Anda di halaman 1dari 23

Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran

A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang salah satu artinya
adalah “Pendekatan”. Dalam pengajaran, approach diartikan sebagai a way of beginning
something ‘cara memulai sesuatu’. Karena itu, pengertian pendekatan dapat diartikan
cara memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi, pendekatan berarti seperangkat asumsi
mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik awal dalam memandang
sesuatu, suatu filsafat, atau keyakinan yang kadang kala sulit membuktikannya.
Pendekatan ini bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori yang
digunakan tidak dipersoalkan lagi.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teorItis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student


centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran, dan
b. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama
dalam proses pembelajaran.
B. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran

Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :

a. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran


yang akan digunakan.
b. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
c. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
d. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
e. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
2. Macam-Macam Pendekatan dalam Pembelajaran
a. Pendekatan Kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)


merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of
Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini
siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya
nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan
berusaha untuk menggapinya.
Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan
komponen komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk
belajar yang penting, yaitu :

a. Mengaitkan. adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti


konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan
konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan
demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi
baru.
b. Mengalami. merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan
berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun
pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa
dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk
penelitian yang aktif.
c. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan
kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan
memberikam latihan yang realistic dan relevan.
d. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara
kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit
bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari
bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
e. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar
dengan focus pada pemahaman bukan hapalan
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Pendekatan Kontekstual
Hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sejumlah hasil yang diharapkan
dalam penerapan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut :

f. Guru yang berwawasan. Maksudnya yaitu guru yang berwawasan dalam


penerapan dan pendekatan.
g. Materi dalam pembelajaran.Dalam hal ini guru harus bisa mencari materi
pembelajaran yang dijiwai oleh konteks perlu disusun agar bermakna bagi
siswa.
h. Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar.Dalam hal ini adalah
bagaimana seorang guru membuat siswa bersemangat belajar, yang lebih
konkret, yang menggunakan realitas, lebih aktual, nyata/riil, dsb.
i. Media pendidikan.Media yang digunakan dapat berupa situasi alamiah,
benda nyata, alat peraga, film nyata yang mana perlu dipilih dan dirancang
agar sesuai dan belajar lebih bermakna.
j. Fasilitas.Media pendukung pembelajaran kontekstual seperti peralatan dan
perlengkapan, laboratorium, tempat praktek, dan tempat untuk melakukan
pelatihan perlu disediakan.
k. Proses belajar dan mengajar. Hal ini ditujukan oleh perilaku guru dan
siswa yang bernuansa pembelajaran kontekstual yang merupakan inti dari
pembelajaran kontekstual.
l. Kancah pembelajaran.Hal ini perlu dipilih sesuai dengan hasil yang
diinginkan.
m. Penilaian.Penilaian/evaluasi otentik perlu diupayakan karena pada
pembelajaran ini menuntut pengukuran prestasi belajar siswa dengan cara-
cara yang tepat dan variatif, tidak hanya dengan pensil atau paper test.
n. i) Suasana.Suasana dalam lingkungan pembelajaran kontekstual sangat
berpengaruh karena dapat mendekatkan situasi kehidupan sekolah dengan
kehidupan nyata di lingkungan siswa.

Karakteristik Pembelajaran CTL

o. Kerjasama.
p. Saling menunjang.
q. Menyenangkan, tidak membosankan.
r. Belajar dengan bergairah.
s. Pembelajaran terintegrasi.
t. Menggunakan berbagai sumber.
u. Siswa aktif.
v. Sharing dengan teman.
w. Siswa kritis guru kreatif.
x. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta,
gambar, artikel, humor dan lain-lain.
y. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

Tahapan-tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual


Tahapan pelaksanaan pembelajaran kontekstual antara lain :

z. Mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan.


aa. Mengkaji konteks kehidupan siswa sehari-hari.
bb. Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan kehidupan siswa.
cc. Menyusun persiapan proses KBM yang telah memasukkan konteks
dengan materi pelajaran.
dd. Melaksanakan proses belajar mengajar kontekstual.
ee. Melakukan penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari siswa.

Kelebihan pendekatan Kontekstual

ff. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sihingga tidak akan mudah dilupakan.
gg. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Kelemahan Pendekatan Kontekstual

hh. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru
tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang
akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman
yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai
instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru
adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
ii. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari
dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk
belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian
dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran
sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

b. Pendekatan Kontruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran


yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide
baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada
pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam
peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa
keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik
dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai
pembibimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru
lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan unutk
meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.Jadi pendekatan konstruktivisme
merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman langsung dan
keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi
seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui
aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang
konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya
pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa
pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial
dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain
seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme
individu).

Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu,
kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut
konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi
manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif
dan strateginya

Konstrukstivisme Sosial
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk
secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan
dan buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang
dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi
sosial, alat-alat budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan
kemampuan belajar individual.

Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme

a. Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan


bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan
penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan
ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang
sesuai dengan kajian teori.
b. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan
pengalaman yang ada dalam diri siswa.
c. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang
mereka pelajari.

Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau


konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk
menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari

Prinsip Pendekatan konstruktivisme


Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Konstruktivime akan
mengaktifkan siswa secara aktif sehingga pembelajaran yang didapat oleh siswa
lebih didasarkan pada proses pencapaian pengetahuan itu bukan pada hasilnya.
Prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam pembelajaran.
Menurut Suparno (1999:73) ada beberapa prinsip dari konstruktivisme antara lain:

d. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif .


e. Tekanan dalam pembelajaran terletak pada siswa.
f. Mengajar adalah membantu siswa belajar.
g. Tekanan dalam pembelajaran lebih pada proses bukan pada akhir .
h. Kurikulum menekankan pada partisipasi siswa.
i. Guru adalah fasilitator.

Sedangkan menurut Brooks & Brooks (dalam Subana, 2001:47)”prinsip


konstruktivisme yaitu:

j. Ajukan masalah yang relevan dengan siswa,


k. Struktur pembelajaran pada konsep-konsep eensial,
l. Usahakan menemukan dan menilai pandangan siswa,
m. Adaptasikan kurikulum, dan
n. Ukur belajar siswa dalam konteks belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip


pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme antara lain siswa aktif mencari
tahu dengan membentuk pengetahuan baru sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator dalam mengkonstruksikan pengetahuan tersebut sebagaimana tuntunan
kurikulum.

Karakteristik Pembelajaran Konstruktivisme


Adapun karakteristik pendekatan konstruktivisme menurut Driver (dalam
Paul, 1996:69) bahwa karakteristik pembelajaran konstruktivisme adalah:

a. Orientasi ialah siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi


dalam mempelajari suatu topik
b. Elicitasi ialah membantu siswa untuk mengungkapkan idenya secara jelas
c. Retrukturisasi ide terdiri dari klarifikasi ide, membangun ide yang baru,
mengevaluasi ide baru dengan eksperimen
d. Penggunaan ide dalam banyak situasi
e. Review adalah bagaimana ide itu berubah.

Sedangkan menurut Smorgansbord (1997:54)) menyatakan beberapa


karakteristik tentang konstruktivisme yaitu :

f. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang


telah ada sebelumnya
g. Belajar merupakan penasiran personal tentang dunia
h. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna diembangkan
berdasarkan pengalaman
i. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan makna melalui berbagai
informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi
j. Belajar harus disituasikan dalam kehidupan yang nyata.

Langkah Pelaksanaan Pendekatan Konstruktivisme


Langkah pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, menurut
Nurhadi (2003:39) bahwa penerapan konstruktivisme muncul dengan lima
langkah pembelajaran yaitu sebagai berikut:

k. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada

Pengetahuan awal yang sudah dimiliki peserta didik akan menjadi


dasar awal untuk mempelajari informasi baru. Langkah ini dapat
dilakukan dengan cara pemberian pertanyaan terhadap materi yang akan
dibahas.

l. Pemerolehan pengetahuan baru

Pemerolehan pengetahuan perlu dilakukan secara keseluruhan tidak


dalam paket yang terpisah-pisah.

m. Pemahaman pengetahuan
Siswa perlu menyelidiki dan menguji semua hal yang
memungkinkan dari pengetahuan baru siswa.

n. Menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh

Siswa memerlukan waktu untuk memperluas dan memperhalus


stuktur pengetahuannya dengan cara memecahkan masalah yang di temui.

o. Melakukan refleksi.

Pengetahuan harus sepenuhnya dipahami dan diterapkan secara luas,


maka pengetahuan itu harus dikontekstualkan dan hal ini memerlukan
refleksi.
Sedangkan menurut Kunandar (2007:307) langkah-langkah pembelajaran
konstruktivisme antara lain :

p. carilah dan gunakanlah pertanyaan dan gagasan siswa untuk menuntun


pelajaran dan keseluruhan unit pembelajaran
q. Biarkan siswa mengemukakan gagasan-gagasan mereka dulu
r. Kembangkan kepemimpinan, kerja sama, pencarian informasi, dan
aktivitas siswa sebagai hasil dalam proses belajar
s. Gunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk mengarahkan
proses pembelajaran
t. Kembangkan penggunakan alternatif sumber informasi baik dalam bentuk
bahan tertulis maupun bahan-bahan para pakar.
u. Usahakan agar siswa mengemukakan sebab-sebab terjadinya suatu
peristiwa
v. Carilah gagasan-gagasan siswa sebelum guru menyajikan pendapatnya.
w. Buatlah agar siswa tertantang dengan konsepi dan gagasan-gagasan
mereka sendiri
x. Sediakan waktu cukup untuk berefleksi dan menganalisis menghormati
gagasan siswa
y. Doronglah siswa untuk melakukan analisis sendiri, mengumpulkan bukti
nyata untuk mendukung gagasannya sesuai dengan pengetahuan baru yang
dipelajarinya
z. Gunakanlah masalah yang diidentifikasikan oleh siswa sesuai dengan
minantya dan dampak yang akan ditimbulkannya
aa. Gunakan sumber-sumber lokal sebagai sumber informasi asli yang
digunakan dalam pemecahan masalah.
bb. Libatkan siswa dalam mencari pemecahan masalah yang ada dalan
kenyataan.
cc. Perluas belajar seputar jam pelajaran, ruangan kelas, dan lingkungan
sekolah.
dd. Pusatkan perhatian pada dampak sains pada setiap individu siswa
ee. Tekankan kesadaran karir terutama yang berhubungan dengan sains dan
teknologi”.
Kelebihan Pendekatan Konstruktivisme
Dalam penerapannya, pendekatan konstruktivisme memiliki kelebihan dan
kekurangan. Menurut Ella (2004:55) menjelaskan bahwa pendekatan
konstruktivisme membantu siswa menguasai tiga hal , yaitu:

ff. Siswa diajak memahami dan menafsirkan kenyataan dan pengalamannya


yang berbeda.
gg. Siswa lebih mampu mengatasi masalah dalam kehidupan nyata.
hh. Pemahaman konstruktivisme, yaitu membangun dan mengetahui
bagaimana menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi
kehidupan nyata.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivisme


memiliki berbagai kelebihan antara lain:

ii. Dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme siswa akan aktif dalam


pembelajaran
jj. Menjadikan proses pembelajaran tersebut menyenangkan dan lebih
bermakna bagi siswa
kk. Siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa
dengan pengetahuannya
ll. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan
realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan belajar
mm. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka, karena setiap jawaban
siswa ada penilaiannya
nn. Memupuk kerjasama dalam kelompok.

Dengan adanya kelebihan pada pendekatan konstruktivisme ini maka siswa


di harapkan dapat menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, jadi peserta didik
akan terlatih untuk dapat menerapkannya dengan situasi yang berbeda atau baru.

