Anda di halaman 1dari 135

PENGARUH TINGKAT KESULITAN KEUANGAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN

MANAJERIAL, GROWTH OPPORTUNITIES DAN DEBT COVENANT


TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian


Program Pendidikan Strata Satu
Jurusan Akuntansi

Oleh:

LINA RIZKY SURYONINGTYAS


NIM : 2013310521

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI STIE PERBANAS


SURABAYA
2017
PENGARUH TINGKAT KESULITAN KEUANGAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN
MANAJERIAL, GROWTH OPPORTUNITIES DAN DEBT COVENANT
TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian


Program Pendidikan Strata Satu
Jurusan Akuntansi

Oleh:

LINA RIZKY SURYONINGTYAS


NIM : 2013310521

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI STIE PERBANAS


SURABAYA
2017

i
PENGARUH TINGKAT KESULITAN KEUANGAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN
MANAJERIAL, GROWTH OPPORTUNITIES DAN DEBT COVENANT
TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI)

Diajukan oleh:

LINA RIZKY SURYONINGTYAS

NIM : 2013310521

Skripsi ini telah dibimbing


dan dinyatakan siap diujikan

Dosen Pembimbing, Co. Dosen Pembimbing,


Tanggal : Tanggal :

Dr. Nurmala Ahmar, S.E., M.Si., Ak., CA Muhammad Bisyri Effendi, S.Si., M.Si

ii
SKRIPSI

PENGARUH TINGKAT KESULITAN KEUANGAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN


MANAJERIAL, GROWTH OPPORTUNITIES DAN DEBT COVENANT
TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI)

Disusun oleh:

LINA RIZKY SURYONINGTYAS

NIM : 2013310521

Dipertahankan di depan Tim Penguji

dan dinyatakan Lulus Ujian Skripsi

pada tanggal 8 Februari 2017

Tim Penguji

Ketua : Nurul Hasanah Uswati Dewi, S.E., M.Si., CTA ...............................

Sekretaris : Dr. Nurmala Ahmar, S.E., M.Si., Ak., CA ...............................

Anggota : Dr. Nanang Shonhadji, S.E., Ak., M.Si., CA., CIBA., CMA ...............................

iii
PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Lina Rizky Suryoningtyas

Tempat, Tanggal Lahir : Nganjuk, 05 November 1994

N.I.M : 2013310521

Jurusan : Akuntansi

Program Pendidikan : Strata I

Konsentrasi : Akuntansi Keuangan

Judul : Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan,Struktur


Kepemilikan Manajerial, Growth Opportunities
dan Debt Covenant Terhadap Konservatisme
Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI.

Disetujui dan diterima baik oleh :

Dosen Pembimbing, Co. Dosen Pembimbing,


Tanggal : Tanggal :

(Dr. Nurmala Ahmar, S.E,.M.Si., Ak., CA) (Muhammad Bisyri Effendi, S.Si.,M.Si)

Ketua Program Sarjana Akuntansi,


Tanggal :

(Dr. Luciana Spica Almilia, S.E., M.Si., QIA., CPSAK)

iv
- MOTTO-
“Jangan bilang kamu tidak bisa sebelum kamu mencoba

untuk bisa”

“Ingatlah ingat skripsimu dosen pembimbing selalu

menunggu, Mengerjakan skripsi harus semangat dan

meninggalkan zona nyaman semua demi masa depan”

“Dimanapun kampusmu itu adalah kampusmu tetap yang

terbaik orang-orang harus tahu, Semuanya adalah

romantisme sisanya adalah perjuangan. Bukan nama

kampusnya yang harus dijunjung tetapi ilmu

pengetahuannya yang harus disebarkan, Bukan tentang

apa yang kamu miliki tetapi tentang apa yang kamu

lakukan dimanapun kamu berada”


-Lina Rizky Suryoningtyas-

v
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin, Sujud syukur kusembahkan kepada-Mu Allah


SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran dalam
menyelesaikan skripsi hingga dapat selesai tepat pada waktunya sesuai dengan
apa yang menjadi keinginan serta harapan saya.

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang selalu mendukung dari awal sampai
selesainya skripsi ini. Untuk itu saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada :

AYAH & IBU

Terimakasih ayah dan ibu yang tidak pernah berhenti untuk selalu
mendoakan, memberikan semangat dan nasehat agar tidak mudah
menyerah untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk kasih
sayangmu yang tidak terbatas, sehat selalu ya ibu dan ayah kelak kakak
bisa selalu menjadi anak kesayangan serta kebanggaan ayah dan ibu.

My younger brother : Aji Prastyo

Terima kasih adik kesayangannya kakak , meskipun suka kesel sendiri


kalau kamu gak pernah nurut apa yang dikatain ayah dan ibu tapi kamu
selalu menjadi adik kesayanganku, meskipun kamu di pondok tapi kalau
pulang selalu tanyak perkembangan skripsi kakakmu ini.

Dosen Pembimbing & Co. Dosen Pembimbing

Terimakasih yang sebesar besarnya kepada ibu Nurmala Ahmar dan Bapak
Bisyri selaku Dosen Pembimbing & Co. Dosen Pembimbing yang selalu
sabar dalam membimbing, mengarahkan, serta memberikan masukan agar
skripsi bisa selesai dengan baik.

Sahabatku: Choirun Nissa

Terimakasih sahabat kesayanganku, kita udah kenal dari SD alhamdulillah


sampai sekarang pertemanan kita masih terjalin dengan baik semoga akan
selalu begitu. Terimakasih untuk segala waktunya untuk semua dukungan
baik yang terlihat dan tak terlihat yang selalu ada saat aku butuhkan
berasa beruntung karna Allah sudah memberikan sahabat terbaik
sepertimu.

vi
Sahabatku kampus

Terimakasih Inggar Wahyuningtyas, Febby Larasati, Rahmania, Anisa


Rahmawati, Leila Muzdalivah, Istibsyaroh, Nilla Anggrahini, dan Agdha
Laily Ahadiyah untuk semua dukungan dan doa kalian. Terimakasih untuk
waktu yang kalian berikan dan yang sudah menyempatkan hadir menunggu
saat saya selesai sidang. Semoga apa yang kalian sedang jalanni dan
inginkan segera dikabulkan oleh Allah SWT.

Teman-teman seperBIMBINGAN

Terimakasih Dega Kusumaningtyas, Fatma, Amal Ihsani, Nur Laily, Septian,


Mas Andreas, Mas Ade, Mas Gusti, Mas Cavic, Mas Andika, Mas Khafi, Mas
Revian, Mbk Nurifa, Mbk Annisa, Mbk Hana, Mbk Nur Faizah, dan Mbk
Sherly teman teman seperBimbingan yang saling menyemangati, saling
mendukung satu sama lain dan saling berbagi informasi ilmu.
Alhamdulillah bisa menyeleseaikan skripsi dari awal sampai akhir bareng
terus sukses semuanya ya.

Terimakasi juga buat semua teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu, terimakasih yang sudah mendukung membantu mendoakan dari awal
perkuliahan sampai akhir perkuliahan. Semoga Allah senantiasa memberikan
rahmat dan karunia-NYA kepada kita semua agar kelak bermanfaat bagi nusa
bangsa serta bagi kedua orang tua.

-Lina Rizky Suryoningtyas-

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang “Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan, Struktur

Kepemilikan Manajerial, Growth Opportunities, dan Debt Covenant terhadap

Konservatisme Akutansi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015” dengan baik dan benar sebagai

salah satu syarat agar dapat menyelesaikan Program Studi S1 Akuntansi di

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.

Penulisan menyadari sepenuhnya bahwa proses penyusunan skripsi ini

tidak akan selesai tanpa adnya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.

Sehingga penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Lutfi, SE., M.Fin. selaku Ketua STIE Perbanas Surabaya.

2. Ibu Dr. Lusiana Spica Almilia, SE., M.Si., QIA selaku Ketua Program Studi

Sarjana Akuntansi STIE Perbanas Surabaya.

3. Ibu Dr. Nurmala Ahmar, SE., Ak., M.Si dan Bapak Muhammad Bisyri

Effendi,S.Si.,M.Si selaku Dosen Pembimbing dan Co. Dosen Pembimbing

yang telah membimbing serta memberikan masukan dan arahan selama

proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Drs. Agus Samekto Ak., M.Si selaku dosen wali.

5. Bapak dan Ibu dosen beserta Civitis Akademika STIE Perbanas Surabaya

yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan kepada penulis selama

kuliah di STIE Perbanas Surabaya.

viii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan karena

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat memberrikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan. Kritik dan saran

sangat diharapkan untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya.

Surabaya, Maret 2017

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN SIAP UJI ........................................................ ii
HALAMAN LULUS UJIAN SKRIPSI ........................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAAN SKRIPSI ....................................................... iv
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
ABSTRACT ..................................................................................................... xv
ABSTRAK ..................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
1.5 Sistematika Penelitian ................................................................ 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 13


2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 13
2.2 Landasan Teori ........................................................................... 24
2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................... 40
2.4 Hipotesis Penelitian .................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 46


3.1 Rancangan Penelitian ................................................................. 46

x
3.2 Batasan Penelitian ...................................................................... 46
3.3 Identifikasi Variabel .................................................................... 47
3.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ........... 47
3.5 Populasi dan Sampel ................................................................... 51
3.6 Data dan Metode Pengumpulan Data ......................................... 52
3.7 Teknik Analisis Data .................................................................. 53

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS


DATA .............................................................................................. 61
4.1 Gambaran Subyek Penelitian ...................................................... 61
4.2 Deskripsi Variabel Penelitian ...................................................... 62
4.3 Asumsi Klasik ............................................................................. 64
4.4 Analisis Regresi Linier Berganda ............................................... 68
4.5 Pembahasan ................................................................................ 73

BAB V PENUTUP...... ...................................................................................... 81


5.1 Kesimpulan .................................................................................. 81
5.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 83
5.3 Saran ..... ...................................................................................... 84

DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Review hasil penelitian terdahulu 24
Tabel 4.1 Seleksi Sampel Perusahaan 62
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif 63
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas : Kolmogorov-Smirnov 65
Tabel 4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas : Glejser 66
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolonieritas 67
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi : Runs Test 67
Tabel 4.7 Hasil Uji Analisis Regresi 68

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran 41

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Sampel Perusahaan Manufaktur 2013-2015

Lampiran 2 : Sampel perusahaan manufaktur yang memiliki data outlier

Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Variabel Dependen

Lampiran 4 : Hasil Perhitungan Variabel Independen

Lampiran 5 : Hasil Output SPSS

xiv
THE INFLUENCE OF THE FINANCIAL DISTRESS, MANAGERIAL
OWNERSHIP STRUCTURE, GROWTH OPPORTUNITIES AND
DEBT COVENANT ON ACCOUNTING CONSERVATISM
(study in manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange)

Lina Rizky Suryoningtyas


STIE Perbanas Surabaya
Email: Linarizky.tyas@gmail.com

ABSTRACT

Conservatism is a principle which affects valuation in accounting, because


it is conservative to this day still has an important role in accounting practices.
The purpose of this research was to test and to analyze the influence of the
financial distress, managerial ownership structure, growth opportunities and debt
covenant on accounting conservatism , study in manufacturing companies listed
in Indonesia Stock Exchange from 2013-2015.In this research purposive sampling
method used to determine sample of this research with 103 companies as
population. Analysis method used is multiple linear regression with SPSS
program version 13. The result showed that the financial distress have a effect of
accounting conservatism. While the managerial ownership structure, growth
opportunities and debt covenant have no effect of accounting conservatism
Keywords: financial distress, managerial ownership structure, growth
opportunities, debt covenant, accounting conservatism

xv
PENGARUH TINGKAT KESULITAN KEUANGAN, STRUKTUR
KEPEMILIKAN MANAJERIAL, GROWTH OPPORTUNITIES
DAN DEBT COVENANT TERHADAP KONSERVATISME
AKUNTANSI
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI)

Lina Rizky Suryoningtyas


STIE Perbanas Surabaya
Email: Linarizky.tyas@gmail.com

ABSTRAK

Konservatisme merupakan prinsip yang mempengaruhi penilaian dalam


akuntansi, karena itu konservatisme sampai saat ini masih tetap memiliki peran
penting dalam praktik akuntansi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji
dan menganalisis pengaruh tingkat kesulitan keuangan, struktur kepemilikan
manajerial, growth opportunities, dan debt covenant terhadap konservatisme
akuntansi, studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
indonesia Tahun 2013-2015. Pada penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling untuk menentukan sampel dengan jumlah populasi sebanyak 103
perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda
dengan program SPSS versi 13. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kesulitan keuangan berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Sedangkan
struktur kepemilikan manajerial, growth opportunities, dan debt covenant tidak
berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.
Kata kunci : Tingkat kesulitan keuangan, struktur kepemilikan manajerial, growth
opportunities, debt covenant, konservatisme akuntansi.

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi seperti sekarang ini persaingan perusahaan

semakin kompetitif. Perusahaan akan selalu dituntut untuk dapat mengelola

fungsi-fungsi yang penting secara efektif dan efisien. Perusahaan harus

mempunyai laporan kuangan yang baik dan dasar yang kuat, sedangkan laporan

keuangan yang baik harus mempunyai aturan, tujuan, dan prinsip-prinsip akutansi

sesuai dengan standart pada umumnya. Laporan keuangan merupakan media yang

paling penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan didalamnya karena

menyediakan informasi untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomi perusahaan.

Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan No. 1 Tentang Penyajian Laporan

Keuangan, Paragraf ke 7 (Revisi 2009) menyatakan bahwa tujuan laporan

keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja

keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi, untuk mencapai tujuan

tersebut dalam laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang

meliputi aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban termasuk keuntungan serta

kerugiaan perusahaan.

Laporan keuangan harus dibuat berdasarkan Standart Akuntansi

Keungan (SAK) yang telah disusun oleh Dewan Standart Akuntansi Keuangan

(DSAK). SAK akan memberikan pengaruh terhadap perilaku manager dalam

1
2

melakukan pencatatan akuntansi dan laporan keuangan untuk menentukan metode

maupun estimasi akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keungan.

Kebebasan manager dalam memilih metode akuntansi ini dimanfaatkan untuk

menghasilkan laporan keuangan yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan dan

kebutuhan suatu perusahaan. Kebutuhan perusahaan untuk mengantisipasi kondisi

perekonomian yang tidak stabil. Mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus

berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangan, dengan hal ini maka diperlukan

prinsip-prinsip akutansi karena akan menghasilkan angka yang reliable dan

relevan. Prinsip pelaporan yang bersifat hati-hati sering disebut dengan

konservatisme akuntansi. Prinsip konservatisme adalah salah satu prinsip dalam

proses pelaporan keuangan.

Konservatisme adalah prinsip dalam pelaporan keuangan yang

dimaksudkan untuk mengakui dan mengukur aktiva dan laba dilakukan dengan

penuh kehati-hatian karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi dengan

ketidakpastian. Implikasi dari penerapan prinsip ini adalah pilihan metode

akuntansi ditunjukkan pada metode yang melaporkan laba dan aktiva lebih rendah

atau hutang lebih tinggi (Nugroho dan Indriana, 2012). Diterapkannya prinsip

konservatisme akan menghasilkan laba dan aset yang cenderung rendah, serta

biaya dan hutang cenderung tinggi. Kecenderungan terjadi karena konservatisme

menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan dan mempercepat

pengakuan biaya. Konservatisme merupakan prinsip yang dapat mempengaruhi

penilaian dalam akuntansi, selain itu penerapan konservatisme akan menghasilkan

laba yang berkualitas karena prinsip konservatisme mencegah perusahaan untuk


3

membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan

menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate (Fala, 2007).

