Anda di halaman 1dari 10

Agatha Danar

XII IPS 1

1. Periode 1920-1933 :Angkatan Balai Pustaka ( Angkatan 20 )

Ciri-ciri :

 Bahasa Sastra adalah bahasa Indonesia masa permulaan perkembangan, yang


disebut bahasa Melayu Umum;
 Sastra Balai Pustaka umumnya bertema masalah kawin paksa atau tema adat
masyarakat (terutama kaum ibu) beranggapan bahwa perkawinan urusan orang
tua. Orang tua memiliki kekuasaan mutlak dalam menentukan jodoh anaknya.
 Latar belakang sosial karyanya berupa pertentangan kaum muda dan kaum tua
dalam hal adat istiadat. Contohnya, Salah Asuhan.
 Tokoh dalam roman/novelnya masih bersifat kedaerahan, belum kukuhnya
nasionalisme.
 Bersifat didaktis.
 Genre sastra berbentuk novel atau roman, puisi masih berbentuk pantun dan syair.

Contoh :

MENGELUH

Bukanlah beta berpijak bunga,

melalui hidup menuju makam.

Setiap saat disimbur sukar

bermandi darah dicucurkan dendam

Menangis mata melihat makhluk,

berharta bukan berhakpun bukan.

Inilah nasib negeri anda,

memerah madu menguruskan badan.


 

Ba’mana beta bersuka cita,

ratapun rakyat riuhan gaduh,

membobos masuk menyapu kalbuku.

Ba’mana boleh berkata beta,

suara sebat sedanan rusuh,

menghimpit masah, gubahan cintaku.

II

Bilakah bumi bertabur bunga,

disebarkan tangan yang tiada terikat,

dipetik jari, yang lemah lembut,

ditanai sayap kemerdekaan rakyat?

Bilakah lawang bersinar Bebas,

ditinggalkan dera yang tiada berkata?

Bilakah susah yang beta benam,

dihembus angin kemerdekaan kita?

Disanalah baru bermohon beta,

supaya badanku berkubur bunga,


bunga bingkisan, suara syairku.

Disitulah baru bersuka beta,

pabila badanku bercerai nyawa,

sebab menjemput Manikam bangsaku.

Dari: Percikan Permenungan

Oleh: Rustam Effendi (Angkatan Balai Pustaka)

2. Periode 1933-1942 : Angkatan Pujangga Baru ( Angkatan 33 )

Ciri-ciri :

 Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern,


 Temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah
yang kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan
sebagainya,
 Bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai
digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14
baris,
 Pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda,
 Aliran yang dianut adalah romantik idealisme, dan
 Setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.

Contoh :

Bahasa, Bangsa
Selagi kecil berusia muda,
Tidur si anak di pangkuan bunda
Ibu bernyanyi, lagu dan dendang
Memuji si anak banyaknya sedang;
Berbuai sayang malam dan siang
Buaian tergantung di tanah moyang
Terlahir di bangsa, terbahasa sendiri
Diapit keluarga kanan dan kiri
Besar budiman di tanah Melayu
Berduka suka, sertakan rayu;
Perasaan serikat menjadi padu
Dalam bahasanya, permai merdu.
....
Muhammad Yamin dalam Tonggak Antologi Puisi Indonesia
Modern 1, Gramedia, 1987

3. Periode 1942-1945 : Sastra Indonesia Zaman Pendudukan Jepang


Ciri-ciri :
 Umumnya sastra tersiar pada masa itu tidak terlepas dari unsur tendens, yaitu
tendens membantu perang Jepang, bahkan sering unsur tendens itu begitu jelas
sehingga berubah sifat menjadi propaganda.
 Sastra tersiar yang tidak mengandung unsur tendens, umumnya menyatakan
maksud isinya dalam bentuk simbolik atau bersifat pelarian dari realitas kehidupan
yang pahit, misalnya Dengar Keluhan Pohon Mangga dan Tinjaulah Dunia Sana,
keduanya karangan Maria Amin.
 Sastra tersimpan umumnya berupa sastra kritik yang berisi kecaman dengan
sindiran terhadap ketidakadilan yang terdapat dalam masyarakat.
 Genre sastra yang dominan pada masa Jepang yaitu bentuk puisi, cerpen, dan
drama. Perkembangan yang mencolok di antara ketiga bentuk itu dibandingkan
dengan masa-masa sebelumnya yaitu bentuk drama.
 Dibandingkan dengan corak sastra sebelumnya yang umumnya romantik-idealisme,
sastra masa Jepang lebih bersifat realistis (romantik-realistis).

