Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PRAKTIK MANDIRI KEPERAWATAN

PERENCANAAN MEMBENTUK PRAKTIK MANDIRI KEPERAWATAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9

TINGKAT III / REGULER III

KAMILIA NURJANAH 1814401106


IRNI SAVERA 1814401121
RAHMATIN VENIYA 1814401139
ERWIN 1814401143

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN TJK

TA. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat sehat, sehingga penyusunan makalah guna
memenuhi tugas mata kuliah “Praktik Klinik Keperawatan” ini dapat selesai
sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada
sunnahnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai sumbangsi


pemikiran khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa kami mohon maaf
apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata
ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Kami sadar bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi
kebaikan untuk kedepannya.

                                                                  

                

Bandar Lampung, Januari 2021

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................i

KATA PENGANTAR ..................................................................................ii

DAFTAR ISI .................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................2

1.3 Tujuan ...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dari Praktik Klinik Keperawatan................................3

2.2 Unsur-Unsur Praktik Mandiri Keperawatan..................................3

2.3 Reality Praktik Mandiri Keperawatan...........................................5

2.4 Syarat Membuka Praktik Mandiri Keperawatan...........................10

2.5 Aturan dan Persyaratan Praktik Keperawatan …………………. 13

2.6 Sarana Dan Prasarana Praktik Keperawatan …………………… 15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................16

3.2 Saran ............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat, baik dalam maupun luar
negeri sesuai dengan peraturan perundang — undangan yang berlaku. (KepMenKes RI
No.1239 Tahun 2001). Sebagai suatu profesi, perawat bertanggung jawab memberikan
pelayanan perawatan sesuai dengan wewenang yang dimiliki secara mandiri atau
berkolaborasi. Hal ini tersebut dimungkinkan karena perawat memiliki ilmu dan kiat
keperawatan yang mendasari praktik profesionalnya. Tenaga keperawatan sekarang, tidaklah
beda dengan seseorang bidan atau dokter, yang bisa membuka tempat praktik pelayan
perawatan kesehatan. Dari beberapa hasil penelitian, bahwa di Indonesia keperawatan di
rumah berkembang dengan pesat yang didukung oleh faktor ekonomi yaitu semakin tingginya
biaya pelayanan di rumah sakit. Namun, sebenarnya perawat tidak diperbolehkan membuka
praktik keperawatan mandiri karena peraturannya masih diatur dalam surat KepMenKes 1239
dan saat ini masih berupa RUU yang belum mendapatkan pengesahan dari DPR.

Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia, praktik keperawatan adalah tindakan


pemberian asuhan perawat profesional baik secara mandiri atau kolaborasi, yang disesuaikan
dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya berdasarkan ilmu keperawatan (Zaidin Ali
: 12). Perawat sering kali melakukan tindakan keperawatan yang seharusnya dilakukan oleh
dokter. Perawat diibaratkan pembantu dokter yang harus melakukan tindakan sesuai dengan
perintah dokter. Kebijakan pemerintah mengenai hal tersebut belum maksimal , apalagi RUU
tentang praktik keperawatan belum juga mendapat pengesahan dari DPR. Di instansi
pemerintah, gaji perawat Rp 300.000,00 — Rp 1.500.000,00/bulan, jauh di bawah gaji dokter
yang tiap bulannya dari Rp 1.500.000,00—Rp 3.000.000,00. Padahal kebutuhan sehari—hari
perawat belum cukup terpenuhi dengan gaji tersebut. Jika praktik keperawatan mandiri tidak
diperbolehkan, maka di masa akan datang nasib para perawat sangat memprihatinkan dan
kurang terjamin kelayakan hidupnya.

Pada era sekarang ini, perawat kesehatan tidak identik lagi dengan pembantu dokter masa lalu.
Eksistensi dan kredibilitasnya, diakui berbagai kalangan telah maju dan berkembang menjadi
kelompok profesional sehingga bisa membuka praktik mandiri di rumah. Beberapa alasan
4
mengapa keperawatan kesehatan di rumah merupakan alternatif yang banyak diminati
masyarakat antara lain, lebih hemat biaya, pemberdayaan keluarga dalam asuhan klien lebih
optimal, lingkungan memberikan efek yang teraspeutik dan memberikan kesempatan bagi
kasus tertentu yang memerlukan rawat lama misalnya penyakit kronis.