Watts (2003) dalam Utama (2015) menyatakan bahwa secara

tradisional konservatisme dapat diartikan sebagai perilaku yang mengantisipasi

tidak adanya profit dan mengantisipasi semua kemungkinan rugi. Konservatisme

dianggap menjadi suatu prinsip yang justru membuat informasi suatu laporan

keuangan menjadi bias karena lebih cepat mengantisipasi kerugian dari pada

mengantisispasi laba. Kandungan informasi akuntansi pada perusahaan yang

konsrvatif cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak

atau kurang konservatif (Fuad, 2012). Basu (1997) menginterprestasikan

konservatisme sebagai kecenderungan akuntan menggunakan tingkat verifikasi

yang lebih tinggi untuk mengakui good news sebagai keuntungan dibanding

mengakui bad news sebagai kerugian.

Banyak pro dan kontra ketika membicarakan konservatisme karena

konservatisme akuntansi merupakan salah satu topik yang kontroversial dan

menjadi perdebatan dalam penelitian akuntansi. Beberapa tahun terakhir banyak

dibicarakan mengenai perubahan standart akuntansi yang menjadi pedoman

praktik akuntansi di Indonesia yaitu Standart Akuntansi Keuangan (SAK) yang

sebagian masih mengacu pada United State Generally Accepted Accounting

Principles (US GAAP) menjadi International Financial Reporting Standard

(IFRS), dengan diadopsinya IFRS laporan yang dihasilkan oleh perusahaan-

perusahaan di Indonesia dapat diperbandingkan dan dapat diterima secara umum

oleh negara lain. Setelah konvergensi IFRS di Indonesia prinsip konservatisme


4

telah diganti dengan prudence. Prudence adalah konsep kehati-hatian yang di

dalamnya masih terdapat unsur konservatisme. Ada yang beranggapan bahwa

prinsip konservatisme telah hilang padahal prinsip konservatisme masih ada

bahkan meningkatkan levelnya dalam laporan keuangan setelah SAK mengadopsi

IFRS. Pada kenyataan perusahaan masih harus berhadapan dengan ketidakpastian

ditengah era IFRS. Hal yang dianggap baik untuk mengatasi ketidakpastian

dengan menganut prinsip konservatisme pada level yang tepat dalam laporan

keuangan. IASB (International Accounting Standards Board) menyatakan bahwa

sebenarnya baik prudence maupun konservatisme bukanlah informasi yang

diinginkan melainkan menciptakan IFRS agar hasil lebih relevan dan reliable

(Aristiya, 2014:3).

Fenomena konservatisme akuntansi yang terjadi di Indonesia telah

banyak digunakan oleh perusahaan manufaktur, ada beberapa perusahaan

manufaktur di Indonesia yang terkena kasus manipulasi laporan keuangan. Pada

kasus yang terjadi pada PT.Kereta Api Indonesia dalam laporan kinerja keuangan

tahunan yang diterbitkan pada tahun 2005, PT. KAI mengumumkan bahwa

keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar telah diraihnya. Padahal bila dicermati PT.

KAI menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Kerugian terjadi karena sudah tiga

tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga, dalam pelaporan pihak ketiga

dinyatakan sebagai pendapatan. PT. KAI memandang kekeliruan pencatatan

tersebut terjadi karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan piutang yang tak

tertagih. Selain itu juga ada kasus pada perusahaan PT. Kimia Farma, salah satu

produsen obat-obatan milik pemerintah Indonesia. Pada audit tahun 2001 PT.
5

Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp. 132 milyar. Kementrian

BUMN dan BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) menilai laba bersih

terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Pada tahun 2002 dilakukan audit

ulang dan ternyata laba bersih yang disajikan hanya bebesar Rp. 99,56 milyar,

lebih rendah sebesar Rp. 32,6 milyar, hal tersebut merupakan bentuk manipulasi

dengan penyajian laporan keuangan overstated dengan melembungkan laba

bersih.

Manipulasi laporan keuangan tidak hanya terjadi di negara Indonesia

melainkan di negara maju kasus tersebut juga terjadi seperti di negara Amerika.

Negara Amerika banyak sekali perusahaan yang memberikan informasi tidak

benar kepada para pemegang saham, seperti kasus Enron, dimana Enron

merupakan perusahaan minyak dan gas terbesar ke dua di Amerika. Waktu

terjadinya perang irak berbagai perusahaan minyak dan gas gulung tikar tetapi

perusahaan Enron tetap bertahan dan melaporkan bahwa menghasilkan laba yang

tinggi. Pada tahun 2000 perusahaan Enron menyatakan bahwa perusahaannya

mengalami kebangkrutan. Para investor merasa terkejut atas berita tersebut,

akhirnya diadakan investigasi ternyata diketahui bahwa Enron selama lima tahun

lebih memanipulasi laporan keuangan dan dibantu oleh kantor akuntan publik

terbesar di Amerika. Perekayasaan laporan keuangan dapat menyesatkan pihak-

pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Hal tersebut

dikarenakan pihak manajemen tidak berhati-hati dalam penyajian laporan

keuangan dan perusahaan dinilai memiliki optimisme yang berlebihan dalam


6

mengakui laba, sehingga menyebabkan nilai laba menjadi lebih besar dari yang

seharusnya.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi manajemen melakukan

tindakan konservatisme akuntansi diantaranya adalah tingkat kesulitan keuangan.

Tingkat kesulitan keuangan adalah suatu konsep luas yang terdiri dari beberapa

situasi dimana suatu perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Tingkat

kesulitan keuangan perusahaan yang semakin tinggi akan mendorong manager

untuk menaikan tingkat konservatisme akutansi, dan jika tingkat kesulitan

keuangan rendah manager akan menurunkan tingkat konservatisme akuntansi

(Pramudita, 2012). Faktor lain yang mempengaruhi konservatisme akuntansi

adalah Struktur kepemilikn manajerial. Struktur kepemilikan member pengertian

yang berbeda dalam hal mengawasi jalannya perusahaan. Kepemilikan Manajerial

adalah situasi dimana manager memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain

manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Septian dan

Anna, 2012:6). Semakin besar kepemilikan manajerial maka manajerial akan

semakin konsen terhadap presentase kepemilikannya sehingga kebijakan yang

diambil oleh manager akan semakin konservatif dalam pelaporan pendapatnnya.

Faktor lain yang mempengaruhi konservatisme akuntansi adalah

Growth Opportunities. Growth Opportunities adalah kesempatan perusahaan

untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Pertumbuhan

perusahaan merupakan kemampuan perusahaan meningkatkan size-nya.

Perusahaan dengan Growth Opportunities yang tinggi akan cenderung

membutuhkan dana dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai


7

pertumbuhan pada masa yang akan datang (Agustina, 2016:6). Semakin tinggi

tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan

untuk memilih akuntansi yang konservatif (Dewi, dkk :2014). Faktor lain yang

juga mempengaruhi konservatisme akuntansi yaitu Debt Covenant. Debt

Covenant adalah kontrak hutang yang ditunjukan pada peminjam oleh kreditur

untuk membatasi aktivitas yang mungkin merusak nilai pinjaman dan recovery

pinjaman (Fahturahmi,dkk:2015). Sari dan Al-Azhar (2014) mengemukakan

bahwa semakin besar tingkat Debt Covenant suatu perusahaan maka akan

semakin berkurang tingkat konservatisme akuntansi.

Hasil penelitian terdahulu mengenai konservatisme akuntansi dapat

disimpulkan bahwa pengaruh tingkat kesulitan keuangan terhadap konservatisme

akuntansi terbukti ada 10 penelitian, yaitu penelitian dengan hasil signifikan

dilakukan oleh Choiriyah (2016), dan Rahmadiar, dkk (2016) dengan hasil

signifikan positif dilakukan oleh Kao dan Sie (2016), Suryandi dan Priyanto

(2016), Pramudita (2012), dan Widyasari,dkk (2012), dengan hasil signifikan

negatif dilakukan oleh Fahtuhrahmi,dkk (2015), Nugroho dan Siti (2012), dan

dengan hasil tidak signifikan dilakukan oleh Fitri (2015), dan Alhayati (2013).

Hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh struktur kepemilikan manajerial

terhadap konservatisme akuntansi terbukti ada 6 penelitian, yaitu penelitian

dengan hasil signifikan dilakukan oleh Utama (2015), Septian dan Anna (2014),

dengan hasil signifikan negatif dilakukan oleh Brilianti (2013), Sari dan Al-Azhar

(2014), dengan hasil tidak signifikan dilakukan oleh Rahmadiar, dkk (2016),

Nugroho dan Siti (2012).


8

Hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh Growth Opportunities

terhadap konservatisme akuntansi terbukti ada 6 penelitian, yaitu penelitian

dengan hasil signifikan dilakukan oleh Utama (2015), dengan hasil signifikan

positif dilakukan oleh Agustina, dkk (2016), dengan hasil tidak signifikan

dilakukan oleh Fahtuhrahmi,dkk (2015), Dewi, dkk (2014), Septian dan Anna

(2014), dan dengan hasil tidak signifikan positif dilakukan oleh Sari dan Al-Azhar

(2014). Hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh Debt Covenant terhadap

konservatisme akuntansi terbukti ada 5 penelitian, yaitu penelitian dengan hasil

signifikan positif dilakukan oleh Sari dan Al-Azhar (2014), dengan hasil

signifikan negatif dilakukan oleh Hamdan,dkk (2011), dan dengan hasil tidak

signifikan dilakukan oleh Dewi, dkk (2014), Nugroho dan Siti (2012).

Adanya research gap yang terjadi pada penelitian-penelitian terdahulu,

membuat peneliti merasa masih dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut karena

hasilnya masih belum konsisten dan penelitian ini dilakukan untuk menguji dan

menganalisis hasil studi tentang konservatisme akutansi. Penelitian ini dilakukan

pada periode 2013-2015, dari uraian latar belakang yang telah disebutkan maka

peneliti ingin menguji lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Tingkat Kesulitan

Keuangan, Struktur Kepemilikan Manajerial, Growth Opportunities, dan

Debt Covenant terhadap Konservatisme Akutansi pada Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015”.


9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini permasalahan

yang diteliti dirumuskan dalam pertanyaan :

1. Apakah Tingkat Kesulitan Keuangan berpengaruh terhadap Konservatisme

Akutansi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Struktur Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Konservatisme

Akutansi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah Growth Opportunities berpengaruh terhadap Konservatisme Akutansi

pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah Debt Covenant berpengaruh terhadap Konservatisme Akutansi pada

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini

bertujuan sebagai berikut :

1. Menguji dan menganalisis apakah Tingkat Kesulitan Keuangan berpengaruh

terhadap Konservatisme Akutansi pada Perusahaan Manufaktur yan terdaftar

di Bursa Efek Indonesia.

2. Menguji dan menganalisis apakah Struktur Kepemilikan Manajerial

berpengaruh terhadap Konservatisme Akutansi pada Perusahaan Manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


10

3. Menguji dan menganalisis apakah Growth Opportunities berpengaruh terhadap

Konservatisme Akutansi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

4. Menguji dan menganalisis apakah Debt Covenant berpengaruh terhadap

Konservatisme Akutansi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Akademisi, hasil yang ditemukan dalam penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai pedoman dan acuan bagi peneliti dimasa yang akan datang,

dan berharap tertarik membahas permasalahan yang diangkat dalam penelitian

ini mengenai konservatisme akutansi.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan, Struktur Kepemilikan

Manajerial, Growth Opportunities, dan Debt Covenant terhadap

Konservatisme Akutansi pada Perusaaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

3. Bagi Penulis, Sebagai tambahan pengetahuan dan dapat mengetahui serta

mempelajari masalah-masalah yang mempengaruhi Konservatisme Akutansi

pada Perusaaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


11

1.5 Sistematik Penelitian

Penulis menyusun lima bab uraian, dimana dalam tiap-tiap bab

dilengkapi dengan sub bab masing-masing yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah yang terbagi dari

cerita konteks (mengapa penelitian penting dilakukan, tinjauan umum

terhadap kerangka teoritas), perumusan masalah, tujuan penelitian dan

manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, serta sistematika dalam

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi penelitian-penelitian terdahulu, landasan teori yang

berkaitan dengan penelitian ini, kerangka pemikiran, dan hipotesis

penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi rancangan penelitian, batasan penelitian, identifikasi

variable, definisi operasional dan pengukuran variabel, populasi, sampel,

dan teknik pengambilan sample, data metode pengumpulan data, serta

teknik analisis data.

BAB III GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS

Bab ini berisi penjelasan mengenai gambaran subyek penelitan, analisis

data, dan pembahasan dari hasil data yang telah dianalisis.


12

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan pada penelitian, keterbatasan penelitian serta

saran yang diberikan peneliti untuk penelitian yang lebih lanjut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Pembahasan pada penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya. Penelitian terdahulu harus berkaitan dengan

penelitian yang akan diteliti. Berikut ini beberapa uraian secara garis besar pada

penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan, sebagai berikut :

1. Agustina (2016)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, risiko

perusahaan, intensitas modal, leverage, pajak, litigasi, struktur kepemilikan, dan

Growth Opportunities. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan, risiko perusahaan, intensitas modal, struktur kepemilikan, dan

Growth Opportunities memiliki pengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

Leverage, pajak, dan litigasi tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini :

a) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

konservatisme akuntansi sebagai variable dependen dan Growth

Opportunities sebagai variable independen.

b) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan teknik

pengambilan sample dengan metode purposive sampling,

menggunakan data sekunder, dan populasi pada perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

13
14

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah penelitian

terdahulu :

a) Variable independen pada penelitian terdahulu yaitu ukuran

perusahaan, risiko perusahaan, intensitas modal, leverage, pajak,

litigasi, struktur kepemilikan, dan Growth Opoortunities.

b) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

pada tahun 2009-2011

Sedangkan Penelitian saat ini :

a) Variable independen yaitu Tingkat Kesulitan Keuangan, Struktur

Kepemilikan Manajerial, Growth Opportunities, dan Debt

Covenant.

b) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

pada tahun 2013-2015.

2. Kao dan Sie (2016)

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki perusahaan dengan

karakteristrik khusus, untuk mendeteksi tanda-tanda awal dari tingkat kesulitan

keuangan, serta untuk mengeksplorasi dampak dari karakteristik perusahaan

yang tercermin dalam konservatisme akutansi pada kesulitan keuangan. Hasil

pada penelitian ini menunjukkan bahwa kesulitan keuangan dan konservatisme

akutansi menunjukkan korelasi yang positif, sehubungan dengan tertekannya

perusahaan non-financial dan volatilitas konservatisme akuntansi signifikan

positif terkait dengan tingkat kesulitan keuangan, mungkin karena pengakuan


15

perusahaan pada satu kesempatan atau peran akuntan dalam fungsi pengawasan

eksternal, sehingga meningkatkan konservatisme akuntansi perusahaan.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini :

a) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan Tingkat

kesulitan keuangan pada variable independen.

b) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

konservatisme akutansi pada variable dependennya.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah penelitian

terdahulu :

a) Studi empiris dalam penelitian adalah semua perusahaan yang

sahamnya diperdagangkan di Bursa Saham dan di Over-the-

counter (OCT) dengan penelitian tahun 1999 dan 2014.

b) Penelitian terdahulu menggunakan pendekatan sampel berpasangan

(1: 3) bukan sampling secara acak. Hal itu dilakukan untuk

mengurangi kesalahan dalam seleksi seperti yang diusulkan oleh

Zmijewski (1984), karena dengan pengambilan sampel yang

berlebihan perusahaan gagal dalam meningkatkan penerapan

masing-masing modal.