Contoh :

AKU

Kalau sampai waktuku


‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang


Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku


Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari


Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi


(Deru Campur Debu)
(Chairil Anwar )

4. Periode 1945-1955 : Angkatan 45


Cirri-ciri :
 Bercorak lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga Baru yang romantik
idealistik.
 Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya mewarnai karya sastrawan
Angkatan ’45.
 Bergaya ekspresi dan revolusioner (H.B.Yassin).
 Bertujuan universal nasionalis.
 Sikap sastrawannya “tidak berteriak tetapi melaksanakan”
 Alur sorot balik lebih banyak dari periode sebelumnya.
 Alur padat dan digresi tidak digunakan lagi.
 Dalam menggambarkan perwatakan/penokohan, analisis fisik tidak dipentingkan,
yang ditonjolkan analisis kejiwaan, tetapi tidak dengan analisis langsung, melainkan
dengan cara dramatik: dengan arus kesadaran dan cakapan antar tokoh.
 Seperti juga dalam puisi, gaya ironi dan sinisme banyak digunakan.
 Gaya realisme dan dan naturalisme: penggambaran kehidupan sewajarnya.
Contoh :
Sendiri
Hidupnya tambah sepi, tambah hampa
Malam apa lagi
Ia memekik ngeri
Dicekik kesunyian kamarnya
Ia membenci. Dirinya dari segala
Yang minta perempuan untuk kawannya
Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga
Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama
Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu?
Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu!
Februari, Maret 1943

5. Periode 1955-1970 : Angkatan 66

Cirri-ciri :
 Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada)
 Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita
 Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang
perekonomian yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan
 Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam
politik pemerintahan lebih banyak mengemuka
 Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi
 Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang
banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum
lemah
Contoh :
sajak kecil tentang cinta

mencintai angin harus menjadi siut


mencintai air harus menjadi ricik 
mencintai gunung harus menjadi terjal 
mencintai api harus menjadi jilat 
mencintai cakrawala harus menebas jarak 
mencintaiMu(mu) harus menjadi aku

Sekian sedikit pengetahuan tentang Sapardi Djoko Darmono .

6. Periode 1970-1990 : Angkatan 80


Cirri-ciri :
 Puisi yang dihasilkan bercorak spritualreligius. Misalnya; Kubakar Cintaku Karya
Emba Ainun Najib,
 Pada sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme,
 Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi,
 Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial
masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya,
 Menuntut hak asasi manusia, seperti kebebasan,
 Bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis,
 Dalam karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya,
 Mulai menguat pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh utama biasanya
mempunyai konflikdengan pemikiran timur,
 Didominansi oleh roman percintaan,
 Novel yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokoh
utamanyamempunyai konflikdengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh anta
gonisnya.
Contoh :
Judul: Burung-Burung Manyar
Pengarang: Y. B. Mangunwijaya
Penerbit: Djambatan
Cetakan: II, 1981
Halaman: vi+261

Setiap beberapa bulan sekali, saat ada bom meledak, Manohara kabur dari Malaysia,
meninggalnya seorang tokoh nasional, atau ‘sekedar’ tujuh belas agustusan, kita diingatkan
akan betapa penting dan mulianya mencintai tanah yang bernama Indonesia ini. Dan saya
teringat Teto.

