SMA AL-IRSYAD
CILACAP
Disusun oleh :
2014/2015
HALAMAN PENGESAHAN
Penyusun :
Mengetahui
PARTANA S.Pd
NP : 1031000307
KATA PENGANTAR
Segala Puji Bagi Allah yg telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya sehingga karya tulis
ilmiah yang Berjudul “Pembudidayaan Lobster Air Tawar ini dapat di selesaikan tepat pada
waktunya.
1) Bapak Partana S.Pd selaku Kepala SMA AL-IRSYAD Cilacap yang telah memberi kesempatan
dan dorongan kepada kami.
2) Ibu Ratih Anggraeni S.Pd selaku guru pembimbing dan penelaah yang berkenan memberi
masukan setelah mencermati dan meneliti Karya Tulis Ilmiah Ini.
3) Kepada Masyarakat yang telah memberi bantuan untuk menyelesaikan analisis Karya Tulis
Ilmiah kami.
4) Rekan-rekan yang telah memberikan semangat, saran dan masukan untuk membangun Karya
Tulis Ilmiah Kami.
Semoga bantuan dan kerjasama yang telah diberikan kepada kami, mendapat balasan dari
Allah SWT. Kami menyadari Karya Tulis ini masih belum bisa di sejajarkan dengan predikat
karya tulis yang baik, masih terdapat banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Oleh
karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat lugas, Sehingga di lain
kesempatan karya tulis ini bisa menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI
JUDUL...................................................................................................................................iHALA
MAN PENGESAHAN..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii
ABSTRAK............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian............................................................................................................2
A. Landasan Teori...............................................................................................................3
B. Metode Penelitian...........................................................................................................5
D. Prosedur Penelitian.........................................................................................................5
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................................12
Lampiran
Pembudidayaan Lobster Air Laut Tawar oleh Masyarakat merupakan suatu proses
cara membudidayakan Lobster untuk bisa berkembang secara terus menerus. Karena
banyak bermanfaat bagi para pembudidaya dan seluruh masyarakat yang terlibat. Sebab
pentingnya membudidayakan Lobster sesuatu yang sederhana untuk menghasilkan usaha-
usaha yang kecil menjadikan yang besar. Lobster ternyata tidak hanya ditemukan di
perairan laut, tetapi juga di perairan tawar. Bahkan, Lobster air tawar dapat dibudidayakan di
luar habitat aslinya. Udang dengan ukuran “raksasa” ini ternyata disukai konsumen, baik di
luar maupun negeri. Lobster air tawar memiliki cita rasa lebih gurih dibandingkan dengan
lobster air laut. Tidak hana itu, lobster air tawar memiliki kandungan lemak, kolesterol, dan
garam yang rendah sehingga aman di konsumsi oleh masyarakat. Bentuk dan warna tubuh
yang khas membuatnya layak mengisi akuarium. Kondisi tersebut menggambarkan betapa
prospek budi daya lobster air tawar terbuka lebar, sebab animo peternak untuk
membudidayakan cukup tinggi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keberadaan lobster air laut tawar di indonesia dapat dikatakan suatu yang baru,
khususnya Lobster jenis Cheaz quadricarinatus atau biasa disebut dengan red claaw. Red
claw berasal dari Queensland, Australia. Namun, ada juga yang tersebar di amerika serikat
sampai perairan Papua, Indonesia, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Jenis red claw memang
meliki keunikan, yaitu warna tubuhnya biru laut. Padahal, warna biru itu sendiri biasanya hanya
dapat dijumpai pada ikan hias air laut. Dengan demikian, Lobster air tawar ini tidak hanya
dijadikan sebagai udang konsumsi, tetapi dimanfaatkan sebagai udang hias. Red claw pada
dasarnya dapat hidup di berbagai habitat. Hanya saja untuk meningkatkan produktivitasnya
dalam berkembang biak, Red claw cenderung cocok pada suhu yang bersuhu 20 . Kondisi
tersebut sangat sesuai dengan iklim di indonesia sehingga sangat mendukung serta
menguntungkan jika di budidayakan. Proses pembudidayaan red claw di indonesia tidak
membutuhkan heater yang berfungsi untuk merangsang suhu tinggi seperti yang biasa dilakukan
pada habitat asalnya di Queensland jika suhu terlalu rendah.
Red claaw dapat berkembang dengan berat tubuh mencapai lebih dari 500gram dengan panjang
sekitar 50cm. Selain itu, lobster ini mampu hidup selama 4-5 tahun. Red claw memiliki tingkat
produktivitas yang tinggi, dalam setahun seekor red claw betina mampu bertelur sebanyak
empat kali dan menghasilkan ribuan telur dan anakan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditulis rumusan masalah yaiu sebagai berikut:
1. Bagaimana proses atau cara pembudidayaan lobster air tawar?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Bagi Penulis
b. Mengerti proses atau cara pembudidayaan lobster air tawar langsung di lapangan.
2. Bagi Pembaca
a. Memberi tahu kepada pembaca atau Masyarakat tentang pembudidayaan lobster air tawar.
b. Memberi tahu masyarakat tentang tata cara atau proses untuk membuka usaha di bidang
peternakan terutama untuk pembudidayaan lobster air tawar.
c. Memberi lapangan pekerjaan untuk masyarakat bagi yang membuat bisnis budidaya lobster air
tawar.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
Lobster adalah salah satu hewan yang berbentuk unik seolah gabungan udang dan
kepiting karena mirip udang berukuran besar dengan capit mirip kepiting yang besarnya hampir
menyamai badannya. Padahal banyak juga lobster yang bercapit relatif kecil atau bahkan tidak
bercapit sama sekali. Dalam silsilah, lobster termasuk ke dalam filum Arthropoda, subfilum
Crustacea, kelas Malacotraca, ordo Decapoda, famili Nephropidae. Dari keluarga Nephropidae
tersebut masih dapat dibagi lagi ke dalam subfamili dan genera Neophoberinae, Thymopinae
dan Nephropinae.
Menurut Iskandar (2003) dan Setiawan (2006), bila dilihat bagian luar, lobster air tawar
memiliki alat pelengkap, yaitu:
1. Sepasang antenna yang berfungsi sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan
kondisi lingkungan.
2. Sepasang antennula yang berfungsi sebagai alat penciuman, mulut dan sepasang
capit (celiped) yang lebar dengan ukuran lebih panjang jika dibandingkan dengan ruas
dasar capitnya.
3. Sepasang maksila, mandibula dan maksilipedia.
4. Enam ruas badan (abdomen) memipih, sedikit lebar dan rata-rata hampir sama dengan
lebar kepala.
5. Ekor, terdiri atas ekor tangan (telson) memipih, sedikit lebar dan dilengkapi duri-duri
halus yang muncul di semua bagian tepi ekor (Gambar 3). Bagian ekor lainnya adalah
dua pasang ekor samping (uropoda) yang juga memipih.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian pembudidaya lobster air tawar ini dilakukan di Jl. Anggrek, pada hari Minggu 1
Maret 2015.
B. Metode
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi pustaka dan eksperimen percobaan.
Studi pustaka dilakukan dengan menbaca dan mengambil informasi dari buku buku referensi
dan website. Eksperimen (praktik langsung) dilakukan untuk mengetahui cara pembududayaan
lobster air tawar.
1. Kamera Digital
2. Hand Phone
3. Buku Tulis
4. Pipa Paralon
5. Aquarium
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Awal
a. Mengumpulkan informasi dan berbagai literature tentang proses pembudidayaan Lobster Air
Tawar
2. Tahap Kedua
3. Tahap Akhir
BAB IV
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kurang lebih empat bulan yang meliputi
observasi di lokasi penelitian yang menyangkut studi pembudidayaan Lobster yang dilakukan
maka diperoleh hasil penelitian yang akan di bahas berikut ini.
Dengan Potensi yang demikian banyak, agar pembudi daya bisa memanfaatkan agar
tertarik dengan perkembangan Lobster secara sistematis bagi masyarakat Lokal.
