Disusun oleh:
Sutarsih 931305918
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PEMBAHASAN
1
A.F Elly Erawati, Prinsip-Prinsip Hukum Perdaganagn Internasional dan Pengecualian
Menurut GATT/WOT (1999.) Paper Kuliah Peranan Hukum dalam Pengembangan
Ekonomi,4.
langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh
dan modal dalam negara.
2. Model Heckscher-Ohlin
Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model
Ricardian dan dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan
kompleksitasnya yang jauh lebih rumit model ini tidak membuktikan
prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan
teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan
memakai mekanisme harga neoklasikal kedalam teori perdagangan
internasional.
Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional
ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini
memperkirakan kalau negara-negara akan mengekspor barang yang
membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan
mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka
secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal
sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily
Leontief yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk
mengekspor barang buruh intensif dibanding memiliki kecukupan modal.
3. Factor spesifik
Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang
lain sangatlah mungkin ketika modal tidak bergerak antar industri pada
satu masa pendek. Faktor spesifik merujuk ke pemberian yaitu dalam
faktor spesifik jangka pendek dari produksi, seperti modal fisik, tidak
secara mudah dipindahkan antar industri. Teori mensugestikan jika ada
peningkatan dalam harga sebuah barang, pemilik dari faktor produksi
spesifik ke barang tersebut akan untuk pada term sebenarnya. Sebagai
tambahan, pemilik dari faktor produksi spesifik berlawanan (seperti buruh
dan modal) cenderung memiliki agenda bertolak belakang ketika melobi
untuk pengednalian atas imigrasi buruh. Hubungan sebaliknya, kedua
pemilik keuntungan bagi pemodal dan buruh dalam kenyataan
membentuk sebuah peningkatan dalam pemenuhan modal. Model ini ideal
untuk industri tertentu. Model ini cocok untuk memahami distribusi
pendapatan tetapi tidak untuk menentukan pola pedagangan. Jangan
dipercaya,bohong tu.
4. Model Gravitasi
Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah analisa yang
lebih empiris dari pola perdagangan dibanding model yang lebih teoritis
diatas. Model gravitasi, pada bentuk dasarnya, menerka perdagangan
berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara dalam ukuran
ekonominya. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga
memperhitungkan jarak dan ukuran fisik di antara dua benda. Model ini
telah terbukti menjadi kuat secara empiris oleh analisa ekonometri. Faktor
lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan
perdagangan juga dimasukkan dalam versi lebih besar dari model ini.
Dalam hal itu Tidak ada satu negara pun yang mampu memenuhi
kebutuhan penduduknya sendiri. Banyak barang-barang yang kita
gunakan sehari-hari berasal dari luar negeri, diantaranya : Komputer,
mobil, sepeda motor, TV, kapas bahan pakaian kita, dll.Bagaimana jika
barang-barang dari luar negeri tersebut tidak ada ? Kita terpaksa
menggantikan barang tersebut dengan barang-barang buatan dalam
negeri. Namun sayangnya kita tidak bisa membuat barang tersebut
semuanya, karena kita tidak menguasai teknologi dan mungkin tidak
memiliki bahan mentahnya. Berarti kita harus kerja sama dengan bangsa-
bangsa lain untuk saling tukar menukar hasil produksi.
Perdagangan Internasional adalah tukar menukar barang antar negara
dengan perantaraan uang dengan kota lain. Perdagangan Internasional adalah
kegiatan ekspor dan impor antar negara.
B. Manfaat Perdagangan Internasional
Pada dasarnya manfaat perdagangan internasional hampir sama
dengan dampak positif ekspor dan impor. Manfaat perdagangan
internasional adalah :
1. Kebutuhan setiap negara terpenuhi
2. Menambah devisa negara
3. Dapat diadakan spesialisasi produksi
4. Mendorong peningkatan jumlah produksi
5. Mempererat hubungan persahabatan antar negara
6. Mendorong kemajuan (IPTEK)
7. Memperluas pasar / jaringan konsumen
C. Hambatan Perdagangan Internasional
1. Perbedaan mata uang
2. Kebijakan impor suatu negara-negara proteksi
3. Quota impor
4. Perang dan resesi
5. Adanya tarif yang dibebankan pada / atas melintas daerah pabean
6. Produsen ekspor masih berbelit-belit sehingga memerlukan waktu
lama
D. Factor Pendorong Perdagangan Internasional
1. Perbedaan Sumber Daya Alam
Setiap negara memiliki sumber daya alam yang berbeda.