Kekurangan Pendekatan Konstruktivisme


Selain memiliki kelebihan pendekatan konstruktivisme juga memiliki
kekurangan. Namun kekurangan ini dapat kita atasi seperti:

oo. Siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya


pp. Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah
qq. Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar dalam menanti temannya
yang belum selesai.

Dari uraian tadi dapat disimpulkan kelemahan pendekatan konstruktivisme


dapat ditolerir, maka guru hendaknya dapat membimbing siswa agar dapat
menemukan jawabannya, kemudian guru menambah waktu belajar bagi siswa
yang lemah dalam proses pembelajaran, serta memberikan nasehat agar
menghargai teman dalam belajar Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b. Pendekatan Deduktif

Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut


pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke
penerapan teori. Dalam bidang ilmu sains dijumpai upaya mencoba pembelajaran
dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori
dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama siswa, dan kurang
atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan
pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau
pengetahuan.
Menurut Setyosari (2010:7) menyatakan bahwa “Berpikir deduktif
merupakan proses berfikir yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang
bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus dengan menggunakan logika
tertentu.”
Hal serupa dijelaskan oleh Sagala (2010:76) yang menyatakan bahwa:
Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaaan umum
kekeadaan yang khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan
menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh khusus atau
penerapan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus.
Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa “Pendekatan
deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran,
kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam
situasi tertentu.”
Dalam pendekatan deduktif menjelaskan hal yang berbentuk teoritis
kebentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat
khusus. Disini guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemukan para ahli,
kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh.
Dari penjelasan beberapa teori dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan
deduktif adalah cara berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat
khusus.

Penggunaan Pendekatan Deduktif


Menurut Yamin (2008:89) pendekatan deduktif dapat dipergunakan bila:

a. Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari,


b. Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang
membutuhkan proses berfikir kritis,
c. Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik
dan pembicaraan yang baik,
d. Waktu yang tersedia sedikit.

Langkah-langkah Pendekatan Deduktif


Menurut Sagala (2010:76) langkah-langkah yang dapat digunakan dalam
pendekatan deduktif dalam pembelajaran adalah
e. Guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan
pendekatan deduktif,
f. Guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan
definisi dan contoh-contohnya,
g. Guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun
hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum,
h. Guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan
bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.

Kelebihan Pendekatan Deduktif


Adapun kelebihan dari pendekatan deduktif dibandingkan dengan
pendekatan lain adalah :

i. Tidak memerlukan banyak waktu.


j. Sifat dan rumus yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan kedalam
soal-soal atau masalah yang konkrit.

Kelemahan Pendekatan Deduktif


Kelemahan pendekatan deduktif antara lain:

k. Siswa sering mengalami kesulitan memahami makna matematika dalam


pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa baru bisa memahami konsep
setelah disajikan berbagai contoh.
l. Siswa sulit memahami pembelajaran matematika yang diberikan karna
siswa menerima konsep matematika yang secara langsung diberikan oleh
guru.
m. Siswa cenderung bosan dengan pembelajaran dengan pendekatan deduktif,
karna disini siswa langsung menerima konsep matematika dari guru tanpa
ada kesempatan menemukan sendiri konsep tersebut.
n. Konsep tidak bisa diingat dengan baik oleh siswa.

c. Pendekatan Induktif

Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan


dari hal-hal yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach)
menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif
sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke
sesuatu yang khusus.
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai
sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.
Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan
khusus menuju keadaan umum.
Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa: Pendekatan
induktif dimulai dengan pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang
mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk
berusaha keras mensintesiskan, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar
dari pelajaran tersebut.
Mengajar dengan pendekatan induktif adalah cara mengajar dengan cara
penyajian kepada siswa dari suatu contoh yang spesifik untuk kemudian dapat
disimpulkan menjadi suatu aturan prinsip atau fakta yang pasti.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
induktif adalah pendekatan pengajaran yang berawal dengan menyajikan sejumlah
keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip
atau aturan.

Penggunaan Pendekatan Induktif


Menurut Yamin (2008:90) pendekatan induktif tepat digunakan manakala:

a. Siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang


berhubungan dengan mata pelajaran tersebut,
b. Yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap,
pemecahan, dan pengambilan keputusan,
c. Pengajar mempunyai keterampilan fleksibel, terampil mengajukan
pertanyaan terampil mengulang pertanyaan, dan sabar,
d. Waktu yang tersedia cukup panjang.

Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Induktif


Menurut Sagala (2010:77) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
model pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu:

e. Memilih dan mementukan bagian dari pengetahuan (konsep, aturan


umum, prinsip dan sebagainya) sebagai pokok bahasan yang akan
diajarkan.
f. Menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip atau aturan umum
itu sehingga memungkinkan siswa menyusun hipotesis (jawaban
sementara) yang bersifat umum.
g. Kemudian bukti-bukti disajikan dalam bentuk contoh tambahan dengan
tujuan membenarkan atau menyangkal hipotesis yang dibuat siswa.
h. Kemudian disusun pernyataan tentang kesimpulan misalnya berupa aturan
umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah tersebut, baik
dilakukan oleh guru atau oleh siswa.

Kelebihan Pendekatan Induktif


Adapun kelebihan dari pendekatan induktif dibandingkan dengan
pendekatan antara lain adalah :

i. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berusaha sendiri atau


menemukan sendiri suatu konsep sehingga akan diingat dengan lebih baik.
j. Murid memahami sifat atau rumus melalui serangkaian contoh. Kalau
terjadi keraguan mengenai pengertian dapat segera diatasi sejak masih
awal.
k. Dapat meningkatkan semangat belajar siswa.

Kelemahan Pendekatan Induktif


Kelemahan dari pendekatan induktif antara lain :

l. Memerlukan banyak waktu.


m. Kadang-kadang hanya sebagian siswa yang terlibat secara aktif.
n. Sifat dan rumus yang diperoleh masih memerlukan latihan atau aplikasi
untuk memahaminya.
o. Secara matematik (formal) sifat atau rumus yang diperoleh dengan
pendekatan induktif masih belum menjamin berlaku umum.

d. Pendekatan Konsep

Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik


meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi).. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari
pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara
langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.

Ciri-ciri suatu konsep adalah

a. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu


b. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
c. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
d. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-
pengalaman
e. Konsep yang benar membentuk pengertian
f. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu

Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar


dengan pendekatan konsep adalah:
g. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur
lingkungan.
h. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah
dimengerti.
i. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik
pula sampai konsep yang kompleks.
j. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.

Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep


Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,

k. Tahap Enaktik

Tahap enaktik dimulai dari:

 Pengenalan benda konkret.


 Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa
pengalaman baru.
 Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.
l. Tahap Simbolik

Tahap simbolik siperkenalkan dengan: Simbol, lambang, kode,


seperti angka, huruf. kode, seperti (?=,/) dll. Membandingkan antara
contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti
akan ciri-cirinya. Memberi nama, dan istilah serta defenisi.

m. Tahap Ikonik

Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti:


Menyebut nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu
mengatakannya.

e. Pendekatan Proses

Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan


kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan
hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai
proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan
kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan
proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan
bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses
yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam
bekerja dan sebagainya.
Kelebihan Pendekatan Proses
Keunggulan/Kelebihan pendekatan proses adalah :

a. Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting


untuk pengembangan pengetahuan dan masa depan.
b. Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan
keterampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan.

Kelemahan Pendekatan Proses


Kelemahan pendekatan proses adalah :

a. Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan


pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
b. Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua
sekolah dapat menyediakannya.
c. Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancangkan suatu
percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang
sulit, tidak semua siswa mampu melaksanakannya.

 Pendekatan Open - Ended

Menurut Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan memiliki


multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-
Ended problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan denganOpen-Ended
problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih
menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian
bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban,
namun beberapa atau banyak.
Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada
satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu
jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-
Ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan
metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang
diberikan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.

Kelebihan pendekatan Open–Ended.


Dalam pendekatan open-ended guru memberikan permasalah kepada siswa
yang solusinya tidak perlu ditentukan hanya melalui satu jalan. Guru harus
memanfaatkan keragaman cara atau prosedur yang ditempuh siswa dalam
menyelesaikan masalah. Hal tersebut akan memberikan pengalaman pada siswa
dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan
cara berfikir matematik yang telah diperoleh sebelumnya. Ada beberapa kelebihan
dari pendekatan ini, antara lain:
a. Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif serta
memungkinkan untuk mengekspresikan idenya.
b. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak menerapkan pengetahuan serta
keterampilan matematika secara komprehensif.
c. Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan untuk
mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan dengan cara
mereka sendiri.
d. Siswa terdorong untuk membiasakan diri memberikan bukti atas jawaban
yang mereka berikan.
e. Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan mereka sendiri
maupun dari temannya dalam menjawab permasalahan.

Kelemahan Pendekatan Open–Ended.


Disamping kelebihan yang dapat diperoleh dari pendekatan open-ended,
terdapat juga beberapa kelemahan, diantaranya:

f. Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika yang


bermakna bagi siswa.
g. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahamai siswa sangat
sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana
merespon permasalahan yang diberikan.
h. Karena jawaban bersifat bebas, siswa dengan kemampuan tinggi bisa
merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
i. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka
tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

b. Pendekatan Saintific

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang


dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran
harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam
proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’.
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’.Hasil
akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
(saintifik appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali
informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau
informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi,
atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Tujuan Pembelajaran Pendekatan Saintific


Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:

a. untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir


tingkat tinggi siswa.
b. untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik.
c. terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
d. diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e. untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah
f. Untuk mengembangkan karakter siswa

Prinsip Pendekatan Saintific


Prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan pendekatan saintific antara
lain :

g. pembelajaran berpusat pada siswa


h. pembelajaran membentuk students’ self concept
i. pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari,
mnganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan, dan prinsip.
j. pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir
siswa
k. Pembelajaran meningkatkan motivasi

Langkah-langkah Pendekatan Saintific


Pembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah, yaitu :

l. Observing (mengamati), Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa


atau dengan alat)
m. Questioning (menanya), Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang
tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan
faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
n. Associating (menalar), mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan
informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari
solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai
kepada yang bertentangan
o. Experimenting (mencoba), Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata
atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan,
terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran
IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki
keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam
sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
p. Networking (membentuk Jejaring/ mengkomunikasikan), Menyampaikan
hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,
tertulis, atau media lainnya

c. Pendekatan Realistik

Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan olehHans


Frudenthal di Belanda. Realistic Mathematics Education (RME) adalah
pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi siswa,
menekankan ketrampilan ‘proses of doing mathematics’, berdiskusi dan
berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehinggga mereka dapat
menemukan sendiri (‘student inventing’ sebagai kebalikan dari ‘teacher telling’)
dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah
baik secara individu maupun secara kelompok. (Zulkardi, 2009)
Pengertian pendekatan realistik menurut Sofyan, (2007: 28) “sebuah
pendekatan pendidikan yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki
dasar pendidikan itu sendiri”.
Menurut Sudarman Benu, (2000: 405) “pendekatan realistik adalah
pendekatan yang menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep
sebagai titik tolak dalam belajar matematika”. Matematika Realistik yang telah
diterapkan dan dikembangkan di Belanda teorinya mengacu pada matematika
harus dikaitkan dengan realitas dan matematika merupakan aktifitas manusia.
Dalam pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi- strategi
informasi siswa berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada situasi-
situsi biasa yang telah diakrapiniya, dan keadaan itu yang dijadikannya titik awal
pembelajaran pendekatan realistik atau Realistic Mathematic Education(RME)
juga diberi pengertian “cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyelediki dan memahami konsep matematika melalui suatu
masalah dalam situasi yang nyata”. (Megawati, 2003: 4). Hal ini dimaksudkan
agar pembelajaran bermakna bagi siswa.
Realistic Mathematic Education(RME) adalah pendekatan pengajaran yang
bertitik tolak pada hal- hal yang real bagi siswa(Zulkardi). Teori ini menekankan
ketrampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman
sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri(Student Invonting), sebagai
kebalikan dari guru memberi(Teaching Telling) dan pada akhirnya murid
menggunakan matematika itu untuk menyeleseikan masalah baik secara
individual ataupun kelompok.
Pada pendekatan Realistik peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator,
moderator atau evaluator. Sementara murid berfikir, mengkomunikasikan
argumennya, mengklasifikasikan jawaban mereka, serta melatih saling
menghargai strategi atau pendapat orang lain.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah
pembelajaran yang mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan pada
pendidikan matematika.(Yuwono: 2001)
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME atau
pendekatan Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah sehari- hari sebagai sumber inspirasi dalam pembentukan konsep dan
mengaplikasikan konsep- konsep tersebut atau bisa dikatakan suatu pembelajaran
matematika yang berdasarkan pada hal- hal nyata atau real bagi siswa dan
mengacu pada konstruktivis sosial.

