2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah manajemen :
“Konsep Kinerja dan Indicator”tepat waktu dan sesuai dengan harapan.Makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu berkat bantuan semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
TINJUAN PUSTAKA...............................................................................................................3
2.1 Definisi Kinerja...........................................................................................................3
2.2 Komponen Utama kinerja............................................................................................4
2.3 Faktor – factor yang Berpengaruh Terhadap Kinerja..................................................5
2.4 Pengertian Indicator.....................................................................................................9
2.5 Karakteristik Indicator...............................................................................................10
2.6 Klasifikasi indicator...................................................................................................11
2.7 Proses Dalam Menentukan Key Performance Indicator (KPI).................................12
2.8 Pengumpulan Data Indikator Kinerja........................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
1.1 Simpulan....................................................................................................................15
1.2 Saran..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi ini perkembangan industry dan perekonomian dunia harus
diimbangi oleh kinerja karyawan yang baik sehingga terciptanya dan tercapainya target
target yang hendak dicapai
Salah satu persoalan penting dalam pengelolaan sumber daya manusia (dalam tulisan
ini disebut juga dengan istilah pegawai) dalam organisasi adalah menilai kinerja pegawai.
Penilaian kinerja dikatakan penting mengingat melalui penilaian kinerja dapat diketahui
seberapa tepat pegawai telah menjalankan fungsinya. Ketepatan pegawai dalam
menjalankan fungsinya akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian kinerja organisasi
secara keseluruhan. Selain itu, hasil penilaian kinerja pegawai akan memberikan
informasi penting dalam proses pengembangan pegawai.
Namun demikian, sering terjadi, penilaian dilakukan tidak tepat. Ketidaktepatan ini
dapat disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidaktepatan
penilaian kinerja diantaranya adalah ketidakjelasan makna kinerja yang
diimplementasikan, ketidapahaman pegawai mengenai kinerja yang diharapkan,
ketidakakuratan instrumen penilaian kinerja, dan ketidakpedulian pimpinan organisasi
dalam pengelolaan kinerja.
1
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian kinerja.
1.3.2 Untuk mengetahui komponen utama kinerja.
1.3.3 Untuk mengetahuifactor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja.
1.3.4 Untuk mengetahui pengertian indicator.
1.3.5 Untuk mengetahui karakteristik indicator.
1.3.6 Untuk mengetahui klasifikasi indicator: input, proses, output.
1.3.7 Untuk mengetahui proses dalam menentukan key performance indicator (KPI).
1.3.8 Untuk mengetahui fungsi indicator dalam kontek mutu kinerja.
1.4 Manfaat
Makalah ini mempunyai manfaat khususnya bagi pembaca atau mahasiswa jurusan
keperawatan agar mengetaui dan dapat memahami tentang konsep kinerja dan indikator.
2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Brumbrach, selain menekankan hasil, juga menambahkan perilaku sebagai bagian dari
kinerja. Menurut Brumbach, perilaku penting karena akan berpengaruh terhadap hasil kerja
seorang pegawai.
3
Menurut Mangkunegara, Anwar Prabu, kinerja diartikan sebagai :
”Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”
Dari beberapa pendapat tersebut, kinerja dapat dipandang dari perspektif hasil, proses,
atau perilaku yang mengarah pada pencapaian tujuan. Oleh karena itu, tugas dalam konteks
penilaian kinerja, tugas pertama pimpinan organisasi adalah menentukan perspektif kinerja
yang mana yang akan digunakan dalam memaknai kinerja dalam organisasi yang
dipimpinnya.
Dari berbagai pengertian tersebut di atas, pada dasarnya kinerja menekankan apa yang
dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau apa yang keluar (outcome). Bila
disimak lebih lanjut apa yang terjadi dalam sebuah pekerjaan atau jabatan adalah suatu
proses yang mengolah input menjadi output (hasil kerja). Penggunaan indicator kunci
untuk mengukur hasil kinerja individu, bersumber dari fungsi-fungsi yang diterjemahkan
dalam kegiatan atau tindakan dengan landasan standar yang jelas dan tertulis. Mengingat
kinerja mengandung komponen kompetensi dan produktivitas hasil, maka hasil kinerja
sangat tergantung pada tingkat kemampuan individu dalam pencapaiannya.
4
2.3 Faktor – factor yang Berpengaruh Terhadap Kinerja
Kinerja tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan kata lain, terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kinerja. Adapun faktor-faktor tersebut menurut Armstrong (1998: 16-17)
adalah sebagai berikut:
a. Faktor individu (personal factors). Faktor individu berkaitan dengan keahlian, motivasi,
komitmen, dll.
b. Faktor kepemimpinan (leadership factors). Faktor kepemimpinan berkaitan dengan
kualitas dukungan dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, manajer, atau ketua
kelompok kerja.
c. Faktor kelompok/rekan kerja (team factors). Faktor kelompok/rekan kerja berkaitan
dengan kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan kerja.
d. Faktor sistem (system factors). Faktor sistem berkaitan dengan sistem/metode kerja yang
ada dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi.
e. Faktor situasi (contextual/situational factors). Faktor situasi berkaitan dengan tekanan
dan perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal.
Dari uraian yang disampaikan oleh Armstrong, terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Faktor-faktor ini perlu mendapat perhatian serius
dari pimpinan organisasi jika pegawai diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
optimal.
5
yang jelas antara elemen-elemen kritis suatu pekerjaan yang telah diidentifikasi melalui
analisis jabatan dengan dimensi-dimensi yang akan dinilai dalam form penilaian.
b. Sensitivitas (sensitivity). Sensitivitas berarti adanya kemampuan sistem penilaian kinerja
dalam membedakan pegawai yang efektif dan pegawai yang tidak efektif.
c. Reliabilitas (reliability). Reliabilitas dalam konteks ini berarti konsistensi penilaian.
Dengan kata lain sekalipun instrumen tersebut digunakan oleh dua orang yang berbeda
dalam menilai seorang pegawai, hasil penilaiannya akan cenderung sama.
d. Akseptabilitas (acceptability). Akseptabilitas berarti bahwa pengukuran kinerja yang
dirancang dapat diterima oleh pihak-pihak yang menggunakannya.
e. Praktis (practicality). Praktis berarti bahwa instrumen penilaian yang disepakati mudah
dimenegerti oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses penilaian tersebut.
Pendapat senada dikemukakan oleh Noe et al (2003: 332-335), bahwa kriteria sistem
pengukuran kinerja yang efektif terdiri dari beberapa aspek sebagai berikut:
a. Mempunyai Keterkaitan yang Strategis (strategic congruence). Suatu pengukuran kinerja
dikatakan mempunyai keterkaitan yang strategis jika sistem pengukuran kinerjanya
menggambarkan atau berkaitan dengan tujuan-tujuan organisasi. Sebagai contoh, jika
organisasi tersebut menekankan pada pentingnya pelayanan pada pelanggan, maka
pengukuran kinerja yang digunakan harus mampu menilai seberapa jauh pegawai
melakukan pelayanan terhadap pelanggannya.
b. Validitas (validity). Suatu pengukuran kinerja dikatakan valid apabila hanya mengukur
dan menilai aspek-aspek yang relevan dengan kinerja yang diharapkan.
c. Reliabilitas (reliability). Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi pengukuran kinerja
yang digunakan. Salah satu cara untuk menilai reliabilitas suatu pengukuran kinerja
adalah dengan membandingkan dua penilai yang menilai kinerja seorang pegawai. Jika
nilai dari kedua penilai tersebut relatif sama, maka dapat dikatakan bahwa instrumen
tersebut reliabel.
d. Akseptabilitas (acceptability). Akseptabilitas berarti bahwa pengukuran kinerja yang
dirancang dapat diterima oleh pihak-pihak yang menggunakannya. Hal ini menjadi suatu
perhatian serius mengingat sekalipun suatu pengukuran kinerja valid dan reliabel, akan
tetapi cukup banyak menghabiskan waktu si penilai, sehingga si penilai tidak nyaman
menggunakannya.
e. Spesifisitas (specificity). Spesifisitas adalah batasan-batasan dimana pengukuran kinerja
yang diharapkan disampaikan kepada para pegawai sehingga para pegawai memahami
6
apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana cara untuk mencapai kinerja tersebut.