Adakah yang mencintai Indonesia lebih dari Teto? Ini pertanyaan retoris, bukan
karena kita semua pasti tahu jawabannya, tapi justru karena terlalu sulit untuk dijawab.
Apa itu cinta dan apa itu Indonesia? Teto adalah tokoh dalam peralihan. Bapaknya Jawa
yang jadi tentara Belanda, Koninklijk Nederlands Indisch Leger asli lulusan Breda. Ibunya
Belanda totok walaupun Teto tidak yakin karena Mami “sangat cantik” dan “tak punya
sistem pendidikan yang berdisiplin” (hal. 5). Ketika Jepang masuk, dunia-serba-gemilang
anak kolong Teto berantakan. Ia benci Jepang, terlebih ketika Mami dijebak jadi gundik
tentara Jepang demi menyelamatkan nyawa Papi. Dan Jepang menjelma jadi Indonesia
merdeka. Teto memilih masuk KNIL, berperang melawan kaum republik. Celakanya, gadis
pujaannya, Atik, ada di pihak ‘sana’, Indonesia.
Tapi apakah Teto tidak cinta Indonesia? Jangan kacaukan keinginan Teto supaya Belanda
tetap bercokol di Indonesia dengan kebencian. Itu sama saja dengan Teto yang
mengacaukan gerakan Indonesia merdeka dengan bungkuk pada perintah fasis Jepang.
“Suatu bangsa yang sudah berabad-abad hanya membongkok dan minder harus dididik
dahulu menjadi kepribadian. Barulah kemerdekaan datang karena durian yang jatuh
karena sudah matang (hal. 89).”

Dalam roman Burung-burung Manyar, Romo Mangun dengan bahasa yang aduhai


luwes-lincah dan terkadang menggelitik, menyampaikan mimpinya tentang Indonesia.
Bukan melalui Atik, yang menggebu-gebu, yang terbuai dengan kata-kata Soekarno. Justru
melalui Teto, yang skeptis namun hormat tergagu di depan Syahrir. Sebuah Indonesia yang
bukan bangsa kuli atau teroris, melainkan bangsa yang cendekia dan menjunjung elan
kemanusiaan. Walaupun, diakui saja, menyimpan keragaman nyaris ironi di mana “yang
putih dan halus rupa-rupanya (di sini) bisa bersahabat dengan yang kotor dan busuk (hal.
154)”.

7. Periode 1990-…. : Angkatan 2000


Cirri-ciri :
 Menggunakan kata-kata maupun frase yang bermakna kontatif
 Banyak menyindir keadaan sekitar baik sosial, budaya, politik, atau lingkungan
 Revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan kecenderungan ke puisi
kongkret yang di sebut antromofisme
 Kritik sosial sering muncul lebih keras
 Penggunaan estetika baru
 Karya cenderung vular,
 Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami,
 Munculnya cyber sastra di Internet
 Cirri-ciri bahasa diambil dari bahasa sehari-hari yaitu kerayatjelataan

Contoh :

udul Novel     : Laskar Pelangi

Pengarang       : Andrea Hirata

Tahun              : 2005

Sinopsis Novel            :

Cerita dari sebuah daerah di Belitung, yakni di SD Muhammadiyah. Saat itu menjadi saat
yang menegangkan bagi anak-anak yang ingin bersekolah di SD Muhammadiyah.
Kesembilan murid yakni, Ikal, Lintang, Sahara, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani
tengah gelisah lantaran SD Muhammadiyah akan ditutup jika murid yang bersekolah tidak
genap menjadi 10. Mereka semua sangat cemas. SD Muhammadiyah adalah SD islam tertua
di Belitung, sehingga jika ditutup juga akan kasihan pada keluarga tidak mampu yang ingin
menyekolahkan anak-anak mereka. Di sinilah anak-anak yang kurang beruntung dari segi
materi ini berada.

Saat semua tengah gelisah datanglah Harun, seorang yang keterbelakangan mental. Ia
menyelamatkan ke sembilan temannya yang ingin bersekolah serta menyelmatkan
berdirinya SD Muhammadiyah tersebut. Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari
penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka
yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh
guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas
yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar,
pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda
80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah.

