Anda di halaman 1dari 10

Mushaitir, Pemerolehan Sintaksis (B1) Bahasa “Sasak”… 33

PEMEROLEHAN SINTAKSIS (B1) BAHASA SASAK PADA ANAK USIA


4-6 TAHUN DI LOMBOK TIMUR MELALUI PERMAINAN
TRADISIONAL
Mushaitir
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Mataram
E-mail: atirkalijaga@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemerolehan sintaksis (B1) bahasa sasak pada
anak usia 4-6 tahun di Lombok Timur melalui permainan tradisional. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data penelitin ini adalah klausa atau kalimat (B1).
Sumber data diperoleh dari anak usia 4-6 tahun di Lombok Timur selaku penutur asli (B1) bahasa
sasak di desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah teknik simak dan rekam audio visual. Teknik analisis data yang
digunakan adalah mentranskrip data, penerjemahan, pengklasifikasian berdasarkan jenis klausa
atau kalimat, dan penganalisisan. Hasil analsis data yang diperoleh adalah terdapat penggunaan
kalimat tunggal, di antaranya (1) klausa berdasarkan kelengkapan unsur intinya, di dalamnya
terdapat klausa lengkap dan klausa tidak lengkap; (2) klausa berdasarkan struktur internalnya, di
dalamnya terdapat klausa berstruktur runtut dan klausa berstruktur inversi; dan (3) klausa
berdasarkan unsur negasi pada predikat;. Selain itu, terdapat pula penggunakan kalimat majemuk
koordinatif dan kalimat majemuk subordinatif.
Kata kunci: pemerolehan sintaksis B1, anak usia 4-6 tahun, permainan tradisional

Abstract
The purpose of this study is to investigate the acquisition of syntax (B1) of children aged 4-6
years through traditional games. The method used is descriptive qualitative. The research data is
a clause or sentence (B1). Sources of data obtained from children aged 4-6 years as native
speakers (B1) of Sasak language in the village Kalidjaga, Aikmel sub-district, East-Lombok
district. The data collection technique used is the listen and record technique using audio-visual
equipment. Data analysis technique used was transcribing the data, translation, classification
based on the type of clause or sentence, and analyzing. The results of the analysis of data
obtained is a single sentence contained use, including: (1) clause based on the completeness of
the point, in which there is a complete clause and the clause is not complete; (2) clause based on
the internal structure, in which there is a coherent structured clause, and clause inversion
structure; and (3) clause based on a predicate negation element ;. In addition , there is also the
use of complex sentences coordinative and subordinate compound sentences
Keywords: syntactic derivation B1, children aged 4-6 years, traditional games


PENDAHULUAN berbeda-beda. Bahasa identiknya sebagai


cermin kepribadian sesorang, melalui bahasa
Bahasa sangat penting bagi kehidupan cermin pribadi sesorang dapat teridentifikasi.
manusia karena bahasa berfungsi sebagai alat Begitu juga pada seorang anak, pengetahuan
komunikasi dan alat untuk menuangkan atau kognisi seorang anak akan tercermin
pikiran, baik secara lisan, tulisan, maupun melalui kemampuan berbahasanya. Semakin
isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, baik kemampuan atau cara berbahasa
mulai dari anak-anak sampai orang dewasa seorang anak maka semakin tercermin pula
dan bahasa diperoleh sejak manusia lahir. wawasan sesorang anak dalam mengetahui
Bahasa yang digunakan oleh manusia

DOI: http://dx.doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v15i2
p-ISSN 1412-071233 I e-ISSN 2527-8312
34 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm. 33-42

