dan jasa baik
secara mandiri maupun gabungan yang diperlukan untuk memperoleh keluaran tertentu dalam
rangka penyusunan anggaran berbasis kinerja. Standar Biaya dapat bersifat umum atau bersifat
khusus. Standar Biaya Umum (SBU) adalah satuan biaya yang merupakan batas tertinggi yang
berlaku secara nasional. Sedangkan Standar Biaya Khusus (SBK) adalah standar biaya yang
digunakan untuk kegiatan yang khusus dilaksanakan Kementerian Negara/Lembaga tertentu atau
di wilayah tertentu. Idealnya standar biaya yang digunakan adalah standar biaya keluaran. Akan
tetapi pada tahap awal penerapan PBK, standar biaya yang digunakan adalah standar biaya
masukan.
3.Evaluasi kinerja
Evaluasi kinerja adalah proses untuk menghasilkan informasi capaian kinerja yg telah
ditetapkan dalam dokumen perencanaan dan anggaran (dalam hal ini RKA-KL). Evaluasi
dilakukan dengan cara membandingkan antara target kinerja dengan hasil yang dicapai, serta
membandingkan rencana penggunaan dana dengan realisasinya. Tujuan lain dari evaluasi
kinerja adalah untuk mengukur tingkat efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan serta
sebagai umpan balik (feed back) untuk penyusunan RKA-KL dan perbaikan kinerja pada tahun
berikutnya.
Indikator kinerja memberikan penjelasan tentang apa yang akan diukur untuk menentukan
apakah tujuan sudah tercapai, yang terdiri dari :
1. Masukan (input), yaitu tolak ukur kinerja berdasarkan tingkat atau besaran sumber-
sumber : dana, sumber daya manusia, material,waktu, teknologi dan sebagainya yang
digunakan untuk melaksanakan program dan atau kegiatan /subkegiatan.
2. Keluaran (output), yaitu tolak ukur kinerja berdasarkan produk (barang atau jasa) yang
dihasilkan dari program dan atau kegiatan/sub kegiatan sesuai dengan masukan yang
digunakan.
3. Hasil (outcome), yaitu tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat keberhasilan yang dapat
dicapai berdasarkan keluaran program dan atau kegiatan / subkegiatan yang sudah
dilaksanakan.
4. Manfaat (benefit), yaitu tolak ukur kinerja berdasarkan tingkat kemanfaatan yang dapat
dirasakan sebagai nilai tambah bagu masyarakat dan pemerintah.
5. Dampak (impact ), yaitu tolok ukur kinerja berdasarkan dampaknya terhadap kondisi
makro yang ingin dicapai dari manfaat.
Penerapan anggaran berbasis kinerja akan memberikan manfaat dalam pelaksanaan pengelolaan
keuangan dalam rangka penyelenggaraan tugas kepemerintahan, sebagai berikut: