Anda di halaman 1dari 19

PETUNJUK PELAKSANAAN

PRAKTEK DASAR TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PETUNJUK UMUM PRAKTEK DASAR TEKNIK ELEKTRO

1. Baca dan pelajari dengan cermat Petunjuk Pelaksanaan Prakteknya (Jobsheet)


2. Siapkan bahan dan peralatan sesuai dengan Unit yang akan dipraktekkan
3. Pastikan sumber tegangan / arus yang akan digunakan, misalnya tegangan AC,
DC, 220 V AC, atau dari AFG (Audio Frequency Generator) dan sebagainya
4. Pastikan hubungan rangkaiannya benar, dan baru kemudian sambungkan ke
sumber tegangannya

PENGGUNAAN MULTIMETER
Multimeter pada dasarnya alat ukur besaran listrik yang dapat digunakan
untuk mengukur arus, tegangan dan nilai hambatan/resistansi, sehingga
Multimeter juga disebut dengan AVO-meter (Amper-Volt-Ohm meter)
Oleh karena itu untuk penggunaannya, perlu memperhatikan :
1. Sebelum melakukan pengukuran, pastikan besaran apa yang akan diukur
(Arus-DC; Tegangan-AC/DC; atau Resistansi)
2. Ingat: Untuk pengukuran DC polaritas (+ dan -) jangan sampai terbalik !
3. Bila tidak dipergunakan, kedudukan paling aman tempatkan saklar pada AC
Voltmeter dengan batas ukur tertinggi atau pada OFF
5. Batas ukur harus lebih tinggi dari pengukuran yang diperkirakan. Bila belum
mengetahui nilai yang akan diukur/ ragu, sebaiknya tempatkan batas ukur
pada posisi yang tertinggi atau paling besar
6. Pada saat akan menggunakan, periksa dan atur jarum penunjuk tepat
pada titik nol dengan cara memutar sekrup pengatur titik nol
7. Pada pengukuran hambatan (Ohm), setiap kali memindah batas ukur ( x1,
x10, x100, 1K dsb) pastikan jarum menunjuk nol Ohm, dengan menghubung
singkatkan kedua ujung probe/ pena pengukur sambil memutar Adjuster
8. Pastikan dengan benar cara pemasangan/hubungannya dengan yang diukur
9. Pastikan garis skala yang digunakan, dan bacalah hasil penunjukkan
jarum penunjuk dengan cermat

-o0*selamat bekerja*0o-
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Laboratorium Elektro PENGUKURAN HAMBATAN Smt : No. 1
Jurusan : Teknik Elektro Waktu : 2 SKS
RESISTOR

A. TUJUAN
1. Membaca kode warna dan mengukur hambatan, serta membandingkan harga
terukur terhadap kode warna
2. Terampil menggunakan Multimeter (sebagai Ohm-meter)

B. TEORI DASAR
Nilai hambatan dari resistor ada yang langsung tertulis pada bodinya, dan ada pula yang
menggunakan kode warna. Untuk kode warna yaitu : Coklat = 1, Merah = 2, Oranye = 3,
Kuning = 4, Hijau = 5, Biru = 6, Ungu = 7, Abu-abu = 8, Putih = 9 dan Hitam = 0

Gambar pemasangan Multimeter (Ohm-meter) dengan resistornya


C. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Modul Pengukuran Resistor
2. Multimeter Analog
3. Kabel Penghubung

D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Tulislah warna-warna gelang pada resistor dengan urutan yang benar
2. Tulislah nilai hambatan, termasuk besar toleransinya menurut kode warna
3. Pilih kedudukan batas ukur yang tepat untuk mengukur setiap hambatan, dan catat
batas ukur yang dipakai dan hasil pengukurannya pada tabel berikut :

NILAI HAMBATAN
NO WARNA GELANG KODE WARNA HASIL PENGUKURAN SELISIH
.
1 ...... - …... - …... - …... , …..
2 ...... - …... - …... - …... , …..
.
10 ...... - …... - …... - …... , …..