masalah yang terjadi pada lingkungan didengar dapat diterapkan sesuai dengan
sekitarnya. standar kompetensi yang ada.
Pemerolehan bahasa sangat banyak Studi kajian linguistik yang meliputi
ditentukan oleh interaksi rumit aspek-aspek aspek sintaksis yang merupakan unsur
kematangan biologis, kognitif, dan social kebahasaan yang menitikberatkan pada
(Tarigan, 2011: 5). Pemerolehan bahasa tataran hubungan kata dengan kata yang lain
identik dengan proses penyaduran kosa-kata atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan
yang ada pada otak seorang anak. Semakin ujaran (Chaer, 2003: 206). Pemahaman
banyak kosa-kata yang didengar atau tentang sintaksis tidak akan pernah terlepas
diperoleh seorang anak, maka akan semakin dari struktur atau pola kalimat yang
matang pula kemampuan berbahasa seorang membentuk satuan bahasa secara harfiah,
anak dalam berkomunikasi. Arifudin (2013: dimana struktur kalimat yang terdiri dari
56) menyatakan bahwa “seseorang atau subjek, predikat, objek, dan keterengan.
mereka berkomunikasi dengan menggunakan Tataran sintaksis sebagaimana menurut
alat-alat ujar (organ of speech) secara spontan Arifin dan Junaiyah (dalam Sukini, 2010: 3)
akan dikendalikan oleh otak mereka”. Otak merupakan cabang linguistik yang
yang dapat menampung sekian ribu banyak membicarakan hubungan antarkata dalam
kosa-kata yang kemudian kosa-kata tersebut tuturan (speech), dan unsur bahasa yang
diujarkan dan dirangkum menjadi sebuah termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah
kalimat tergantung dari kognisi yang ada pada frase, klausa, dan kalimat.
otak seorang anak dalam proses
pemroduksian bahasa. Berdasarkan uraian pendapat di atas,
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
Tataran ilmu linguistik dalam lingkup sintaksis yang meliputi frase, klausa,
pemerolah bahasa terdiri dari berbagai aspek dan kalimat tersebut tersusun dalam satuan
salah-satunya pada aspek sintaksis. Aspek ini gramatikal kebahasaan yang memiliki makna
mengacu pada pemerolehan bahasa terkait dan fungsi dari kalimat yang dituturkan. Di
sistem pemerolehan atau penggunaan kalimat dalam susunan atau jenis kalimat, yakni
yang ada pada seorang anak. Sebuah adanya kalimat tunggal dan kalimat majmuk
penelitian yang telah dilakukan oleh Insani serta fungsi kalimat yang terdiri atas fungsi
(2013) terkait “Pemerolehan Kalimat introgatif, deklaratif, dan imperatif.
Anak di PAUD Babul ‘Ilmi” telah
mnginformasikan bahwa bahwa anak-anak Kalimat tunggal merupakan kalimat
sudah memperoleh jenis-jenis kalimat tak yang terdiri atas satu klausa, yaitu satuan
lengkap, inversi, tunggal, majemuk, berita, gramatik yang terdiri atas subjek, predikat
perintah, dan tanya. Selanjutnya, penelitian baik disertai objek, pelengkap, dan
yang sama dilakukan oleh Impuni (2012) keterangan ataupun tidak (Insani, 2013).
dengan judul “Pemerolehan Sintaksis Anak Menurut Alwi (2003: 338) kalimat tunggal
Usia Lima Tahun Melalui Penceritaan sebagai konstituen untuk tiap unsur kalimat,
Kembali Dongeng Nusantara” telah seperti subjek, dan predikat, hanyalah satu
memperoleh data bahwa pemerolehan atau merupakan satu kesatuan. Sejalan
kalimat tunggal dan kalimat majemuk sudah dengan pendapat tersebut, pembentukan
sesuai dengan tahap perkembangan usia kalimat tunggal tidak terlepas dari kesatuan
mereka. Penggunaaan satu kata dan dua kata unsur yang membentuk suatu kalimat yang
masih sering dihasilkan oleh anak-anak. terdiri dari subjek, peredikat, objek, dan
Mereka juga menggunakan kalimat pasif pada keterangan. Klausa-klausa yang terbagi dalam
saat menceritakan kembali dongeng. Verba satuan kalimat terdiri atas beberapa bagian
yang mereka gunakan berupa sufiks {di-} dan sebagaimana dikemukakan Sukini (2010: 43-
afiks{di-in}. Pemerolehan sintaksis dengan 45) bahwa di dalamnya terdapat beberapa
menceritakan kembali dongeng yang jenis klausa, yakni (1) klausa berdasarkan
kelengkapan unsur intinya, di dalamnya

DOI: http://dx.doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v15i2
p-ISSN 1412-0712 I e-ISSN 2527-8312
Mushaitir, Pemerolehan Sintaksis (B1) Bahasa “Sasak”… 35

terdapat klausa lengkap dan klausa tidak Masa-masa bermain seorang anak
lengkap; (2) klausa berdasarkan struktur dapat menciptakan kognisi dalam
internalnya, di dalamnya terdapat klausa pemerolehan bahasa terutama pada anak usia
berstruktur runtut dan klausa berstruktur 4-6 tahun. Tataran usia anak tersebut, sudah
inversi; (3) klausa berdasarkan distribusinya, mampu menciptakan beberapa klausa atau
di dalamnya terdapat klausa bebas dan klausa kalimat yang digunakan sebagai sarana
terikat; (4) klausa berdasarkan unsur negasi berkomunikasi. Lingkungan bermain seorang
pada predikat; dan (5) klausa berdasarkan anak memiliki faktor yang sangat besar yang
kategori pengisi fungsi predikat. dapat menambah wawasan dalam
pemerolehan bahasa. Pada masa bermain
Kalimat majemuk merupakan seorang anak sering terjadi umpan-balik
gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal, dalam penggunaan bahasa yang berhubungan
di mana kalimat majmuk terbagi menjadi dua dengan kognisi ketika sedang malakukan
bagian di antaranya kalimat majemuk interaksi dalam sebuah permainan.
koordinatif dan kalimat majemuk
subordinatif Chaer (2003: 244). Selanjutnya Oleh karena itu, tujuan yang
Chaer (2003: 245) mengutarakan bahwa mendasar peneliti dalam masalah ini, terkait
kalimat majemuk koordinatif merupakan fenomena yang terjadi dalam pemerolehan
kalimat majmuk yang klausa-klausanya sintaksis atau bentuk klausa atau kalimat yang
memiliki status dan yang sama yang setara, digunakan seorang anak dalam lingkungan
atau yang sederajat. Klausa-klausa dalam bermain. Oleh karena itu, peneliti tertarik
kalimat majemuk koordinatif secara eksplisit untuk mengkaji pemerolehan sintakasis (B1)
dihubungkan dengan konjungsi koordinatif anak usia 4-6 tahun dalam bahasa “sasak” di
seperti “dan, atau, tetapi”, dan “lalu”. Lombok Timur melalui permainan
Sedangkan kalimat majemuk subordinatif tradisional. Penelitian ini dilakukan karena
merupakan kalimat majemuk yang hubungan klausa atau kalimat yang yang digunakan
antar kluasa-klausanya tidak setara atau tidak seorang anak dalam situasi bermain
sederajat. Klausa yang satu merupakan klausa berhubungan dengan kognisi yang secara
atasan, dan klausa yang lain merupakan tidak langsung adanya pengetahuan yang
klausa bawahan. Kedua klausa tersebut diperoleh dalam melakukan interaksi antara
biasanya dihubungkan dengan konjungsi anak yang satu dengan anak yang lain.
subordinatif, seperti “kalau, ketika, Kecenderungan dalam permainan tradisional
meskipun”, dan “karena”. anak lebih sering menggunakan B1 dalam
proses interaksi dalam situasi bermain. Jika
Pemerolehan bahasa termasuk dalam seorang anak bermain dengan sesama anak
kajian linguistik yang meliputi bidang tempat lingkungan dimana ia tinggal, mereka
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan lebih cenderung menggunakan B1 dalam
pragmatik. Tahap pemerolehan bahasa tidak proses interaksi dalam permainan tradisional.
akan terlepas dari peran serta orang tua,
termasuk peran serta lingkungan tempat METODE
menetapnya seorang anak. Lingkungan
memiliki pengaruh besar terhadap Jenis penelitian ini merupakan penelitian
pemerolehan bahasa seorang anak, dimana deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan
seorang anak berbaur dan berinteraksi adalah deskriptif kualitatif, dimana metode
dengan rekan-rekan sebayanya. Interaksi ini bertujuan untuk memaparkan fenomena
seorang anak akan memunculkan yang terjadi di lingkungan masyarakat atau
pemerolehan atau pentransperan bahasa anak-anak tentang pemerolehan sintaksis B1
antara anak yang satu dengan anak yang anak usia 4-6 tahun dalam bahasa “sasak” di
lainnya. Fenonema ini sering terjadi dalam Lombok Timur melalui permainan
lingkungan anak-anak terutama pada massa- tradisional.
massa bermain.

DOI: http://dx.doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v15i2
p-ISSN 1412-0712 I e-ISSN 2527-8312
36 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm. 33-42

Sumber data dalam penelitian ini dituturkan. Pada tahap akhir membuat
adalah anak-anak penutur asli bahasa “sasak” simpulan dari seluruh data yang telah
di Lombok Timur. Teknik pengumpulan data dianalisis sesuai dengan masalah yang diteliti.
yang digunakan adalah teknik simak, dan
rekam (audio visual). Sebagaimana teknik HASIL DAN PEMBAHASAN
pengumpulan data menurut Sugiyono (2013:
Berdasarkan analisis data diperoleh data
224) merupakan langkah yang paling strategis
bahwa anak-anak telah memperoleh bahasa
dalam penelitian, karena tujuan utama dari
dalam tataran sintaksis. Jenis-jenis klausa atau
penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
kalimat yang telah diperoleh anak adalah
simak merupakan teknik dan rekam (audio
kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
visual) yang digunakan untuk mengumpulkan
Kalimat tersebut digunakan oleh anak
data tentang pemerolehan kalimat B1 anak
melalui kegiatan permainan tradisional.
usia 4-6 tahun. Pada teknik ini peneliti
Adapun anak yang dijadikan sebagai objek
menyimak apa yang diucapkan seorang anak
pemeroleh sintaksi B1 melalui permainan
dalam permainan yang dilakukan. Pada tahap
tradisional tersebut, yakni dua orang anak
menyimak, untuk menghindari agar data
bernama Muhammad Imam (4,6 tahun) dan
tidak hilang maka peneliti menggunakan
Riki (5,7 tahun). Adapun analisis data yang
media audio visual sehingga data yang
diperoleh berdasarkan tataran sintaksi yakni
diperoleh tatap ada.
bentuk kalimat tunggal dan kalimat majemuk,
Teknik analisis data yang digunakan sebagai berikut.
dalam penelitian ini adalah teknik
1. Kalimat Tunggal
mentranskrip data ke dalam bahasa tulis,
penerjamahan data ke dalam bahasa Kalimat tunggal merupakan kalimat
Indonesia, dan penganalisisan data. Untuk yang terdiri atas satu klausa, yaitu satuan
mempermudah analisis, data yang sudah gramatik yang terdiri subjek, predikat
ditulis dan terjemahkan ke dalam bahasa baik disertai objek, pelengkap, dan
Indonesia kemudian diklasifikasikan keterangan ataupun tidak (Insani, 2013).
berdasarkan jenis klausa atau kalimat yang Adapun jenis klausa yang terdapat dalam
digunakan dalam permainan. Data yang pemerolehan sintaksis B1 anak usia 4-6
sudah diklasifikasikan kemudian diberikan tahun ditampilkan pada tabelberikut.
penjelasan tentang klausa atau kalimat yang

Tabel 1: Jenis klausa yang terdapat dalam pemerolehan sintaksis B1 anak usia 4-6 tahun
dalam bahasa “sasak” di Lombok Timur
No Klausa B1 Bahasa Indonesia Jenis Klausa
1 Imam: langsung ketalet anta tini langsung terperosok kamu di Klausa tunggal internal
situ inversi
2 Riki: sorong-sorongda ita doang dorong-dorongnya saya saja Klausa tunggal internal
inversi
3 Riki: ampok-ampok meloncat ia bekete. lagi-lagi melompat ia ke sini Klausa tunggal internal
inversi
4 Imam: mate supirna meninggal sopirnya Klausa tunggal inversi
5 Imam: ta agin ngarek kenek ini saya akan menggaruk benda ini Klausa tunggal internal
runtut
6 Imam: Awan ndek meq bau bekete Awan kamu tidak bisa ke sini Klausa tunggal negasi
7 Imam: Ita jari bengkel no Saya jadi bengkel itu Klausa tunggal internal
runtut
8 Riki: wee.. hai ngeneqna? hei,,, siapa melakukanya? Klausa tunggal tidak
lengkap

DOI: http://dx.doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v15i2
p-ISSN 1412-0712 I e-ISSN 2527-8312
Mushaitir, Pemerolehan Sintaksis (B1) Bahasa “Sasak”… 37

9 Riki: oloqbe ia (mobil-mobilan) tene taruhlah dia di sini Klausa tunggal tidak
lengkap
10 Riki: montor pak polisino ta jauqna aneng motor pak polisi itu saya Klausa tunggal lengkap
bengkelno. membawanya ke bengkel itu

(a) Klausa Lengkap dan Tidak Lengkap data yang diperoleh berkenaan
dengan pemerolehan sintaksis B1
Klausa lengkap merupakan klausa anak usia 4-6 tahun bahasa “sasak”
yang teridiri dari subjek, predikat, di Lombok Timur melalui permainan
objek, dan keterangan. Berdasarkan tradisional, yakni pada data 10.

Data 10. “montor pak polisino ta jauqna aneng bengkelno”


motor pak polisi itu saya membawanya ke bengkel itu
O S P Ket.

Peristiwa tutur yang yang Saya, predikat, yakni membawanya,


terjadi pada saat permaianan tersebut, objek, yakni motor Pak Polisi itu, dan
anak bernama Riki memegang motor keterangan, yakni ke bengkel itu.
polisi yang seketika itu motor
tersebut seolah-olah sedang Klausa tidak lengkap
macet/rusak, maka pada saat itu pula merupakan klausa yang tidak
Riki mengatakan “motor pak polisi memiliki unsur subjek (hanya terdiri
itu saya membawanya ke bengkel atas unsure predikat). Berikut klausa
itu”. Klausa yang dituturkan oleh Riki tidak lengkap yang diperoleh dari
merupakan klausa lengkap, dimana ungkapan pemerolehan kalimat anak
klausa tersebut terdiri dari subjek, usia 4-6 tahun melalui permainan
predikat, objek, dan keterangan. tradisional, terdapat pada data 8 dan
Subjek dalam klausa tersebut, yakni 9.

Data 8. “wee.. hai ngeneqna?”


“siapa melakukannya?”.
P
Data 9. “oloqbe ia (mobil-mobilan) tene”
“taruhlah dia (mobil-mobilan) di sini”
P O Ket.

Peristiwa tutur pada data 8, bernama Riki, ketika Ia ingin


seorang anak bernama Riki yang menjakankan motornya kemudian Ia
melihat kondisi jalan yang akan menyuruh temannya untuk
dilewati mobil-mobilnya rusak, Riki meletakkan mobil-mobilannya di
bertanya kepada temannya seketika dekatnya dan Ia berkata “oloqbe ia
berkata “wee.. hai ngeneqna?” artinya (mobil-mobilan) tene” artinya “taruhlah
“siapa melakukannya?”. Klausa yang dia (mobil-mobilan) di sini”. Klausa
dituturkan oleh Riki merupkan klausa yang diungkapkan oleh anak bernama
tidak lengkap, dimana klausa tersebut Riki merupakan klausa tidak lengkap,
hanya terdiri dari Predikat saja, yakni yakni tidak terdapat subjek dalam
melakukannya. Begitu juga kluasa yang klausa tersebut melainkan terdapat
terdapat pada data 9, seorang anak

DOI: http://dx.doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v15i2
p-ISSN 1412-0712 I e-ISSN 2527-8312
38 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm. 33-42

Predikat yakni taruhlah dan Objek dia berstruktur inversi. Klausa


(mobil-mobilan). berstruktur runtut merupakan klausa
yang unsur subjeknya berada di
(b) Klausa berdasarkan struktur internal depan unsur predikat. Hal ini
ditemukan pada pemerolehan
Klausa ini terdiri atas dua, yakni
sintaksi B1 anak usia 4-5 tahun
klausa berstruktur runtut dan klausa
melalui permainan, yakni:

Data 5. “ta agin ngarek keneҌ ini”


“saya akan mencakar benda ini”
S P O

Data 7. “Ita jari bengkel no”


Saya jadi bengkel itu
S P O

Peristiwa tutur data 5 dituturkan oleh Imam, ketika Riki


menunjukkan pemerolehan kalimat mengatakan untuk membawa motor
yang terjadi ketika seorang anak polisinya ke bengkel, seketika itu
bernama Imam mendakati palang imam berniat untuk membuat
jalan dengan mobil sekup yang dia bengkel dan berkata “Ita jari bengkel
pegang dan mengatakan “ta agin no” artinya “saya jadi bengkel itu”.
ngarek keneҌ ini”, artinya “saya akan Jenis klausa yang dituturkan oleh
mencakar benda ini”. Kalimat yang Imam merupakan jenis tunggal
diungkapkan oleh Imam merupakan internal runtut, dimana klausa
kalimat tunggal yang terstruktur tersebut tersusun secara runtut, yakni
runtut dimana kalimat tersebut terdiri saya merupakan subjek (S), jadi
dari S, P, dan O. Subjek yang terdapat merupakan predikat (P), dan bengkel
dalam kalimat tersebut adalah /ta/ itu merupakan (O).
yang berarti Saya, dan predikat pada Terkait klausa berstruktur
kalimat tersebut adalah ‘akan inversi, klausa ini merupakan klausa
menggaruk’, dan sebagai objek adalah yang unsur subjeknya berada di
‘benda ini’. Di samping itu, fungsi dari belakang unsur predikat. Jenis klausa
kalimat yang diungkapkan ini ditemukan dalam pemerolehan
merupakan kalimat deklaratif. Begitu kalimat B1 anak usia 4-6 tahun bahasa
juga pada data 7, klausa yang “sasak” di Lombok Timur, yakni:

Data 1. “langsung ketalet anta tini”


“langsung terperosok kamu di sini,
P S Ket.
Data 2. “ampok-ampok meloncat ia bekete”
“Lagi-lagi melompat dia ke sini”
P S Ket.
Data 3. “mate supirna”
“Meninggal sopirnya”
P S

Peristiwa tutur yang terjadi pemerolehan kalimat yang terjadi


pada data 1 menunjukkan ketika penutur bernama Imam

DOI: http://dx.doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v15i2
p-ISSN 1412-0712 I e-ISSN 2527-8312
Mushaitir, Pemerolehan Sintaksis (B1) Bahasa “Sasak”… 39

melihat temannya menjalankan Dia, melainkan pada awal kalimat


mobil-mobilannya melewati jalan terdapat perluasan Predikat, yakni
yang rusak, sehingga mobil tersebut “Lagi-lagi melompat” dan di akhir
jatuh. Kemudian Imam pun kalimat terdapat Ket, yakni “ke sini”.
mengatakan kepada temannya itu Peristiwa tutur yang terjadi
“langsung ketalet anta tini” artinya pada data 3 menunjukkan
“langsung terperosok kamu di sini”. pemerolehan kalimat yang
Berdasarkan jenis kalimat yang diungkapkan oleh seorang anak
diucapkan oleh Imam, dapat bernama Imam, peristiwa tersebut
dikatakan terjadi pemerolehan ketika mobil sekup yang berada di
kalimat tunggal bersetruktur inversi. atas mobil truk itu terjatuh, maka
Dimana pada awal kalimat tidak pada situasi tersebut Imam pun
didahului oleh S, melainkan pada berkata “mate supirnya” artinya
awal kalimat terdapat perluasan “meninggal sopirnya”. Berdasarkan
Predikat, yakni langsung terperosok. jenis kalimat yang diucapkan oleh
Peristiwa tutur yang terjadi Imam, dapat dikatakan terjadi
pada data 2 menunjukkan pemerolehan kalimat tunggal
pemerolehan kalimat yang terjadi bersetruktur inversi. Dimana pada
ketika penutur bernama Riki. Di awal kalimat tidak didahului oleh S,
dalam permainan tersebut yakni Sopirnya, melainkan pada awal
memainkan atau mengambil bagian kalimat terdapat Predikat, yakni
memegang mobil truk, kemudian di “meninggal”.
belakang mobil truk terdapat mobil
sekup yang dipegang oleh Iman. Pada (c) Kalimat tunggal berdasarkan unsur
situasi tersebut Riki berkata “ampoҌ- negasi
ampoҌ meloncat ia bekete”artinya “Lagi- Unsur negasi dalam klausa adalah
lagi melompat dia ke sini”. unsur-unsur yang mengandung
Berdasarkan jenis kalimat yang pengingkaran dalam klausa yang
diucapkan oleh Riki, dapat dikatakan terdapat di setiap predikatif. Unsur
terjadi pemerolehan kalimat tunggal negasi yang terdapat pemerolehan
berstruktur inversi. dimana pada awal sintaksis B1 anak usia 4-6 tahun
kalimat tidak didahului oleh S, yakni bahasa “sasak” di Lombok Timur
melalui permainan, yakni:

Data 6. “Awan, ndeҌ meq bau bekete”


“Awan, kamu tidak bisa ke sini ”
S P Ket.

Peristiwa tutur data 6 runtut dimana kalimat tersebut terdiri


menunjukkan pemerolehan kalimat dari S, P, Keterangan, dan Pelengkap.
yang terjadi ketika seorang anak Subjek yang terdapat dalam kalimat
bernama awan sedang menjalankan tersebut adalah “kamu” dan predikat
mobil-mobilannya, akan tetapi di pada kalimat tersebut adalah ‘tidak
tengah perjalanan ada mobil sekup bisa”.
milik Iman berada di tengah jalan dan
menghambat perjalanan, kemudian
Imam mengatakan “Awan, ndeҌ meq
bau bekete”, artinya “kamu tidak bisa 2. Kalimat Majmuk
ke sini Awan”. Kalimat yang
diungkapkan oleh Imam merupakan Kalimat majemuk merupakan kalimat
kalimat tunggal yang terstruktur yang merupakan gabungan dari dua

