Anda di halaman 1dari 15

PAPER RPS 15

MANAJEMEN KEUANGAN

“Merger dan Akuisisi & Restrukturisasi, Reorganisasi dan Likuidasi”

Oleh:

Valda Jeanitta Dwi Putri (1907531160)


Elsa Isabel (1907531173)
Dian Yupita (1907531177)
I Made Prasetia Dwikamajaya (1907531184)
Anak Agung Ayu Indah Puspita Dewi (1907531187)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat-Nya kami mampu menyelesaikan paper tentang “Merger dan Akuisisi &
Restrukturisasi, Reorganisasi dan Likuidasi” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dengan adanya tugas pembuatan paper ini, kami berharap mampu memahami lebih dalam
lagi mengenai materi tersebut yang nantinya akan menjadi bekal kami saat terjun ke dunia
kerja. Semoga paper ini juga mampu menambah pengetahuan para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah “Merger dan Akuisisi & Restrukturisasi,


Reorganisasi dan Likuidasi”ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, segala bentuk
kritik dan saran dari para pembaca akan kami terima agar nantinya kami dapat memperbaiki
kekurangan dari isi makalah ini.

Bukit Jimbaran, 10 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL.......................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

15.1 Merger dan Akuisisi........................................................................................................4

15.2 Restrukturisasi, Reorganisasi dan Likuidasi.................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

iii
15.1 Merger dan Akuisisi
Pengertian Merger dan Akuisisi
Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang
me-merger mengambil/membeli semua aset dan liabilitas perusahaan yang di-merger dengan
begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang
di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau
saham di perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598). Definisi merger
yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam
hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan
pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah
merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan Sudomo,
2001, p.640). Sedangkan akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan
dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada.
(Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598).

Jenis-jenis Merger dan Akusisi


Menurut Damodaran 2001, suatu perusahaan dapat diakuisisi perusahaan lain dengan
beberapa cara, yaitu :
a. Merger
Pada merger, para direktur kedua pihak setuju untuk bergabung dengan
persetujuan para pemegang saham. Pada umumnya, penggabungan ini disetujui oleh
paling sedikit 50% shareholder dari target firm dan bidding firm. Pada akhirnya target
firm akan menghilang (dengan atau tanpa proses likuidasi) dan menjadi bagian dari
bidding firm.
b. Konsolidasi
Setelah proses merger selesai, sebuah perusahaan baru tercipta dan pemegang
saham kedua belah pihak menerima saham baru di perusahaan ini.
c. Tender offer
Terjadi ketika sebuah perusahaan membeli saham yang beredar perusahaan
lain tanpa persetujuan manajemen target firm, dan disebut tender offer karena
merupakan hostile takeover. Target firm akan tetap bertahan selama tetap ada
penolakan terhadap penawaran. Banyak tender offer yang kemudian berubah menjadi
merger karena bidding firm berhasil mengambil alih kontrol target firm.
d. Acquisistion of assets
Sebuah perusahaan membeli aset perusahaan lain melalui persetujuan
pemegang saham target firm. (p.835).

Pembagian akuisisi tersebut berbeda menurut Ross, Westerfield, dan Jaffe 2002.
Menurut mereka hanya ada tiga cara untuk melakukan akuisisi, yaitu :
a. Merger atau konsolidasi
Merger adalah bergabungnya perusahaan dengan perusahaan lain. Bidding
firm tetap berdiri dengan identitas dan namanya, dan memperoleh semua aset dan
kewajiban milik target firm. Setelah merger target firm berhenti untuk menjadi bagian
dari bidding firm. Konsolidasi sama dengan merger kecuali terbentuknya perusahaan
baru. Kedua perusahaan sama-sama menghilangkan keberadaan perusahaan secara
hukum dan menjadi bagian dari perusahaan baru itu, dan antara perusahaan yang di-
merger atau yang me-merger tidak dibedakan.
b. Acquisition of stock
Akuisisi dapat juga dilakukan dengan cara membeli voting stock perusahaan,
dapat dengan cara membeli sacara tunai, saham, atau surat berharga lain. Acquisition
of stock dapat dilakukan dengan mengajukan penawaran dari suatu perusahaan
terhadap perusahaan lain, dan pada beberapa kasus, penawaran diberikan langsung
kepada pemilik perusahaan yang menjual. Hal ini dapat disesuaikan dengan
melakukan tender offer. Tender offer adalah penawaran kepada publik untuk membeli
saham target firm, diajukan dari sebuah perusahaan langsung kepada pemilik
perusahaan lain.
c. Acquisition of assets
Perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli semua
asetnya. Pada jenis ini, dibutuhkan suara pemegang saham target firm sehingga tidak
terdapat halangan dari pemegang saham minoritas, seperti yang terdapat pada
acquisition of stock (p.817-818).

