Anda di halaman 1dari 10

KEPERAWATAN ANAK

MAKALAH RESPON HOSPITALISASI

Dosen Pembimbing :

Indriartie, S.Kp, M.M Kes

Disusun Oleh :

Dwi Rachmawati (P27820119066)

Tingkat 2 Reguler B

PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA

TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah keperawatan anak tentang “Respon
Hospitalisasi” selain itu penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak. Dalam kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Indriartie, S.Kp, M.M Kes. yang telah mengajarkan mata kuliah Keperawatan Anak.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi
penyusunan, pembahasan, ataupun penulisan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik dimasa yang
akan mendatang.

Surabaya, 25 Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................ii

Daftar Isi............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1

1.3 Tujuan............................................................................................................................1

1.4 Manfaat..........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2

2.1 Definisi Respon Hospitalisasi........................................................................................2

2.2 Macam-macam Respon Terhadap Hospitalisasi............................................................2

2.3 Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi.............................................................................3

BAB III PENUTUP............................................................................................................6

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................6

3.2 Saran..............................................................................................................................6

Daftar Pustaka...................................................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat
yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan
perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah
besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini, 2004).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi adalah
suatu proses karena alasan berencana maupun darurat yang mengharuskan anak
dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang dapat
menyebabkan beberapa perubahan psikis pada anak.
Perubahan psikis terjadi dikarenakan adanya suatu tekanan atau krisis pada
anak. Jika seorang anak di rawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah
mengalami krisis yang disebabkan anak mengalami stres akibat perubahan baik
terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari.
Selain itu, anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk
mengatasi masalah maupun kejadiankejadian yang sifatnya menekan (Nursalam,
Susilaningrum, dan Utami, 2005).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Respon Hospitalisasi?
2. Apa saja Macam-macam respon terhadap hospitalisasi?
3. Apa saja Reaksi Anak terhadap hospitalisasi?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi respon hospitalisasi.
2. Untuk mengetahui macam-macam respon terhadap hospitalisasi.
3. Untuk mengetahui reaksi anak pada hospitalisasi.
1.4. Manfaat
1. Dapat mengetahui definisi respon hospitalisasi.
2. Dapat mengetahui macam-macam respon hospitalisasi.
3. Dapat mengetahui reaksi anak pada hospitalisasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Respon Hospitalisasi

Hospitalisasi pada anak adalah suatu sindrom yang terjadi pada anak yang
dirawat di rumah sakit secara terpisah dari ibunya atau pengganti peran ibu dalam
kurun waktu yang lama. Kondisi ini ditandai dengan tidak adanya kegairahan, tidak
responsif, kurus, pucat, nafsu makan buruk, tidur terganggu, episode demam,
hilangnya kebiasaannya menghisap dan nampak tidak bahagia.

2.2. Macam-macam Respon terhadap Hospitalisasi

2.2.1. Cemas
Kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai
dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang
kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda. kecemasan adalah
suatu sinyal yang menyadarkan ia memperingatkan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkikan seseorang mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman.
Sebagian besar kecemasan yang terjadi pada anak pertengahan sampai
anak periode prasekolah khususnya anak berumur 6-30 bulan adalah cemas
karena perpisahan. Hubungan anak dengan ibu sangat dekat sehingga
perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan terhadap orang yang
terdekat bagi diri anak. Selain itu, lingkungan yang belum dikenal akan
mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.
2.2.2. Marah
Marah adalah suatu emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas simpatetik
yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat disebabkan
adanya kesalahan yang mungkin nyata atau tidak nyata. Marah adalah jenis
emosi anak yang disebabkan oleh terhambatnya keinginan. Ekspresi emosi
anak yaitu menangis, berteriak, memukul, membanting barang, dan berguling-
guling di lantai.
2.2.3. Sedih
Sedih adalah jenis emosi anak atas kehilangan sesuatu yang dianggap
penting dan dicintainya. Bisa karena berpisah dengan teman bermain atau

2
kehilangan binatang kesayangannya. Ekspresi emosi anak yaitu menangis,
berwajah murung, mengambek atau tidak mau makan.
2.2.4. Takut
Takut adalah jenis emosi anak yang berkaitan erat dengan upaya
pertahanan diri terhadap bahaya. Rasa takut juga bisa ditimbulkan oleh ingatan
tentang pengalaman yang tidak menyenangkan. Ekspresi emosi anak yaitu
panik, lari, menghindar, menutup muka, bersembunyi, dan menangis.
2.2.5. Rasa Bersalah
Rasa bersalah adalah suatu eksistensial pemahaman yang berpusat pada
diri individu yang memiliki tanggung jawab atas tindakannya yang bersifat
bebas yang berarti suatu ciri fundamental dari desain atau kemampuan manusia
dalam eksistensialnya atau kemampuan menetap dan memaknai hidupnya.
Rasa bersalah pada anak biasanya timbul karena anak merasa dirinya
merepotkan orang tua. Ekspresi anak biasanya cenderung murung dan enggan
untuk berbicara.

2.3. Reaksi Anak terhadap Hospitalisasi

2.3.1. Masa Bayi (0-1 tahun)

Bayi yang mengalami perpisahan dengan orangtuanya merupakan


stress terbesar pada anak selama mereka mengalami hospitalisasi. Reaksi yang
paling sering muncul pada anak usia ini adalah menangis keras sebagai bentuk
perilaku protesnya. Setelah mengalami fase protes, anak akan mengalami fase
putus asa dimana anak akan berhenti menangis lalu mengalami depresi yang
ditunjukkan dengan sikap kurang aktif dan kemudian akan mengalami fase
pelepasan yaitu anak mulai membentuk hubungan dengan lingkungan
sekitarnya.