Tujuan Pendekatan Realistik (RME)


Tujuan Pembelajaran Matematika Realistik sebagai berikut:

a. Menjadikan matematika lebih menarik,relevan dan bermakna,tidak terlalu


formal dan tidak terlalu abstrak

b. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.


c. Menekankan belajar matematika “learning by doing”.
d. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan
penyelesaian yang baku.
e. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.

(kuiper&kouver,1993)

Prinsip-Prinsip Pendekatan Realistik (RME)


Terdapat 5 prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu:

f. Menggunakan konsep atau situasi.


g. Menggunakan model : "model of" dan "model for"
h. Menggunakan hasil pemikiran siswa sendiri.
i. Interactivity.
j. Intertwinning (saling mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya).

Gravemeijer(dalam Fitri. 2007: 10) menyebutkan tiga prinsip kunci dalam


pendekatan realistik, ketiga kunci tersebut adalah:

a. Penemuan kembali secara terbimbing/ matematika secara


progresif(Gunded Reinvention/ Progressive matematizing). Dalam
menyeleseikan topik- topik matematika, siswa harus diberi kesempatan
untuk mengalami proses yang sama, sebagai koknsep- konsep matematika
dikemukakan. Siswa diberikan masalah nyata yang memungkinkan adanya
penyeleseian yang berbeda.
b. Didaktif yang bersifat fenomena(didaktial phenomology) topik
matematika yang akan diajarkan diupayakan berasal dari fenomenan
sehari-hari.
c. Model yang dikembangkan sendiri(self developed models) dalam
memecahkan ‘contextual problem”, mahasiswa diberi kesempatan untuk
mengembangkan model mereka sendiri. Pengembangan model ini dapat
berperan dalam menjembatani pengetahuan informal dan pengetahuan
formal serta konkret dan abstrak.

Karakteristik Pendekatan Realistik (RME)


Menurut Grafemeijer (dalam fitri, 2007: 13) ada 5 karakteristik
pembelajaran matematika realistik, yaitu sebagai berikut:

a. Menggunakan masalah kontekstual

Masalah konsektual berfungsi sebagai aplikasi dan sebagai titik


tolak dari mana matematika yang digunakan dapat muncul. Bagaimana
masalah matematika itu muncul(yang berhubungan dengan kehidupan
sehari- hari).

b. Menggunakan model atau jembatan

Perhatian diarahkan kepada pengembangan model, skema, dan


simbolisasi dari pada hanya mentrasfer rumus. Dengan menggunakan
media pembelajaran siswa akan lebih faham dan mengerti tentang
pembelajaran aritmatika sosial.

c. Menggunakan kontribusi siswa

Kontribusi yang besar pada saat proses belajar mengajar diharapkan


dari konstruksi murid sendiri yang mengarahkan mereka dari metode
informal ke arah metode yang lebih formal. Dalam kehidupan sehari- hari
diharapkan siswa dapat membedakan pengunaan aritmatika sosial
terutama pada jual beli. Contohnya: harga baju yang didiskon dengan
harga baju yang tidak didiskon.