Sedangkan berdasarkan jenis perusahaan yang bergabung, merger atau akuisisi dapat
dibedakan :
a. Horizontal merger terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang bergerak di bidang
industri yang sama bergabung.
b. Vertical merger terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan supplier atau
customernya.
c. Congeneric merger terjadi ketika perusahaan dalam industri yang sama tetapi tidak
dalam garis bisnis yang sama dengan supplier atau customernya. Keuntungannya
adalah perusahaan dapat menggunakan penjualan dan distribusi yang sama.
d. Conglomerate merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis
melakukan merger. Keuntungannya adalah dapat mengurangi resiko. (Gitman, 2003,
p.717).

Alasan-alasan Melakukan Merger dan Akuisisi


Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger
maupun akuisisi, yaitu :
a. Pertumbuhan atau diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar
saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi.
Perusahaan tidak memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan
ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan
pesaing atau mengurangi persaingan.
b. Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi
(economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead
meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan
ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger
berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat
dihilangkan.
c. Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi
internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal.
Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas
tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan
kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya
rendah.
d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak
adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang
tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk
mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang
memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.
e. Pertimbangan pajak
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan
atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak
dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk
memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan
menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan
sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya
dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi
kesejahteraan pemilik.
f. Meningkatkan likuiditas pemilik
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang
lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham
lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang
lebih kecil.
g. Melindungi diri dari pengambilalihan
Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan
yang tidak bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai
pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan
menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang berminat (Gitman,
2003, p.714-716).

Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi

Kelebihan Merger

Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding


pengambilalihan yang lain (Harianto dan Sudomo, 2001, p.641).

Kekurangan Merger
Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada
persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk
mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama. (Harianto dan Sudomo, 2001,
p.642)

Kelebihan Akuisisi

Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai berikut:

a. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang
saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm,
mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm.
b. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung
dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer
sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
c. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan,
akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak
bersahabat (hostile takeover).
d. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan
mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada
halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi
(Harianto dan Sudomo, 2001, p.643-644).

Kekurangan Akuisisi

Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :

a. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui


pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran
dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara
setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
b. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi
merger.
c. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum
dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi. (Harianto dan
Sudomo, 2001, p.643)

Contoh merger dan akuisisi dalam perusahaan berikut ini:


PT A merencanakan mengakuisisi PT B. Data kedua perusahaan tersebut adalah sebagai
berikut:

Misalkan PT A dapat membeli PT B dengan harga seperti saat ini dengan cara
menukar saham, dan diharapkan tidak terjadi sinergi. Bagaimana pengaruh merger dan
akuisisi terhadap kinerja perusahaan dilihar dari EPS, harga saham, PER, jumlah lembar
saham, laba setelah pajak dan nilai equity setelah akuisisi? Apa kesimpulan yang dapat
diperoleh?