Spesifisitas berkaitan erat dengan tujuan strategis dan tujuan pengembangan manajemen
kinerja.
Dari pendapat Cascio dan Noe et al, ternyata suatu instrumen penilaian kinerja harus
didisain sedemikian rupa. Instrumen penilaian kinerja, berdasarkan konsep Cascio dan Noe et
al, terutama harus berkaitan dengan apa yang dikerjakan oleh pegawai. Mengingat jenis dan
fungsi pegawai dalam suatu organisasi tidak sama, maka nampaknya, tidak ada instrumen
yang sama untuk menilai seluruh pegawai dengan berbagai pekerjaan yang berbeda.
Penilaian Kerja
7
Adapun sasaran proses penilaian dikemukakan oleh Alewine (1992: 244) sebagai
berikut: ”Sasaran proses penilaian prestasi kerja adalah untuk membuat karyawan
memandang diri mereka sendiri seperti apa adanya, mengenali kebutuhan perbaikan kinerja
kerja, dan untuk berperan serta dalam membuat rencana perbaikan kinerja”. Sedangkan
tujuan umum penilaian kinerja adalah mengevaluasi dan memberikan umpan balik
konstruktif kepada para pegawai yang pada akhirnya mencapai efektivitas organisasi.
Sementara itu, menurut Cummings dan Schwab (1973: 4), penilaian kinerja pegawai pada
umumnya memiliki dua fungsi sebagai berikut:
Dari uraian sebelumnya, terlihat bahwa penilian kinerja memberikan banyak tujuan.
Tujuan penilian kinerja ini pada akhirnya akan memberikan manfaat, tidak hanya untuk
pegawai yang bersangkutan, akan tetapi juga untuk organisasi. Perlu diingat bahwa penilaian
kinerja tidak dimaksudkan untuk memberikan hukuman jika pegawai tidak dapat memenuhi
capaian kinerja yang ditentukan.
Oleh karena itu, salah satu aspek penting dalam penilaian kinerja adalah adanya
apresiasi yang proporsional dan program pengembangan SDM yang tepat. Apresiasi
diberikan kepada prg yang mampi mencapai atau melebihi tingkat kinerja yang diharapkan.
Sedangkan program pengembangan pegawai diberikan kepada pegawai yang
memerlkukan treatment tertentu untuk meningkatkan kinerjanya.
1. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi. Contoh:
berat badan bayi dan umurnya adalah indikator status nutrisi dari bayi tersebut
( Wilson & Sapanuchart, 1993).
2. Indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan satu
kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan (Green,
1992).
3. Indikator adalah variable untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun
tidak langsung (WHO, 1981)
9
Ada dua kata kunci penting dalam pengertian tersebut diatas adalah pengukuran dan
perubahan. Untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan "indikator" sebagai alat
atau petunjuk untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan. Indikator yang berfokus
pada hasil asuhan kepada pasen dan proses-proses kunci serta spesifik disebut indikator
klinis. Indikator klinis adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas asuhan pasen dan berdampak terhadap pelayanan. Indikator tidak
dipergunakan secara langsung untuk mengukur kualitas pelayanan, tetapi dapat dianalogikan
sebagai "bendera" yang menunjuk adanya suatu masalah spesifik dan memerlukan
monitoring dan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan, mungkin tidak relevan mengukurnya
dengan ukuran kuantitatif untuk mengambil suatu keputusan. Sebagai contoh dalam
komunikasi: bagaimana kualitas komunikasi interpersonal antara perawat - pasen, maka
pengukurannya adalah melalui observasi langsung untuk mengetahui bagaimana kualitas
interaksinya. Monitoring dilakukan terhadap indikator kunci guna dapat mengetahui
penyimpangan atau prestasi yang dicapai. Dengan demikian setiap individu akan dapat
menilai tingkat prestasinya sendiri (self assesment).