Melihat kepada kenyataan — kenyataan yang tergambar di atas maka praktik keperawatan
mandiri dapat dilakukan oleh perawat professional yang mempunyai keterampilan intelektual,
keterampilan teknikal, dan keterampilan interpersonal yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan utamanya kepada individu, masyarakat secara efektif dan terjangkau.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari praktik klinik keperawatan?
2. Apa unsur-unsur praktik mandiri keperawatan?
3. Apa reality praktik mandiri keperawatan?
4. Apa syarat membuka praktik mandiri keperawatan?
5. Apa ada aturan dan persyaratan parktik mandiri keperawatan ?
6. Apa sarana dan prasarana praktik mandiri keperawatan ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian praktik klinik keperawatan.
2. Mengetahui unsur-unsur praktik mandiri keperawatan.
3. Mengetahui reality praktik mandiri keperawatan.
4. Mengetahui syarat membuka praktik mandiri keperawatan.
5. Mengetahui aturan praktik mandiri keperawatan
6. Mengetahui sarana dan prasarana praktik mandiri keperawatan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Praktek Mandiri Keperawatan

Menurut konsorsium ilmu-ilmu kesehatan (1992) praktek keperawatan adalah tindakan


mandiri perawat profesional atau ners melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif baik dengan
klien maupun tenaga kesehatan lain dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang
holistic sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan, termasuk
praktik keperawatan individu dan berkelompok. Sementara pengetahuan teoritik yang mantap
dan tindakan mandiri perawat profesional dengan menggunakan pengetahuan teoritik yang
mantap dan kokoh mencakup ilmu dasar dan ilmu keperawatan sebagai landasan dan
menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan dalam melakukan asuhan keperawatan
(pojok keperawatan CHS, 2002).

Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-soiso-spiritual yang komprehensif, di tujukan kepada individu, keluarga
dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan yang di berikan berupa bantuan karena adaya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

2.2 Unsur-unsur Praktek Mandiri Keperawatan

Walaupun praktik keperawatan itu kompleks, ia juga dinamis, selalu merespon terhadap
perubahan kebutuhan kesehatan, dan terhadap kebutuhan-kebutuhan perubahan sistem
pelayanan kesehatan. Menurut WHO (1996), unsur-unsur inti keperawatan tergambarkan
dalam kegiatankegiatan berikut :

1. Mengelola kesehatan fisik dan mental serta kesakitan, kegiatannya meliputi pengkajian,
monitoring, koordinasi dan mengelola status kesehatan setiap saat bekerjasama dengan
individu, keluarga maupun masyarakat. Perawatan mengkaji kesehatan klien, mendeteksi
penyakit yang akut atau kronis, melakukan penelitian dan menginterpretasikannya,
memilih dan memonitor interprensi tarapeutik yang cocok, dan melakukan semua ini
dalam hubungan yang suportif dan carring. Perawat harus bisa memutuskan kapan klien
dikelola sendiri dan kapan harus dirujuk ke profesi lain.
2. Memonitor dan menjamin kualitas praktik pelayanan kesehatan. Tanggung jawab
terhadap kegiatan-kegiatan praktik professional, seperti memonitor kemampuan sendiri,
6
memonitor efek-efek intervensi medis, mensupervisi pekerjaan-pekerjaan personil yang
kurang terampil dan berkonsultasi dengan orang yang tepat. Karena ruang lingkup dan
kompleksitas praktik keperawatan maka diperlukan keterampilan-keterampilan dan
pemecahan masalah, berfikir kritis serta bertinfak etis dan legal terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan dan tidak diskriminatif.
3. Memberikan bantuan dan caring. Caring adalah bagian yang terpenting dalam praktik
keperawatan. Bantuan termasuk menciptakan suasana penyembuhan, memberikan
kenyamanan membangun hubungan dengan klien melalui asuhan keperawatan. Peran
membantu seharusnya menjamin partisipasi penuh dari klien dalam perencanaan asuhan,
pencegahan, dan treatmen dan asuhan yang diberikan. Perawat memberikan informasi
penting mengenai proses penyakit, gejala-gejalanya, dan efek samping pengobatan.
4. Penyuluhan-penyuluhan kepada individu, keluarga maupun masyarakat mengenai
masalah-masalah kesehatan adalah fungsi penting dalam keperawatan.
5. Mengorganisir dan mengola sistem pelayanan kesehatan. Perawat berpartisipasi dalam
membentuk dan mengola sistem pelayanan kesehatan, ini termasuk menjamin kebutuhan
klien terpenuhi, mengatasi kekurangan staf, menghadapi birokrasi, membangun dan
memelihara tim terapeutik, dan mendapatkan asuhan spesialis untuk pasien. Perawat
bekerja intersektoral dengan rumah sakit, puskesmas, institusi pelayanan kesehatan lain
dan sekolah. Profesi keperawatan harus mempengaruhi strategi kebijaksanaan kesehatan,
baik tingkat local, regional maupun internasional, aktif terlibat dalam program
perencanaan, pengalokasian dana, mengumpulkan, menganalisis dan memberikan
informasi kepada semua level.

