Oleh:
dr.Saddam Kusuma
dr.Wulan Octaviani
Dokter Pendamping:
dr. Sayang
SUMATERA BARAT
2019
DAFTAR ISI
DaftarIsi............................................................................................................... i
Bab IPendahuluan
Bab II TinjauanPustaka
Bab IIILaporanKegiatan
3.1 Metode..................................................................................................... 31
i
3.3 Subjek Penelitian .................................................................................... 32
3.1 Geografis.................................................................................................. 35
Bab VI Pembahasan
ii
Bab VII Kesimpulan dan Saran
DaftarPustaka...................................................................................................... 49
Lampiran.............................................................................................................. 55
iii
BAB I
PENDAHULUAN
atau kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lain
kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang dipengaruhi
lingkungan dan keadaan sosial ekonomi. Asupan zat gizi adalah salah satu faktor
terjadi lantaran kekurangan gizi dalam waktu lama pada masa 1.000 hari pertama
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang
menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya kasus anak balita pendek
(stunting). Prevalensi stunting (tinggi badan per umur)di Indonesia menurut hasil
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 mencapai 37,2 %. Hasil Riskedas tahun 2018
balita stunting sebanyak 30,8% yaitu balita sangat pendek sebanyak 11,5% dan
balita pendek 19,3% meningkat lebih tinggi daripada tahun 2007 yaitu balita
pendek sebanyak 18%. Pemantauan Status Gizi Tahun 2016 stunting pada balita
1
mencapai 27,5 % sedangkan batasan WHO < 20%. Hal ini berarti pertumbuhan
yang tidak maksimal dialami oleh sekitar8,9 juta anak Indonesia, atau 1 dari 3
anak Indonesia mengalamistunting. Lebih dari 1/3 anak berusia di bawah 5 tahun
menurun dari tahun 2013 sebanyak 39,5% menjadi 29% pada tahun 2018. Jumlah
anak stunting di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar dengan 3 desa tahun 2018
yaitu sebanyak 197 anak. 3kelurahan tahun 2019 yaitu sebanyak 157 anak jumlah
pada tahun 2018 dan 105 anak dari bulan Januari sampai bulan Juni tahun 2019
dan yang kedua terbanyak di KelurahanUlak Karang Utara sebanyak 53 anak pada
tahun 2018 dan 37 dari bulan Januari sampai bulan Juni tahun 2019 (Data
Upaya untuk meningkatkan status gizi balita salah satunya adalah dengan
edukasi, (kie) dan konseling gizi serta memberdayakan keluarga agar sadar gizi
dan menumbuhkan pola hidup sehat. untuk itu perlu dilakukan penyuluhan
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan tindakan ibu tentang gizi
penyuluhan.
Dalam suatu penelitian didapatkan oleh Viona tahun 2006 pendidikan gizi
dapat meningkatkan pemahaman dalam memilih makanan yang sehat dan bergizi
2
Pengaruh Pemberian Penyuluhan Menu Makanan Seimbang terhadap Peningkatan
Tinggi Badan Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Padang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
2.1.1 Pendahuluan
pertumbuhan. Definisi lain menyebutkan bahwa pendek dan sangat pendek adalah
status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau
tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted
(pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Kategori status gizi berdasarkan
indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur
(TB/U) anak umur 0-60 bulan dibagi menjadi sangat pendek, pendek, normal
tinggi. Sangat pendek jika Z-score < -3 SD, pendek jika Z-score -3 SD sampai
score > 2 SD. Seorang anak yang mengalami kekerdilan (stunted) sering terlihat
seperti anak dengan tinggi badan yang normal, namun sebenarnya mereka lebih
pendek dari ukuran tinggi badan normal untuk anak seusianya. Stunting sudah
dimulai sejak sebelum kelahiran disebabkan karena gizi ibu selama kehamilan
buruk, pola makan yang buruk, kualitas makanan juga buruk, dan intensitas
anak dikatakan stunting jika tinggi badan menurut umur kurang dari -2 z score
kegagalan pertumbuhan yang terjadi dalam jangka waktu yang lama, dan
4
pertumbuhan fisik, dan pencapaian di bidang pendidikan rendah. (The World
Bank, 2010;UNICEF)
2.1.2Epidemiologi Stunting
dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga
gizi lainnya seperti gizi kurang kurus, dan gemuk.Prevalen balita pendek
mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun
2017.
sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi 35,6%.
Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013 yaitu
5
menjadi 37,2%. Prevalensi balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari hasil
Riskesdas tahun 2018 yang juga menjadi ukuran keberhasilan program yang
capaian program. Berdasarkan hasil PSG tahun 2015, Prevalen balita pendek di
Indonesia adalah29%. Angka ini mengalami penurunan padat ahun 2016 menjadi
27,5%. Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat menjadi 29,6% pada
tahun 2017.
6
Gambar 2.3 Prevalensi Balita Pendek di Indonesia Tahun 2015-2017
Prevalensi balita sangat pendek dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun
2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Kondisi ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu
prevalensi balita sangat pendek sebesar 8,5% dan balita pendek sebesar 19%.
Provinsi dengan prevalensi tertinggi balita sangat pendek dan pendek pada usia 0-
59 bulan tahun 2017 adalah Nusa Tenggara Timur, sedangkan provinsi dengan
7
Gambar 2.4. Peta Prevalensi Balita Pendek di Indonesia Tahun 2017
di antara 117 negara, yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu stunting, wasting
1. Pendidikan Ibu
dilahirkan dari ibu yang berpendidikan beresiko lebih kecil untuk mengalami
anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak berpendidikan. Hasil yang sama juga
diperlihatkan dari hasil penelitian yang dilakukan di Mesir, dimana semakin tinggi
8
tingkat pendidikan ibu, resiko anak yang dilahirkan stunting semakin kecil.
Grossman dan Kaestner (1997) juga mengatakan bahwa ibu yang berpendidikan
dengan ibu yang tidek berpendidikan. (Frost et al, 2004; Zottarelli et al, 2007;
2. Sanitasi
Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana
buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.
di seluruh dunia, termasuk didalamnya adalah diare, kolera, disentri, tifoid, dan
hepatitis A.Sanitasi yang baik sangat penting terutama dalam menurunkan risiko
kejadian penyakit dan kematian, terutama pada anak-anak. Sanitasi yang baik
dapat terpenuhi jika fasilitas sanitasi yang aman, memadai dan dekat dengan
tempat tinggal tersedia. (Water and Sanitation Program-East Asia and The Pasific)
3. Air Bersih
Berat bayi lahir rendah (BBLR) diartikan sebagai berat bayi ketika lahir
kurang dari 2500 gram dengan batas atas 2499 gram. Banyak faktor yang
mempengaruhi kejadian BBLR terutama yang berkaitan dengan ibu selama masa
9
kehamilan. Berat badan ibu kurang dari 50 kg, keluarga yang tidak harmonis
dukungan dari keluarga selama masa kehamilan, gizi ibu buruk terutama selama
masa kehamilan, kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7 kg, infeksi
kronik, tekanan darah tinggi selama kehamilan, kadar gula darah ibu tinggi selama
dari seluruh bayi yang dilahirkan merupakan bayi dengan berat lahir rendah. Berat
bayi lahir rendah erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas janin dan bayi,
menginjak usia dewasa seperti diabetes tipe II, hipertensi, dan jantung (UNICEF,
2004).
5. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah kondisi dimana bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
Health Asssembly (WHA) dan banyak Negara lainnya adalah menetapkan jangka
waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Pemberian makanan padat atau
10
tambahan yang terlalu dini dapat menggangu pemberian ASI eksklusif serta
Pemberian makanan pada bayi dan anak merupakan landasan yang penting
makanan yang buruk dan infeksi berulang. Meskipun bayi mendapatkan ASI dari
ibu secara optimal, namun jika setelah berusia 6 bulan tidak mendapatkan
makanan pendamping yang cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitas, anak-
kematian anak dibawah 5 tahun dapat dicegah dengan memastikan bahwa anak-
UNICEF,2008)
nutrisi yang baik akan mempercepat terjadinya stunting selama usia 6-18 bulan,
11
ketika seorang anak berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan
perkembangan otak hampir mencapai 90% dari ukuran otak ketika anak tersebut
rendah biasanya memiliki rasa percaya diri yang kurang dan memiliki akses
terbatas untuk berpartisipasi pada pelayanan kesehatan dan gizi seperti Posyandu,
Bina Keluarga Balita dan Puskesmas, oleh karena itu mereka memiliki resiko
yang lebih tinggi untuk memiliki anak yang kurang gizi (Martianto et al., 2008).
pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Hasil yang tidak jauh berbeda dengan
Pemantauan status gizi, terjadi peningkatan prevalensi balita pendek dari 2016 ke
2017 dengan hasil akhir 29,7%. Hal ini memperlihatkan bahwa balita pendek kian
12
stunting pada kelompok umur terutama pada 1000 hari pertama kehidupan anak
dari pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan visi bebas rawan pangan dan
sasaran masyarakat, khususnya remaja, ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah
dan Pemerintah Daerah, media massa, dunia usaha, dan lembaga swadaya
masyarakat, dan mitra pembangunan internasional (Rosha BC, 2016; Perpres No.
intervensi gizi spesifik, yang pada umumnya kegiatan ini dilakukan oleh sektor
kesehatan.