Sedangkan Penelitian saat ini :

a) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

pada tahun 2013-2015.

b) Tidak menggunakan sample berpasangan dan menggunakan teknik

pengambilan sample dengan metode purposive sampling.


16

3. Dewi, dkk (2014)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi konservatisme akutansi pada perusahaan manufaktur di Bursa

Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Risiko litigasi

berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme akutansi, (2) Pajak

berpengaruh signifikan positif terhadap konservatisme akutansi, (3) Kontrak

hutang atau leverage berpengaruh negative tidak signifikan terhadap

konservatisme akutansi, (4) struktur kepemilikan berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap konservatisme akutansi, (5) Growth Opportunities

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap konservatisme akutansi, dan (6)

Resiko litigasi, pajak, kontrak hutang, struktur kepemilikan dan Growth

Opportunities berpengaruh positif signifikan terhadap konservatisme akutansi.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini :

a) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

konservatisme akutansi sebagai variable dependen.

b) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

Debt Covenant dan Growth Opportunities sebagai variable

independen.

c) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

teknik pengambilan sample dengan metode purposive sampling

dan menggunakan data sekunder.


17

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah penelitian

terdahulu :

a) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI periode 2010-2012

b) Menggunakan 5 variable independen yaitu Resiko litigasi,

pajak, kontrak hutang, struktur kepemilikan dan Growt

Opportunities

Sedangkan Penelitian saat ini :

a) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI pada tahun 2013-2015

b) Menggunakan 4 variable independen yaitu Tingkat Kesulitan

Keuangan, Struktur Kepemilikan Manajerial, Growt

Opportunities, dan Debt Covenant.

4. Sari, dkk (2014)

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh struktur

kepemilikan institusional, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan

publik, Debt Covenant dan Growth Opportunities terhadap konservatisme

akutansi. Hasil dari penelitian ini adalah struktur kepemilikan institusional dan

struktur kepemilikan publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

konservatisme akutansi, struktur kepemilikan manajerial berpengaruh negative

signifikan terhadap konservatisme akutansi, Debt Covenant dan Growth

Opportunities berpengaruh positif signifikan terhadap konservatisme akutansi.


18

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini :

a) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

konservatisme akutansi sebagai variable dependen.

b) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

struktur kepemilikan manajerial, Debt Covenant dan Growth

Opportunities sebagai variable independen.

c) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

teknik pengambilan sample dengan metode purposive sampling

dan menggunakan data sekunder.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah penelitian

terdahulu :

a) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI periode 2010-2012 dan data diperoleh dari ICMD dan IDX

b) Menggunakan 5 variable independen yaitu struktur

kepemilikan institusional, struktur kepemilikan manajerial,

struktur kepemilikan publik, Debt Covenant dan Growth

Opportunities.

Sedangkan Penelitian saat ini :

a) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI pada tahun 2013-2015

b) Menggunakan 4 variable independen yaitu Tingkat Kesulitan

Keuangan, Struktur Kepemilikan Manajerial, Debt Covenant

dan Growth Opportunitie.


19

5. Alhayati (2013)

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang : (1)

Pengaruh tingkat hutang (leverage) terhadap tingkat konservatisme akuntansi. (2)

Pengaruh tingkat kesulitan keuangan perusahaan terhadap tingkat konservatisme

akuntansi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat hutang berpengruh

signifikan terhadap konservatisme akuntansi sedangkan tingkat kesulitan

keuangan tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini :

a) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

konservatisme akutansi pada variable dependennya.

b) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

tingkat kesulitan keuangan pada variable independen.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah penelitian

terdahulu :

a) Tingkat kesulitan keuangan diproksikan dengan menggunakan

Altman Z-Score.

b) Studi empiris pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di

BEI pada tahun 2012-2014.

Sedangkan Penelitian saat ini :

a) Tingkat kesulitan keuangan diproksikan dengan menggunakan

variabel dummy.

b) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI pada tahun 2013-2015.


20

6. Suryandari dan Priyanto (2012)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh resiko litigasi dan tingkat

kesulitan keuangan perusahaan terhadap hubungan antara konflik kepentingan dan

konservatisme akutansi. Hasil pada penelitian ini adalah konflik kepentingan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap konservatisme akutansi, resiko litigasi

dan tingkat kesulitan keuangan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap hubungan positif antara konflik kepentingan dan konservatisme akutansi.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini :

a) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

tingkat kesulitan keuangan pada variable independen.

b) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

teknik pengambilan sample dengan metode purposive sampling

dan menggunakan data sekunder.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah penelitian

terdahulu :

a) Studi empiris dalam penelitian adalah semua perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Direktori Pasar Modal Indonesia

(ICMD) dengan tahun penelitian tahun 2004 dan 2008.

b) Variable independen pada penelitian terdahulu yaitu resiko

litigasi dan tingkat kesulitan keuangan.

c) Variable dependen pada penelitian terdahulu hubungan antara

konflik kepentingan dan konservatisme akutansi.


21

Sedangkan Penelitian saat ini :

a) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI pada tahun 2013-2015.

b) Variable independen yaitu tingkat kesulitan keuangan, struktur

kepemilikan manajerial, Growth Opportunities, dan Debt

Covenant.

c) Variable dependent pada penelitian saat ini konservatisme

akutansi.

7. Pramudita (2012)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji serta menganalisis bagaimana

pengaruh tingkat kesulitan keuangan dan tingkat hutang terhadap konservatisme

akutansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2006-2010. Pada penelitian ini terjadi peningkatan penerapan akuntansi

konservatif di beberapa dekade yang menunjukan bahwa prinsip akuntansi

konservatif menuai banyak kritik namun sampai saat ini masih tetap digunakan

dan cenderung meningkat. Hasil dari penelitian ini adalah variable tingkat

kesulitan keuangan berpengaruh signifikan positif terhadap konservatisme

akutansi sedangkan tingkat hutang tidak berpengatuh secara signifikan terhadap

konservatisme akutansi.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini :

a) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

konservatisme akutansi sebagai variable dependen.


22

b) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

tingkat kesulitan keuangan sebagai variable independen.

c) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

teknik pengambilan sample dengan metode purposive sampling

dan menggunakan data sekunder.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah penelitian

terdahulu :

a) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI periode 2006-2010.

b) Menggunakan 2 variable independen yaitu tingkat kesulitan

keuangan dan tingkat hutang.

Sedangkan Penelitian saat ini :

a) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI pada tahun 2013-2015.

b) Menggunakan 4 variable independen yaitu tingkat kesulitan

keuangan, struktur kepemilikan manajerial, growth

Opportunities, dan Debt Covenant.

8. Hamdan et al. (2011)

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran sektor publik dalam

mengatur Standar Akuntansi di Kuwait, memeriksa kemampuan dan membantu

perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Kuwait Stock Exchange (KSE) untuk

menyajikan tingkat konservatisme akuntansi ketika mempersiapkan laporan

keuangan, dan untuk meneliti faktor yang mempengaruhi tingkat akuntansi


23

konservatisme di perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan ukuran

perusahaan, kontrak utang, dan jenis sektor milik perusahan.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini :

a) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

konservatisme akutansi pada variable dependennya.

b) Penelitian terdahulu dan saat ini sama-sama menggunakan

kontrak hutang (Debt Covenant) dan ukuran perusahaan pada

variable independen.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah penelitian

terdahulu :

a) Populasi dalam penelitian ini perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Kuwait.

b) Pengambilan teknik analisi pada penelitian terdahulu

menggunakan Model Basu 1997 sebagai dasar untuk mengukur

tingkat konservatisme.

Sedangkan Penelitian saat ini :

a) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI pada tahun 2013-2015.

b) Pengambilan teknik pada penelitian ini yaitu Regresi linier

berganda, uji asumsi klasik, uji model peneliti, dan uji

hipotesis.
24

Secara lengkap riset tentang pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan, Struktur

Kepemilikan Manajerial, Growth Opportunities, dan Debt Covenant terangkum

pada tabel matriks sebagai berikut :

Tabel 2.1
Review hasil penelitian terdahulu

Variable Independen
No Peneliti (Tahun)
TKK DC GO SKM
1. Agustina, dkk (2016) S+
2. Choiriyah (2016) S
3. Kao dan Sie (2016) S+
4. Rahmadiar, dkk (2016) S TS
5. Suryandi dan Priyanto (2016) S+
6. Fahtuhrahmi,dkk (2015) S- TS
7. Utama (2015) S S
8. Fitri (2015) TS
9. Dewi, dkk (2014) TS TS
10. Sari dan Al-Azhar (2014) S+ TS+ S-
11. Septian dan Anna (2014) TS TS S
12. Brilianti (2013) S-
13. Alhayati (2013) TS
14. Nugroho dan Siti (2012) S- TS TS+
15. Pramudita (2012) S+
16. Widyasari,dkk (2012) S+
17. Hamdan, et al. (2011) S-
Keterangan : TS=Tidak signifikan, S=Signifikan, S-=Signifikan negative,
S+=Signifikan positif.

2.2 Landasan Teori

Bagian yang membahas tentang pemecahan masalah yang akan

ditemukan pemecahannya melalui pembahasan-pembahasan sebagai berikut :


25

2.2.1 Signalling Theory

Teori sinyal atau bisa disebut dengan teori signaling mengajarkan

bahwa setiap tindakan mengandung informasi hal ini karena adanya asimetri

informasi dan pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi

asimetri informasi serta dapat diasumsikan bahwa pemberian informasi yang

mengakui pemberian laba yang rendah akan membantu mengurangi adanya

konflik antara manager dan pemegang saham. Manajer memberikan informasi

melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi

konservatisme yang menghasilkan laba lebih berkualitas karena prinsip ini

mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan

membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang

tidak overstate. Teori sinyal menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik

merupakan sinyal bahwa perusahaan telah beroperasi dengan baik.

Menurut Wolk et al. (2001:6) Teori sinyal menjelaskan bagaimana

perusahaan dapat memberikan suatu sinyal kepada pengguna laporan keuangan,

dan sinyal tersebut berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh

pihak manajemen. Scott (2012:475), berpendapat bahwa sinyal adalah sebuah

tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan untuk memberikan petunjuk

kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.

Najmudin (2011:308) menyatakan bahwa teori sinyal adalah suatu tindakan yang

diambil oleh manajemen perusahaan untuk memberikan petunjuk bagi para

investor bagaimana cara menilai prospek perusahaan. Scott (2012:476)

menyatakan bahwa pemilihan kebijakan akutansi yang konservatif memberikan


26

sinyal atas keyakinan manajer pada perusahaan dimasa depan. Bagi investor

informasi yang disampaikan oleh manajemen mengenai tujuan perusahaan dapat

mempengaruhi keputusan investasi pasar, karena Informasi sangat penting bagi

para investor dan pelaku bisnis dalam pengambilan keputusan. Watts (2003)

menyatakan bahwa understatement aktiva bersih yang sistematik atau relatif

permanen merupakan salah satu ciri dari konservatisme akutansi, sehingga dapat

dikatakan bahwa konservatisme akutansi menghasilkan laba yang lebih

berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan

membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan

menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.

Hubungan Signaling Theory dengan variable dalam penelitian ini

yaitu, apabila tingkat kesulitan keuangan perusahaan semakin rendah

menunjukkan sinyal positif bagi seorang kreditur, karena semakin rendah tingkat

kesulitan keuangan menunjukkan kondisi keungan perusahaan tidak sedang terjadi

masalah. Struktur kepemilikan manajerial perusahaan semakin tinggi

menunjukkan sinyal negatif bagi kreditur, karena manajer cenderung akan

melaporkan laba yang rendah sehingga merugikan kreditur. Growth Opportunities

perusahaan semakin tinggi menunjukan sinyal negatif bagi kreditur, karena

semakin tinggi kesempatan bertumbuhnya perusahaan akan semakin besar dana

yang diperlukan, dan jika Debt Covenant perusahaan semakin tinggi menunjukkan

sinyal positif bagi kreditur, karena semakin tinggi perjanjian hutang pihak kreditur

menjadi semakin aman untuk mengurangi kemampuan pelanggaran kontrak

hutang.
27

2.2.2 Teori Akuntansi Positif

Teori akutansi positif menjelaskan bahwa manajer memiliki intensif

atau dorongan untuk dapat memaksimalkan kesejahteraannya. Teori ini juga akan

menjelaskan mengenai hal-hal yang mendorong manajemen dalam memilih

metode akutansi yang optimal untuk mencapai tujuan tertentu. Scott (2012:476)

menyatakan bahwa teori akutansi positif berhubungan dengan kemungkinan

tindakan yang diambil oleh manajer dalam memilih kebijakan akuntansi dan

bagaimana reaksi manajer mengenai usulan kebijakan akutansi yang baru. Teori

akutansi positif memprediksi bahwa manajer mempunyai kecenderungan

menaikkan laba untuk menyembunyikan kinerja yang buruk. Kecenderungan

menaikan laba yang dilakukan oleh manajer dapat di dorong oleh adanya empat

masalah pengkontrakkan yaitu informasi asimetrik, masa kerja terbatas manajer,

kewajiban terbatas manajer, dan asimetri pembayaran. Watts dan Zimmerman

(1986) dalam Scott (2012;307) menjelaskan bahwa prediksi teori akutansi positif

dikelompokkan menjadi tiga hipotesis, yaitu:

a. Bonus plan Hypothesis

Manajer cenderung untuk meningkatkan laba agar memperoleh bonus dari

perusahaan dengan memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan laba.

b. Debt Covenantc Hypothesis

Manajer cenderung memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba atau

pendapatan untuk memperoleh tambahan dana dari pihak kreditur, jika laba

dan pendapatan tinggi pihak kreditur menjadi aman karena akan mengurangi

kemungkinan pelanggaran kontrak hutang., apabila perusahaan mempunyai


28

rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami financial distress dan pihak

kreditur terancam akan pelanggaran kontrak hutang.

c. Size Hyphotesis

Manajer akan cenderung menggunakan laba yang akan dilaporkan ke periode

yang akan datang agar laba yang dilaporkan menjadi lebih rendah. Hal ini

dilakukan untuk mengurangi biaya politik yang ada. Munculnya biaya politik

karena profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian pihak-

pihak yang berkepentingan

Hubungan teori akutansi positif dengan variable dalam penelitian

ini yaitu, apabila tingkat kesulitan keuangan perusahaan semakin tinggi

menunjukkan teori akuntansi yang negatif bagi seorang manager, karena semakin

tinggi tingkat kesulitan keuangan menunjukkan kualitas manajer yang buruk.

Struktur kepemilikan manajerial perusahaan semakin tinggi menunjukkan teori

akuntansi yang positif bagi seorang manager, karena manajer sebagai pemegang

saham. Growth Opportunities perusahaan semakin tinggi menunjukan sinyal teori

akuntansi yang positif bagi manager, agar pembiayaan untuk investasi dapat

terpenuhi, dan jika Debt Covenant perusahaan semakin tinggi menunjukkan teori

akuntansi yang positif bagi seorang manager, karena manager akan memperoleh

tambahan dana dari pikah kreditur.

2.2.3 Konservatisme Akuntansi

Penyusunan suatu laporan keuangan, seorang akuntan berhak untuk

memilih metode yang diterapkan dalam penyajiannya. Definisi konservatisme

menurut FASB Statement of Concept No.2 dalam Utama (2015):


29

“Konservatisme reaksi hati-hati untuk menghadapi ketidakpastian yang melekat


dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidak pastian dan resiko
intern dalam lingkungan bisnis sudah cukup untuk dipertimbangkan”.

Konservatisme biasanya didefinisikan sebagai reaksi kehati-hatian

terhadap ketidakpastian, ditunjukkan untuk dapat melindungi hak-hak

kepentingan pemegang saham dan pemberi pinjaman yang menentukan sebuah

verifikasi standart yang lebih tinggi untuk mengakui goodnews dari pada

badnews. Ketidakpastian dan resiko harus tercermin dalam laporan keuangan agar

nilai prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki (Utama, 2015:19). Negara Amerika

Serikat yang diakui sebagai dasar utama dari pelaporan keuangan yaitu prinsip

konservatisme. Prinsip konservatisme sebagai prinsip akutansi yang mempunyai

peran penting dalam praktik atau teori akutansi. Konservatisme Akuntansi

merupakan salah satu topik yang kontroversial dan menjadi perdebatan dalam

penelitian akuntansi.

Wijaya (2012) menyatkan bahwa secara tradisional konservatisme

dapat diartikan sebagai perilaku yang mengantisipasi tidak adanya profit dan

mengantisipasi semua kemungkinan rugi. Konservatisme adalah konsep akuntansi

yang menuai banyak kritik. Hasilnya juga akan cenderung bias tidak

mencerminkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Penerapan konservatisme

akuntansi tidak hanya berdampak pada neraca perusahaan namun juga berdampak

pada angka-angka yang dilaporkan dalam laporan laba rugi perusahaan.

Perusahaan yang menerapkan konservatisme akuntansi akan melaporkan laba

yang lebih rendah dari pada penerapan akuntansi liberal. Wolk et al. (2001:144-

145) memberikan definisi konservatisme akuntansi sebagai usaha untuk memilih


30

metode akuntansi berterima umum yang (1) Memperlambat pengakuan revenues,

(2) Mempercepat pengakuan expenses, (3) Merendahkan penilaian aktiva, dan (4)

Meningkatkan penilaian utang. Definisi tersebut menjadikan nilai aktiva bersih

perusahaan menjadi rendah. Masih banyak yang berpendapat lain mengenai

prinsip konservatisme itu sendiri. Hal itu dikarenakan setiap peneliti memiliki

pandangan yang berbeda mengenai konservatisme akuntansi.

Berkembangnya penelitian tentang konservatisme akuntansi

memunculkan berbagai macam metode yang digunakan untuk mengukur

konservatisme akuntansi. Metode untuk mengukur konservatisme akuntansi

berbeda-beda, sehingga hasil penelitian kemungkinan juga berbeda, apabila pada

perusahaan memilih satu diantara dua teknik akuntansi yang ada, maka dipilih

alternatif yang kurang menguntungkan bagi ekuitas pemegang saham. Teknik

yang harus dipilih adalah teknik yang menghasilkan nilai aset dan pendapatan

yang rendah atau yang menghasilkan nilai hutang dan biaya yang tinggi, karena

apabila terdapat kondisi yang kemungkinan menimbulkan kerugian, biaya atau

hutang, maka harus segera diakui. Sebaliknya apabila terdapat kondisi yang

memungkinkan laba, pendapatan atau aset, maka laba, pendapatan dan aset tidak

dapat langsung diakui sampai kondisi tersebutr benar-benar terjadi (Nugroho dan

Siti, 2012). Secara empiris beberapa penelitian terdahulu telah mengembangkan

model yang sempat digunakan sebagai proksi konservatisme akuntansi, dengan

mengacu pada telaah literatur dari penelitian tentang konservatisme akuntansi

dapat disimpulkan bahwa tingkat konservatisme akuntansi dalam sebuah

perusahaan dapat diukur dengan beberapa pendekatan antara lain: (1) Model
31

pasar, (2) Market to book ratio, (3) Pendekatan laba operasi, (4) Pendekatan

akrual arus kas, (5) Non operating acruals.

Salah satu modal pengukuran konservatisme akutansi adalah proksi

pengukuran yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) yaitu dengan

menggunakan market to book ratio untuk penilain ekuitas karena sangat

dipengaruhi oleh pemilihan metode akuntansi yang digunakan perusahaan.

Menggunkan market to book ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap

nilai buku perusahaan. Rasio yang bernilai lebih dari satu mengidentifikasikan

penerapan konservatisme akuntansi karena mencatat nilai pasar lebih tinggi dari

nilai perusahaan dan book market ratio yang mencerminkan nilai buku perusahaan

relatif terhadap nilai pasar. Rasio yang kurang dari 1, mengindikasikan penerapan

akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaannya lebih

rendah dari nilai pasarnya. Fala (2007) menyatakan bahwa nilai buku dapat

diketahui dengan menghitung nilai ekuitas perusahaan pada tanggal neraca akhir

periode dan nilai pasar diukur dari harga penutupan saham saat tanggal

pengumuman untuk mencerminkan respon pasar terhadap laporan keungan.

Aktivitas yang dapat mendukung konservatisme akutansi yaitu apabila

overstatement laba dan aset lebih berbahaya dari pada understatement laba dan

aset karena kesalahan dalam memperkirakan keuntungan berakibat lebih serius

dari pada konsekuensi kesalahan memperkirakan kerugian atau kebangkrutan.

Para akuntan memerlukan verifikasi yang lebih tinggi untuk mengakui pendapatan

yang mungkin timbul dibanding mengakui biaya yang mungkin timbul. Sikap

pesimistis dianggap perlu untuk menetralkan sikap optimistik berlebihan yang ada
32

pada manager dan pemilik. Para pengusaha mempunyai kecenderungan bersikap

optimistik tentang perusahaan dan hal ini menimbulkan anggapan bahwa mereka

juga akan menerapkan sikap tersebut dalam memilih prinsip dan metode akutansi

untuk melaporkan keuangan. Konservatisme dalam akutansi sangat bermanfaat

yaitu apabila laba konservatif yang disusun menggunakan prinsip akutansi yang

konservatif mencerminkan laba minimum yang dapat diperoleh perusahaan

sehingga laba yang disusun dengan metode yang konservatif bukan laba yang

dibesar-besarkan nilainya, sehingga dapat dianggap laba yang berkualitas

(Utama,2015).

Pada penelitian ini market to book ratio digunakan untuk mengukur

konservatisme karena rasio nilai pasar terhadap nilai buku memberikan penilaian

akhir dan mungkin yang paling menyeluruh atas status pasar saham perusahaan.

Rasio ini mengikhtisarkan pandangan investor tentang perusahaan secara

keseluruhan, manajemennya, labanya, likuiditasnya, dan prospek masa depan

perusahaan. Oleh karena itu dengan melihat rasio ini dapat dilihat reaksi pasar atas

sinyal positif dari perusahaan tentang adanya penerapan konservatisme akuntansi

yang diberikan melalui laporan keuangan. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan (Agustina, 2016). Penelitian ini menggunakan pengukuran

konservatisme dengan menggunakan pengukuran market to book ratio.

Rumus dari proksi sebagai berikut :

Market value of common equity


MTBR =
Book value of common equity
33

Keterangan :

Market value of common equity : Harga pasar per saham

Book value of common equity : Total ekuitas / Jumlah saham yang beredar

2.2.4 Tingkat Kesulitan Keuangan

Kesulitan keuangan dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi

jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengidentifikasi bahwa

perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya. Ada

beberapa definisi kesulitan keuangan sesuai tipenya yaitu economic failure,

business failure, technical insolvency, insolvency in bankruptcy, dan legal

bankruptcy. Brigham dan Gapenski (1997) dalam Nugroho dan Siti (2012).

Berikut ini adalah penjelasannya :

a. Economic failure (Kegagalan Ekonomi)

Kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak

dapat menutupi total biaya, termasuk cost of capitalnya. Bisnis ini dapat

melanjutkan operasinya sepanjang kreditur ingin menerima tingkat pengembalian

di bawah pasar, meskipun tidak ada suntikan modal baru saat aset tua sudah harus

diganti, perusahan juga dapat menjadi sehat secara ekonomi.

b. Business failure (Kegagalan Bisnis)

Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan operasi dengan

akibat kerugian kepala kreditur.

c. Technical insolvency

Perusahaan dikatkakan dalam keadaan technical insolvency jika tidak dapat

memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo. Ketidakmampuan membayar


34

hutang secara teknis menunjukkan kekurangan likuiditas yang sifatnya sementara,

yang jika diberi waktu, perubahan mungkin dapat membayar hutangnya dan

survive.

d. Insolvency in bankruptcy

Perusahaan dikatakan dalam keadaan insolvency in bankruptcy jika nilai buku

hutang melebihi nilai pasar aset. Kondisi ini lebih serius dari pada technical

insolvency karena, ini merupakan tanda Economic failure, dan bahkan mengarah

kepada likuidasi bisnis. Perusahaan yang dalam keadaan insolvency in bankruptcy

tidak perlu terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum.

e. Legal bankruptcy

Perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum jika telah diajukan tuntutan secara

resmi dengan undang-undang .

Kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah dapat mendorong

penggantian manager yang bersangkutan sebagai tenaga kerja. Situasi ini harus

dihindari oleh manajer. Kegagalan manajer dalam mengelola suatu perusahaan

dapat tercermin melalui laporan keuangan yang disajikan. Manager mengalami

kegagalan dalam mengelola perusahaan dapat terlihat dengan kondisi keuangan

perusahaan yang buruk. Ancaman tersebut mendorong seorang manager untuk

mengatur penyajian laporan keuangan yang akan digunakan oleh para investor

dan kreditur. Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan adalah

kebangkrutan atau kepailitan. Kepailitan bisa disebabkan oleh gagalnya

perusahaan dalam kegiatan operasional untuk menghasilkan suatu laba dan

ketidak mampuan perusahaan dalam melunasi hutang. Hal tersebut dapat dihindari
35

dengan cara memprediksi sebab-sebab yang mengakibatkan kebangkrutan yaitu

dengan melihat adanya financial distress. Financial distress adalah suatu konsep

luas yang terdiri dari beberapa situasi dimana suatu perusahaan sedang

menghadapi masalah keuangan.

Financial distress bisa diartikan sebagai munculnya sinyal atau gejala

awal kebangkrutan terhadap penurunan kondisi keuangan yang dialami

perusahaan, bisa juga kondisi yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan

ataupun likuiditas. Prediksi kebangkrutan berfungsi untuk memberikan panduan

bagi pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami

kesulitan keuangan atau tidak dimasa yang akan datang. Perusahaan yang

mendefinisikan mengalamai financial distress mengacu pada penelitian yang

dilakukan oleh Noviandri (2014:1661) yaitu perusahaan yang memiliki Interest

Coverage Ratio kurang dari satu berarti perusahaan tersebut mengalami financial

distress dan perusahaan yang memiliki Interest Coverage Ratio lebih dari satu

berarti perusahaan tersebut tidak mengalami financial distress. Interest Coverage

Ratio di rancang untuk menghubungkan biaya keuangan perusahaan dengan

kemampuan perusahaan untuk membayar biaya tersebut. Rasio ini berfungsi

sebagai ukuran kemampuan perusahaan membayar bunga dan menghindari

kebangkrutan, secara umum semakin tinggi rasio, semakin besar kemungkinan

perusahaan dalam membayar bunga tanpa kesulitan. Pada penelitian ini kondisi

keuangan perusahaan diukur menggunakan :

Operating Profit
ICR =
Interest Expenes
36

Keterangan :

ICR : Interest Coverage Ratio

Operating Profit : Laba Operasional (Laba Usaha) / Laba Sebelum Pajak

Interest Expend : Beban Bunga

ICR <1 :Perusahaan mengalami Financial distress yang

disimbolkan dalam dummy 1.

ICR >1 :Perusahaan yang tidak mengalami Financial distress yang

disimbolkan dalam dummy 0.

2.2.5 Struktur Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan salah satu faktor intern

perusahaan yang menetukan kemajuan perusahaan, karena kepemilikan

manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh manager atau dengan kata

lain manager tersebut sekaligus sebagai pemegang saham dalam perusahaan

tersebut, dalam laporan keuangan keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya

presentase kepemilikan saham perusahaan oleh manager. Hal ini merupakan

informasi penting bagi stakeholder perusahaan dan informasi ini akan

diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (Nugroho dan Siti, 2012).

Kepemilikan saham manajerial adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh

para manajemen, selain mengawasi jalannya perusahaan manager juga memiliki

kekuasaan atas pemegang saham. Pemegang saham merupakan penyedia dana

yang dibutuhkan oleh perusahaan (Sari, 2014:3). Salah satu cara yang dapat

dilakuakn untuk menyelaraskan antara kepentingan pemilik dan manajemen yaitu

dengan melibatkan manajemen dalam struktur kepemilikan saham yang cukup


37

besar. Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seorang

atau badan terhadap suatu perusahaan. Seorang pemegang saham ikut memiliki

segala sesuatu yang menjadi milik perusahaan dan juga ikut dalam hal

menanggung resiko dan tanggung jawab perusahaan (Utama, 2015).

Pengambilan keputusan dan aktivitas yang terjadi diperusahaan

dengan kepemilikan manajerial tentu berbeda dengan perusahaan tanpa

kepemilikan manajerial, apabila manajer di perusahaan juga ikut andil dalam

pemegang saham tentu hal tersebut akan menyelaraskan kepentingan sebagai

manager dan pemegang saham. Pada penelitian ini pengukuran struktur

kepemilikan manajerial dilakukan dengan menggunakan pengukuran Managerial

ownership (MOWN) dari hasil bagi jumlah kepemilikan saham oleh pihak

manajemen dengan jumlah saham yang beredar (Utama, 2015). Pengukuran

variable ini menggunakan :

Jumlah saham yang dimiliki Komisaris dan Direktur


MOWN =
Jumlah saham yang beredar

2.2.6 Growth Opportunities

Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari kesempatan bertumbuh

(Growth Opportunities). Growth Opportunities adalah kesempatan perusahaan

untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Perusahaan untuk

tumbuh dan berkembang membutuhkan kesempatan dan peluang, selain itu

perusahaan juga membutuhkan dana. Persaingan di dunia bisnis juga menjadi

tantangan yang menuntut perusahaan untuk berkembang. Perusahaan


38

meningkatkan investasi agar tidak terjadi tindakan-tindakan yang merusak

keuangan perusahaan. Besarnya dana yang dibutuhkan perusahaan akan

menyebabkan manager menerapkan prinsip konservatisme akuntansi agar

pembiayaan untuk investasi dapat terpenuhi.Tantangan bagi manajer yaitu untuk

menyeimbangkan pendapatan dan penggunaan hutang yang diperlukan oleh

perusahaan. Semakin tinggi kesempatan pertumbuhan perusahaan hal itu berarti

akan semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan perusahaan. Besarnya dana

yang dibutuhkan perusahaan menyebabkan manager menerapkan prinsip

konservatisme akuntansi agar pembiayaan investasi dapat terpenuhi dengan

meminimalkan laba (Utama, 2015:27), apabila Growth Opportunities tinggi

perusahaan akan cenderung membutuhkan dana dalam jumlah yang cukup besar

untuk membiayai pertumbuhan pada masa yang akan datang. Pengukuran variable

Growth Opportunities atau pertumbuhan perusahaan ini mengacu kepada peneliti-

peneliti sebelumnya yang telah menggunakan ukuran ini, seperti Fahturahmi

(2015), yaitu diukur dengan menggunakan hasil bagi antara selisih nilai total aset

tahun-t dan total asset tahun ke-t-1.