Bayi yang mengalami cedera tubuh dan nyeri akan mengalami distress
yang dapat ditunjukkan dengan sikap menggeliat, menyentak, dan memukul-
mukul. Pada beberapa anak, respon yang ditunjukkan adalah menangis,
menolak berbaring diam ketika diberi tindakan, berusaha mendorong perawat
atau melakukan gerakan motorik untuk menghindar.

2.3.2. Masa Todler (2-3 tahun)

3
Anak usia toddler yang mengalami perpisahan dengan orangtuanya
akan menunjukkan sikap yang mencapai tujuan misalnya berusaha memohon
orangtuanya agar tetap tinggal, berusaha menahan orangtuanya dan berusaha
mencari orangtuanya yang sudah pergi. Anak juga dapat menunjukkan reaksi
tidak senang pada orangtuanya yang datang kembali setelah meninggalkannya
seperti menunjukkan sikap temper tantrum, menolak melakukan rutinitasnya
sehari-hari dan mengalami regresi ke tingkat perkembangan yang lebih buruk.

Selama anak dirawat, akan banyak pembatasan keinginan-keinginan


anak yang mengakibatkan dia merasa stress. Akibatnya anak akan bereaksi
temper tantrum dan regresi sehingga anak cenderung menolak makan dan
menarik diri dari hubungan interpersonal. Anak yang terancam mengalami
cedera tubuh dan nyeri pada usia ini akan memunculkan reaksi kemarahan
emosional yang kuat misalnya meringis kesakitan, mengatupkan gigi,
membuka mata lebar-lebar, agresif, menggigit, menendang, memukul bahkan
melarikan diri.

2.3.3. Masa Prasekolah (3-6 tahun)

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak
pada anak. Jika anak dirawat di rumah sakit, anak akan mudah mengalami
krisis karena anak stres akibat perubahan baik pada status kesehatannya
maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari, dan anak mempunyai
sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah
maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan

Anak usia prasekolah menerima keadaan masuk rumah sakit dengan


sedikit ketakutan. Selain itu ada sebagian anak yang menganggapnya sebagai
hukuman sehingga timbul perasaan malu dan bersalah. Ada beberapa
diantaranya akan menolak masuk rumah sakit dan secara terbuka menangis
tidak mau dirawat. Jika anak sangat ketakutan, anak dapat menampilkan
perilaku agresif, dari menggigit, menendangnendang, hingga berlari keluar
ruangan. Ekspresi verbal yang ditampilkan seperti dengan mengucapkan kata-
kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan pada
orang tua. Biasanya anak akan melontarkan beberapa pertanyaan karena
bingung dan anak tidak mengetahui keadaan di sekelilingnya. Selain itu, anak

4
juga akan menangis, bingung, khususnya bila keluar darah atau mengalami
nyeri pada anggota tubuhnya. Ditambah lagi, beberapa prosedur medis dapat
membuat anak semakin takut, cemas, dan stres. (Wong,2000)

2.3.4. Masa Sekolah (6-12 tahun)

Pada usia sekolah, perpisahan anak dengan orangtua/keluarga mereka


menjadi hal yang ditakuti karena mereka masih membutuhkan rasa
nyaman/bimbingan akibat stress dan regresi yang dialaminya selama dirawat.
Meskipun anak usia sekolah umumnya lebih mampu melakukan koping
terhadap perpisahan tetapi masih sering sekali anak menunjukkan sikap
kesepian, bosan, isolasi dan depresi.

Kehilangan kendali pada usia sekolah dapat dialami ketika anak merasa
kemandirian mereka terancam misalnya karena lingkungan rumah sakit yang
mengakibatkan adanya pembatasan aktivitas atau penyakit yang
mengakibatkan tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
sehingga anak akan menunjukkan reaksi depresi, bermusuhan, atau frustasi.
Anak usia sekolah tidak terlalu khawatir dengan adanya nyeri. Mereka sudah
memiliki koping yang lebih baik dalam menghadapi suatu ketidaknyamanan
seperti berpegangan dengan erat, mengepalkan tangan atau mengatupkan gigi
dan meringis. Secara umum anak usiasekolah juga sudah dapat
mengkomunikasikan secara verbal nyeri yang mereka alami.

5
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Hospitalisasi pada anak adalah suatu sindrom yang terjadi pada anak yang
dirawat di rumah sakit secara terpisah dari ibunya atau pengganti peran ibu dalam
kurun waktu yang lama. Terdapat macam-macam respon hospitalisasi yang terjadi
pada anak. Yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah.

Sebagian besar kecemasan yang terjadi pada anak pertengahan sampai anak
periode prasekolah khususnya anak berumur 6-30 bulan adalah cemas karena
perpisahan. Marah adalah suatu emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas simpatetik
yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat disebabkan adanya
kesalahan yang mungkin nyata atau tidak nyata. Sedih adalah jenis emosi anak atas
kehilangan sesuatu yang dianggap penting dan dicintainya. Rasa bersalah pada anak
biasanya timbul karena anak merasa dirinya merepotkan orang tua. Ekspresi anak
biasanya cenderung murung dan enggan untuk berbicara.

3.2. Saran

Supaya anak-anak tidak merasakan hospitalisasi dan memiliki respon yang


baik. Sebaiknya rumah sakit juga menyediakan sarana untuk anak-anak berupa taman
bermain, yang membuat anak-anak akan merasakan perasaan lebih baik dan tidak
memiliki trauma buruk. Walaupun pada awalnya anak-anak akan merasakan berbagai
macam respon yang tidak baik, namun pada akhirnya rumah sakit dapat mengatasi
itu.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat,A.Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta :

EGC.

Anda mungkin juga menyukai