13
Gambar 2.5 Pendekatan Multisektor dan Intervensi Terintegrasi dalam Strategi
pada kelompok sasaran tertentu seperti balita, ibu hamil, remaja putri, dan
lainnya. Dalam The Lancet seri Ibu dan Anak menunjukkan bahwa terdapat 13
intervensi gizi yang telah terbukti dapat mengurangi masalah stunting sebesar
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.
2.2Definisi Gizi
yang paripurna, yaitu sehat fisik, sehat mental, dan sehat sosial. Oleh karena itu,
slogan umum bahwa pencegahan adalah upaya terbaik dan lebih efektif-efisien
terjadinya masalah gizi pada anak. Hal ini pula yang menjadi tujuan utama
Setiap harinya, anak membutuhkan gizi seimbang yang terdiri dari asupan
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Asupan kandungan gizi tersebut
dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi yang berguna untuk pertumbuhan
otak (intelegensia) dan pertumbuhan fisik. Untuk mengetahui status gizi dan
15
kesehatan anak secara menyeluruh dapat dilihat mulai dari penampilan umum
(berat badan dan tinggi badan), tanda-tanda fisik, motorik, fungsional, emosi dan
Indonesia memiliki kesepakatan tanda anak sehat bergizi baik yang terdiri dari 10
kriteria, yaitu:
asupan gizi baik akan mempunyai tulang dan otot yang sehat dan kuat karena
bertambahtinggi.
2. Postur tubuh tegap dan otot padat. Anak yang memiliki massa otot yang
padat dan tubuh tegap didapat adalah ciri anak yang tidak kekurangan protein
idealkelaknya.
3. Rambut berkilau dan kuat. Protein dari daging, ayam, ikan dan kacang-
kacangan dapat membuat rambut menjadi lebih sehat dan kuat. Rambut yang
4. Kulit dan kuku bersih dan tidak pucat. Kulit dan kuku bersih pada anak
kaya mineral didapatkan dari kangkung, bayam, jambu buji, jeruk, mangga
danlainnya.
5. Wajah ceria, mata bening dan bibir segar. Mata yang sehat dan bening
16
didapat dari konsumsi vitamin A dan C seperti tomat dan wortel. Bibir segar
didapat dari vitamin B, C dan E seperti yang terdapat dalam wortel, kentang,
udang, mangga,jeruk.
6. Gigi bersih dan gusi merah muda. Gigi dan gusi sehat dibutuhkan untuk
7. Nafsu makan baik dan buang air besar teratur. Nafsu makan baik dilihat
dari intensitas anak makan, idealnya yaitu 3 kali sehari. Buang air besar pun
harusnya setiap hari agar sisa makanan dalam usus besat tidak menjadi racun
gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
17
dalam bentuk Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) yang sesuai dengan budaya
dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut
usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan kesehatan
sayuran danbuah,
nabati,dan
dikonsumsi seperlunya.
Potongan TGS juga dilapisi dengan air putih yang idealnya dikonsumsi 2
Luasnya potongan TGS ini menunjukkan porsi konsumsi setiap orang per
besar dari buah, buah 2-3 porsi, serta protein hewani dan nabati 2 - 3porsi.
Konsumsi ini dibagi untuk makan pagi, siang, dan malam. Kombinasi
18
pantauberat badan.
Prinsip gizi seimbang harus diterapkan sejak anak usia dini hingga usia lanjut.