4. Tuliskan kesimpulan dari hasil praktikum


FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Laboratorium Elektro RANGKAIAN SERI, PARALEL, Smt : No. 2
Jurusan : Teknik Elektro Waktu : 2 SKS
SERI-PARALEL RESISTOR
A. TUJUAN
1. Terampil dan benar dalam merangkai hubungan seri, paralel, dan seri-paralel resistor.
2. Terampil menggunakan Multimeter untuk mengukur besarnya resistansi, arus yang
melalui rangkaian dan tegangan pada resistor
3. Dapat membandingkan hasil pengukuran dengan teori

B. TEORI DASAR
1. Rangkaian Seri

Resistansi total Rs= R1 + R2 + R3


Besarnya arus mengalir I = I R1 = IR2 = IR3
Tegangan V = V R1 + VR2 + VR3
2. Rangkaian Paralel

Resistansi total 1/Rp= 1/R1 + 1/R2 +1/ R3

Besarnya arus mengalir I = IR1 + IR2 + IR3

Tegangan V = VR1 = VR2 = VR3


3. Rangkaian Seri-Paralel

Resistansi total Rs= R1 + R2 // R3

A B C Besarnya arus mengalir I = IR1 = IR2 + IR3

Tegangan V = VAB + VBC

C. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Modul Rangkaian Seri, Paralel, Seri-Paralel Resistor
2. Catu Daya 6 V DC
3. Multimeter Analog/Digital
4. Kabel Penghubung
D. LANGKAH PERCOBAAN
Rangkaian Seri
1. Buatlah rangkaian dalam hubungan seri
2. Ukurlah masing-masing resistansi (R) dan resistansi totalnya (Rt)
3. Hubungkan rangkaian ke sumber tegangan DC 6 V, dan ukurlah V1, V2, V3 dan It
4. Bandingkan hasil pengukuran dengan teori
5. Catat hasil pengukurannya pada tabel berikut :

Keterangan R1 R2 R3 Rt V1 V2 V3 It
Pengukuran
Teori
Faktor Kesalahan (%)

Rangkaian Paralel
1. Buatlah rangkaian dalam hubungan paralel
2. Ukurlah resistansi totalnya (Rt)
3. Hubungkan rangkaian ke sumber tegangan DC 6 V, dan ukurlah I1, I2, I3, dan It
4. Bandingkan hasil pengukuran dengan teori
5. Catat hasil pengukurannya pada tabel berikut :

Keterangan Rt I1 I2 I3 It
Pengukuran
Teori
Faktor Kesalahan (%)

Rangkaian Seri-Paralel
1. Buatlah rangkaian dalam hubungan seri-paralel seperti gambar
2. Ukurlah resistansi totalnya (Rt)
3. Hubungkan rangkaian ke sumber tegangan DC 6 V, ukurlah I1, I2, I3, VAB, dan VBC
4. Bandingkan hasil pengukuran dengan teori
5. Catat hasil pengukurannya pada tabel berikut :

Keterangan Rt I1 I2 I3 It VAB VBC


Pengukuran
Teori
Faktor Kesalahan (%)

6. Tuliskan kesimpulan dari semua hasil praktikum

FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


Laboratorium Elektro HUKUM KIRCHHOFF Smt : No. 3
Jurusan : Teknik Elektro Waktu : 2 SKS

A. TUJUAN
1. Dapat mengetahui teori Hukum Kirchhoff Arus dan Tegangan serta aplikasinya
2. Dapat mengukur dan membandingkan hasil pengukuran dengan teori

B. TEORI DASAR
1. Hukum Kirchhoff Arus (KCL = Kirchhoff Current Law)
Penjumlahan arus yang masuk satu simpul (sambungan) sama dengan penjumlahan
arus yang meninggalkan simpul tersebut Dengan kata lain, penjumlahan semua arus
pada satu simpul harus sama dengan nol. Secara matematik, dapat dituliskan :
∑Arus yg masuk percabangan =∑Arus yg keluar percabangan
∑Arus pada satu titik percabangan = 0  atau I – I1 - I2 – I3 = 0
Contoh :