2.3 Reality Praktik Mandiri Keperawatan

Menurut WHO (1996), unsur-unsur inti keperawatan mandiri tergambarkan dalam kegiatan-
kegiatan berikut :

1. Mengelola kesehatan fisik dan mental serta kesakitan, kegiatannya meliputi pengkajian,
monitoring, koordinasi dan mengelola status kesehatan setiap saat bekerjasama dengan
individu, keluarga maupun masyarakat. Perawat mengkaji kesehatan klien, mendeteksi
penyakit yang akut atau kronis, melakukan penelitian dan menginterpretasikannya,
memilih dan memonitor intervensi tarapeutik yang cocok, dan melakukan semua ini
dalam hubungan yang suportif dan carring. Perawat harus bisa memutuskan kapan klien
7
dikelola sendiri dan kapan harus dirujuk ke profesi lain. Karena praktik mandiri
keperawatan bukan berarti praktik sendiri tetapi diperlukan adanya proses kolaborasi
dengan profesi kesehatan lain atau sesama profesi.
2. Memonitor dan menjamin kualitas praktik pelayanan kesehatan. Tanggung jawab
terhadap kegiatan-kegiatan praktik professional, seperti memonitor kemampuan sendiri,
memonitor efek efek intervensi medis, mensupervisi pekerjaan-pekerjaan personil yang
kurang terampil dan berkonsultasi dengan orang yang tepat. Karena ruang lingkup dan
kompleksitas praktik keperawatan maka diperlukan keterampilan-keterampilan dan
pemecahan masalah, berfikir kritis serta bertinfak etis dan legal terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan dan tidak diskriminatif.
3. Memberikan bantuan dan caring. Caring adalah bagian yang terpenting dalam praktik
keperawatan. Bantuan termasuk menciptakan suasana penyembuhan, memberikan
kenyamanan membangun hubungan dengan klien melalui asuhan keperawatan. Peran
membantu seharusnya menjamin partisipasi penuh dari klien dalam perencanaan asuhan,
pencegahan, dan treatmen dan asuhan yang diberikan. Perawat memberikan informasi
penting mengenai proses penyakit, gejala-gejalanya, dan efek samping pengobatan..
4. Penyuluhan-penyuluhan kepada individu, keluarga maupun masyarakat mengenai
masalahmasalah kesehatan adalah fungsi penting dalam keperawatan.
5. Mengorganisir dan mengelola sistem pelayanan kesehatan. Perawat berpartisipasi dalam
membentuk dan mengelola sistem pelayanan kesehatan, ini termasuk menjamin
kebutuhan klien terpenuhi, mengatasi kekurangan staf, menghadapi birokrasi,
membangun dan memelihara tim terapeutik, dan mendapatkan asuhan spesialis untuk
pasien. Perawat bekerja intersektoral dengan rumah sakit, puskesmas, institusi pelayanan
kesehatan lain, dan sekolah. Profesi keperawatan harus mempengaruhi strategi
kebijaksanaan kesehatan, baik tingkat local, regional maupun internasional, aktif terlibat
dalam program perencanaan, pengalokasian dana, mengumpulkan, menganalisis dan
memberikan informasi pada semua level. Menjelang dijalankannya Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) pada tahun 2014, pemerintah berusaha untuk menyiapkan
kelengkapan fasilitas dan kualitas layanan medis, baik itu pusat kesehatan masyarakat
(Puskemas) maupun rumah sakit (RS) milik pemerintah. Nantinya, tidak ada lagi dokter
yang berpraktik pribadi di rumah karena semua standarnya adalah klinik. Pada tahun yang
akan datang semua yang akan menjadi mitra BPJS harus berstandar klinik. Itu berarti
minimal ada tiga dokter yang berpraktik selama 24 jam, ada apotek, laboratorium,
sehingga semua terintegrasi di satu tempat. Jika SJSN sudah dijalankan, pelayanan
8
kesehatan harus dilakukan secara berjenjang. Ini berarti peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) harus berobat mulai dari layanan dasar, yakni ke puskesmas atau klinik
terdekat yang menjadi mitra BPJS. Melihat dan memperhatikan trend yang berkembang
dewasa ini, para perawat yang saat ini sedang giat untuk mendirikan dan membangun
praktik keperawatan mandiri selayaknya harus segera mengadaptasikan rencana yang
telah dibuat agar sesuai dengan era kekinian. Artinya bahwa perencanaan yang ada,
dimana setiap perawat berupaya untuk membentuk praktik keperawatan mandiri secara
individual, ke depan harus berkompromi dengan program pemerintah. Artinya adalah
mau tidak mau para perawat yang ingin menjalankan praktik keperawatan mandiri harus
mencari cara agar dapat terlibat bersama dengan profesi kesehatan lain untuk membentuk
klinik swasta bersama lintas profesi yang mampu memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif, baik diagnosis terapi dan rawatannya, juga tetap menjalin kerjasama
dengan lembaga yang mengelola BPJS agar biaya pelayanan yang diberikan ter-cover dan
dapat dibayarkan melalui program JKSN tersebut. Ini artinya bahwa peluang berusaha
bagi perawat tetap terbuka lebar, hanya saja ke depan para perawat yang mempunyai
praktik keperawatan mandiri harus mampu mengintegrasikan praktik keperawatan
mandiri yang dikelolanya masuk kedalam layanan kesehatan yang diberikan oleh klinik
swasta. Sehingga secara bersama-sama memberikan pelayanan kesehatan bersama profesi
kesehatan yang lain. Beberapa bentuk praktik mandiri