Rumusnya sebagai berikut :

Total Asset (t) – Total Asset (t-1)


GROWTH=
Total Asset (t-1)

Keterangan :

Total Asset (t) = Nilai total asset pada tahun bersangkutan

Total Asset (t-1) = Nilai total asset pada tahun sebelumnya


39

2.2.7 Debt Covenant

Debt Covenant (Kontrak hutang) merupakan perjanjian untuk

melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap

kepentingan kreditor, seperti membagi deviden yang berlebihan atau membiarkan

ekuitas dibawah tingkat yang sudah ditentukan. Apabila perusahaan cenderung

melanggar perjanjian hutang yang sudah disepakati maka manager akan memilih

prosedur akuntansi yang dapat menyalurkan laba periode mendatang ke periode

berjalan, karena hal tersebut dapat mengurangi resiko “default”. Resiko default

merupakan suatu resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan perusahaan

memenuhi perjanjian yang sudah disepakati sebelumnya. Debt Covenant

menjelaskan bagaimana seorang menager harus menyikapi perjanjian hutang.

Manajer dalam menyikapi adanya pelanggaran atas perjanjian utang yang telah

jatuh tempo akan berupaya menghindari dengan memilih kebijakan akuntansi

yang menguntungkan bagi perusahaan.

Prediksi akuntansi positif dikelompokkan menjadi tiga hipotesis, salah

satunya yaitu Debt Covenant Hypothesis. Debt covenant hypothesis memprediksi

keinginan manajerial dalam meningkatkan laba dan aset untuk mengurangi

renegosiasi kontrak hutang ketika perusahaan memutuskan perjanjian hutangnya

(Sari, 2014:4), tidak seperti investor, kreditor tidak memiliki mekanisme untuk

meningkatkan laba tetapi kreditur dilindungi oleh standart akuntansi yang

konservatif untuk mengidentifikasi Debt Covenant, dengan menggunakan proksi

dari tingkat leverage. Leverage merupakan perbandingan utang jangka panjang

terhadap total aset yang dimiliki perusahaan. Leverage digunakan untuk


40

memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan

sehingga dapat dilihat resiko tak tertagihnya suatu hutang (Harahab, 2012 :71).

Resiko leverage menggambarkan struktur modal perusahaan. Struktur modal

adalah perimbangan jumlah hutang dalam jangka pendek bersifat permanen,

hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa (Sartono, 2001:225).

Apabila perusahaan tersebut tidak mempunyai nilai leverage atau leverage

faktornya sama dengan nol berarti perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya

menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Jadi semakin besar

proposi utang yang diinginkan oleh perusahaan pemilik modal akan menanggung

resiko yang besar pula. Pengukuran variable ini menggunakan proksi dari tingkat

leverage, Sekala data variable ini adalah ratio :

Total Hutang
Debt to Asset Ratio =
Total Asset

2.3. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka dapat disajikan kerangka

pemikiran untuk menggambarkan hubungan dari variabel independen terhadap

variabel dependen. Kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan tersebut

adalah sebagai berikut :


41

Skema 2.3

Rerangka Pikir

TINGKAT KESULITAN
KEUANGAN (X1)

STRUKTUR KEPEMILIKAN
MANAJERIAL (X2)
KONSERVATISME AKUTANSI
GROWTH
OPPORTUNITIES(X3)
DEBT COVENANT(X4)

Keterangan :

Y = Konservatisme Akutansi

X1 = Tingkat Kesulitan Keuangan

X2 = Struktur kepemilikan Manajerial

X3 = Growth opportunities

X4 = Debt Covenant

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan terhadap konservatisme

akutansi

Teori Signaling ini bisa diasumsikan bahwa pemberian informasi yang

mengakui pemberian laba yang rendah akan membantu mengurangi adanya

konflik antara manager dan pemegang saham. Berdasarkan pernyataan teori

signaling, manajer menaikan tingkat konservatisme akuntansi jika keuangan

perusahaan bermasalah. Konservatisme adalah prinsip kehati-hatian maka dengan


42

adanya kesulitan keuangan tentu perusahaan akan lebih berhati-hati dalam

menghadapi lingkungan yang tidak pasti, dengan demikian tingkat kesulitan

keuangan perusahaan keuangan yang semakin tinggi akan mendorong manager

untuk menaikan tingkat konservatisme akutansi, dan sebaliknya jika tingkat

kesulitan keuangan rendah manager akan menurunkan tingkat konservatisme

akuntansi (Pramudita, 2012).

Penelitian ini pernah dibuktikan oleh Choiriyah (2016), dan Rahmadiar,

dkk (2016) dengan menyimpulkan bahwa tingkat kesulitan keuangan berpengaruh

signifikan terhadap konservatisme akuntansi, sedangkan Kao dan Sie (2016),

Suryandi dan Priyanto (2016), Pramudita (2012), Widyasari,dkk (2012).

menyimpulkan bahwa tingkat kesulitan keuangan berpengaruh signifikan positif

terhadap konservatisme akuntansi, dan Fahtuhrahmi,dkk (2015), Nugroho dan

Siti (2012), menyimpulkan bahwa tingkat kesulitan keuangan berpengaruh

signifikan negative terhadap konservatisme akuntansi

Dari penjelasan diatas akan diuji hipotesis

H1 : Tingkat Kesulitan keuangan berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi.

2.4.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap konservatisme akutansi

Struktur kepemilikan merupakan faktor intern dalam perusahaan untuk

menentukan kemajuan perusahaan. Menurut Utama (2015) kepemilikan

manajerial adalah jumlah saham perusahaan publik yang dimiliki oleh individu-

individu atau kelompok elit yang berasal dari dalam perusahaan yang mempunyai

kepentingan langsung terhadap perusahaan. Motivasi seorang manager tidak lagi


43

untuk mendapatkan bonus tinggi dengan meningkatnya laba tetapi karena

perasaan memiliki seorang manager terhadap perusahaan tersebut (Sari,dkk:2014).

Hal tersebut mengasumsikan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial yang

diproksikan dengan presentase kepemilikan saham perusahaan maka manajerial

akan semakin konsen terhadap presentase kepemilikannya sehingga kebijakan

yang diambil oleh manager akan semakin konservatif. Berlaku juga sebaliknya

apabila kepemilikan manajerial itu rendah terhadap perusahaan maka manajer

cenderung kurang konservatif dan cenderung akan melaporkan laba yang lebih

tinggi, karena hal tersebut akan membawa keuntungan bagi manager yang

diterima melalui komisi sesuai dengan besarnya laba (Sari dkk , 2014).

Penelitian ini pernah dibuktikan oleh Utama (2015), Septian dan Anna

(2014) dengan menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan manajerial

berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi), sedangkan Brilianti

(2013), Sari dan Al-Azhar (2014) menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan

manajerial berpengaruh signifikan negative terhadap konservatisme akuntansi.

Dari penjelasan diatas akan diuji hipotesis :

H2: Steuktur Kepemilikan Manajerial berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi.

2.4.3 Pengaruh Growth opportunities terhadap konservatisme akutansi

Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari Growth Opportunities. Growth

Opportunities adalah kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-

hal yang menguntungkan (Utama, 2015). Perusahaan untuk tumbuh dan

berkembang tentu membutuhkan kesempatan dan peluang. Persaingan di dunia


44

bisnis juga menjadi tantangan yang menuntut perusahaan untuk berkembang.

Perusahaan meningkatkan investasi agar tidak terjadi tindakan-tindakan yang

merusak keuangan perusahaan. Besarnya dana yang dibutuhkan perusahaan akan

menyebabkan manager menerapkan prinsip konservatisme akuntansi agar

pembiayaan untuk investasi dapat terpenuhi. Perusahaan yang memiliki tingkat

pertumbuhan yang tinggi mempunyai motivasi untuk meminimalkan laba.

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin tinggi

kemungkinan perusahaan untuk memilih akuntansi yang konservatif (Dewi, dkk

:2014)

Penelitian ini pernah dibuktikan oleh Penelitian Utama (2015) dengan

menyimpulkan bahwa Growth opportunities berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi, sedangkan Agustina, dkk (2016 )menyimpulkan bahwa

Growth opportunities berpengaruh signifikan positif terhadap konservatisme

akuntansi. Dari penjelasan diatas akan diuji hipotesis :

H3: Growth Opportunities berpengaruh signifikan terhadap konservatisme

akuntansi.

2.4.4 Pengaruh Debt Covenant terhadap konservatisme akutansi

Debt covenant memiliki peran terhadap konservatisme dalam dua cara.

Pertama, bondholders dapat secara eksplisit menggunakan konservatisme

akutansi. Kedua, manajer dapat secara implisit menggunakan konservatisme

akuntansi secara konsisten dalam rangka membangun reputasi untuk pelaporan

keuangan yang konsevatif (Sari dan Al-Azhar, 2014:5). Menurut Watss dan

Zimmerman (1986) dalam Nugroho dan Siti (2012), motif pemilihan suatu
45

metode akutansi tidak terlepas dari teori akuntansi positif salah satunya adalah

Debt Covenant hypothesis. Debt Covenant hypothesis menyatakan bahwa ketika

perusahaan mulai mendekati terjadinya pelanggaran terhadap perjanjian hutang,

maka manager perusahaan akan berusaha untuk menghindari terjadinya perjanjian

hutang tersebut dengan memilih metode-metode akuntansi yang dapat

meningkatkan laba. Sari dan Al-Azhar (2014) mengemukakan bahwa semakin

besar tingkat debt covenant suatu perusahaan maka akan semakin berkurang

tingkat konservatisme perusahaan.

Penelitian ini pernah dibuktikan oleh Penelitian Sari dan Al-Azhar (2014)

dengan menyimpulkan bahwa Debt Covenant berpengaruh signifikan positif

terhadap konservatisme akuntansi, sedangkan Hamdan,dkk (2011) menyimpulkan

bahwa Debt Covenant berpengaruh signifikan negative terhadap konservatisme

akuntansi. Dari penjelasan diatas akan diuji hipotesis :

H4: Debt Covenant berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu rencana dari struktur riset yang

mengarakan proses dan hasil riset sedapat mungkin menjadi valid, objektif,

efisien, dan efektif (Jogiyanto, 2015:69). Berdasarkan jenisnya data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variable-variable

penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik

(Indriantoro,2002:12). Hubungan antara variable berupa sebab-akibat dan diteliti

melalui tipe penelitian kausal komparatif. Penelitian kausal komparatif merupakan

tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara

dua variable atau lebih. Peneliti melakukan pengamatan terhadap konsekuensi-

konsekuensi yang timbul dan menelusuri kembali fakta yang secara masuk akal

sebagai faktor-faktor penyebabnya (Indriantoro,2002:27).

3.2 Batasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penentuan batasan penelitian sangat berguna

dalam menjaga ruang lingkup penelitian agar tidak terjadi pembahasan yang lebih

luas. Analisis penelitian ini dibatasi oleh variable independen seperti tingkat

kesulitan keuangan, struktur kepemilikan manajerial, growth opportunities, dan

46
47

debt covenant. Sample penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode waktu yang digunakan

selama 3 tahun, yakni dari tahun 2013, 2014, dan 2015.

3.3 Identifikasi Variabel

Berdasarkan teori dan hipotesis penelitian, maka variable yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variable dependen (Y)

Variable dependen sering disebut sebagai variable konstan atau terikat. Besarnya

perubahan pada variable dependen tergantung dari besaran variable

bebas/independen, dalam penelitian ini yang menjadi variable dependen adalah

konservatisme akutansi (Y).

2. Variable Independent (X)

Variable Independen sering disebut sebagai variabel pengaruh. Variabel

Independen merupakan variabel yang menjadi sebab terjadinya perubahan atau

mempengaruhi timbulnya variabel terikat. Oleh karena itu, variabel ini disebut

variabel bebas (independent), dalam penelitian ini yang menjadi variable

independen adalah Tingkat Kesulitan Keuangan (X1), Struktur Kepemilikan

Manajerial(X2), Growth Opportunities(X3), dan Debt Covenant (X4).

3.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :


48

3.4.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Konservatisme akutansi secara tradisional didefinisikan sebagai

antisipasi terhadap semua kerugian tetapi tidak mengantisipasi besarnya laba.

Konservatisme akuntansi merupakan asimetri dalam permintaan verifikasi

terhadap permintan laba dan rugi, jadi interprestasi tersebut semakin besar jumlah

perbedaan dalam tingkat verifikasi yang diminta terhadap laba dibandingkan

terhadap rugi, maka semakin tinggi tingkat konservatisme akutansi (Pramudita,

2012 : 2). Penelitian tingkat konservatisme akuntansi perusahaan diukur

menggunakan market to book ratio. Rasio yang bernilai lebih dari 1,

mengindikasikan penerapan akuntansi konservatif karena perusahaan mencatat

nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya (Agustina, 2016). Fala (2007)

menyatakan bahwa nilai buku dapat diketahui dengan menghitung nilai ekuitas

perusahaan pada tanggal neraca akhir periode dan nilai pasar diukur dari harga

penutupan saham saat tanggal pengumuman untuk mencerminkan respon pasar

terhadap laporan keuangan. Rumus dari proksi sebagai berikut :

Market value of common equity


MTBR =
Book value of common equity

Keterangan :

Market value of common equity : Harga pasar per saham

Book value of common equity : Total ekuitas / Jumlah saham yang beredar
49

3.4.2 Variabel Bebas (Independen Variable)

1. Tingkat Kesulitan Keuangan (X1)

Tingkat kesulitan keuangan adalah suatu konsep luas yang terdiri dari

beberapa situasi dimana suatu perusahaan menghadapi masalah kesulitan

keuangan (Pramudita, 2012:2). Financial distress bisa diartikan sebagai

munculnya sinyal atau gejala awal kebangkrutan terhadap penurunan kondisi

keuangan yang dialami perusahaan, dalam penelitian ini kondisi keuangan

perusahaan menggunakan penukuran Interest Coverage Ratio seperti penelitian

yang pernah dilakukan Noviandri (2014) :

Operating Profit
ICR =
Interest Expenes

Keterangan :

ICR : Interest Coverage Ratio

Operating Profit : Laba Operasional (Laba Usaha) / Laba Sebelum Pajak

Interest Expend : Beban Bunga

ICR <1 :Perusahaan mengalami Financial distress yang

disimbolkan dalam dummy 1.

ICR >1 :Perusahaan yang tidak mengalami Financial distress yang

disimbolkan dalam dummy 0.


