Anda di halaman 1dari 1

"Eh masih kepo aja, masih berharap ya Mbak?

" begitu katamu sembari meletakkan 2 cup kopi kekinian


disampingku.

"Enak aja, cuma nggak sengaja aja kebuka ini update story dia di medsos. Lagipula aku bersyukur lho,
Allah nggak mengabulkan doa masa remajaku", jawabku.

"Kenapa emangnya?"

"Iya, kamu tau aku kan. Sebagai orang ISTJ, I berarti introversion. Aku kan nggak suka terlalu
mengumbar privasi di medsos. Sedangkan dia update story-nya udah ngalahin artis aja. Panjang banget
titik-titiknya", aku tertawa. "Manis sih sebenernya ungkapan cinta gitu buat istrinya, tapi ya aku jadi
mikir aja kalo dulu Allah membersamakan aku dengan dia berarti aku donk yang jadi objeknya. Geli aja
gitu".

Kamu tersenyum sembari merapikan anak rambut yang berterbangan. "Allah itu Maha Baik, waktu kamu
ngotot minta Allah nggak kasih, mungkin kamu marah, kecewa tapi semua ada hikmahnya kan? Entah
nanti kamu akan dipertemukan dengan yang lebih baik, atau ya seperti sekarang ini kamu sadar bahwa
banyak hal diantara kalian yang ternyata nggak bisa disandingkan. Lebih bersyukur kan?"

Angin laut berhembus makin kencang, kini giliranku yang tersenyum meresapi kalimatmu. Dalam hati
membenarkan.

"Lagipula harusnya move up sih, jangan cuma move on. Kalo move on kamu hanya berpindah dari satu
orang ke orang lain, tapi kalo move up artinya kamu udah pasrah sama Allah. Biarkan Dia yang
memilihkan buat kamu. Jadi nggak ada lagi tuh mention satu nama orang dalam doa. Nggak perlu ada
lagi galau menahun cuma karena seseorang, ya kayak yang dulu itu". Kamu masih saja melanjutkan
petuahmu, sembari menyesap kopi yang kamu bawa. Ternyata tinggal separuh.

Aku terbahak mendengar sindiranmu. "Iya, iya udah move up nih, tenang aja. Aku udah nggak berharap
sama siapapun kok. Takut jatuh lagi. Sakit. Terserah Allah aja. Pilihan Allah pasti yang terbaik". "Hmm,
tapi semoga yang sebaik kamu", lanjutku dalam hati sembari menatap langit yang mulai menguning.

Anda mungkin juga menyukai