Anda di halaman 1dari 5

Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19

Di dunia saat ini sedang marakmaraknya wabah Coronavirus. Coronavirus itu sendiri
adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai
berat. Ada setidaknya dua jenis corona virus yang diketahui menyebabkan penyakit yang
dapat menimbulkan gejala berat. Coronavirus Diseases 2019 (Covid-19) adalah penyakit
jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Tanda dan gejala
umum infeksi Covid-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk,
dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5- 6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari.
Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai kedaruratan kesehatan
masyarakat yang meresahkan dunia. Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan
pertama kali kasus konfirmasi Covid-19 sebanyak 2 kasus. Novel Coronavirus Disease 2019
(Covid-19) yang berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, China telah menyebar dengan cepat ke
seluruh dunia. Pada tanggal 11 Maret, 2020 World Health Organization (WHO) bahkan telah
mendeklarasikan kejadian ini sebagai pandemi global (Cucinotta & Vanelli, 2020). Hal
tersebut mengharuskan kita untuk melakukan karantina secara mandiri di rumah untuk
memutus rantai penyebaran dari virus tersebut. Keadaan ini menyebabkan seluruh kegiatan
dalam berbagai sektor menjadi terhambat, salah satunya dalam sektor pendidikan.
Permasalahan selanjutnya adalah kehadiran siswa yang sulit terkontrol, tingkat
kehadiran jauh menurun disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor dalam diri
siswa dan kontrol orang tua yang kurang optimal. Terkait dengan ini, maka terdapat
tuntutan kepada para guru untuk kreatif dan inovatif menyesuaikan diri dengan
perkembangan lingkungan yang sedang berubah. Kurikulum sebagai salah satu elemen dari
sistem pembelajaran memang tidak berada dalam ruang hampa udara, karena harus selalu
mengikuti perkembangan kondisi lingkungan. Kurikulum yang sudah dengan
demikian terstruktur dan sistematis ditetapkan sejak awal, harus segera diadaptasi dengan
fakta bahwa siswa dalam kurun waktu yang tidak ada kepastian harus tetap berada di
rumah. Walaupun dalam keadaan darurat, KBM mesti terus berjalan, untuk tercapainya
tujuan pendidikan. Penelitian ini bertujuan membahas tentang upaya agar sekolah bisa
menyelengarakan pendidikan yang efektif dan efisien di tengah pandemi Covid-19 ini,
serta tentang desain tujuan, isi dan strategi serta sistem penilaiannya agar sesuai dengan
regulasi yang ditetapkan dengan modifikasi karena keterbatasan situasi dan kondisi
sekarang ini.
Jadi inovasi merupakan perubahan, dalam hal ini perubahan karena situasi
pandemi (wabah) Covid-19. Perubahan tersebut terjadi dalam semua sektor terutama
bidang pendidikan. Siswa sudah tidak bisa lagi belajar seperti biasa berangkat ke sekolah
tetapi belajar di rumah dengan bimbingan orang tua. Guru berinteraksi dengan siswa
dari jauh dengan menggunakan moda daring (dalam jaringan) dengan bantuan layanan
internet. Dengan siswa belajar di rumah maka akan terjadi pergeseran perubahan
terutama dalam bidang kurikulum. Kurikulum menurut UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Tujuan instruksional adalah tujuan yang sangat spesifik dalam bidang studi yang
disampaikan dalam satu atau lebih pertemuan proses kegiatan belajar mengajar. Hal
ini sangat memudahkan guru atau pengembang kurikulum agar tujuan spesifik ini
tidak bertele-tele penyampaiannya dan kepentingan materi yang berkaitan dengan Covid-
19 tersampaikan dengan baik. Tujuan instruksional ini diusahakan agar mencakup pada
ruang lingkup taksonomi Bloom (1965) yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat komputer (PC) atau laptop yang
terhubung dengan koneksi jaringan internet, juga dapat mengunakan android. Pendidik
dapat menggunakan media pembelajaran model grup dengan menggunakan media sosial
yaitu Whatsapp (WA), telegram, aplikasi Zoom ataupun media sosial lainnya sebagai suatu
sarana pembelajaran jarak jauh akan membuat pendidik dan peserta didik dapat belajar
diwaktu bersamaan walaupun berada ditempat yang berbeda. Pendidik juga dapat
memberikan tugas-tugas atau latihan untuk membuat peserta didik lebih memahami materi
yang diberikan. Banyak inovasi-inovasi pembelajaran lainnya yang bisa dilakukan oleh
pendidik demi memastikan pembelajaran tetap berjalan dan peserta didik mendapatkan
ilmu sesuai kurikulum yang telah disusun pemerintah. Untuk itu para oendidik dituntuk
agar pendidik menjadi seorang yang kreatif dan inovatif ketika melakukan proses
belajar-mengajar. Salah satu aplikasi pembelajaran jarak jauh yang dapat digunakan
pendidik yaitu Google Classroom, Google Hangout, Zoom atau minimal
WhatsApp,maka dengan pembelajaran jarak jauh ini akan membuar peserta didik tetap
belajar walaupun secara online, yang tidak semua peserta didik yang dapat memahami
penggunaan media pembelajaran secara online, tetapi kita sebgai pendidik harus tetap
memotivasi dan melakukan pembelajaran jarak jauh, sehingga kita dapat tetap memantau
aktivitas peserta didik dalam belajar.
Hal ini kemungkinan besar dalam pembelajaran secara online akan membuat
peserta didik memahami materi agak lambat yang mengakibatkan kurikulum agak sulit kita