50

2. Struktur Kepemilikan Manajerial (X2)

Variable struktur kepemilikan yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu kepemilikan manajerial. Kepemilikan Manajerial adalah situasi dimana

manager memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut

sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Septian dan Anna, 2012:6),

dalam penelitian ini pengukuran struktur kepemilikan manajerial dilakukan

dengan menggunakan pengukuran Managerial ownership (MOWN) dari hasil

bagi jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dengan jumlah saham

yang beredar (Utama, 2015). Skala data variabel ini adalah :

Jumlah saham yang dimiliki Komisaris dan Direktur


MOWN =
Jumlah saham yang beredar

3. Growth Opportunities (X3)

Growth Opportunities adalah kesempatan perusahaan untuk

melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Perusahaan untuk

tumbuh dan berkembang membutuhkan kesempatan dan peluang. Semakin tinggi

kesempatan bertumbuh perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana yang

diperlukan perusahaan. Pengukuran variable Growth Opportunities atau

pertumbuhan perusahaan ini mengacu kepada peneliti-peneliti sebelumnya yang

telah menggunakan pengukuran ini yaitu Fahtuhrahmi,dkk (2015), yaitu diukur

dengan menggunakan hasil bagi antara selisih nilai total aset tahun-t dan total

asset tahun ke-t-1. Rumusnya sebagai berikut :

Total Asset (t) – Total Asset (t-1)


GROWTH =
Total Asset (t-1)
51

Ketrangan :

Total Asset (t) = Nilai total asset pada tahun bersangkutan

Total Asset (t-1) = Nilai total asset pada tahun sebelumnya

4. Debt Covenant (X4)

Debt Covenant adalah kontrak yang ditunjukan pada peminjam oleh

kreditur untuk membatasi aktivitas yang mungkin merusak nilai pinjaman dan

recovery pinjaman (Nugroho dan Siti (2012). Debt Covenant diproksikan dengan

rasio leverage. Leverage merupakan perbandingan total hutang terhadap total aset

yang dimiliki perusahaan. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran

mengenai struktur modal pada perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko

tidak tertagihnya suatu utang. Pengukuran variable ini menggunakan proksi

leverage, sebagai berikut :

Total Hutang
Debt to Asset Ratio =
Total Asset

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu perusahaan-

perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2013-2015. Sample pada penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling.

Sample ini dilakukan dengan mengambil sample dari populasi berdasarkan suatu

kriteria. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan tertentu.

Kriteria-kriteria untuk menyaring sample adalah sebagai berikut.


52

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek indonesia pada tahun

2013-2015.

2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan secara

berturut-turut pada tahun 2013-2015.

3. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan per 31

Desember.

4. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan dalam satuan

mata uang Rupiah.

5. Perusahaan manufaktur yang memiliki kelengkapan data yang sesuai

dengan variable yang dibutuhkan.

3.6 Data dan Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan sumber datanya, data yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan data sekunder. Data Sekunder merupakan sumber data

penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umunya berupa bukti,

catatan atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip yang dipublikasikan

dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro,2002:147). Pada penelitian ini

menggunakan teknik dokumentasi, yaitu mencari serta mengumpulkan data yang

berubungan dengan penelitian. Penelitian ini melihat data di www.idx.co.id

kemudian data tersebut dilakukan pengambilan yang sesuai dengan kriteria-

kriteria penelitian dan dilakukan pengamatan dari laporan tahunan perusahaan

yang ada di idx.


53

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Deskriptif

Analisi Deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari minimum, maximum, nilai rata-rata (mean),

dan standart deviasi (Ghozali, 2013: 19), dalam penelitian ini analisis deskriptif

digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai tingkat kesulitan keuangan,

struktur kepemilikan manajerial, growth opportunities, dan debt covenant.

3.7.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan

model regresi dalam penelitian ini. Uji asumsi klasik yang digunakan pada

penelitian ini terdiri dari:

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variable penggangu atau residual memiliki distribusi normal, seperti diketahui

bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal, apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sample kecil (Ghozali, 2013:160). Penelitian ini menggunakan uji

Kolmogrov-Smirnov (K-S) sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dalam

uji normalitas.

Ho:Residual berdistribusi normal

H1:Residual tidak berdistribusi normal


54

Kriteria Uji Normalitas dengan Kolmogrov-smirnov :

a. jika nilai sig ≥ 0.05 maka H0 diterima

b. jika nilai sig < 0.05 maka H1 diterima

b. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variable bebas, ada beberapa cara untuk

mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas didalam model regresi. Salah satu

metode yang sering digunakan adalah dengan melihat angka tolerance dan VIF

(Variance Inflation Factor).

a. Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10.

Jika nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas, yaitu terjadi hubungan

yang cukup besar antar variable bebas.=-9087

b. Nilai tolerance yang diperkenakan > 0.10.

Jika angka tolerance ≤ 0,10 maka dapat dikatakan bahwa antar variable

bebas mempunyai masalah multikolinieritas dan jika nilai tolerance > 0,10

dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas (Ahmar, dkk, 2016:81).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,

maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisistas.

Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali,

2013 : 139). Salah satu metode untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu
55

Uji Glejser. Uji glejser dilakukan dengan meregresikan semua variable bebas

terhadap nilai mutlak residualnya dengan persamaan regresi :

│Ut│= α + βXt + vt

Keterangan :

│Ut│: Nilai residual mutlak

Xt : Variable bebas

Kriteria :

a. Jika β signifikan maka terdapat pengaruh variable bebas terhadap nilai

residual mutlak sehingga dinyatakan terdapat gejala heterokedastisistas.

b. Jika β tidak signifikan maka tidak terdapat pengaruh variable bebas

terhadap nilai residual mutlak sehingga dinyatakan tidak terdapat gejala

heterokedastisistas (Ahmar,dkk 2016:61). Nilai signifikan masing-masing

variabel pada uji glejser harus memiliki tingkat signifikan lebih dari 5%.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

penggangu pada periode t-1 (Sebelumnya), jika terjadi korelasi, maka dinamakan

ada masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi (Ghozali, 2013: 110). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi. Pada penelitian ini mendeteksi uji

Autokorelasi dengan Run Test. Run test merupakan salah satu analisis non

parametik yang dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat

korelasi yang tinggi.


56

Ho: Tidak terjadi autokorelasi

H1: Terjadi autokorelasi

Kriteria pengujian Run Tes :

a. Jika, nilai sigifikan < 0,05 menyatakan nilai residual tidak menyebar

secara acak dan terjadi gejala autokorelasi

b. Jika, nilai sigifikan ≥ 0,05 menyatakan nilai residual menyebar secara acak

dan tidak terjadi gejala autokorelasi (Ahmar,dkk 2016:68).

3.7.3. Analisi regresi linier berganda

Analisis Regresi bertujuan untuk menguji kekuatan antara dua

variable atau lebih. Teknik ini untuk mengukur pengaruh indenpen yang lebih dari

satu terhadap variable dependen. Model yang digunakan untuk melakukan analisis

regresi linier berganda adalah sebagai berikut :

Y = α + β1X1+ β 2X2+ β 3X3+ β 4X4+ e

Keterangan:

Y = Konservatisme Akutansi (MTBR)

a = Konstanta

β1 = Koefisien regresi pertama, yaitu besarnya perubahan Y apabila

berubah 1 satuan

X1 = Tingkat Kesulitan Keuangan (ICR)

β2 = Koefisien regβresi pertama, yaitu besarnya perubahan Y apabila X2

berubah 1 satuan

X2 = Struktur Kepemilikan Manajerial (MOWN)


57

β3 = Koefisien regresi pertama, yaitu besarnya perubahan Y apabilacX3

berubah 1 satuan

X3 = Growth Opportunities (GROWTH)

β4 = Koefisien regresi pertama, yaitu besarnya perubahan Y apabila X4

berubah 1 satuan

X4 = Debt Covenant (DAR)

e = Nilai Residu

3.7.4. Uji Modal Peneliti

a. Uji Koefisiensi Determinasi (R2)

Koefisien determinasi berfungsi untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variable dependen. Nilai

koefesien determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2013: 97).

1. jika nilai R2 = 1, berarti variable dependen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependen.

2. jika nilai R2 = 0, berarti kemampuan variable-variable independen dalam

menjelaskan variasi variable dependen amat terbatas.

Kelemahan mendasar penggunan koefisien determinasi adalah bias

terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap

tambahan satu variabel independen, maka R 2 pasti meningkat tidak peduli apakah

variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, oleh

karena itu banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan adjusted R2

pada saat mengevaluasi model regresi terbaik, tidak seperti R2 , nilai adjusted R2
58

dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam

model (Ghozali, 2013: 97).

b. Uji Statistik F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variable

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variable dependen/terikat (Ghozali, 2013: 98). Uji

statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang

dimasukka dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen

yang diuji pada tingkat signifikan 0,05.

H0 : Semua variable independen tidak mempunyai pengaruh secara bersama-

bsama terhadap variable dependen.

H1 : Semua variable independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama

bdan signifikan terhadap variable dependen.

Kriteria :

a. jika nilai signifikan < 0,05 atau Fhitung > Ftabel , maka H0 ditolak.

b. jika nilai signifikan ≥ 0.05 atau Fhitung ≤ Ftabel , maka H0 diterima.

3.7.5. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan Uji-t. Uji

statistic t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing

variable independen secara indivual terhadap variable dependen yang diuji. Pada

penelitian ini mencakup hipotesis :

H1.1 : Tingkat kesulitan keuangan berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi.
59

H1.2 : Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap

.konservatisme gakuntansi.

H1.3 : Growth Opportunities berpengaruh signifikan terhadap konservatisme

akuntansi.

H1.4 : Debt Covenant berpengaruh signifikan terhadap konservatisme

akuntansi.

Tahapan pengujian dilakukan sebagai berikut :

1. Merumuskan Hipotesis Statistik

H0.1 :. Tingkat kesulitan keuangan tidak berpengaruh terhadap konservatisme

akuntansi.

H1.1 :. Tingkat kesulitan keuangan berpengaruh terhadap konservatisme

akuntansi.

H0.2 :. Struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap

konservatisme akuntansi

H1.2 : Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap konservatisme

akuntansi.

H0..3 :. Growth Opportunities tidak berpengaruh terhadap konservatisme

akuntansi.

H1..3 : Growth Opportunities berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

H0.4 : Debt Covenant tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

H1.4 : Debt Covenant berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

2. Menentukan tingkat kesalahan (α), yaitu sebesar 5%


60

3. Menentukan kriteria penolakan atau penerimaan H0, yakni dengan melihat

nilai signifikan :

a. Jika, nilai profitabilitas signifikan < 0,05 maka Ho ditolak

b. Jika, nilai profitabilitas signifikan ≥ 0,05 maka Ho diterima

4. Menginterprestasi hasil pengujian

5. Menyusun kesimpulan berdasarkan interprestasi hasil penguji.


BAB IV

GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

4.1 Gambaran Subyek Penelitian

Pada penelitian ini mengambil sampel perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode pengamatan dalam penelitian ini

dengan jangka waktu tiga tahun yaitu pada tahun 2013, 2014, dan 2015 agar

memudahkan untuk melihat perkembangan perusahaan selama tahun penelitian.

Perusahaan yang diambil sebagai sampel telah memenuhi kriteria pemilihan

sampel yang telah ditentukan. Penelitian sampel dilakukan dengan menggunakan

metode purposive sampling yaitu teknik pemilihan sampel yang dilakukan dengan

kriteria tertentu sehingga dapat memberikan data secara maksimal sesuai dengan

tujuan penelitian.

Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek indonesia pada

tahun 2013-2015.

2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan secara

berturut-turut pada tahun 2013-2015.

3. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan per 31

Desember.

4. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan dalam

satuan mata uang Rupiah.

61
62

5. Perusahaan manufaktur yang memiliki kelengkapan data yang sesuai

dengan variable yang dibutuhkan.

Perusahaan manufaktur yang diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1
SELEKSI SAMPEL PERUSAHAAN

Tahun
KRITERIA PENGAMBILAN SAMPEL
2013 2014 2015

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek 141 144 146


Indonesia
b. Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan (10) (12) (14)
keuangan secara berturut-turut pada tahun 2013-2015.
c. Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan (3) (1) (1)
keuangan per 31 Desember.
d. Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan
keuangan dalam satuan mata uang Rupiah. (24) (25) (26)

e. Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki kelengkapan


data yang sesuai dengan variable yang dibutuhkan. (65) (68) (69)

Sampel Penelitian 39 38 36
Sampel Penelitian Tahun 2013-2015 sebelum di outlier 113
Data yang dioutlier (10)
Total data yang digunakan dalam penelitian setelah outlier
103
data

4.2 Deskripsi Variabel Penelitian

Pada deskripsi variabel penelitian akan dijelaskan nilai minimum,

maksimum, rata-rata dan standart deviasi pada masing-masing variabel penelitian

yaitu MTBR (Y) sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independen

terdiri dari ICR (X1), MOWN (X2), GROWTH (X3), DAR (X4). Berikut hasil
63

analisis deskriptif variabel penelitian selengkapnya yang meliputi nilai rata-rata,

standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum:

Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Std.
Variabel N Minimum Maximum Mean
Deviation
Y (MTBR) 103 -0.619 4.073 1.208 1.026
X1 (ICR) 103 0 1 - 0.485
X2 (MOWN) 103 0.000 2.559 0.136 0.383
X3 (GROWTH) 103 -0.841 3.949 0.209 0.563
X4 (DAR) 103 0.037 2.962 0.508 0.348

Sumber: Lampiran 5 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa pada penelitian ini, peneliti

menggunakan 103 sampel perusahaan setelah pengurangan data outlier. Variabel

konservatisme akuntansi (MTBR) menghasilkan rata-rata sebesar 1,208 dengan

standar deviasi 1,026, nilai terendah pada variabel konservatisme akuntansi

sebesar -0,619 dialami oleh perusahaan SULI pada tahun 2013, nilai terendah

pada peusahaan SULI ini dikarenakan ekuitas yang negatif. Ekuitas negatif berarti

perusahaan mengalami kerugian yang sangat besar yang melebihi nilai ekuitas

sebelumnya dan perusahaan itu sedang mengalami penurunan kinerja secara

sistematik, sedangkan nilai tertinggi pada variabel konservatisme akuntansi

sebesar 4,073 dialami oleh perusahaan ULTJ pada tahun 2015.

Variabel tingkat kesulitan keuangan (ICR) menghasilkan rata-rata sebesar

0.369 dengan standart deviasi 0.485, variabel tingkat kesulitan keuangan (ICR)

pada penelitian ini menggunakan pengukuran dummy variabel dengan nol dan

satu, sebanyak 65 sampel perusahaan kode nol (tidak mengalami financial


64

distress) dan 38 sampel perusahaan berkode satu (mengalami financial distress).

Variabel struktur kepemilikan manajerial (MOWN) menghasilkan rata-rata

sebesar 1,136 dengan standar deviasi 0,383, nilai terendah pada variabel struktur

kepemilikan manajerial sebesar 0.000 dialami oleh perusahaan KAEF pada tahun

2012-2015, dan MERK pada tahun 2012, sedangkan struktur kepemilikan

manajerial tertinggi sebesar 2,559 dialami oleh perusahaan LMSH pada tahun

2014 dan 2015. Variabel growth opportunities (GROWTH) menghasilkan rata-

rata sebesar 0.209 dengan standar deviasi 0.563, nilai terkecil pada variabel

growth opportunities sebesar -0,841 dialami oleh perusahaan ALTO pada tahun

2014, sedangkan growth opportunities terbesar yaitu 3,949 dialami oleh

perusahaan ALTO pada tahun 2015. Variabel debt covenant (DER) menghasilkan

rata-rata sebesar 0.508 dengan standar deviasi 0.348, nilai terendah pada variabel

debt covenant sebesar 0,037 dialami oleh perusahaan JPRS pada tahun 2013,

sedangkan debt covenant tertinggi sebesar 2,962 dialami oleh perusahaan ALTO

pada tahun 2014.