Ibu hamil, remaja perempuan serta bayi sampai usia 2 tahun merupakan
kelompok usia yang penting menerapkan prinsip gizi seimbang ini. Kelompok
ini adalah kelompok kritis tumbuh kembang manusia yang akan menentukan
masa depan kualitas hidup manusia. Khusus untuk ibu hamil, akan mengalami
yang menguntungkan dan memanfaatkan zat gizi untuk kesehatan ibu dan
janin.Periode ini berkisar dari sebelum kehamilan hingga anak berumur dua
tahun. Prinsip gizi seimbang dinilai efektif dilakukan dalam periode ini karena
jika calon ibu kekurangan gizi dan berlanjut hingga ibu hamil, maka janin akan
kekurangan gizi dan dapat menimbulkan beban ganda masalah gizi. Anak
kurang gizi lambat berkembang, mudah sakit, kurang cerdas, serta ketika
Air susu ibu (ASI) adalah satu-satunya makanan yang mengandung semua zat
gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi 0-6 bulan. ASI eksklusif tanpa
kebutuhan gizi bayi meningkat dan harus ditambah bahan makanan lain sehingga
ASI tidak lagi bergizi seimbang. Sampai usia 2 tahun merupakan masa kritis dan
termasuk dalam periode window of opportunity. Pada periode kehidupan ini sel-
sel otak tumbuh sangat cepat sehingga saat usia 2 tahun pertumbuhan otak sudah
mencapai lebih 80% dan masa kritis bagi pembentukan kecerdasan. Oleh karena
19
itu jika pada usia ini kekurangan gizi maka perkembangan otak dan kecerdasan
terhambat dan tidak dapat diperbaiki. Pola makan bergizi seimbang sangat
dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada
usia ini anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan
terhadap penyakit infeksi seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi
tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Sementara ketika
masuk usia 3 tahun, anak mulai bersifat ingin mandiri dan dalam memilih
dapatmemilihdanmenetukanmakananyaningindikonsumsinya.Padarentangusia3-5
tahun kerap terjadi anak menolak makanan yang tidak disukai dan hanya
beranekaragammakanan.
Saat ini banyak ditemukan anak yang terlalu gemuk sekaligus kurus, sekitar
14% balita di Indonesia kurus (6% nya sangat kurus) dan sekitar 12% gemuk.
Aktivitas bermain yang meningkat dan mungkin mulai masuk sekolah membuat
anak menunda waktu makan, bahkan orang tua yang tidak memperhatikan bisa
saja membuat anak minta makan menjelang tidur saat ia terlalu lelah beraktivitas
seharian dan baru lapar ketika malam. Pada usia ini anak juga mulai banyak
ditanamkan kebiasaan makan beragam dan bergizi serta pola hidup bersih.
Usia 6 bulan. Pada usia ini sudah diberikan makanan tambahan pendamping
ASI (MP-ASI). Hal ini sudah boleh dilakukan karena bayi sudah mempunyai
diberikan dalam bentuk lumat dan rendah serat, misalnya pisang yang
dilumatkan, sari jeruk, labu, papaya dan biscuit yang dilumatkan dengan
per waktu makan dan diberikan 2 kali sehari. aKenalkan setiap jenis
Usia 7 bulan. Pada usia 7 bulan mulai dikenalkan bubur tim saring dengan
Usia 8 bulan. Mulai usia 8 bulan sudah bisa diberi tim cincang untuk
makanan pada usia ini dapat ditambah minyak. Minyak akan menambah
Usia 9 bulan. Secara bertahap mulai dikenalkan makanan yang lebih kental
keluarga, mulai dari tim lunak sampai akhirnya nasi pada usia 12 bulan.
21
- Buatlah makanan dari bahan segar yang bebas pestisida danpengawet.
ataukaldu.
- Variasikan sehingga anak tidak bosan sehingga kelak anak terhindar dari
kadaluarsa.
22
2.2.2.2 Makanan anak usia 1-5tahun
Pada usia ini anak sudah harus makan seperti pola makan keluarga, yaitu:
sarapan, makan siang, makan malam dan 2 kali selingan. Porsi makan pada usia
ini setengah dari porsi orang dewasa. Memasuki usia 1 tahun pertumbuhan mulai
lambat dan permasalahan mulai sulit makan muncul. Sementara itu aktivitas
bermain. Namun selanjutnya akan lebih baik kalau makan dilakukan bersama
makan.
Beberapa hal yang harus diperhaikan dalam pemberian makan anak usia 1-5
tahun:
pauk, sayuran dan buah. Usahakan protein yang diberikan juga berganti
misalnya anak tidak mau makan bayam maka bayam dapat dibuat dalam telur
dadar.