2. Hukum Kirchhoff Tegangan (KVL = Kirchhoff Voltage Law)


Tegangan yg diberikan pada suatu rangkaian tertutup sama dengan penjumlahan
tegangan jatuh (drop voltage) dalam rangkaian tersebut. ( V1 = VR1 + VR2 + VR3 )
Atau penjumlahan aljabar kenaikan tegangan dan tegangan jatuh pada suatu
rangkaian tertutup, harus sama dengan nol. Contoh : Dari gambar dibawah ini
ΣV = 0 à ΣV = V1 – VR1 – VR2 – VR3 = 0

C. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Modul Hukum Kirchhoff
2. Catu Daya 5 V DC
3. Multimeter Analog/Digital
4. Kabel Penghubung

D. LANGKAH PERCOBAAN
Hukum Kirchhoff Arus
I3

I1 1. Gunakan Modul Kirchhoff Law 1

I I4 2. Hubungkan dengan sumber 5 V DC

I2 3. Ukur dan catat arus-arus :

I5 I, I1, I2, I3, I4, dan I5

4. Bandingkan dengan teori

+ -

Arus I I1 I2 I3 I4 I5
Pengukura
n

Hukum Kirchhoff Tegangan


1. Gunakan Modul Kirchhoff Law 2
2. Berikanlah tegangan sumber V1 dan V2
Catatan : V2 sudah terdapat batere, sehingga tidak perlu diberi dari luar
3. Pada Loop 1: Ukur dan catat tegangan V1, Resistansi R1, R2, dan R3
4. Pada Loop 2: Ukur dan catat tegangan V2, Resistansi R2, R4, dan R5
5. Pada Loop 3: Ukur dan catat tegangan V2, Resistansi R5, R6, dan R3

LOOP 1 LOOP 2 LOOP 3


V1 = V2 = V2 =
R1 = R2 = R5 =
R2 = R4 = R6 =
R3 = R5 = R3 =

6. Bandingkan dengan hasil teori


7. Tuliskan kesimpulan dari semua hasil praktikum

FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


Laboratorium Elektro Smt : No. 4
Jurusan : Teknik Elektro TEOREMA RANGKAIAN Waktu : 2 SKS

A. TUJUAN
1. Mempelajari teorema rangkaian untuk menyelesaikan rangkaian listrik
2. Mengukur dan menghitung arus dan tegangan pada rangkaian listrik
3. Menganalisis rangkaian dan menggunakan metode yang paling sesuai

B. TEORI DASAR
Penyelesaian masalah pada rangkaian listrik dapat dilakukan dengan menggunakan
suatu teori tertentu. Dengan kata lain, implementasi penggunaan teorema tertentu akan
diperlukan guna menganalisis suatu rangkaian listrik. Beberapa teorema, antara lain
yaitu teori Superposisi, Thevenin dan Norton.
1. Teori Superposisi
Teori ini menjelaskan, bahwa dalam jaringan linear dan bilateral dengan dua atau lebih
sumber arus atau tegangan untuk sembarang komponen merupakan penjumlahan
aljabar dari efek-efek yang ditimbulkan oleh setiap sumber yang bekerja secara sendiri-
sendiri. Menurut teori ini respon yang disebabkan oleh beberapa buah sumber tegangan
atau sumber arus, sama dengan jumlah aljabar respon yang diakibatkan oleh sumber-
sumber itu jika bekerja secara sendiri-sendiri. Untuk menggunakan satu sumber pada
satu periode waktu, semua sumber lain harus dikeluarkan seluruhnya dari rangkaiannya.
Dengan kata lain, pengaktifan sumber arus/ tegangan, secara bergantian. Sumber yang
tidak aktif, untuk sumber tegangan dihubung singkat, sedangkan untuk sumber arus
diputus (terbuka). Contoh, dari gambar rangkaian dibawah ada 2 sumber (V1 dan V2).
Untuk mencari/ menghitung arus I, kedua sumber tegangan harus diaktifkan secara
bergantian. Bila V1 yang aktif, V2 harus dihubung singkat, dan sebaliknya. Kemudian dari
persamaan yang diperoleh dari masing-masing disubstitusikan untuk memperoleh arus I