1. Sahih (Valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek
yang akan dinilai.
2. Dapat dipercaya (Reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang
berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
3. Peka (Sensitive): cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu banyak.
4. Spesifik (Specific) memberikan gambaran prubahan ukuran yang jelas dan tidak
tumpang tindih.
5. Relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal contoh: pada unit
bedah indikator yang dibuat berhubungan dengan pre-operasi dan post-operasi.
10
2.6 Klasifikasi indicator
Sistem klasifikasi indicator didasarkan atas kerangka kerja yang logis dimana kontinuum
masukan (input) pada akhirnya mengarah pada luaran (outcomes).
Ilustrasi dari kontinuum indikator dengan contoh kegiatan imunisasi: Input meliputi
peralatannya, vaksin dan alat proteksi dan staf yang terlatih, proses adalah kegiatan dalam
melakukan aktifitas pemberian imunisasi, output meliputi cakupan pemberian meningkat
adalah (output), dan outcome adalah dampaknya sebagai efek output antara lain menurunnya
morbiditas dan mortalitas dari upaya pencegahan penyakit melalui immunisasi (outcome).
Cara pengukuran ini disebut dengan proprosi. Tetapi dalam kondisi tertentu indikator
11
tanpa denominator (hanya data pembilang) sangat berarti untuk kejadian jarang atau langka
tetapi penting misalnya kematian ibu. Indikator dapat dikategorikan serius dari peristiwa yang
diukur. Bila peristiwa tersebut dinilai sangat berbahaya atau berdampak luas, walaupun
frekuensinya rendah, maka diperlukan pengawasan atau monitoring yang lebih intens untuk
perbaikan yang lebih cepat
Indikator adalah suatu peristiwa (event) atau suatu kondisi. Untuk mengukur suatu
peristiwa yang terjadi, maka peristiwa tersebut dibandingkan dengan sejumlah peristiwa
yang universal.
Misalnya pemasangan infus (IV terapi) yang menimbulkan pleibitis adalah suatu
peristiwa (numerator) dan pemasangan infus merupakan kegiatan yang dilakukan pada
sejumlah pasen yang memerlukan tindakan pemasangan infus adalah peristiwa yang universal
(denominator). Indikator klinis yang dirumuskan dalam hal ini adalah tidak terjadi pleibitis
setelah 3x24 jam sejak pemasangan contoh dibawah ini dapat dihitung dalam proporsi
sebagai berikut:
Waktu yang dipergunakan dalam pengukuran indikator bisa harian, mingguan, bulanan,
besarnya masalah atau situasi. Indikator yang baik diperoleh dari standar tertulis, tanpa
standar yang tertulis, akan sangat sulit menyusun indikator yang relevan. Oleh karena itu
sebaiknya perangkat berupa standar tertulis perlu dipersiapkan organisasasi.
12
akan datang (Abdulah, 2014). Bauer (2004) dalam Journal of Competitiveness (2012)
menekankan bahwa salah satu kunci utama selama implementasi KPI adalah kemampuan
untuk membedakan ukuran-ukuran strategi yang lebih penting dari yang biasa. Pemilihan
ukuran KPI yang salah dapat merusak bahkan menenggelamkan kinerja manajemen.
Berdasarkan penelitian Ecerson dalam Journal of Competitiveness (2012) menjelaskan
karakteristik KPI yang baik yaitu:
Sparse : Semakin sedikit KPI maka semakin baik.
Drillable : Penggunaanya dapat menggali informasi secara terperinci.