keperawatan yang sudah berlangsung di Indonesia antara lain:

1. Praktik Keperawatan di Rumah (Home Versing Practice/Home Care)


Di beberapa negara maju, “home care” (perawatan di rumah), bukan merupakan
konsep yang baru tapi telah dikembangkan oleh William Rathbon sejak tahun 1859
yang dinamakan perawatan di rumah dalam bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke
rumah untuk mengobati klien yang sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit.
Dari beberapa literatur pengertian “home care” adalah perawatan di rumah merupakan
lanjutan asuhan keperawatan di rumah sakit yang sakit termasuk dalam rencana
pemulangan (discharge planning) dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari rumah
sakit semula, oleh perawat komunitas dimana pasien berada, atau tim keperawatan
khusus yang menangani perawatan di rumah. Menurut Warola, 1980 dalam
pengembangan Model Praktik Mandiri Keperawatan di rumah yang disusun oleh PPNI
dan Depkes, home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, disediakan oleh pemberi
9
pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau
pengaturan berdasarkan kerja (kontrak).
a. Mekanisme Perawatan Kesehatan Di Rumah
Pasien atau klien yang memperoleh pelayanan keperwatan di rumah dapat
merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun
puskesmas. Namun pasien atau klien dapat langsung menghubungi agensi
pelayanan keperawatan di rumah atau praktik keperawatan perorangan untuk
memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Pasien atau klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih
dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di
rawat di rumah atau tidak.
2) Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di
rumah, maka dilakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan
staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan dirumah, kemudia
bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan masalahnya, dan
membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai
pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup
jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka
waktu pelayanan.
3) Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksanaan keperawatan
dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang
direkrut oleh pengelola perawatan di rumah. Pelayanan dikoordinir dan
dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh
tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh koordinator kasus.
4) Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
b. Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah
Lingkup praktik keperawatan mendiri meliputi asuhan keperawatan perinatal,
asuhan keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan
dewasa, dan asuhan keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa
dilaksanakan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.
Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :
1) Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio-
psiko-sosiospiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan
10
observasi, dan wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan,
membuat perencanaan, dan melaksanakan tindakan keperawatan yang
memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-
tindakan pelimpahan wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan
konseling kesehatan dan melakukan evaluasi.
2) Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien,
dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggungjawaban dan tanggung gugat
untuk perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan keperawatan
yang diberikan.
3) Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara
berkelompok.
4) Sebagai pembela atau pendukung (advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan
asuhan keperawatan klien di rumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut
kerumah sakit dan memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan
standart dan pembiayaan terhadap klien sesuai dengan pelayanan atau asuhan
yang diterima oleh klien.
5) Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah
dilakukan, mencakup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus
dilakukan.
c. Jenis Pelayanan Keperawatan Di Rumah
Jenis pelayanan keperawatan di rumah di bagi tiga kategori yaitu :
1) Keperawatan klien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling banyak
di laksanakan pada pelayanan keperawatan di rumah sesuai dengan alasan
kenapa perlu di rawat di rumah. Individu yang sakit memerlukan asuhan
keperawatan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah tingkat keparahan
sehingga tidak perlu dirawat di rumah sakit.
2) Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada pomosi dan
prevensi. Pelayanannya mencakup mempersiapkan seorang ibu bagaimana
bayinya setelah melahirkan, pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak,
mengajarkan lansia beradaptasi terhadap proses menua, serta tentang diit
mereka.

