Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Tingkat 2 Reguler B
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah keperawatan anak tentang “Respon
Hospitalisasi” selain itu penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak. Dalam kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Indriartie, S.Kp, M.M Kes. yang telah mengajarkan mata kuliah Keperawatan Anak.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi
penyusunan, pembahasan, ataupun penulisan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik dimasa yang
akan mendatang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................1
1.4 Manfaat..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................6
3.2 Saran..............................................................................................................................6
Daftar Pustaka...................................................................................................................7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Hospitalisasi pada anak adalah suatu sindrom yang terjadi pada anak yang
dirawat di rumah sakit secara terpisah dari ibunya atau pengganti peran ibu dalam
kurun waktu yang lama. Kondisi ini ditandai dengan tidak adanya kegairahan, tidak
responsif, kurus, pucat, nafsu makan buruk, tidur terganggu, episode demam,
hilangnya kebiasaannya menghisap dan nampak tidak bahagia.
2.2.1. Cemas
Kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai
dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang
kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda. kecemasan adalah
suatu sinyal yang menyadarkan ia memperingatkan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkikan seseorang mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman.
Sebagian besar kecemasan yang terjadi pada anak pertengahan sampai
anak periode prasekolah khususnya anak berumur 6-30 bulan adalah cemas
karena perpisahan. Hubungan anak dengan ibu sangat dekat sehingga
perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan terhadap orang yang
terdekat bagi diri anak. Selain itu, lingkungan yang belum dikenal akan
mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.
2.2.2. Marah
Marah adalah suatu emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas simpatetik
yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat disebabkan
adanya kesalahan yang mungkin nyata atau tidak nyata. Marah adalah jenis
emosi anak yang disebabkan oleh terhambatnya keinginan. Ekspresi emosi
anak yaitu menangis, berteriak, memukul, membanting barang, dan berguling-
guling di lantai.
2.2.3. Sedih
Sedih adalah jenis emosi anak atas kehilangan sesuatu yang dianggap
penting dan dicintainya. Bisa karena berpisah dengan teman bermain atau
2
kehilangan binatang kesayangannya. Ekspresi emosi anak yaitu menangis,
berwajah murung, mengambek atau tidak mau makan.
2.2.4. Takut
Takut adalah jenis emosi anak yang berkaitan erat dengan upaya
pertahanan diri terhadap bahaya. Rasa takut juga bisa ditimbulkan oleh ingatan
tentang pengalaman yang tidak menyenangkan. Ekspresi emosi anak yaitu
panik, lari, menghindar, menutup muka, bersembunyi, dan menangis.
2.2.5. Rasa Bersalah
Rasa bersalah adalah suatu eksistensial pemahaman yang berpusat pada
diri individu yang memiliki tanggung jawab atas tindakannya yang bersifat
bebas yang berarti suatu ciri fundamental dari desain atau kemampuan manusia
dalam eksistensialnya atau kemampuan menetap dan memaknai hidupnya.
Rasa bersalah pada anak biasanya timbul karena anak merasa dirinya
merepotkan orang tua. Ekspresi anak biasanya cenderung murung dan enggan
untuk berbicara.
Bayi yang mengalami cedera tubuh dan nyeri akan mengalami distress
yang dapat ditunjukkan dengan sikap menggeliat, menyentak, dan memukul-
mukul. Pada beberapa anak, respon yang ditunjukkan adalah menangis,
menolak berbaring diam ketika diberi tindakan, berusaha mendorong perawat
atau melakukan gerakan motorik untuk menghindar.
3
Anak usia toddler yang mengalami perpisahan dengan orangtuanya
akan menunjukkan sikap yang mencapai tujuan misalnya berusaha memohon
orangtuanya agar tetap tinggal, berusaha menahan orangtuanya dan berusaha
mencari orangtuanya yang sudah pergi. Anak juga dapat menunjukkan reaksi
tidak senang pada orangtuanya yang datang kembali setelah meninggalkannya
seperti menunjukkan sikap temper tantrum, menolak melakukan rutinitasnya
sehari-hari dan mengalami regresi ke tingkat perkembangan yang lebih buruk.
Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak
pada anak. Jika anak dirawat di rumah sakit, anak akan mudah mengalami
krisis karena anak stres akibat perubahan baik pada status kesehatannya
maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari, dan anak mempunyai
sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah
maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan
4
juga akan menangis, bingung, khususnya bila keluar darah atau mengalami
nyeri pada anggota tubuhnya. Ditambah lagi, beberapa prosedur medis dapat
membuat anak semakin takut, cemas, dan stres. (Wong,2000)
Kehilangan kendali pada usia sekolah dapat dialami ketika anak merasa
kemandirian mereka terancam misalnya karena lingkungan rumah sakit yang
mengakibatkan adanya pembatasan aktivitas atau penyakit yang
mengakibatkan tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
sehingga anak akan menunjukkan reaksi depresi, bermusuhan, atau frustasi.
Anak usia sekolah tidak terlalu khawatir dengan adanya nyeri. Mereka sudah
memiliki koping yang lebih baik dalam menghadapi suatu ketidaknyamanan
seperti berpegangan dengan erat, mengepalkan tangan atau mengatupkan gigi
dan meringis. Secara umum anak usiasekolah juga sudah dapat
mengkomunikasikan secara verbal nyeri yang mereka alami.
5
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hospitalisasi pada anak adalah suatu sindrom yang terjadi pada anak yang
dirawat di rumah sakit secara terpisah dari ibunya atau pengganti peran ibu dalam
kurun waktu yang lama. Terdapat macam-macam respon hospitalisasi yang terjadi
pada anak. Yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah.
Sebagian besar kecemasan yang terjadi pada anak pertengahan sampai anak
periode prasekolah khususnya anak berumur 6-30 bulan adalah cemas karena
perpisahan. Marah adalah suatu emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas simpatetik
yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat disebabkan adanya
kesalahan yang mungkin nyata atau tidak nyata. Sedih adalah jenis emosi anak atas
kehilangan sesuatu yang dianggap penting dan dicintainya. Rasa bersalah pada anak
biasanya timbul karena anak merasa dirinya merepotkan orang tua. Ekspresi anak
biasanya cenderung murung dan enggan untuk berbicara.
3.2. Saran
6
DAFTAR PUSTAKA
EGC.