Semua kejadian tersebut sangat menghiasi kehidupan kesepuluh anak yang


mengatasnamakan diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Bu Mus yang meupakan guru
terbaik yang mereka milikilah yang telah memberikan nama tersebut untuk mereka.
Karena bu Mus tahu mereka semua sangat menyukai pelangi. Saat susah maupun senang
mereka lalui dalam kelas yang menurut cerita pada malam harinya kelas tersebut sebagai
kandang bagi hewan ternak. Di SD Muhammadiyah itulah Ikal dan kawan-kawannya
memiliki segudang kenangan yang menarik.
Seperti saat kisah percintaan antara Ikal dan A Ling. Awalnya Ikal disuruholeh Bu Mus
untuk membeli kapur di tokoh milik keluarga A Ling. Ia jatuh cinta pada kuku A Ling yang
indah. Ia tidak pernah menjumpai kuku seindah itu. Kemudian ia tahu bahwa pemilik kuku
yang indah tersebut adalah A Ling, Ikal pun jatuh cinta padanya.  Namun, pertemuan
mereka harus di akhiri lantaran A Ling pindah untuk menemani bibinya yang sendiri.

Kejadian tentang Mahar yang akhirnya mnemukan ide untuk perlombaan semacam
karnaval. Mahar menemukan sebuah ide untuk menari dalam acara tersebut. Mereka para
laskar pelangi menari sperti orang kesetanan, hal tersebut dikarenakan kalung yang
mereka kenakan dari buah yang langkah dan hanya ada di Balitong, merupakan tanaman
yang membuat seluruh badan gatal. Alhasil mereka pun menari layaknya orang yang
tengah kesurupan. Namun berkat semua itu akhirnya SD Muhammadiyah dapat
memenagkan perlombaan tersebut.

Namun, pada suatu ketika datanglah Flo, seorang anak yang kaya pindahan ari SD PN, ia
masuk dalam kehidupan laskar pelangi. Sejak kedatangan Flo di SD Muhammadiyah
tersebut yang membawa pengaruh buruk bagi teman-temannya terutama Mahar, yang
duduk satu bangku dengan Flo. Sejak kedatangan anak tersebut nilai Mahar seringkali jatuh
dan jelek sehingga membuat bu Mus marah dan kecewa.

Hari-hari mereka selalu dihiasi dengan canda dan tawa maupun tangis. Namun di balik
semua kecerian mereka, ada seorang murid yang benama Lintang yakni anggota laskar
pelangi yang perjuangannnya terhadap pendidikan perlu di acungi jempol. Ia rela
menempuh jarak 80 km untuk pulang dan pergi dari rumahnya ke sekolah hanya untuk
agar ia bisa belajar. Ia tidak pernah mengeluh meski saat perjalanan menuju sekolahnya ia
harus melewati sebuah danau yang terdapat buaya di dalamnya. Lintang merupakan murid
yang sangat cerdas. Terbukti saat ia, Ikal, dan juga Sahara tengah berada pada sebuah
perlombaan cerdas cermat. Ikal dapat menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru
sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal,  dengan jawabannya yang membuat ia
memenangkan lomba cerdas cermat.

Namun sayang, semua kisah indah laskar pelangi harus diakhiri dengan perpisahan
seorang Lintang yang sangat jenius tersebut. Lintangdan awan-kawan membuktikan bahwa
bukan karena fasilitas yang menunjang yang akhirnya dapat membuat seseorang sukses
maupun pintar, namun kemauan dan kerja keraslah yang dapat mengabulkan setiap
impian. Beberapa hari kemudian, setelah perlombaan tersebut Lintang tidak masuk
sekolah dan akhirnya mereka kawan-kawan Lintang dan juga bu Mus mendapatkan surat
dari Lintang yang isinya, Lintang tidak dapat melnjutkan sekolahnya kembali karena
ayahnya meninggal dunia. Tentu saja hal tersebut menjadi sebuah kesedihan yang
mendalam bagi anggota laskar pelangi.

Beberapa tahun kemudian, saat mereka telah beranjak dewasa, mereka semua banyak
mendapat pengalaman yang berharga dari setiap cerita di SD Muhammadiyah. Tentang
sebuah persahabatan, ketulusan yang diperlihatkan dan diajarkan oleh bu Muslimah, serta
sebuah mimpi yang harus mereka wujudkan. Ikal akhirnya bersekolah di Paris, sedangkan
Mahar dan teman-teman lainnya menjadi seseorang yang dapat membanggakan Belitung.

Anda mungkin juga menyukai