Perhitungan akan lebih mudah jika dimulai dengan menghitung:

1. Laba setelah pajak = Rp 20 miliar + Rp 20 miliar = Rp 40 miliar


2. Nilai pasar equity = Rp 200 miliar + Rp 80 miliar = Rp 280 miliar
3. Jumlah lembar saham = 10 juta + (Rp 80 miliar/Rp 20.000) = 14 juta lembar

Dengan demikian bisa dihitung  EPS, harga saham, dan PER. Hasilnya disajikan dalam tabel
berikut ini:
 

Kita lihat bahwa harga saham PT A setelah akusisi tetap Rp 20.000, tapi EPS
dilaporkan lebih tinggi. Bila kita keliru memperhatikan jumlah EPS sebagai ukuran
keberhasilan akuisisi adalah kita akan mengatakan bahwa akuisisi adalah tidak baik bagi
pemegang saham PT A. Padahal sebenarnya kemakmuran pemegang saham PT A tidak
berubah. Hal ini yang disebut sebagai bootstrap effect.

15.2 Restrukturisasi, Reorganisasi dan Likuidasi


Restrukturisasi

Restrukturisasi merupakan kegiatan untuk merubah struktur perusahaan. Dengan demikian,


pengertian restrukturisasi sebenarnya dapat dalam artian makin membesar atau makin
ramping. Apabila diartikan dalam pengertian yang pertama, maka kegiatan merger dan
akuisisi juga merupakan upaya untuk melakukan restrukturisasi. Perusahaan yang melakukan
integrasi vertical, jelas melakukan restrukturisasi bisnisnya. Dengan cara tersebut perusahaan
dapat mengamankan sumber bahan baku, dan/atau distribusi hasil produksinya.

Restrukturisasi perusahaan ataupun restrukturisasi organisasi dapat dilakukan dengan:

1. Sell-off
Korporasi yang mempunyai unit kegiatan yang sangat beraneka ragam, mungkin
suatu ketika merasa bahwa diantara unit-unit tersebut ada yang tidak bekerja secara
ekonomis. Penyebabnya dapat beraneka ragam. Salah satunya adalah barangkali
tingkat kegiatannya terlalu rendah sehingga sulit untuk mencapai economies of scale.
Penyebab lainnya mungkin karena bukan berada pada bisnis utama, korporasi
kemudian kurang memperhatikan unit tersebut.
2. Going Private
Beberapa perusahaan berpendapat bahwa go public dinilai membebani perusahaan
dan direksi. Mereka berpendapat bahwa biaya untuk listing di suatu bursa dirasa
terlalu berat. Keharusan memenuhi berbagai ketentuan dan peraturan badan pengawas
pasar modal dirasa merepotkan dan memberatkan. Direksi kemudian cenderung
sangat memperhatikan kinerja keuangan triwulan depan, semester depan, atau paling
tahun depan, agar harga saham tidak turun. Dengan demikian perhatian akan laba
jangka panjang terabaikan.
3. Leverage buy-out
Untuk membeli kembali saham-saham yang semula dimiliki oleh para anggota
masyarakat, para direksi yang memutuskan akan go private mungkin terpaksa
menggunakan bantuan dana pihak ketiga. Apabila cara ini ditempuh, maka dilakukan
apa yang disebut dengan leverage buy-out. Ini berarti bahwa saham-saham tersebut
dibeli dengan uang pinjaman. Pinjaman tersebut dijamin oleh aktiva dan arus kas
perusahaan, sehingga setelah leverage buy-out, perusahaan akan mempunyai hutang
yang sangat besar.

Mengurangi beban-beban yang menghimpit perusahaan yaitu dengan :

1. Extension
Melalui perpanjangan, kreditor bersedia memperpanjang masa jatuh tempo
hutangnya. Sebagai contoh, hutang yang pada mulanya jatuh tempo dalam lima tahun,
sekarang diperpanjang menjadi sepuluh tahun.
2. Komposisi (Composition)
Komposisi dilakukan melalui perubahan nilai hutang lama. Sebagai contoh, hutang
lama sebesar Rp 100 diturunkan nilainya menjadi Rp 60. Meskipun nilai hutang turun,
kreditor masih bisa menerimanya karena nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai hutang jika perusahaan dilikuidasi.
3. Going Private
Perusahaan menarik diri untuk tidak terdaftar lagi di Pasar Modal, hal ini bisa
dilakukan dengan membeli saham-saham yang sudah dipublish (bisa dibeli oleh
direksi atau dengan teman-temannya).
4. Leverage buy out
Perusahaan menarik diri untuk tidak terdaftar lagi di Pasar Modal (going private) yang
dilakukan dengan menggunakan dana pihak ketiga.
Reorganisasi