Ketika masuk usia 2 tahun jelaskan manfaat makanan yang harus dimakan
Energi
Waktu Hidangan Bhn makanan Berat (g) Porsi (p)
(kalori)
Bubur Tepung beras 12 ¼
Pagi 117
Susu bubuk 10 2/5
susu
Jam 10 Buahjeruk Jeruk manis 25 ½
52
pepaya Pepaya 60 ½
24
Usia 9-11 bulan: 900 kalori
26
Usia 3-5 tahun: 1400kal
29
2.2.4 Mengatasi Susah Makan Anak
Susah makan merupakan problem yang dihadapi oleh hampir semua ibu-
ibu. Terkadang anak menolak makanan yang diberikan tanpa tahu apa
penyebabnya. Susah makan dapat pula terjadi karena pemberian makan kepada
anak sudah salah sejak awal. Misalnya anak terlalu lama diberi ASI dan
banyak diberi susu formula atau banyak diberi makanan jajanan. Mengatasi
susah makan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah
hal-halberikut:
Ajakan makan harus disampaikan dengan penuh kasih sayang. Lebih ideal
TV, mendengarkan music atau bermain tetapi usahakan anak tetap duduk
dan sambilberkomunikasi.
Ajak makan bersama seluruh anggota keluarga dan duduk bersama di meja
makan. Biarkan anak makan sendiri dengan alat makan yang sama dengan
Buat jadwal makan secara teratur sehingga lama kelamaan anak akan kenal
30
BAB III
LAPORAN KEGIATAN
3.1 Metode
Desain penelitian yang digunakan adalah dengan rancangan one group pre
and post test design, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Padang berdasarkan grafik TB/U pada
Balita Stunting dan dilakukan uji statistik T-pait Test jika sebaran data tidak
31
3.3 Subjek Penelitian
1. Populasi Penelitian
2. Ukuran Sampel
Z α 2 XPXQ
n=[ ]
d2
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
P = Proporsi , proporsi balita stunting Indonesia 0,3
Q = 1-P = 0,7
d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan
0,01)
α = Tingkat kemaknaan (ditetapkan 1,96)
32
3. Metode Pengumpulan Sampel
pada hari H. Kriteria ekslusi adalah balita yang tidak datang kembali
Data yang telah terkumpul akan ditabulasi dan ditampilkan dalam bentuk
Pada penelitian ini, yang menjadi variabel penelitian adalah balita stunting
1. Stunting
33
Skala Ukur : Numerik
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu persiapan penelitian,
dengan berdiskusi dengan pihak Puskesmas Air Tawar Padang dan dimulai
pengambilan data sekunder dari data laporan tahunan dan register Balita Stunting
di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar. Hasil yang diperoleh kemudian direkap
data dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Provinsi
SumateraBarat.
34
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Geografis
Puskesmas Air Tawar mempunyai wilayah kerja kurang lebih 3,28 km 2
dengan akses jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat,
yang terdiri dari tiga (3) kelurahan:
a) Kelurahan Air Tawar Barat
b) Kelurahan Air Tawar Timur
c) Kelurahan Ulak Karang Utara
Puskesmas Air Tawar berbatasan dengan :
a) Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Koto Tangah
b) Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja puskesmas Ulak
Karang
c) Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Nanggalo
d) Sebelah barat berbatasan dengan samudra Indonesia
35
4.2 Demografi
Wilayah Puskesmas Air Tawar dengan jumlah penduduk sekitar 31.182
jiwa dengan jumlah laki laki sebanyak 15.597 jiwa dan perempuan sebanyak
15.585 jiwa.Puskesmas Air Tawar terdiri dari 23 RW dan 95 RT serta mempunyai
3 LMPK .
Adapun rincian data penduduk perkelurahan seperti pada Tabel 2.1
dibawah ini:
LUAS JUMLAH PENDUDUK JUMLAH
NO KEL WILAYAH RUMAH
L P Total
(km2) TANGGA
1 ATB 1,10 8114 7.437 15.551 1.980
2 ATT 0,60 4239 5.097 9.336 423
3 UKU 1,50 3244 3.051 6.295 756
JUMLAH 3,2 15.597 15.585 31.182 3.159
Tabel 2.1 Distribusi Penduduk perkelurahan tahun 2018
Dari tabel 2.1 didapat data sasaran program tahun 2018 sebagai berikut di tabel
2.2
No Kel Bumil Bufas Bayi 6-11 bln Bayi 0-11 bln Balita 0 -5 thn
36
sekolah atau angkatan kerja yang belum mendapatkan pekerjaan, perlu adanya
pembinaan/pelatihan ketrampilan.