4.3. Asumsi Klasik

Pengujian regresi yang dilakukan pada persamaan regresi akan dilakukan

pengujian asumsi klasik yang terdiri dari :

4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas untuk menguji kenormalan model regresi yang dilakukan

dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Model regresi dikatakan

berdistribusi normal apabila statistik Kolmogorov-Smirnov dari nilai residual

memiliki nilai signifikansi ≥ α = 0,05. Data yang tidak berdistribusi normal dapat
65

di outlier agar menjadi normal. Berikut adalah hasil pengujian normalitas residual

menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov:

Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Data : Kolmogorov-Smirnov (K-S)
Indikasi Residual
N 103
Kolmogorov-Smirnov Z 1.223
Signifikansi 0.100
Sumber: Lampiran 5 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas hasil uji Kolmogorov-Smirnov menghasilkan

nilai signifikansi sebesar 0.100, nilai ini lebih besar dari 0.05 sehingga

disimpulkan model regresi sudah berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas menunjukkan adanya ketidaksamaan varians dari

residual atas suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pendeteksian ada atau

tidaknya heteroskedastisitas dilakukan menggunakan glejser test. Uji glejser test

dilakukan dengan cara meregresikan variabel bebas dengan nilai absolute

residual, apabila hasil regresi setiap variabel bebas dengan nilai residual

menghasilkan nilai signifikansi > 0.05 (α=5%), maka disimpulkan dalam model

regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil glejser test antara setiap variabel

bebas dengan nilai residual disajikan pada tabel di bawah:


66

Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas :Glejser Test
Variabel Nilai Signifikansi
X1 (ICR) 0.000
X2 (MOWN) 0.016
X3 (GROWTH) 0.229
X4 (DAR) 0.762
Sumber: Lampiran 5 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas hasil nilai signifikansi glejser test masing-

masing variabel bebas belum semuanya menghasilkan angka lebih besar dari 0.05

sehingga disimpulkan bahwa model regresi masih terjadi heteroskedastisitas, atau

asumsi non heteroskedastisitas belum terpenuhi. Peneliti sudah mencoba

melakukan pengurangan data outlier dengan cara z-score variabel, namun hingga

sampel penelitian habis, asumsi heteroskedastisitas masih belum terpenuhi, hal ini

mengindikasikan bahwa data penelitian tidak homogen atau dengan kata lain data

penelitian termasuk dalam kategori heterogen.

4.3.3 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas suatu keadaan dimana di antara variabel bebas dalam

model regresi terdapat korelasi yang signifikan. Model regresi yang baik tidak

mengandung multikolinieritas untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas

digunakan Variance Inflation Factor (VIF), apabila nilai tolerance > 0,10 atau

nilai VIF < 10, maka tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model

regresi. Hasil model regresi menghasilkan nilai tolerance dan VIF sebagai berikut:
67

Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF
X1 (ICR) 0.786 1.273
X2 (MOWN) 0.946 1.057
X3 (GROWTH) 0.983 1.017
X4 (DAR) 0.757 1.320
Sumber: Lampiran 2 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa nilai tolerance dari

keempat variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF lebih kecil

dari 10 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terindikasi

adanya multikolinieritas atau asumsi non multikolinieritas terpenuhi.

4.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi menunjukkan dalam sebuah model regresi linier terdapat

kesalahan pengganggu pada periode waktu dengan kesalahan pada periode waktu

sebelumnya. Model regresi yang baik bebas dari autokorelasi. Pendeteksian ada

tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan run test. Suatu

observasi dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai sigifikansi hasil run test ≥

0,05 menyatakan nilai residual menyebar secara acak dan tidak terjadi gejala

autokorelasi (Ahmar,dkk 2016:68). Berikut adalah hasil dari run test:

Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi : Runs Test
Runs Test Unstandardized Residual

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.922


Sumber: Lampiran 5 (Data diolah)
68

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas diketahui signifikansi run test adalah 0.922,

dimana nilainya lebih besar dari 0.05, sehingga dari hasil tersebut

mengindikasikan tidak terjadi autokorelasi pada model regresi, atau asumsi bebas

autokorelasi pada model regresi terpenuhi.

4.4. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh

empat variabel bebas yaitu ICR (X1), MOWN (X2), GROWTH (X3), DAR (X4)

terhadap MTBR (Y) sebagai variabel terikat. Pengolahan data dilakukan dengan

program SPSS 13.0. Berikut ini adalah hasil regresi pengaruh empat variabel

bebas yaitu ICR (X1), MOWN (X2), GROWTH (X3), DAR (X4) terhadap MTBR

(Y) sebagai variabel terikat.

Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi
Variabel Koefisien t Sig. t Hipotesis
Konstanta 1.340
X1 (ICR) -0.884 4.027 0.000 Berpengaruh
X2 (MOWN) 0.054 0.215 0.830 Tidak berpengaruh
X3 (GROWTH) 0.253 1.449 0.137 Tidak berpengaruh
X4 (DAR) 0.262 0.841 0.403 Tidak berpengaruh
R = 0.414
2
R Square (R ) = 0.172
F hitung = 5.076
Sig. F = 0.001
Variabel terikat : MTBR

Model persamaan regresi yang dihasilkan adalah :

Y = 1.340 – 0.884X1 + 0.054 X2 + 0.253 X3 + 0.262 X4


69

Ringkasan hasil analisis regresi pada Tabel di atas diuraikan sebagai berikut :

a. Konstanta (a)

Nilai konstanta (a) adalah sebesar 1.340, artinya jika semua variabel bebas sama

dengan 0 maka nilai prediksi konservatisme akuntansi sistematis akan naik

sebesar 1.340.

b. Koefisien regresi (bi)

1. Nilai koefisien regresi variabel tingkat kesulitan keuangan (X1) adalah

sebesar -0.884 artinya jika tingkat kesulitan keuangan (X1) berubah satu satuan,

maka konservatisme akuntansi (Y) perusahaan akan berubah sebesar 0.884

dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan/tidak berubah. Tanda negatif

menunjukkan hubungan yang berlawanan antara tingkat kesulitan keuangan (X1)

dan konservatisme akuntansi (Y), yang berarti semakin tinggi tingkat kesulitan

keuangan (X1) akan semakin menurunkan konservatisme akuntansi (Y)

perusahaan.

2. Nilai koefisien regresi variabel struktur kepemilikan manajerial (X2)

adalah sebesar 0.054 artinya jika struktur kepemilikan manajerial (X2) berubah

satu satuan, maka konservatisme akuntansi (Y) perusahaan akan berubah sebesar

0.054 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan/tidak berubah. Tanda positif

menunjukkan hubungan yang searah antara struktur kepemilikan manajerial (X2)

dan konservatisme akuntansi (Y), yang berarti semakin besar struktur kepemilikan

manajerial (X2) akan meningkatkan konservatisme akuntansi (Y) perusahaan.

3. Nilai koefisien regresi variabel growth opportunities (X3) adalah sebesar

0.253 artinya jika growth opportunities (X3) berubah satu satuan, maka
70

konservatisme akuntansi (Y) perusahaan akan berubah sebesar 0.253 dengan

asumsi variabel bebas lainnya konstan/tidak berubah. Tanda positif menunjukkan

hubungan yang searah antara growth opportunities (X3) dan konservatisme

akuntansi (Y), yang berarti semakin tinggi growth opportunities (X3) akan

meningkatkan konservatisme akuntansi (Y) perusahaan.

4. Nilai koefisien regresi variabel debt covenant (X4) adalah sebesar 0.262

artinya jika debt covenant (X4) berubah satu satuan, maka konservatisme

akuntansi (Y) perusahaan akan berubah sebesar 0.262 dengan asumsi variabel

bebas lainnya konstan/tidak berubah. Tanda positif menunjukkan hubungan yang

searah antara ukuran debt covenant (X4) dan konservatisme akuntansi (Y), yang

berarti semakin besar debt covenant (X4) akan semakin tinggi nilai konservatisme

akuntansi (Y) perusahaan.

4.4.1 Uji Model Peneliti

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0.172 yang memiliki arti bahwa

persentase pengaruh dari variabel ICR (X1), MOWN (X2), GROWTH (X3), DAR

(X4) terhadap MTBR (Y) sebagai variabel terikat pada penelitian ini adalah

sebesar 17.2% dan sisanya 82.8% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak

diteliti.

b. Uji F

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui apakah model persamaan

regresi dalam penelitian fit atau tidak fit. Variabel yang diuji sebagai pengaruh

secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan ketentuan


71

jika F hitung > F tabel dan nilai signifikansi < 0,05 (α=5%), maka secara bersama-

sama variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Hasil uji F pada kedua

model regresi penelitian ditunjukkan pada Tabel 4.7. Model regresi menghasilkan

nilai F hitung = 5.076 > F tabel 2.465 (df1=4, df2=98, α=0,05) dan nilai

signifikansi = 0,001 < 0,05, maka disimpulkan bahwa variabel ICR (X1), MOWN

(X2), GROWTH (X3), DAR (X4) secara bersama-sama atau simultan dapat

mempengaruhi variabel MTBR (Y).

4.4.2 Uji Hipotesis

a. Uji T

Uji statistik T bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel

bebas terhadap variabel terikat, dengan ketentuan jika t hitung > t tabel dan nilai

signifikansi < 0,05 (α=5%), maka variabel bebas secara individual berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat. Hasil uji t pada model regresi penelitian

ditunjukkan pada Tabel 4.7 dijelaskan sebagai berikut:

1. Diketahui hasil uji t antara tingkat kesulitan keuangan (X 1) terhadap

konservatisme akuntansi (Y) menghasilkan nilai t hitung = 4.027 > t tabel = 1.984

(df=98, α/2=0,025) dan nilai signifikansi = 0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil

tersebut diketahui bahwa tingkat kesulitan keuangan (X1) berpengaruh signifikan

terhadap konservatisme akuntansi (Y). Koefisien regresi tingkat kesulitan

keuangan (X1) sebesar -0.884 menunjukkan bahwa tingkat kesulitan keuangan

mempunyai arah pengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi, jadi

semakin tinggi tingkat kesulitan keuangan perusahaan maka akan semakin

menurunkan konservatisme akuntansi. Berdasarkan hasil tersebut, hipotesis


72

pertama penelitian yang menduga bahwa tingkat kesulitan keuangan memiliki

pengaruh terhadap konservatisme akuntansi terbukti kebenarannya.

2. Diketahui hasil uji t antara struktur kepemilikan manajerial (X 2) terhadap

konservatisme akuntansi (Y) menghasilkan nilai t hitung = 0.215 < t tabel = 1.984

(df=98, α/2=0,025) dan nilai signifikansi = 0,830 > 0,05. Berdasarkan hasil

tersebut diketahui bahwa struktur kepemilikan manajerial (X 2) tidak berpengaruh

signifikan terhadap konservatisme akuntansi (Y). Koefisien regresi struktur

kepemilikan manajerial (X2) sebesar 0.054 menunjukkan bahwa struktur

kepemilikan manajerial mempunyai arah pengaruh positif terhadap konservatisme

akuntansi, jadi semakin tinggi struktur kepemilikan manajerial maka belum tentu

akan meningkatkan konservatisme akuntansi. Berdasarkan hasil tersebut, hipotesis

kedua penelitian yang menduga bahwa struktur kepemilikan manajerial memiliki

pengaruh terhadap konservatisme akuntansi tidak terbukti kebenarannya.

3. Diketahui hasil uji t antara growth opportunities (X3) terhadap

konservatisme akuntansi (Y) menghasilkan nilai t hitung = 1.449 < t tabel = 1.984

(df=98, α/2=0,025) dan nilai signifikansi = 0,137 > 0,05. Berdasarkan hasil

tersebut diketahui bahwa growth opportunities (X3) tidak berpengaruh signifikan

terhadap konservatisme akuntansi (Y). Koefisien regresi growth opportunities

(X3) sebesar 0.253 menunjukkan bahwa growth opportunities mempunyai arah

pengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, jadi semakin tinggi growth

opportunities maka belum tentu akan meningkatkan konservatisme akuntansi.

Berdasarkan hasil tersebut, hipotesis ketiga penelitian yang menduga bahwa


73

growth opportunities memiliki pengaruh terhadap konservatisme akuntansi tidak

terbukti kebenarannya.

4. Diketahui hasil uji t antara debt covenant (X4) terhadap konservatisme

akuntansi (Y) menghasilkan nilai t hitung = 0.841 < t tabel = 1.984 (df=98,

α/2=0,025) dan nilai signifikansi = 0,403 > 0,05. Berdasarkan hasil tersebut

diketahui bahwa debt covenant (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi (Y). Koefisien regresi debt covenant (X4) sebesar 0.262

menunjukkan bahwa debt covenant mempunyai arah pengaruh positif terhadap

konservatisme akuntansi, jadi semakin tinggi debt covenant maka belum tentu

akan meningkatkan konservatisme akuntansi. Berdasarkan hasil tersebut, hipotesis

keempat penelitian yang menduga bahwa debt covenant memiliki pengaruh

terhadap konservatisme akuntansi tidak terbukti kebenarannya.

4.5. Pembahasan

Pada penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh

Tingkat Kesulitan Keuangan, Struktur Kepemilikan Manajerial, Growth

Opportunities, dan Debt Covenant terhadap Konservatisme Akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun

2013-2015. Prosedur pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling

dengan kriteria-kriteria tertentu. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan oleh

peneliti, maka peneliti akan menjelaskan secara lebih detail pada pembahasan

hasil uji hipotesis. Adapun pembahasan dari setiap hipotesis dalam penelitian ini

adalah :
74

4.5.1 Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan terhadap konservatisme

akutansi

Tingkat kesulitan keuangan merupakan keadaan dimana perusahaan

sedang menghadapi masalah kesulitan keuangan. Tingkat kesulitan keuangan

dapat mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi. Berpengaruhnya variabel

tingkat kesulitan keuangan dikarenakan kondisi keuangan pada suatu perusahaan

tergantung dari bagaimana manager mengatasi masalah yang terjadi dalam

perusahaan tersebut. Semakin tinggi tingkat kesulitan keuangan, maka semakin

tinggi intensitas terjadinya konflik kepentingan di dalamnya. Manajer terdorong

untuk menyajikan laporan keuangan yang dapat mengakomodasi kepentingan

pihak pengguna laporan keuangan yaitu investor dan kreditur. Manajer mengatur

tingkat konservatisme perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan yang

baik.

Tingkat kesulitan keuangan mempunyai pengaruh terhadap tingkat

konservatisme akuntansi. Hasil tersebut tidak mendukung dengan teori signaling

yang menyatakan bahwa tingkat kesulitan keungan berpengaruh positif, tetapi

lebih mendukung dengan teori akuntansi positif yang menyatakan bahwa tingkat

kesulitan keuangan perpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi. Teori

akuntansi positif memprediksi bahwa manajer akan cenderung menaikkan laba

untuk menyembunyikan kinerja yang buruk. Kondisi keuangan perusahaan yang

bermasalah karena kualitas manajer yang buruk. Hal tersebut membuat pemegang

saham melakukan penggantian manajer dan mengakibatkan penurunan nilai pasar


75

manajer di pasar tenaga kerja dan dapat mendorong manajer menurunkan tingkat

konservatisme akuntansi.