Dalam situasi ekonomi dan bisnis yang tidak menggembirakan, perusahaan sering terpaksa
harus bertahan dengan apa yang telah ada, atau “memperkecil diri”, agar tidak mengalami
kesulitan makin parah. Reorganisasi dalam aspek financial dilakukan untuk memperkecil
beban financial yang tetap sifatnya. Dengan demikian asumsinya adalah bahwa perusahaan
masih mempunyai kemampuan operasional yang baik. Ini berarti bahwa kegiatan operasi
masih mampu menutup biaya-biaya operasi. Dalam melakukan reorganisasi financial, ada
beberapa langkah yang harus ditempuh yaitu menaksir nilai perusahaan, menentukan struktur
modal yang baru.

1. Menentukan nilai perusahaan


Penilaian yang sering digunakan dan yang termasuk cukup sederhana, adalah
menghitung nilai perusahaan berdasarkan tingkat kapitalisasi. Misalkan kurator atau
pihak penilai memperkirakan perusahaan setelah direorganisasi mampu menghasilkan
pendapatan bersih pertahunnya adalah Rp 10 milyar. Tingkat kapitalisasi untuk
perusahaan yang serupa adalah 20 %. Nilai perusahaan tersebut bisa dihitung sebagai
berikut ini :
Nilai perusahaan = Rp 10 milyar/0,2 = Rp 50 milyar
Pihak lain bisa sampai pada angka yang berbeda. Perbedaan sangat mungkin terjadi
karena sangat sulit menghitung pendapatan bersih di masa mendatang.
2. Menentukan struktur modal yang baru
Struktur modal tersebut bertujuan mengurangi beban tetap (bunga) agar perusahaan
bisa beroperasi dengan lebih fleksibel. Untuk mengurangi beban tetap tersebut, total
hutang biasanya akan dikurangin

Berikut ini contoh langkah-langkah yang dilakukan untuk reorganisasi.

1. Menghitung nilai perusahaan :


Misalkan pihak pengadilan dan kurator mengestimasi penjualan di masa mendatang
bias mencapai Rp 75 juta pertahun. Profit margin yang bias dicapai diperkirakan
sekitar 10%. Dengan kata lain keuntungan yang diperkirakan diperoleh perusahaan
tersebut adalah Rp 7,5 juta pertahun.
2. Menghitung tingkat kapitalisasi atau tingkat multiple dan nilai perusahaan :
Misalkan saja tingkat kapitalisasi perusahaan yang sejenis adalah sekitar 12%. Maka,
Nilai = 7,5 juta / 0,12 = Rp 62,50 juta.
Teknik multiple (seperti PER) juga bisa digunakan. Misalkan saja rasio PER (Price
Earning Ratio) untuk perusahaan lain adalah sekitar 8 kali. Pihak penilai menganggap
rasio tersebut cukup wajar untuk perusahaan tersebut. Dengan menggunakan teknik
tersebut nilai perusahaan adalah :
Nilai perusahaan = Rp 7,5 juta x 8 = Rp 60 juta. Tentu saja teknik atau cara yang
berbeda akan menghasilkan angka yang berbeda. Misalkan saja pihak kurator
menentukan nilai perusahaan adalah Rp 60 juta.
3. Menentukan Struktur Modal yang Baru
Karena jumlah Rp 60 juta tersebut lebih rendah dibandingkan total klaim (total
pasiva), maka struktur modal yang baru perlu ditentukan. Struktur modal yang baru
diharapkan lebih meringankan beban tetap perusahaan.

Likuidasi

Likuidasi ditempuh apabila para kreditur berpendapat bahwa prospek perusahaan tidak lagi
menguntungkan. Kalaupun ditambah modal, atau merubah kredit menjadi penyertaan, tidak
terlihat membaiknya kondisi perusahaan. Dalam keadaan seperti ini para kreditur mungkin
lebih menyukai untuk meminta perusahaan dilikuidir.