Kelompok utama pekerjaan masyarakat di wilayah Puskesmas Air Tawar
adalah PNS/TNIPOLRI, wiraswasta, nelayan dan lain-lain sedangkan tingkat
pendidikan yang utama adalah SLTA, SLTP, SD, PT
37
lingkungan
1 TPM 80
2 TTU 39
3 Sarana Air minum 27
4 Jamban sehat 3928
5 SPAL 3815
Tabel 2.3 Data Sarana Umum dan Lingkungan Tahun 2018
Wilayah kerja Puskesmas Air Tawar memiliki sarana pendidikan dari
berbagai jenjang, mulai dari pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
lanjutan hingga perguruan tinggi yang tersebar di tiga kelurahan. 1 perguruan
tinggi Negeri dan 2 swasta terletak di kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Air
Tawar.
Semua murid dan siswa di semua sarana pendidikan dasar dan lanjutan
adalah sasaran pelayanan kesehatan Puskesmas Air Tawar, melalui program-
program Promkes, UKS, UKGS, KIA-Anak dan Imunisasi.
Data sarana pendidikan Tahun 2018 secara rinci dapat dilihat pada Tabel
2.4. di bawah ini :
38
1. Sarana fisik gedung
2. Sarana transport
3. Sarana pelayanan dan penunjang pelayanan
4. Sarana penunjang administrasi dan sistem informasi
Puskesmas Air Tawar memiliki 1 buah Puskesmas induk, dan 3 buah
Puskesmas pembantu yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar yaitu :
1. Puskesmas Pembantu Air Tawar Barat I
2. Puskesmas Pembantu Air Tawar Barat II
3. Puskesmas Pembantu Air Tawar Timur
Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas Air
Tawar mempunyai satu buah kendaraan roda empat (Ambulance) dan 2 (dua)
buah kendaraan roda dua.
4.6 Ketenagaan
Data Ketenagaan Tahun 2018
Status
Jenis Kelamin
Kepegawaian
No Jenis Tenaga Pendidikan Jumlah
Lk Pr Kontrak
PNS
BLUD
1 Dokter Umum S1 2 0 2 1 1
2 Dokter Gigi S1 2 0 2 2 0
3 Ka TU S1 1 0 1 1 0
S1 1 0 1 1 0
4 Perawat D3 3 0 3 3 0
SPK 2 0 2 2 0
5 Bidan D3 8 0 8 8 0
D4 1 0 1 1 0
6 Analis
D3 1 0 1 1 0
7 Apoteker S1 1 0 1 1 0
2
8 AA SMF/SAA 2 0 2 0
(1 tubel)
9 Sanitasi D4 1 0 1 1 0
10 Perawat Gigi D3 1 0 1 1 0
11 Gizi D4/D3 2 0 2 2 0
S1 1 0 1 1 0
12 Administrasi
D3 2 0 2 0 2
13 Rekam Medis D3 1 0 1 1 0
14 Akuntan S1 1 0 1 0 1
15 Supir SLTP 1 1 0 0 1 /honor
Jumlah 34 1 33 29 5
39
Tabel 2.5 Data Ketenagaan Puskesmas Tahun 2018
2. Misi Puskesmas
Misi Puskesmas Air Tawar :
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan yang
berkualitas.
d. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan
melayani.
3. Strategi Puskesmas
40
Untuk mewujudkan Visi dan misi Puskesmas Air Tawar .Puskesmas Air
pemberdayaan masyarakat
4. Tujuan Puskesmas
Sebagai tujuan akhir yang akan dicapai dari penjabaran visi, misi dan
strategi Puskesmas Air Tawar adalah meningkatnya kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Air Tawar sehingga tercipta lingkungan sehat .
5. Struktur Organisasi
Kegiatan yang akan dilakukan pada program Puskesmas tergambar
dalam struktur organisasi Puskesmas sebagai wadah penanggung jawab dari
pelaksanaan masing-masing program yang tercermin dalam struktur
organisasi Puskesmas yang dapat kita lihat pada lampiran laporan tahunan ini.
41
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan, masyarakat, pemuka
masyarakat, dan keluarga serta dunia usaha memiliki kesadaran,
kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk
hidup sehat, berperan dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan,
pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat dengan
memeperhatikan kondisi dan situasi masyarakat setempat.
3. Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama, yang memberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan seimbang yang
menjadi tanggung jawab Puskesmas dan meliputi pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
42
BAB V
HASIL PENELITIAN
dari 48 (60%) orang berjenis kelamin laki-laki dan 32 orang berjenis kelamin
perempuan. Hasil ini bisa dilihat di Tabel 5.1 dan Tabel 5.2
Jenis Kelamin f %
Laki-Laki 48 60
Perempuan 32 40
Jumlah 80 100
Tabel 5.3 Perubahan Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Umur Balita setelah
Penyuluhan
Status Peningkatan f %
Meningkat 96.3
Tidak meningkat
Jumlah 100.0
peningkatan tinggi badan balita stunting dengan hasil sangat bermakna (p<0,01),
maka dapat dikatkan bahwa ada pengaruh yang sangat bermakna mengenai
43
bulan ke 2 rata-rata tinggi badan balita adalah 80,50 dan mengalami peningkatan
setelah bulan ke 6 yaitu rata-rata 116,17. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4 Rata-Rata Nilai Tinggi Badan Balita Sebelum dan sesudah Peyuluhan
44
BAB VI
PEMBAHASAN
jenis kelamin pada anak yang mengalami stunting di wilayah kerja Puskesmas Air
Tawar yaitu terdiri dari 48 (60%) orang berjenis kelamin laki-laki dan 32 (40%)
orang berjenis kelamin perempuan.. Hal ini senada dengan penelitian yang
terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan keadian stunting (Sinaga, 2016).
Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan risiko stunting adalah
mulai terlihat ketika memasuki usia remaja, dimana perempuan akan terlebih
hampir seluruh balita stunting dengan hasil sangat bermakna berdasarkan rerata
45
makanan seimbang. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Sinaga pada tahun 2016
dimana terdapat peningkatan indeks TB/U setelah diberikan penyluhan pada ibu
dengan balita stunting walaupun tidak bermakna secara statistik. Susanti pada
terhadap perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita di desa
terhadap tindakan ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita (p <
0,05)
tindakan ibu tentang gizi dan berpengaruh terhadap perubahan status gizi
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam
46
panjang. Melalui sosialisasi dan penyampaian pesan-pesan gizi yang praktis
akan membentuk suatu keseimbangan bangsa antara gaya hidup dan pola
memilih makanan yang lebih baik mutu maupun jumlahnya (Depkes RI, 2002).
47
BAB VII
7.1 Kesimpulan
1. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan pada belita
7.2 Saran
Terdapat banyak faktor resiko lain mengenai stunting selain faktor asupan
nutrisi yang kurang seperti, sosio ekonomi orang tua, lingkungan tempat tinggal,
tingkat pendidikan orang tua, faktor prenatal, imunisasi, ASI ekslusif dll.
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Abuya, A.A., Kimani, K.J., & Elijah, O.O. (2010). Influence of maternal
http://paa2010.princeton.edu/download.aspx?submissionId=100182
http://www.thyroid.org/patients/patient_brochures/iodine_deficiency.html
http://www.ext.colostate.edu/pubs/foodnut/09315.html
4. Arisman. (2008). Gizi dalam daur kehidupan : buku ajar ilmu gizi, ed. 2.
Jakarta : EGC.
6. Bobroff, L.B., & Jensen, N.C. (2009, Desember). Facts about vitamin A.
http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/fy/fy20600.pdf
7. Brown, J.E. (2005). Nutrition through the life cycle (2nd ed.). USA :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/bvitamins.html
http://www.dairyglobalnutrition.org/content.cfm?ItemNumber=88374
http://www.jabarprov.go.id/root/dalamangka/dda2003Konsumsi.pdf
49
10. Dietary fats: know which types to choose. (2011, February15).
http://www.mayoclinic.com/health/fat/NU00262
http://www.depkes.go.id/downloads/SKN+.PDF
12. Depkes RI. (2008). Strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat.
http://www.depkes.go.id/downloads/pedoman_stbm.pdf
http://www.linkagesproject.org/media/publications/FFF_LBW_3-30-
06.pdf
Anak usia 3-9 tahun di Pondok Pesantren Tapak Sunan Condet pada Tahun
Malnutrition and its risk factors among children 1-7 years old in rural
http://apjcn.nhri.org.tw/server/apjcn/Volume6/vol6.4/norhayatil.html
http://www.artikelkedokteran.com/540/pengertian-dasar-imunisasi.html
17. Rahmawati., 2006. Status gizi dan perkembangan anak usia dini di
50
18. Reyes, L., & Manalich, R. (2005). Long term consequences of low birth
weight. http://www.nature.com/ki/journal/v68/n97s/pdf/4496408a.pdf
19. Shrestha, S.S., & Findeis, J.L. (2007). Maternal human capital and
http://ageconsearch.umn.edu/bitstream/9723/1/sp07sh02.pdf
20. Teshome, B., Kogi-makau, W., Getahun, Z., & Taye, G. (2009). Magnitude
http://ejhd.uib.no/ejhdv23n2/98%20Magnitude%20and
%20determinants %20of%20stunting%20in%20children%20under-.pdf
estimate.