DOI: http://dx.doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v15i2
p-ISSN 1412-0712 I e-ISSN 2527-8312
40 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm. 33-42

atau lebih kalimat tunggal. Hal itu diperoleh dari pemerolehan sintaksi
berarti dalam kalimat majemuk B1 anak usia 4-6 tahun dalam bahasa
terdapat lebih dari satu klausa. “sasak” di Lombok Timur melalui
Kalimat majemuk dibagi dua bagian permainan ditampilkan penggunaan
yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk setara dan
bertingkat. Berdasarkan data yang bertingkat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2: Penggunaan kalimat majemuk setara dan bertingkat pada anak usia 4-6
tahun dalam bahasa “sasak” di Lombok Timur
No Klausa B1 Bahasa Indonesia Kalimat Majemuk
1 Riki: P˜NNHEDXOHNUXUXQJPEH- tidak bisa di jalan manapun, KMK (Koordinatif)
mbe, tene engkonna tetep Awan. di sini tempatnya tetap
Awan
2 Imam: araq rurung tene dateng ada jalan di sini, datang KMK (Koordinatif)
montor sekop mobil sekup
3 Riki: mulana ndekna agin bau ampok memang tidak akan bisa KMK (Koordinatif)
arak honda. kemudian ada Honda
4 Imam: nengka adeng-adeng anta sekarang kamu pelan-pelan KMS (Subordinatif)
awan, tene engkah mek, iya buek Awan di sini batasmu, dia
minyak mek ngena ajak-ajak. habis bensinmu begitu
rekayasanya.
5 Imam: bengkeqta anta terus ne engkon saya membawa kamu KMK (Koordinatif)
mek. kemudian di sini tempat
kamu

Berdasarkan data 1, diperoleh artinya “ ada jalan di sini datang


data dari peristiwa tutur yang mobil sekup”. Data tersebut
menggunakan kalimat majemuk menunjukkan pembentukan kalimat
setara. Hal ini, diketahui dari kalimat majemuk setara. Hal ini diketahui dari
yang dituturkan, yakni ´P˜NNHEDXOHN kalimat yang diungkapkan oleh
rurung mbe-PEH WHQH HQJNRQQD WHWHSµ, seorang anak bernama Imam yakni
artinya “tidak bisa di jalan manapun, adanya pelesapan konjungtor, untuk
di sini tempatnya tetap”. Kalimat memenuhi kelangkapan kalimat
tersebut merupakan kalimat tersebut kunjungtor yang digunakan
majemuk setara pertentangan dimana adalah “kemudian/lalu”. Jika
kalimat tersebut terdiri dari dua kunjungtor yang menguhungkan
klausa, dimana klausa pertama yakni kedua klausa tersebut akan
“tidak bisa ke jalan manapunµ dan membentuk kalimat majmuk setera,
klausa kedua “di sini tempatnya sehingga menjadi “ada jalan di sini”
tetapµ. Untuk menghubungkan kemudian “datang mobil sekup”.
klausa tersebut terdapat konjungtor Begitu juga pada data Data 3 dan 5
yakni “melainkanµ, sehingga kalimat terdapat pelesapan kunjungtor “dan”
tersebut seharusnya menjadi “dia serta terdapat konjungtor
tidak bisa ke jalan manapun kemudian/lalu sehingga pada data 3
“melainkan” tetap di disini merupakan kalimat majemuk
tempatnya”. koordinatif, yakni ´PXODQDQGHNQDDJLQ
EDX DPSRN DUDN +RQGDµ artinya
Data 2 kalimat majemuk, “memang tidak akan bisa kemudian
´DUDT UXUXQJ WHQH GDWHQJ PRQWRU VHNRSµ, ada Honda”. Kalimat pada data 3

DOI: http://dx.doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v15i2
p-ISSN 1412-0712 I e-ISSN 2527-8312
Mushaitir, Pemerolehan Sintaksis (B1) Bahasa “Sasak”… 41