Indonesia memiliki banyak sumber daya alam, antara lain kayu, minyak
bumi, batubara, timah dan karet, tetapi belum memiliki kemampuan yang
memadai untuk mengolahnya.
Hal ini mendorong Indonesia untuk mengekspor bahan
mentah/bahan baku ke negara lain untuk di olah.
2. Penghematan Biaya Produksi
Bagi negara yang belum memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk membuat sendiri produk, seperti mobil dan handphone,
pembuatannya akan menghabiskan biaya produksi yang jauh lebih mahal
dibandingkan jika negara tersebut membelinya dari negara lain.
3. Pemenuhan Kebutuhan Nasional
Ada kalanya suatu negara tidak mampu memenuhi semua barang
dan jasa yang menjadi kebutuhan penduduk sehingga untuk memenuhinya
suatu negara perlu mengimpor barang dan jasa tersebut dari luar negeri.
Dengan demikian kebutuhan produk dapat dipenuhi.
4. Perbedaan Penguasaan Teknologi
Penguasaan teknologi yang tidak merata antara tiap negara,
menyebabkan terjadinya perdagangan internasional. Negara dengan
teknologi maju mampu menjual barang dengan harga murah kepada
negara yang memiliki teknologi sederhana.
5. Perbedaan Selera
Setiap negara dalam memproduksi barang-barang, kemungkinan
mempunyai kesamaan. Meski demikian, setiap negara mempunyai selera
yang berbeda-beda. Hal inilah yang mendorong kegiatan perdagangan
antar negara.2
E. Faktor Penghambat Perdagangan International
1. Perbedaan Mata Uang Antarnegara
Perbedaan mata uang setiap dapat menghambat
perdagangan antarnegara. Negara yang melakukan kegiatan ekspor,
biasanya meminta kepada negara pengimpor untuk membayar
dengan menggunakan mata uang negara pengekspor.
Namun, agar kedua negara diuntungkan dan lebih mudah proses
perdagangannya perlu adanya penetapan mata uang sebagai standar
internasional.
2. Kualitas Sumber Daya yang Rendah
Sumber daya manusia rendah bisa membuat kualitas hasil
produksi akan rendah pula. Suatu negara yang memiliki kualitas barang
rendah, akan sulit bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan oleh
negara lain yang kualitasnya lebih baik.
3. Pembayaran Antarnegara Sulit dan Berisiko
Pada saat melakukan kegiatan perdagangan internasional, negara
pengimpor biasanya akan mengalami kesulitan dalam hal pembayaran.
Apabila membayarnya dilakukan secara langsung akan mengalami
kesulitan dan berisiko.
Oleh karena itu negara pengekspor tidak mau menerima
pembayaran dengan tunai, akan tetapi melalui kliring internasional atau
telegraphic transfer atau menggunakan L/C.
4. Adanya Kebijaksanaan Impor dari Suatu Negara
Setiap negara pastinya akan melindungi barang-barang hasil
produksinya. Mereka tidak ingin barang-barang produksinya tersaingi
oleh barang-barang dari negara lain.
Hal tersebut yang membuat setiap negara akan memberlakukan
kebijakan untuk melindungi barang-barang dalam negeri, seperti dengan
menetapkan tarif impor.
2
Jimmi hasolan, peranan perdagangan internasional dalam produktivitas dan
perekonomian, Economic, Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi, 1(2) : 109-110.
Apabila tarif impor tinggi, barang impor tersebut akan menjadi
lebih mahal daripada barang-barang dalam negeri sehingga
mengakibatkan masyarakat menjadi kurang tertarik untuk membeli
barang impor.
5. Adanya Organisasi-Organisasi Ekonomi Regional
Organisasi ekonomi regional biasanya akan mengeluarkan
peraturan ekspor dan impor khusus untuk negara anggotanya. Jadi, apabila
ada negara di luar anggota organisasi tersebut melakukan perdagangan
dengan negara anggota, akan mengalami kesulitan. 3
3
M Amir, Seluk-beluk dan Teknik perdagangan luar negeri : suatu penuntun ekspor dan
impor (Jakarta:Pustaka Binaman Presindo, 1791).
BAB III
PENUTUP
A. Kesipulan