R1 R2 R3 R1 R2 R3

V1 V2 V1 V2 dihubung singkat

2. Teori Thevenin
Tujuan dari teori ini adalah menyederhanakan dalam analisis rangkaian, yaitu membuat
rangkaian pengganti yang berupa satu sumber tegangan yang di seri dengan suatu
resistansi ekivalennya
Teori ini menjelaskan, sembarang jaringan linear yang terdiri atas sumber tegangan
dan resistansi, jika dipandang dari dua simpul dalam jaringan tersebut, dapat
digantikan
dengan sumber tegangan ekivalen VTH yang diseri dengan resistansi ekivalen RTH
Dengan kata lain suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari
sebuah sumber tegangan yang diseri dengan sebuah resistansi ekivalennya pada dua
terminal yang diamati.
RTH merupakan resistansi Thevenin, yang melihat ke titik a dan b dengan semua
sumber tegangan internal digantikan dengan hubung singkat. Sedangkan VTH adalah
tegangan Thevenin, yang akan muncul di titik a dan b, jika tidak ada beban yang
dihubungkan padanya

VTH
a

Jaringan b
Linier Rangkaian ekivalen Thevenin
b a

IN
b
Rangkaian ekivalen Norton

3. Teori Norton
Teori ini menjelaskan, bahwa Sembarang jaringan yang terhubung ke terminal a dan b,
dapat digantikan dengan sumber arus tunggal IN yang diparalel dengan resistansi
tunggal RN
Dengan kata lain,suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari
sebuah sumber arus yang diparalel dengan sebuah resistansi ekivalennya pada dua
terminal yang diamati. Tujuan dari teori ini adalah menyederhanakan dalam analisis
rangkaian, yaitu membuat rangkaian pengganti yang berupa sebuah sumber arus yang
diparalel dengan suatu resistansi ekivalennya. RN adalah resistansi yang melihat ke titik
a-b dengan seluruh sumber arus internalnya digantikan oleh rangkaian terbuka dan
sumber tegangannya diganti hubung singkat (Nilai RN = RTH )Sedangkan IN adalah arus
yang melalui terminal a-b, jika dipasang satu hubung singkat Arus Norton juga disebut
arus hubung singkat

C. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Modul Teorema Rangkaian
2. Catu Daya DC
3. Multimeter Analog/Digital
4. Kabel Penghubung

D. LANGKAH PERCOBAAN
Teori Superposisi
1. Gunakan modul Superposisi
2. Hubungkan V1 dan V2 dengan sumber tegangan DC yang berbeda besarnya
3. Ukurlah arus yang melalui R4 dan tuliskan pada tabel
4. Bandingkan dengan teori dan buat analisisnya

R1 R3 R5
I
V1 V2

R2 R4

Tegangan (V) Hambatan (Ohm) Arus (mA)


V1 V2 R1 R2 R3 R5 R4 IR4

6V 4V 4K7 2K2 10K 1K5 10K .......


Teori Thevenin
1. Gunakan modul Thevenin
2. Ukurlah RTH, dengan cara sumber tegangan V dihubung singkat
3. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan DC 6 V, dan ukurlah VTH yaitu
tegangan pada R6
4. Hubungkan Ukurlah arus yang melalui Rx dan tuliskan pada tabel
5. Bandingkan dengan teori dan buat analisisnya

Teg. Hambatan Teg RTH Arus


V R1 R2 R3 R4 R5 R6 Rx VTH RTH IRx IRx

6V 1K2 10K 4K7 2K2 2K2 1K5 1K .... .... .... ....