capai, sehingga hal yang penting dalam proses belajar mengajar secara daring ini peserta
didik tetap melakukan kegiatan belajarnya. Pendidik bias menerapkan pembelajaran
kontektual yang dialami peserta didik agar peserta didik dapat lebih memahaminya. Semua
pendidik akan mengalami keresahan ini, hal ini tidak dirasakan pendidik dan peserta
didik juga para orang tua, tetapi kita tetap optimis bahwa apapun yang terjadi proses
belajar-mengajar tetap dilakukan. Dalam hal dilakukannya proses belajar mengajar secara
online dimana harapannya pendidik juga tidak memberatkan peserta didik, karena mereka
juga harus memahami serta melakukan belajar secara otodidak agat tidak ketinggalan
pelajaran. Tidak hanya pendidik saja yang melakukan inovasi tetapi pengawas sekolah
juga melakukan inovasi agar tugas dalam pengawasan berjalan lancar dan baik walaupun
tidak dilakukan secara tatap muka. Pengawas tetap melakukan pembinaan, monitoring,
dan evaluasi kerja kepala sekolah dalam mengatur proses belajar daring, pengawas
memantau bagaimana sekolah melakukan pembelajaran secara jarak jauh, pengawas
dapat menggunakan aplikasi yang telah tersedia untuk memantau dan memonitoring
suatu sekolah yang akan mengakibatkan tetap masih adanya komunikasi antara
pengawas sekolah dengan sekolah binaanya bahwa berjalan dengan lancar dan kepala
sekolah juga melaporkan semua jalannya pembelajaran daring yang dilakukan pendidik
di sekolah masing-masing kepada pengawas sekolah.
Pembelajaran secara online tidak hanya dapat dilakukan secara individu tetaqpi
juga dapat dilakukan secara kelompok. Dengan dilakukan pembelajaran daring ini peserta
didik lebih mecari tahu dan ingin mengetahui juga jadi penasaran dengan sesuatu yag
diberikan oleh pendidik, sehingga peserta didik menjadi mandiri dalam belajar, yang
selama ini hanya terfokus apa yang diberikan oleh pendidik. Peserta didik menjadi kreatif
dalam membuat video, presentasi, public speaking dan menggunakan teknologi, yang
selama ini tidak mau tahu akhirnya peserta didik jadi mengetahuinya. Dengan diminta
peserta didik untuk melalkukan presentasi dalam bentuk video dan diunggah ke media
sosial seperti Youtube, Facebook, Linkedin, Line, ataupun yang lain. Penilaian akan
berdasarkan jumlah views (berapa kali ditonton), berapa jempol (like), dan berapa
banyak komentar/interaksi yang muncul dari unggahan tersebut. Manfaatnya akan lebih
terasa bagi peserta didik; jelas akan mengurangi tingkat stres para orangtua di rumah,
menghilangkan kegagapan pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran daring, dan
yang pasti mengembalikan dunia pendidikan ke arah yang seharusnya dituju, yaitu
belajar untuk belajar, bukan apa yang harus dipelajari.
Banyak jenis pembelajaran daring yang dapat diterapkan pada peserta didik,
dimana proses belajar mengajar tetap terjadi walaupun dari rumah. Albertus Adit
mengungkapkan dalam harian kompas.com bahwa sedikitnya ada 12 platform
pembelajaran daring atau online yang siap diakses oleh siswa di seluruh Indonesia. (Adit,
2020) Para pendidik dan peserta didik dapat menggunakan dan mengikuti pembelajaran
jarak jauh. Karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) RI, bekerjasama berbagai platform yakni menyediakan aplikasi
pembelajaran daring. Melansir laman resmi Kemendikbud RI, berikut ini ada 12 platform
atau aplikasi yang bisa diakses siswa untuk belajar di rumah. Aplikasi ini sebagai bentuk
bersama hadapi corona. Seluruh anak sekolah di Indonesia kini belajar di bawah ancaman
pandemi COVID-19. Seperti dilakukan oleh banyak negara, untuk mencegah penularan
virus corona di sekolah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan surat edaran
bertanggal 24 Maret 2020 yang mengatur pelaksanaan pendidikan pada masa darurat
penyebaran coronavirus). Kebijakan “Belajar dari Rumah” ini tepat untuk mencegah
penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah, namun survei awal dan terbatas kami
menunjukkan implementasinya masih beragam di lapangan. Masih terbatasnya kepemilikan
komputer/laptop dan akses internet, misalnya, merupakan masalah utama yang berdampak
pada tidak meratanya akses pembelajaran online. Temuan ini sama dengan yang terjadi di
negara maju seperti di Amerika Serikat, Inggris, juga negara tetangga Singapura.
Selain aspek pekerjaan dan pendidikan, ditemukan juga perbedaan kontribusi orang
tua pada pendampingan selama anak belajar dari rumah. Walaupun pendidikan di rumah
menjadi tanggung jawab kedua orang tua, ibu lebih banyak mengalokasikan waktu
dibandingkan ayah. Ibu menyediakan waktu lebih banyak (2-3 jam per hari) sebesar 31% dan
ayah (kurang dari 1 jam) dalam mendampingi anak belajar dari rumah sebesar 23%. yang
menghabiskan sekitar kurang dari satu jam untuk melakukan aktivitas seperti berkomunikasi
dengan guru, mendampingi proses belajar anak, membantu anak memahami materi, dan
menyediakan alat pendukung pembelajaran. Ibu yang mendampingi anak 3 sampai lebih
dari 4 jam, jumlahnya 2 kali lipat dari ayah. Mayoritas orang tua melek informasi belajar dari
rumah, Penggunaan media belajar offline lebih dominan, Anak diberi banyak tugas oleh
guru. Pengaruh pekerjaan dan pendidikan orang tua ke akses belajar online, Ibu lebih banyak
mendampingi anak ketimbang ayah.

Anda mungkin juga menyukai