Simple : Pengguna memahami KPI tersebut
Owned : KPI dimiliki oleh semua orang
Referenced : Pengguna dapat melihat sumber dan konteks awalnya.
Balanced : KPI mengandung baik ukuran financial dan non financial.
Aligned : KPI tidak meruntuhkan satu sama lain.
Validated : Para pekerja tidak dapat mengelak terhadapn KPI
13
e. Mengumpukan data interval secara reguler terhadap proses-proses kritis, dalam upaya
mempertahankan kinerja yang sudah meningkat,
f. Mengumpulkan data obyektif dan subyektif.
Evaluasi data penyimpangan kinerja melalui indikator kinerja klinis adalah satu
bagian penting dari dalam peningkatan kinerja. Ada dua jenis penyimpangan; pertama
penyebab umum terjadinya penyimpangan, erat kaitannya dengan penyimpangan minor
yang terjadi dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan tanpa memperdulikan sistem yang
sudah mapan. Penyebab penyimpangan kinerja staf juga bisa terjadi karena, sistem atau
prosedur yang tidak jelas, keterbatasan fasilitas. Oleh karena itu, keterbatasan sumber-sumber
untuk mendeteksi penyebab dalam setiap penyimpangan minor masih dapat ditoleransi.
Kedua penyebab khusus: terjadinya penyimpangan kinerja disebabkan karena, kesalahan
staf itu sendiri, kurang pengetahuan dan ketrampilan, kemampuan yang kurang dalam
pemeliharaan peralatan. Target suatu indikator adalah menggunakan deviasi standar untuk
mengidentifikasi penyebab penyimpangan. Penyebab khusus terjadinya penyimpangan lebih
mudah dikoreksi dari pada penyebab umum. Sebagai contoh: keharusan mencuci tangan
secara rutin mungkin meningkat drastis, apabila staf menyadari dan menerima bahwa praktek
cuci tangan penting untuk meningkatkan mutu kinerja dan akan dimonitor atau dievaluasi.
14
BAB III
PENUTUP
1.1 Simpulan
Penilaian kinerja merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan pegawai
dalam suatu organisasi. Pemahaman mengenai kinerja yang diharapkan menjadistarting
point dalam penilaian kinerja. Seluruh pegawai harus memahami konsep kinerja yang
diterapkan dan memahami apa yang diharapkan dari mereka.
Kemudian, selutuh pihak yang terkait dengan penilaian kinerja harus memahami
aspek-aspek yang akan dijadikan penilaian kinerja. Melalui pemahaman ini, kesalahpahaman
mengenai penilaian kinerja dapat diminimalisir.
Instrumen penilaian kinerja yang valid dan reliabel merupakan hal yang tidak kalah
pentingnya. Melalui instrumen ini, akan dapat terdeteksi, pegawai yang mempunyai kinerja
sesuai dengan yang diharapkan dan pegawai yang belum mampu mencapai kinerja yang
diharapkan. Kepentingan adanya instrumen yang valid dan reliabel akan sangat terasa
manakala hasil penilaian dikaitkan dengan apresiasi dan program pengembangan pegawai.
Selain hal-hal tersebut, hal terpenting dalam proses penilaian kinerja adalah kepedulian
pimpinan organisasi terhadap perlunya penilaian kinerja. Pimpinan organisasi yang
mempunyai komitmen tinggi terhadap penilaian kinerja akan selalu berusaha mencari cara-
cara terbaik dan tepat dalam melakukan penilaian kinerja serta melaksanakannya secara
konsisten.
1.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini semua pihak yang tidak menutup kemungkinan
masyarakat, mahasiswa pada khususnya, dan seluruh jajaran terkait, dapat memandang positif
serta memahami adanya informasi ini.
Sebagai mahasiswa diharapkan mengetahui beberapa informasi dan pengetahuan tentang
asuhan konsep disaster dan memahami ilmu yang tercantum didalamnya
15
DAFTAR PUSTAKA
16