Kadang-kadang sebelum para kreditur memutuskan untuk meminta perusahaan dilikuidasi,


mereka bersedia melakukan penyelesaian sukarela. Dalam hal ini mereka mungkin sepakat
untuk menunda tagihan mereka, baik atas bunga maupun pokok pinjaman. Cara ini hanya
akan ditempuh kalau para kreditur berpendapat bahwa perusahaan memang masih akan
mampu memenuhi kewajiban financial di masa yang akan datang.

Likuidasi sendiri bisa dilihat dari pendekatan aliran kas dan pendekatan stock. Dengan
pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi jika total kewajiban lebih besar dari
total aktiva. Jika perusahaan mempunyai hutang Rp 1 milyar, sedangkan total asetnya hanya
Rp 500 juta, maka persuahaan tersebut sudah bisa dinyatakan likuidasi/bangkrut. Dengan
pendekatan aliran kas, perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa menghasilkan aliran kas yang
cukup. Dari sudut pandang stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi/bangkrut meskipun
mungkin masih menghasilkan aliran kas yang cukup, atau mempunyai prospek yang baik di
masa mendatang.

Proses likuidasi bisa dilakukan secara formal ataupun tidak formal.


1. Proses likuidasi tidak formal dilakukan perusahaan dengan pertimbangan : biaya
lebih murah, aktivitas lebih sederhana, kreditor mendapatkan uangnya lebih banyak
dan lebih cepat.
2. Proses likuidasi formal melibatkan pihak ketiga seperti pengadilan. Melalui pihak
ketiga, pihak-pihak yang terlibat dalam kebangkrutan bisa memperoleh perlindungan
dari pihak lainnya. Pengadilan berusaha agar pihak-pihak yang berkaitan memperoleh
perlakuan yang adil selama proses perbaikan tersebut.

Ada dua alasan secara teoritis yang mendorong perusahaan menggunakan jalur formal, yaitu
permasalahan Common Pool, dan Hold Out.

1. Common Pool
Misalkan suatu perusahaan mempunyai nilai hutang nominal sebesar total Rp 20
milyar, yang berasal dari 10 kreditor dengan besar masing-masing adalah sama (Rp
2milyar). Nilai pasar perusahaan tersebut jika bertahan adalah Rp 15milyar. Jika
dilikuidasi, asset perusahaan bisa dijual menghasilkan kas sebesar Rp 10milyar.
Misalkan kondisi perusahaan memburuk sehingga tidak bisa membayar salah satu
hutangnya, maka kreditor tersebut bisa menuntut agar perusahaan dibangkrutkan.
2. Hold-Out
Misalkan pada contoh di atas perusahaan berhasil meyakinkan kreditor agar dilakukan
restrukturisasi. Hutang yang lama (yang besarnya Rp 2 milyar untuk setiap kreditor),
diganti dengan hutang baru yang nilainya lebih rendah, missal Rp 1,4 milyar untuk
setiap kreditor. Jika kreditor menyetujui usulan tersebut, total hutang menjadi Rp
14milyar. Karena nilai perusahaan jika jalan terus adalah Rp 15 milyar, maka
pemegang saham memperoleh sisa sebesar Rp 1 milyar. Perusahaan dengan demikian
tidak perlu dilikuidasi, tetapi masih bisa berjalan terus. Kreditor secara keseluruhan
juga diuntungkan (dibandingkan jika bangkrut), karena nilai Rp 14milyar lebih besar
dibandingkan dengan Rp 10milyar (jika dibangkrutkan dan dilikuidasi).
DAFTAR PUSTAKA

Merger dan Akuisisi : Pengertian, jenis, Alasan, Kelebihan dan Kekurangan Merger
dan Akuisisi (jurnal-sdm.blogspot.com)

Pengertian Merger dan Akuisisi Adalah | Contoh Penilaian |


(manajemenkeuangan.net)

https://pajaksolusi.blogspot.com/2013/06/restrukturisasi-reorganisasi-dan.html

Anda mungkin juga menyukai