Rangkaian untuk teori Thevenin dan Norton

R1 R4
I

V R2 R6 Rx

R3 R5

Teori Thevenin
1. Gunakan modul Norton
2. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan DC 6 V
3. Ukurlah arus yang melalui Rx dan tuliskan pada tabel
6. Bandingkan dengan teori dan buat analisisnya

Teg. Hambatan Aru RTH Arus


s
V R1 R2 R3 R4 R5 R6 Rx IN RN IRx IRx

.... 1K2 10K 4K7 2K2 2K2 1K5 1K .... .... .... ....
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Laboratorium Elektro RANGKAIAN PENYEARAH Smt : No. 5
Jurusan : Teknik Elektro Waktu : 2 SKS

A. TUJUAN
1. Membuat rangkaian penyearah Setengah gelombang maupun Gelombang penuh
2. Mengukur dan mengamati bentuk gelombang keluarannya
3. Mengamati pengaruh filter terhadap gelombang keluarannya

B. TEORI DASAR
Rangkaian penyearah pada dasarnya merubah listrik arus bolak-balik (AC) menjadi arus
searah (DC). Dengan komponen utama Transformator (Trafo) dan diode penyearah.
Transformator yang terdiri dari lilitan primer dan sekunder adalah suatu alat listrik yang
berfungsi memindahkan (transfer) daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian
lain secara elektromagnetik. Sedangkan diode merupakan komponen elektronika yang
hanya dapat melewatkan arus listrik dari satu arah saja.

1. Penyearah Setengah Gelombang (Half wave Rectifier)

Arus keluaran Irt = Im/π

Tegangan keluaran Vrt = Vm/π

Irt = Arus rata-rata


Vrt = Tegangan rata-rata
Im = Arus maksimum
Vm = Tegangan maksimum

2. Penyearah Gelombang penuh (Full wave Rectifier)


Arus keluaran Irt = 2 Im/π

Tegangan keluaran Vrt = 2 Vm/π

Irt = Arus rata-rata


Vrt = Tegangan rata-rata
Im = Arus maksimum
Vm = Tegangan maksimum

C. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Modul Rangkaian Penyearah
2. Multimeter Analog/Digital
3. Osiloskop
4. Kabel Penghubung

D. LANGKAH PERCOBAAN
Rangkailah modul ini sebagai Penyearah Setengah Gelombang maupun Gelombang
Penuh (secara bergantian, sesuai langkah percobaan masing-masing sistem)
Penyearah Setengah Gelombang
1. Gunakan modul Penyearah Setengah Gelombang
2. Gunakanlah/ beri tegangan 6 V pada rangkaian penyearah
3. Ukurlah tegangan keluaran dengan Multimeter dan amati bentuk gelombangnya
dengan Osiloskop
4. Tambahkan kapasitor (C) pada keluarannya, ukur tegangannya dan amati bentuk
Gelombangnya
5. Ulangi langkah 2 s/d 4 untuk tegangan 9 V dan 12 V
6. Bandingkan dengan teori dan buat analisisnya

Penyearah Gelombang Penuh


1. Gunakan modul Penyearah Gelombang Penuh
2. Gunakanlah/ beri tegangan 6 V pada rangkaian penyearah
3. Ukurlah tegangan keluaran dengan Multimeter dan amati bentuk gelombangnya
dengan Osiloskop
4. Tambahkan kapasitor pada keluarannya, ukur tegangannya dan amati bentuk
Gelombangnya
7. Ulangi langkah 2 s/d 4 untuk tegangan 9 V dan 12 V
8. Bandingkan dengan teori dan buat analisisnya

FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


Laboratorium Elektro RANGKAIAN R L C Smt : No. 6
Jurusan : Teknik Elektro Waktu : 2 SKS

A. TUJUAN
1. Mengetahui karakteristik R, L dan C
2. Mengukur dan mengamati bentuk gelombang rangkaian RLC
3. Mengamati pola beda fasa antara tegangan dan arus pada rangkaian RLC

B. TEORI DASAR
Gelombang AC yang berbentuk sinusoidal dihasilkan oleh generator, dan besarnya arus

dan tegangan sesaatnya adalah i = Im sin ωt dan v = Vm sin ωt .