d. Interaktivitas

Negosiasi secara eksplisit, intervensi, dan evaluasi sesama murid


dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif
dimana strategi informal siswa digunakan sebagai jembatan untuk
menncapai strategi formal. Secara berkelompok siswa diminta untuk
membuat pertanyaan kemudian diminta mempresentasikan didepan kelas
sedangkan kelompok yang lain menanggapinya. Disini guru bertindak
sebagai fasilitator.

e. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya(bersifat holistik)

Aritmatika sosial tidak hanya terdapat pada pembelajaran


matematika saja, tetapi juga terdapat pada pembelajaran yang lainnya,
misalnya pada akutansi, ekonomi, dan kehidupan sehari- hari.

Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik


Berdasarkan prinsip dan karakteristik PMR serta dengan memperhatikan
pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah disusun suatu langkah-
langkah pembelajaran dengan pendekatan PMR yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu sebagai berikut:

a. Langkah 1: Memahami masalah kontekstual

yaitu guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan


sehari-hari kepada siswa dan meminta siswa untuk memahami masalah
tersebut,serta memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
masalah yang belum di pahami. Karakteristik PMR yang muncul pada
langkah ini adalah karakteristik pertama yaitu menggunakan masalah
kontekstual sebagai titik tolak dalam pembelajaran, dan karakteristik
keempat yaitu interaksi

b. Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual

jika dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka


guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberikan
petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-
bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami

c. Langkah 3 : Menyelesaikan masalah

Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi


aspek matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan
memikirkan strategi pemecahan masalah. Selanjutnya siswa bekerja
menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan
awal yang dimilikinya, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan
penyelesaian siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru mengamati,
memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga siswa dapat
memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut. Karakteristik PMR
yang muncul pada langkah ini yaitu karakteristik kedua menggunakan
model

d. Langkah 4 : Membandingkan jawaban

Guru meminta siswa membentuk kelompok secara berpasangan


dengan teman sebangkunya, bekerja sama mendiskusikan penyelesaian
masalah-masalah yang telah diselesaikan secara individu (negosiasi,
membandingkan, dan berdiskusi). Guru mengamati kegiatan yang
dilakukan siswa, dan memberi bantuan jika dibutuhkan. Dipilih kelompok
berpasangan, dengan pertimbangan efisiensi waktu. Karena di sekolah
tempat pelaksanaan ujicoba, menggunakan bangku panjang. Sehingga
kelompok dengan jumlah anggota yang lebih banyak, membutuhkan
waktu yang lebih lama dalam pembentukannya.
Sedangkan kelompok berpasangan tidak membutuhkan waktu,
karena siswa telah duduk dalam tatanan kelompok berpasangan. Setelah
diskusi berpasangan dilakukan, guru menunjuk wakil-wakil kelompok
untuk menuliskan masing-masing ide penyelesaian dan alasan dari
jawabannya, kemudian guru sebagai fasilitator dan modarator
mengarahkan siswa berdiskusi, membimbing siswa mengambil
kesimpulan sampai pada rumusan konsep/prinsip berdasarkan matematika
formal (idealisasi, abstraksi). Karakteristik PMR yang muncul yaitu
interaksi

e. Langkah 5: Menyimpulkan

Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik


kesimpulan suatu rumusan konsep/prinsip dari topik yang dipelajari.
Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah adanya interaksi
antar siswa dengan guru.

Kelebihan Pembelajaran Matematika Realistik


Beberapa keunggulan/kelebihan dari pembelajaran metematika realistik
antara lain:

a. Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang


tidak tampak.
b. Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
c. Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah
didapatkan.
d. Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
e. Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
f. Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.

Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik


Beberapa kelemahan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:

g. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45 orang).


h. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.
i. Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mampu memahami materi pelajaran.
b. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat

Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,


Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan
konsep, keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains
Technology
Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau
Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun
sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu
ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu
antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari
pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki
bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang
masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan
dengan keputusan yang telah diambilnya.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan
konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam
struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.

Anda mungkin juga menyukai