Keterlibatan masyarakat Lokal menjadi penting termasuk sebagai upaya untuk mendukung
mengembangkan Lobster bagi kesejahteraan masyarakat. Hal ini penting agar pengembangan
budidaya tidak hanya demi meninggalkan banyaknya Lobster tetapi juga benar-benar
memberikan manfaat bagi masyarakat yang bersangkutan
B. Pembahasan
1. Bahan Penelitian
A. SUMBER AIR
Air menjadi kebutuhan utama dalam budidaya Lobster, Selain sebagai media internal, air
juga sebagai media eksternal bagi Lobster. Sebagai media internal, air berfungsi sebagai
pengangkut bahan pakan dan memperlancar metabolisme dalam tubuh lobster.
Sebagai eksternal, air berfungsi sebagai habitat lobster sehingga tanpa air, Lobster tidak
mungkin bisa hidup.
Lobster air tawar tentu menginginkan air tawar. Beberapa sumber air tawar yang dapat dignakan
untuk memelihara lobster adalah air sumur dan air pam atau air ledeng. Berdasarkan
pengalaman, Lobster penginginkan air dengan PH 7-8 dengan suhu 20 dan tingkat kesadaran
air agak lembut, yaitu antara 10 Sementara kandungan minimal 7 ppm dan maksimal 10 ppm.
Air yang berasal dari sumber (air tanah) dapat langsung digunakan tanpa harus diolah
terlebih dahulu. Namun, air pam (air ledeng) harus di uapkan selama 10-12 jam sebelum
digunakan.
B. BAK PEMELIHARAAN
Bak atau Kolam pemeliharaan merupakan tempat pembudidayaan lobster air tawar. Bak
digunakan untuk memelihara induk sebagai tempat pembesaran.
Bak dapat berbentuk segi empat atau disesuaikan dengan luas dan bentuk lahan yang
tersedia. Namun, yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bak atau kolam lobster adalah
ukurannya yaitu sekitar 200cm x 100cm x 50cm.
Yang membedakan dengan kolam ikan adalah pada bibir atas bak bagian dalam diberi kaca,
porselen, atau cukup dikasih semen. Tujuannya untuk mencegah lobster kabur dari bak. Lobster
air tawar terkenal dengan sifat pengembaranya yang tinggi. Tinggi kaca atau porselen dari bibir
atas kolam kebawah cukup 20cm. Sementara dinding bagian bawah sampai dasar bak
(ketinggian sampai 30cm) diplester dengan semen. Bagian ini juga merupakan batas pengisian
air. Untuk mencegah luapan air bak dan menciptakan kondisi air yang mengalir, sebaiknya
dibuat pembuangan. Lubang pembuangan dapat pula dibuat yang mengalir, sebaiknya dibuat
saluran pembuangan. Lubang pembuangan dapat pula dibuat dibagian tengah atau pinggir bak
dengan cara memasang pipa paralon berdiameter 1 inci (2,5cm) setinggi air bak. Namun,
lubang tersebut harus ditutupi dengan kain kasa agar lobster sulit untuk kabur.
C. AKUARIUM
Adapun jenis akuarium yang dibutuhkan dalam pembudidayaan lobster air tawar adalah
akuarium perkawinan induk, akuarium pengeraman dan penetasan, serta akuarium
pemeliharaan benih. Akuarium lobster dapat berbentuk persegi empat panjang atau bujur
sangkar. Akuarium perkawinan induk yang idela untuk lobster air tawar dibuat dengan ukuran
100cm x 50cm x 45cm. Akuarium pengeraman dan penetasan dengan ukuran 60cm x 45cm x
40cm. Adapun akuarium pemeliharaan beih dibuat dengan ukuran 100cm x 70cm x 25cm.
Disalah satu akuarium bagian atas tersebut diberi lubang sebesa selang aerator, selain sebagai
tempat masuknya selang aerator, lubang tersebut juga di maksudkan untuk mencegah lobster
menyerap keluar selang aerator.