11
3) Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan pada penyakit-
penyakit terminal misalnya kanker, penyakit-penyakit kronis seperti diabet,
stroke, hipertensi, masalah-masalah kejiwaan, dan asuhan pada anak.

2.4 Syarat Membuka Praktik Mandiri Keperawatan


Berikut syarat membuka praktik mandiri perawat berdasarkan Permenkes RI Nomor 26
tahun 2019.
a. Persyaratan Administrasi
Kualifikasi pendidikan minimal Profesi Ners. Vokasi bisa membuka praktik
keperawatan mandiri jika disuatu daerah tersebut belum memiliki kualifikasi perawat
ners. Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) dikeluarkan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota tempat praktik keperawatan mandiri. Syarat utama mendapatkan
SIPP adalah sudah memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Setiap perawat berhak
mendapatkan paling banyak 2 SIPP yang dapat digunakan di Fasilitas Kesehatan
Rumah Sakit atau praktik mandiri.
Berikut persyaratan untuk mendapatkan SIPP
 fotokopi ijazah dilegalisir
 fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisasi asli
 surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik
 surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan tempat perawat berpraktik
 pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4×5 (3 lembar)
 rekomendai dari kepala dinas kesehatan/kota setempat atau pejabat yang
ditunjuk.
 rekomendasi dari organisasi profesi.
b. Persyaratan Bangunan/Prasarana
 Bangunan untuk tempat praktik mandiri perawat dapat berutapa rumah tinggal,
bagian dari rumah, bagian dari kantor/tempat kerja, mal, atau bagian dari gedung
(apartemen, rumah toko, rumah susun, mal, atau bangunan lain yang sejenis).
 Bangunan bersifat permanen, tidak bergabung fisik bangunan lainnya (ada batas
dengan bangunan lainnya). misalnya pada bangunan rumah tinggal pintu masuk
tempat praktik harus terpisah dari tempat tinggal. Bangunan praktik mandiri
perawat terdiri dari ruang administrasi, ruang tunggu, ruang

12
periksa/konsultasi/asuhan keperawatan, ruang penyimpanan alat kesehatan, toilet
dan ruang lainnya sesuai kebutuhan.
 Memiliki sistem air berish, kelistrikan atau pencahayaan yang cukup, ventilasi
atau sirkulasi udara yang baik dan prasaran lain sesuai dengan kebutuhan.
c. Papan Nama Praktik
Perawat yang membuka praktik mandiri wajib memasang papan nama praktik.Papan
nama mudah dibaca oleh masyarakat.
Memuat nama perawat, nomor STR, Nomor SIPP dan terdapat keterangan
“memberikan Asuhan Keperawatan”

2.5 Aturan dan Persyaratan Praktik Mandiri Perawat Medikal Bedah

1. Dasar Aturan dan Persyaratan Praktik Mandiri Perawat Medikal Bedah

2. Persyaratan Praktik Perorangan dan Kelompok Perawat Medikal Bedah

Dasar Individu/Perorangan Kelompok

Aturan 1. Penilaianklinisdanwewenang 1. Penilaianklinisdan

13
Persyaratan 1. MinimalD3denganpengalaman 1. Praktikmandiri
kerja9tahundalambidangyang keperawatanyangbersifat
sama(MedikalBedah)dengan kelompokharusmemiliki
pengawasan NersKeperawatan point1-7danakte
2. NersKeperawatandengan Pendirian
pengalamankerja2tahunbidang 2. PraktikMandiri
yang sama(MedikalBedah) keperawatanyangbersifat
denganpengawasanS2 Kelompokdibawah
Keperawatan institusi,makatidakperlu
3. S2Keperawatandengan Aktapendirian
pengalamankerja1tahun 3. Memilikidanmematuhi
4. Memilikisertifikasidalambidang SOP
Terkait
5. Anggotahimpunanorganisasi
medicalbedah