http://www.unicef.org/publications/files/low_birthweight_from_EY.pdf
http://www.unicef.org/publications/files/Progress_for_Children_No_6_re
vised.pdf
http://www.unicef.org/nutrition/index_24826.html
http://www.umm.edu/altmed/articles/vitamin-c-000339.htm
http://www.umm.edu/altmed/articles/vitamin-c-000339.htm
51
26. Water and Sanitation Program-East Asia & The Pasific. Buku penuntun
http://www.wsp.org/wsp/sites/wsp.org/files/publications/wsp_Opsi_Sanit
asi_yang_terjangkau.pdf
http://www.who.int/features/factfiles/sanitation/en/index.html
http://www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en/index.ht
ml
http://www.who.int/features/factfiles/nutrition/en/index.html
31. Fat.(2011).
http://health.nytimes.com/health/guides/nutrition/fat/overview.html
32. Frost, M.B., Forste, R., & Haas, D.W. (2005). Maternal education and child
http://www.hawaii.edu/hivandaids/Maternal_Education_and_Child_Nutrit
ional_Status_in_BoliviaFinding_the_Links.pdf
33. Gurung, G. (2009). Investing in mother’s education for better maternal and
52
Education, Practice and Policy.
http://www.rrh.org.au/publishedarticles/article_print_1352.pdf
34. Hong, R., Banta, J.E., & Betancourt, J.A. (2006). Relationship between
http://www.equityhealthj.com/content/pdf/1475-9276-5-15.pdf
http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi- halomoan
http://health.nytimes.com/health/guides/specialtopic/immunizations-
general-overview/overview.html
deficiency-anemia/DS00323
http://www.irondisorders.org/iron-overload
http://www.lifewater.org/water-crisis
41. Mbuya, M.N.N., Chidem, M., Chasekwa, B., & Mishra, V. (2010).
http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNADR633.pdf
53
42. McKinley Health Center. (2008). Macronutriens: the importance of
http://www.mckinley.illinois.edu/handouts/macronutrients.htm
43. National Institute of Health. (2011, June 24). Dietary supplement fact sheet:
vitamin C.http://ods.od.nih.gov/factsheets/VitaminC-QuickFacts
44. Kementrian desa dan transmigrasi. 2007. Buku saku desa dalam
45. Hestuningtyas, NR & Noer ER. (2014). Pengaruh konseling gizi terhadap
pengetahuan, sikap, praktik ibu dalam pemberian makan anak, dan asupan
zat gizi anak stunting usia 1-2 tahun di kecamatan semarang timur.
dibawah lima tahun tahun (0-59 bulan) di provinsi papua barat tahun 2010
47. Data PPDGM Puskesmas Air Tawar Padang. Jumlah Balita stunting di
wilayah kerja Puskesmas Air Tawar Padang 2018 dan Juni 2011
54
LAMPIRAN
55
56
2. Lampiran Hasil SPSS
jenis kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-laki 48 60,0 60,0 60,0
Paerempuan 32 40,0 40,0 100,0
Total 80 100,0 100,0
status peningkatan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid meningkat 77 96,3 96,3 96,3
tidak meningkat 3 3,8 3,8 100,0
Total 80 100,0 100,0
Ranks
Mean Sum of
N Rank Ranks
tinggi badan bulan 6 - tinggi Negative Ranks 0a 0,00 0,00
badan bulan 2 Positive Ranks 80b 40,50 3240,00
Ties 0c
Total 80
a. tinggi badan bulan 6 < tinggi badan bulan 2
b. tinggi badan bulan 6 > tinggi badan bulan 2
c. tinggi badan bulan 6 = tinggi badan bulan 2
Test Statisticsa
Mean
Tinggi Badan Mean SD Median p-value
Rank
<0.01
Tinggi badan bulan ke-2 80.50 9.82 82.25
57
3. Lampiran Brosur
58
59