D. PIPA PARALON DAN ROSTER
Pipa paralon merupakan tempat persembunyian sekaligus sebagai tempat berlindung dari
cahaya yang berlebihan. Ukuran diameter dan panjang paralon disesuaikan dengan
pertumbuhan lobster. Rooster bila digunakan sebagai tempat persembunian mempunyai
kelemahan, yaitu hana bisa digunakan untuk anakan sampai umur 3 bulan atau panjang tubuh
maksimal mencapai 7,5cm. Pipa paralaon yang digunakan, baik di akuarium maupun didalam
kolam, sebaiknya saling direkatkan dengan lem atau diikat dengan kawat, yang penting adalah
pipa tersebut tidak bergerak bebas di dalam air ketika digunakan oleh lobster untuk
bersembunyi.
E. AERATOR
Alat ini sangat penting karena tanpa alat ini maka sangat mungkin lobster aka mati dalam
akuarium atau baj akibat kekurangan pasokan oksigen dari udara. Aerator yang digunakan
sebaiknya disesuaikan dengan jumlah atau besar kecilnya akuarium dan bak.
C. Pembenihan Lobster
1. Umur
Induk lobster air tawar akan mengalami matang gonad pada umur 6-7 bulan. Oleh karena itu
jika ingin membeli calon induk sebaiknya membeli calon induk sebelum umur tersebut atau
memilih calon induk yang sudah berumur 5 bulan. Ini dimaksudkan agar calon induk memiliki
waktu yang cukup tapi tidak terlalu lama beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
2. Pertumbuhan
Memilih calon induk harus memperhatikan proses pertumbuhan dari benih sampai lobster
dewasa. Untuk mengetahui hal tersebut, peternak dapat menanyakan kepada pemilik induk
sebelum membeli. Ini penting diperhatikan karena calon induk dengan pertumbuhan yang cepat
diperkirakan akan cepat pula matang gonad dan diharapkan benih yang dihasilkannya banyak
serta mengikuti pola pertumbuhan induknya.
D. Perkawinan Induk
Calon induk yang sudah dimasukkan ke dalam akuarium akan mengalami proses
adaptasi. Dalam jangka waktu sekitar satu bulan lebih atau diperkirakan telah berumur 6-7 bulan,
calon induk akan melakukan perkawinan.
Induk betina yang sudah mulai mengeluarkan telur ditandai dengan seringnya berdiam di
dalam pipa paralon dan terlihat ekornya terlipat ke dalam. Induk betina yang demikian sebaiknya
segera dipindahkan ke aquarium pengeraman dan penetasan, namun sebelum dipindahkan
siapkan aquarium dan isi air hingga ketinggian 25-30cm.
Setelah telur menetas semuanya, benih masih tetap menempel di tubuh induknya. Benih
tidak langsung lepas dari tubuh induknya karena masih membutuhkan makanan berupa lendir di
tubuh induknya. Benih baru mulai lepas dari induknya setelah 4-5 hari setelah menetas. Benih
tersebut sudah membentuk udang menyerupai induknya. Pada saat benih mulai ada yang lepas
sebaiknya dimasukkan pipa paralon berdiameter paling kecil.
G. Perontokan Benih
Telur yang sudah menetas tidak dibiarkan hingga semuanya lepas dari induknya. Jika
menunggu sampai semua benih atau anakan lepas dari induknya, dikhawatirkan sang induk
akan memangsa anaknya sendiri. Untuk menghindari terjadinya kanibalisme, maka segera benih
dipanen dengan cara dirontokkan. Perontokan dilakukan pada awal minggu ke 6 atau setelah
benih yang lepas dari tubuh induknya sekitar 25-30%. Waktu perontokan tersebut dianggap
tepat karena pada saat itu benih sudah cukup mampu lepas dari induknya.
Cara perontokan benih dari tubuh induknya dimulai dari penangkapan induk. Setelah itu,
induk diangkat keatas permukaan air sehingga yang terendam hanya sebagian tubuhnya. Pada
saat itu induk akan berontak dengan cara mengibas ngibaskan ekornya dan menggerak
gerakkan kakinya. Dengan demikian, benih akan lepas satu persatu dari tubuh induknya.