dituturkan ketika dalam permainan Kalimat tunggal atau klausa yang


jalan yang akan dilewati oleh mobil- dituturkan, yakni (1) klausa tidak lengkap,
mobilannya itu rusak dan tidak bisa seperti “oloqbe ia (mobil-mobilan) tene” artinya
dilewati, sehingga diungkapkanlah “taruhlah dia (mobil-mobilan) di sini”; (2)
kalimat tersebut. Begitu juga pada Klausa berdasarkan struktur internal runtut
data 5, jenis tuturan yang dan inversi, seperti “ta agin ngarek keneҌ ini”
diungkapkan merupakan kalimat artinya “saya akan mencakar benda ini”
majemuk koordinatif, yakni (runtut) dan “langsung ketalet anta tini” artinya
“bengkeqta anta terus ne engkon mek” “langsung terperosok kamu di sini” (inversi);
artinya “saya membawa kamu (3) Kalimat tunggal berdasarkan unsur
kemudian di sini tempat kamu”. Hal negasi, seperti “ndeҌ meq bau bekete awan”
ini diketahui karena terdapat artinya “kamu tidak bisa ke sini Awan”.
konjungtor “kemudian” pada kalimat Kalimat majmuk yang diperoleh,
tersebut, sehingga kalimat pada data yakni kalimat majmuk koordinatif dan
5, merupakan kalimat majemuk kalimat majmuk subordinatif. kalimat
koordinatif. majmuk koordinatif yang diperoleh, seperti
“araq rurung tene dateng montor sekop” artinya
Pada data 4, kalimat yang “ada jalan di sini datang mobil sekup”. Pada
dituturkan oleh Imam merupakan kalimat tersebut terdapat pelesapan
kalimat majemuk subordinatif, hal ini kunjungtor kemudian/lalu. Jika dihubungkan
diketahui dari kalimat yang dengan konjungtor kemudian/lalu, maka akan
dituturkan, yakni “nengka adeng-adeng membentuk pola kalimat koordinatif, yakni
anta awan, tene engkah mek, Ia buek “ada jalan di sini kemudian datang mobil
minyak mek ngena ajak-ajak” artinya sekup”. Selanjutnya pada kalimat majmuk
“sekarang kamu pelan-pelan Awan di subordinatif yang diperoleh yakni “nengka
sini batasmu, dia habis bensinmu adeng-adeng anta awan, tene engkah mek, Ia buek
begitu rekayasanya”. Berdasarkan minyak mek ngena ajak-ajak” artinya “sekarang
kalimat yang dituturkan merupakan kamu pelan-pelan Awan di sini batasmu
kalimat yang mengandung pola karena dia habis bensinmu begitu
sebab-akibat dan perluasan klausa rekayasanya”.
serta terdapat pelesapan kunjungtor
karena. Jika dihubungkan akan DAFTAR RUJUKAN
membentuk pola kalimat majmuk
subordinatitif, yakni “sekarang kamu Alwi, H. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa
pelan-pelan Awan di sini batasmu Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
karena dia habis bensinmu begitu Arifuddin. (2013). Neuro Psikolinguistik.
rekayasanya”. Jakarta: Rajawali Pers.
Chaer, A. (2003). Linguistik Umum. Jakarta:
SIMPULAN Rineka Cipta
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, Impuni. (2012). “Pemerolehan Sintaksis
dapat disimpulkan bahwa dalam Anak Usia Lima Tahun Melalui
pemerolehan sintaksi (B1) anak usia 4-6 Penceritaan Kembali Dongeng
tahun, seorang anak sudah mampu Nusantara. Dalam Jurnal Penelitian
membentuk suatu pola kalimat, baik dalam Humaniora, Vol. 13, No. 1, 30
bentuk kalimat tunggal dan kalimat majmuk. Februari 2012: 30-41.
Hal ini diketahui dari hasil penelitian Insani, W.R.(2013). “Pemerolehan Kalimat
pemerolehan sintaksis (B1) anak usia 4-5 Anak di Paud Babul ‘Ilmi dan
tahun melalui permainan tradisional di desa Implikasinya terhadap
Kalijaga, kecamatan Aikmel kabupaten Pembelajaran PAUD”. Dalam
Lombok Timur, bentuk kalimat tunggal dan Jurnal Kata: Jurnal Bahasa, Sastra, dan
kalimat majmuk yang dituturkan di antaranya:

DOI: http://dx.doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v15i2
p-ISSN 1412-0712 I e-ISSN 2527-8312
42 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm. 33-42

Pembelajarannya, Vol.5, No.2, UCAPAN TERIMA KASIH


November 2013.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
Kualitatif, dan R&D. Bandung: pihak-pihak yang telah membantu
Alfabeta. pelaksanaan penelitian ini, khususnya pada
Sukini. (2010). Sintaksis: Sebuah Panduan anak-anak di desa Kalijaga, Kecamatan
Praktis. Surakarta: Yuma Pustaka. Aikmel, Kabupaten Lombok Timur sebagai
Tarigan, H.G. (2011). Pengajaran Pemerolehan responden penelitian ini.
Bahasa. Bandung: CV
Angkasa.

DOI: http://dx.doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v15i2
p-ISSN 1412-0712 I e-ISSN 2527-8312

Anda mungkin juga menyukai