Bila komponen listrik/elektronika yang berupa resistor (R), induktor (L) ataupun kapasitor
(C) dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik (AC) yang berbentuk sinusoidal,
dengan sifat dasar dari masing-masing komponen, maka besarnya arus dan tegangan
pada komponen-komponen tersebut akan berbeda. Demikian juga gelombang dan fasor
hubungan antara arus dan tegangannya akan berbeda-beda.

1. Untuk resistor (R)  Impedansi Z = R∠00

Tegangan dan arus pada R adalah vR = R Im sin ωt dan iR = Vm/R sin ωt

Oleh karena itu, bila rangkaian AC hanya dengan beban R, maka gelombang dan
fasor untuk arus yang melalui R sefasa dengan tegangan pada R. Dengan kata lain,
tegangan VR dan arus IR adalah sefasa
2. Untuk induktor (L)  Impedansi Z = Tahanan reaktansi induktif XL atau ωL = 2πfL

Z = XL ∠900

Tegangan dan arus pada L adalah vL = ωL Im sin ωt dan iL = Vm/ωL (- cos ωt)
Bila rangkaian AC dengan beban L, maka tegangan dan arusnya berbeda fase 900
dimana tegangan mendahului arusnya. Dengan kata lain tegangan VL mendahului
arus IL sebesar 900

3. Untuk kapasitor (C)  Impedansi Z = Tahanan reaktansi kapasitif XC = 1/ωC

Z = XC ∠- 900

Tegangan dan arus pada C adalah vC = Im/ ωC (- cos ωt ) dan iL = ωC Vm cos ωt


Bila rangkaian AC dengan beban C, maka tegangan dan arusnya berbeda fase 900
dimana arusnya mendahului tegangan. Dengan kata lain arus IL mendahului
tegangan VL sebesar 900
Dengan begitu, bila rangkaian AC diberi beban R, L dan C yang dihubung seri atau
parallel, maka arus dalam rangkaian ditentukan oleh impedansi gabungan (R, XL,
dan XC), dan tegangan juga yang diberikan.

Pada rangkaian RLC seri, bila XL>XC maka rangkaian akan bersifat induktif, dan
sebaliknya bila XC>XL maka rangkaian kapasitif. Sedangkan pada rangkaian RLC

parallel, apabila XL > XC, maka rangkaiannya bersifat kapasitif, dan sebaliknya
apabila XC > XL maka rangkainnya bersifat induktif.

C. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Modul Rangkaian RLC
2. AFG (Audio Frequency Generator)
3. Multimeter Analog/Digital
4. Osiloskop
5. Kabel Penghubung

D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Gunakanlah Modul Rangkaian RLC
2. Hubungkan R pada AFG dengan tegangan 1 V (terukur Multimeter),frekuensi 100 Hz
3. Amati dan gambarlah bentuk gelombang yang terjadi dengan Osiloskop-Dual Trace
4. Ulangi langkah nomor 2 dan 3 untuk beban L dan C secara bergantian
5. Rangkailah RLC secara seri dan berilah tegangan 1 V dengan 100 Hz dari AFG
6. Amati dan gambarlah bentuk gelombang yang terjadi dengan Osiloskop- Dual Trace
7. Rangkailah RLC secara paralel dan berilah tegangan 1 V dengan 100 Hz dari AFG
8. Amati dan gambarlah bentuk gelombang yang terjadi dengan Osiloskop-Dual Trace
9. Berikanlah kesimpulan dari semua percobaan

Anda mungkin juga menyukai