6. MemilikiSIPPyangmasihberlaku
7. Memilikitempatpraktikyang

permanen sesuaidenganstandar

14
8. MemilikidanmematuhiSOPdan
SAKygdikeluarkanoleh
organisasiprofesi
9. Memilikisuratizinatau
rekomendasidariRT,RW,
Puskesmasdilokasitempat
praktik.
10.Memilikiformatdokumentasi
keperawatansesuaistandar(PR
KMB)

2.6. Sarana Dan Prasarana Praktik KMB

1) Sarana Ruangan

Memiliki ruangan tersendiri dengan luas minimal 4x6 M2

Membuat papan nama yang diletakan diluar ruangan dan mudah terbaca oleh umum
Menyesuaikan aturan tentang sarana dan prasarana pelaksanaan praktik keperawatan yang
ada.

2) Nursing assessment dan Alat kelengkapan


tindakankeperawatan a. Standar alat tenun dengan
mempertimbangkan:

- Menyerap keringat / air

- Mudah dibersihkan

- Ukuranmemnuhistandarisasiyangbaik

- Pemilihan warna memperhatikan aspek psikologis pasien

- Tidak berfungsi sebagai media torkuman

- Tidak menyebabkan iritasi /perlukaan kulit

b. Standar Alat kesehatan dengan


mempertimbangkan:

a) Mudah dibersihkan,tidak mudah berkarat

b) Ukuran standar secara umum (Dewasa,Anak,Bayi)


c) Aman penggunaan baik bagi perawat maupun
pasien
15
d) Tidak berfungsi sebagai media torkuman

e) Untuk alat-alat kesehatan tertentu memenuhi persyaratan


ergonomic

f) Tersediannya suku cadang terhadap kesinambungan alat

g) Tersedianya manua penggunaan alat dn prosedur


(SPO)

c.Standar pencatatan dan pelaporan dengan mempertimbangkan:

a) Bahasa sederhana dan mudah dimengerti

b) Mudah diisi

c) Ukuran,jenis kertas dan desain sesuai standar

d) Form Asuhan keperawatan mengacu pada kaidah pendokumentasian


Asuhan keperawatan yang sesuai standar dan dipahami semua pihak

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lokasi bisa membuka praktik keperawatan mandiri jika disuatu daerah


tersebut belum memiliki kualifikasi perawat. Setiap perawat berhak
mendapatkan paling banyak 2 SIPP yang dapat digunakan di Fasilitas
Kesehatan Rumah Sakit atau praktik mandiri. Bangunan untuk tempat praktik
mandiri perawat dapat berutapa rumah tinggal, bagian dari rumah, bagian dari
kantor / tempat kerja, mal, atau bagian dari gedung (apartemen, rumah toko,
rumah susun, mal, atau bangunan lain yang sejenis). Bangunan bersifat
permanen, tidak bergabung dengan fisik bangunan lainnya (ada batas dengan
bangunan lainnya). Bangunan praktik mandiri perawat terdiri dari ruang
administrasi, ruang tunggu, ruang periksa / konsultasi / asuhan keperawatan,
ruang penyimpanan alat kesehatan, toilet dan ruang lainnya sesuai kebutuhan.

3.2 Saran

Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan mandiri, harus


memenuhi kriteria dibawah ini :

a. Meningkatkan kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan keperawatan


berkelanjutan yang diselenggarakan oleh ogranisasi profesi dan lembaga lain
yang diakteditasi oleh organisasi profesi. (Sesuai RUU tentang praktik
keperawatan pasal 26).
b. Mempunyai keterampilan intelektual, keterampilan teknikal, dan ketrampilan
interpersonal yang dapat memberikan kesehatan secara efektif dan terjangkau.
c. Dapat menjalankan perannya secara profesional dalam praktik keperawatan
yaitu sebagai pemberi asuhan keperawatan, komunikasi, kolaborasi, pendidik,
advokat, konselor, pembawa perubahan, pemimpin, manajemen dan peneliti.

1
DAFTAR PUSTAKA

Antoni, putra. 2008. Rancangan Undang-undang praktik keperawatan. WordPress.


Com. 17 marat 2009.

Helwiah. 2004. Home care sebagai bentuk praktik mandiri perwat di rumah sakit
dalam jurnal keperawatan Universitas Padjadjaran.Bandung. PSIK-FK-Unpad
Bandung. co.id. 11 maret 2009.

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta :


EGC.

Priharjo, R. 1995. Praktik Keperawatan Profesional. Jakarata : EGC.

Anda mungkin juga menyukai