Setelah benih lepas semuanya, induk betina segera dikembalikkan ke aquarium perkawinan
bersama pipa paralon yang ada pada aquarium pengeraman. Pengembalian induk betina ke
aquarium perkawinan dimaksudkan agar induk tersebut segera melakukan perkawinan dan
bertelur lagi. Dari pengalaman kami, menunjukkan bahwa induk betina yang sudah menetaskan
telurnya, dalam waktu 3-4 minggu kemudian akan kembali bertelur.
H. Perawatan Benih
Benih atau anakan yang sudah dipanen atau dirontokkan dari induknya tetap dipelihara
di dalam aquarium penetasan hingga umur 1 bulan. Namun, aquarium harus diberi pipa paralon
dengan jumlah mendekati sama dengan banyaknya benih. Selain itu, ketinggian air dikurangi
hingga hanya sekitar 10-12cm.
I. Pemindahan Benih
J. Pemanenan Lobster
Lobster siap konsumsi mulai bisa dipanen pada umur 7 bulan. Lobster dengan umur tersebut
sudah mencapai berat 90-100 gram per ekor atau 10-12 ekor per kilogram.
Cara panen lobster untuk konsumsi cukup sederhana, yaitu dengan cara menguras total air
bak.setelah air bak habis, lobster ditangkap satu persatu dan di masukan ke dalam wadah atau
langsung dikemas dalam sebuah wadah kemasan berupa styrofoam.
Jika pembesaran lobster sebagian ditujukan untuk memenuhi permintaan calon induk maka
pemanenan dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan waktu pemanenan untuk konsumsi.
Panen calon indukan dilakukan mulai umur 3 bulan. Caranya dengan memperhatikan satu per
satu lobster muda. Lobster muda yang dipilih untuk calon indukan adalah pertumbuhan lebih
besar dibandingkan dengan lobster muda lainnya. Setelah itu, lobster muda ditangkap
menggunakan serokan. Selanjutnya, dimasukan ke dalam akuarium yang telah dipersiapkan.
Jumlah calon indukan yang bisa dipanen dalam satu bak hanya berkisar 5-10%. Jika dalam satu
bak terdapat lobster muda sekitar 150-200 ekor maka calon induk yang bisa dipanen hanya
berkisar 8-20 ekor.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lobster ternyata tidak hanya ditemukan di perairan laut, tetapi juga di perairan tawar.
Bahkan, lobster air tawar dapat dibudidayakan di luar habitat aslinya. Udang dengan ukuran
“raksasa” ini ternyata disukai konsumen, baik di luar dalam maupun di luar negeri. Lobster air
tawar memiliki cita rasa lebih gurih dibandingkan dengan lobster air laut. Tidak hanya itu, lobster
air tawar memiliki kandungan lemak, kolesterol, dan garam yang rendah sehingga aman
dikonsumsi oleh semua kalangan. Lobster air tawar juga bisa dijadikan sebagai udang hias.
Bentuk dan warna tubuh yang khas membuatnya layak mengisi akuarium. Kondisi tersebut
menggambarkan betapa prospek budidaya lobster air tawar terbuka lebar.
B. Saran
Lobser air tawar sangat bermanfaat bagi masyarakat yang membudidayakan karena
sebagai sarana untuk memajukan perekonomian hidup. Selain itu, budidaya Lobster air tawar
juga untuk menjaga kelestarian hidup Lobster air tawar.
DAFTAR PUSTAKA
Adijaya S, Dian,”Besar Hiasan kecil penggoyang Lidah,”April 2003.
Chan, Thin-Yam and Yu, Hsiang-ping, “The Illustrated Lobster of Taiwan (Taipei:SMK Publishing
Inv,1993.
Crandall, Keith A. And James W. Fetzner, “Astacidea, Crayfishes and true losters?
Hadie, Wartono dan Emmaati H., Lies, Budidaya Udang Galaha Gimacro (Jakarta: SWADAYA
2002).
Karjono dan Adijaya, Dian, “Lobster Akuarium 10 bulan kembali modal”.Trubus, April 2003
Suyanto S., Rachmatun dan Achmad Mujiman, Budi daya Udang Windu (Jakarta 1982)