Pada perusahaan yang tidak mempunyai masalah keuangan akan

menerapkan akuntansi yang konservatif untuk menghindari kemungkinan konflik

dengan kreditur dan pemegang saham, oleh karena itu tingkat kesulitan keuangan

yang semakin tinggi akan mendorong manajer untuk mengurangi tingkat

konservatisme akuntansi dan jika tingkat kesulitan keuangan yang rendah akan

mendorong manajer untuk menaikkan tingkat konservatisme akuntansi.

Berdasarkan hasil tersebut, hipotesis pertama penelitian yang menduga bahwa

tingkat kesulitan keuangan memiliki pengaruh terhadap konservatisme akuntansi

terbukti kebenarannya karena hipotesis pertama menyatakan bahwa tingkat

kesulitan keuangan berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme

akuntansi, semakin tinggi tingkat kesulitan keuangan akan semakin menurunkan

tingkat konservatisme akuntansi.

Hasil riset ini konsisten dengan hasil riset yang dilakukan oleh

Choiriyah (2016), dan Rahmadiar, dkk (2016) yang menyimpulkan bahwa tingkat

kesulitan keuangan berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

Kao dan Sie (2016), Suryandi dan Priyanto (2016), Pramudita (2012), dan

Widyasari,dkk (2012) yang menyimpulkan bahwa tingkat kesulitan keuangan

berpengaruh signifikan positif terhadap konservatisme akuntansi.

Fahtuhrahmi,dkk (2015), Nugroho dan Siti (2012) yang menyimpulkan bahwa

tingkat kesulitan keuangan berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme

akuntansi, namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri
76

(2015) dan Alhayati (2013) yang menyimpulkan bahwa tingkat kesulitan

keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi

4.5.2 Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial terhadap konservatisme

akutansi

Kepemilikan saham manajerial (dewan komisaris dan direksi)

merupakan salah satu faktor intern perusahaan yang menetukan kemajuan

perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakuakn untuk menyelaraskan antara

kepentingan pemilik dan manajemen yaitu dengan melibatkan manajemen dalam

struktur kepemilikan saham yang cukup besar. Semakin tinggi struktur

kepemilikan manajerial belum tentu dapat meningkatkan konservatisme

akuntansi. Berdasarkan hasil tersebut, hipotesis kedua penelitian yang menduga

bahwa struktur kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap

konservatisme akuntansi tidak terbukti kebenarannya.

Struktur kepemilikan manajerial mendukung teori akuntansi positif

karena manajer memiliki intensif atau dorongan untuk dapat memaksimalkan

kesejahteraannya karena dalam struktur kepemilikan manajerial manager

sekaligus sebagai pemegang saham dalam perusahaan tersebut. Pengambilan

keputusan dan aktivitas yang terjadi diperusahaan dengan kepemilikan manajerial

tentu berbeda dengan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Hasil ini tidak

sesuai dengan asumsi bahwa kepemilikan oleh pihak manajerial juga dapat

berperan sebagai fungsi pengawasan dalam proses pelaporan keuangan, karena

setiap perubahan yang terjadi pada struktur kepemilikan manajerial tidak

mempengaruhi konservatisme akuntansi secara signifikan.


77

Hasil riset ini konsisten dengan hasil riset yang dilakukan oleh

Rahmadiar, dkk (2016), Nugroho dan Siti (2012) yang menyimpulkan bahwa

struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Utama (2015), Septian dan Anna (2014) yang menyimpulkan bahwa struktur

kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

Brilianti (2013), Sari dan Al-Azhar (2014) yang menyimpulkan bahwa struktur

kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme

akuntansi.

4.5.3. Pengaruh Growth opportunities terhadap konservatisme akutansi

Growth opportunities adalah kesempatan perusahaan untuk

melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Tantangan bagi manajer

yaitu untuk menyeimbangkan pendapatan dan penggunaan hutang yang

diperlukan oleh perusahaan. Semakin tinggi growth opportunities maka belum

tentu akan meningkatkan konservatisme akuntansi. Berdasarkan hasil tersebut,

hipotesis ketiga penelitian yang menduga bahwa growth opportunities memiliki

pengaruh terhadap konservatisme akuntansi tidak terbukti kebenarannya.

Growth Opportunities mendukung teori signaling karena tindakan

yang diambil oleh manajemen perusahaan untuk memberikan petunjuk bagi para

investor bagaimana cara menilai prospek perusahaan. Growth Opportunities

kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang

menguntungkan dan pertumbuhan ini akan direspon positif oleh investor karena

untuk tumbuh dan berkembang perusahan tentu akan membutuhkan dana yang
78

cukup besar peran manajemen dalam pengelolaan laporan keuangan sangat

dibutuhkan. Growth opportunities dan konservatisme akuntansi mempunyai

hubungan positif pada perusahaan yang menggunakan prinsip akuntansi

konservatif terdapat cadangan tersembunyi sehingga perusahaan yang konservatif

identik dengan perusahaan yang tumbuh dan berkembang.

Hasil riset ini konsisten dengan hasil riset yang dilakukan oleh

Fahtuhrahmi,dkk (2015), Dewi, dkk (2014), Septian dan Anna (2014) yang

menyimpulkan bahwa Growth Opportunities tidak berpengaruh signifikan

terhadap konservatisme akuntansi. Sari dan Al-Azhar (2014) yang menyimpulkan

bahwa Growth Opportunities tidak berpengaruh signifikan positif terhadap

konservatisme akuntansi, namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Utama (2015) yang menyimpulkan bahwa Growth Opportunities

berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi, Agustina, dkk (2016)

yang menyimpulkan bahwa Growth Opportunities berpengaruh signifikan positif

terhadap konservatisme akuntansi.

4.5.3 Pengaruh Debt Covenant terhadap konservatisme akutansi

Debt covenant memiliki peran terhadap konservatisme dalam dua

cara. Pertama, bondholders dapat secara eksplisit menggunakan konservatisme

akutansi. Kedua, manajer dapat secara implisit menggunakan konservatisme

akuntansi secara konsisten dalam rangka membangun reputasi untuk pelaporan

keuangan yang konsevatif (Sari dan Al-Azhar, 2014:5). Berdasarkan hasil

tersebut, hipotesis keempat penelitian yang menduga bahwa debt covenant

memiliki pengaruh terhadap konservatisme akuntansi tidak terbukti kebenarannya,


79

karena hipotesis keempat menyatakan bahwa debt covenant tidak berpengaruh

terhadap konservatisme akuntansi. Semakin tinggi debt covenant maka belum

tentu akan meningkatkan konservatisme akuntansi.

Debt Covenant mendukung teori akuntansi positif ketika

perusahaan mulai mendekati terjadinya pelanggaran terhadap perjanjian hutang

maka manager perusahaan akan berusaha untuk menghindari terjadinya perjanjan

hutang tersebut dengan memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba.

Pelanggaran terhadap perjanjian hutang dapat mengakibatkan timbulnya suatu

biaya dan menghambat kerja manajemen sehingga akan berusaha untuk mencegah

atau menunda. Kontrak hutang jangka panjang merupakan perjanjian untuk

melindungi pemberi pinjaman dari tindakan manajer terhadap kreditur, kontrak ini

didasarkan pada teori akuntansi positif yaitu hypotesis debt covenant. Hypotesis

ini memprediksi bahwa manajerial ingin meningkatkan laba dan aset untuk

mengurangi biaya negosiasi kontrak hutang ketika perusahaan memutuskan

perjanjian hutangnya. Semakin dekat perusahaan ke pelanggaran perjanjian

hutang, manager akan memiliki kecenderungan untuk memilih prosedur akuntansi

yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode perjalan sehingga

konservatisme akuntansi akan meningkat.

Hasil riset ini konsisten dengan hasil riset yang dilakukan oleh

Dewi, dkk (2014), Nugroho dan Siti (2012) yang menyimpulkan bahwa Debt

Covenant tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi, namun

berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Al-Azhar (2014)

yang menyimpulkan bahwa Debt Covenant berpengaruh signifikan positif


80

terhadap konservatisme akuntansi. Hamdan, dkk (2011) yang menyimpulkan

bahwa Debt Covenant berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme

akuntansi.
BAB V

PENUTUP

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh

tingkat kesulitan keuangan, struktur kepemilikan manajerial, growth

opportunities, dan debt covenant terhadap konservatisme akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun

2013-2015. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

website BEI (www.idx.co.id), dari hasil purposive sampling diperoleh data 103

perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini. Penelitian ini diuji

menggunakan analisis deskriptif, uji asumsi klasik, dan analisis regresi linier

berganda.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian yang telah dilakukan maka

didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat kesulitan keuangan berpengaruh signifikan negatif terhadap

konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia, sehingga tingkat kesulitan keuangan dapat

mempengaruhi konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Choiriyah (2016), Rahmadiar, dkk (2016),

81
82

Kao dan Sie (2016), Suryandi dan Priyanto (2016), Pramudita (2012), dan

Widyasari, dkk (2012) Fahtuhrahmi,dkk (2015), Nugroho dan Siti (2012),

namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2015)

dan Alhayati (2013).

2. Struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga struktur kepemilikan

manajerial tidak dapat mempengaruhi konservatisme akuntansi pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil

penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadiar,

dkk (2016), Nugroho dan Siti (2012), namun tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Utama (2015), Septian dan Anna (2014),

Brilianti (2013), Sari dan Al-Azhar (2014).

3. Growth opportunities tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia, sehingga growth opportunities tidak dapat

mempengaruhi konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rahmadiar, dkk (2016), Nugroho dan Siti

(2012), Fahtuhrahmi,dkk (2015), Dewi, dkk (2014), Septian dan Anna

(2014), Sari dan Al-Azhar (2014), namun tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Utama (2015), Agustina, dkk (2016).


83

4. Debt covenant tidak berpengaruh secara signifikan terhadap konservatisme

akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia, sehingga debt covenant tidak dapat mempengaruhi

konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia . Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian

yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2014), Nugroho dan Siti (2012), namun

tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Al-Azhar

(2014), dan Hamdan,dkk (2011).

5.2 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat

dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan

penelitian serupa.

1. Penelitian ini hanya memasukkan empat faktor yang mempengaruhi

konservatisme akuntansi yaitu tingkat kesulitan keuangan, struktur

kepemilikan manajerial, growth opportunities, dan debt covenant.

2. Pada penelitian ini menggunakan cara uji Glejser untuk mengetahui ada

atau tidaknya heterokedastisitas dan pada penelitian ini terjadi

heterokedastisitas karena masing-masing variabel bebas belum semuanya

menghasilkan angka yang lebih dari 0.05 diantaranya yaitu tingkat

kesulitan keuangan dan struktur kepemilikan manajerial.


84

3. Pada penelitian ini tingkat konservatisme akuntansi dalam sebuah

perusahaan manufaktur yang diteliti diukur dengan menggunakan

pendekatan market to book ratio.

4. Harga saham yang digunakan dalam pengukuran penelitian ini tidak

membedakan saham common atau saham preferen.

5.3 Saran

Peneliti menyadari bahwa masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini.

Oleh karena itu peneliti akan mengemukakan saran agar penelitian ini bisa

dikembangkan dan memberikan manfaat yang lebih baik. Saran yang dapat

diberikan untuk penelitian selanjutnya, yaitu :

1. Pada penelitian selanjutnya dapat menambahkan atau mengganti

variabel lain yang memiliki pengaruh terhadap konservatisme

akuntansi, seperti struktur kepemilikan institusional, struktur

kepemilikan publik, intensitas modal, risiko litigasi, dan ukuran

perusahaan.

2. Pada penelitian selanjutnya mencoba cara uji heterokedastisitas yang

lain seperti uji Park, atau uji Spearman dan tidak terjadi

hererokedastisitas, karena apabila terjadi heterokedastisitas

menunjukkan adanya ketidaksamaan varians dari residual atas suatu

pengamatan ke pengamatan yang lain.

3. Pada penelitian selanjutnya mencoba mengukur tingkat konservatisme

akuntansi dengan menggunakan pendekatan yang lain seperti modal


85

pasar, pendekatan laba operasi, pendekatan akrual arus kas atau non

operating accruals.
DAFTAR RUJUKAN

Agustina, A., Rice, R., dan Stephen, S. 2016. Akuntansi Konservatisme Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis, 3(1), 1-16.
Ahmar, N., Pujiati, D., Murni, S.I.M.N., dan Effendi, B.M. 2016. Modul
Statistika 2. Surabaya : Perbanas.
Aristiyani., Utami G.D., dan Wirawati, G.P.1. 2013. Pengaruh Debt To Total
Assets, Deviden Payut Ratio dan Ukuran Perusahaan pada
Konservatisme Akuntansi Perusahaan Manufaktur di BEI. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana.
Alhayati, Fajri. 2013. Pengaruh Leverage dan Kesulitan Keuangan Perusahaan
terhadap Konservatisme Akuntansi. Artikel Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang Udayana, 3(3), 216-230.
Basu, S. 1997. The Conservatism Principle and The Asymmetric Timeliness Of
Earnings. Journal of accounting and economics,24,1-37
Beaver, W.H., dan Ryan, S.G. 2000. Biases and logs in book value and their
effects on the ability of the book-to market ratio to predict book return
on equity. Journal of Accounting Research 38, 127-148.
Brilianti, D.P. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Konservatisme
Akuntansi Perusahaan. Journa Accounting Analysis, 2(3).
Choiriyah, N. 2016. Pengaruh profitabilitas, likuiditas, dan tingkat kesulitan
keuangan (financial distress) perusahaan terhadap konservatisme
akuntansi (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Di BEI Tahun
2012–2014). Doctoral dissertation, STIE Perbanas Surabaya.
Davidparsaoran. 2013. Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT Kimia Farma.
(https://davidparsaoran.wordpress.com/2009/11/04/skandal-
aanipulasi-laporan-keuangan-pt-kimia-farma-tbk/)
Dewi, L. P. K., Herawati, N. T., AK, S., dan Sinarwati, N. K. 2014. Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi pada
perusahaan manufaktur di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi S1, 2(1).
Fathurahmi, A., Sukarmanto, E., dan Fadilah, S. 2015. Pengaruh Growth
Opportunities dan Financial Distress terhadap Conservatism
Accounting pada Perusahaan Textile dan Garment Yang Terdaftar di
PT. Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014. Prosiding Penelitian
Sivitas Akademika Unisba,21-27.

86
Fala. 2007. Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas
Perusahaan Dimoderisasi Oleh Good Corporate Governance.
Simposium Nasional Akuntansi X, 1-23.
Fuad. 2012. Dampak Konservatisme Akuntansi dan Struktur Kepemilikan
terhadap Relevansi Informasi Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan
Auditing, Vol. 9, No. 1:1-96.
Fitri, R. Y. 2015. Pengauh Risiko Litigasi Terhadap Hubungan Kesulitan
Keuangan Dan Konflik Kepentingan Dengan Konservatisme
Akuntansi . Jurnal Akuntansi, 3(1),1-23.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi
7 Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harahap, S. N. 2012. Peranan struktur kepemilikan, debt covenant, dan growth
opportunities terhadap konservatisme akuntansi. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi, 1(2), 69-73.
Hamdan, A. M. M., Abzakh, M. H., dan Al-Ataibi, M. H. 2011. Factors
influencing the level of accounting conservatism in the financial
statements. International Business Research, 4(3), 145.
Indriantoro, N dan Supomo, B. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis.
Jogjakarta:BPFE.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2014. Pernyataan Standart Akutansi Keuangan.
Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.
Jogiyanto, Hartono. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 6 Penerbit : BPFA,
Jogyakarta.
Kao, H. S., dan Sie, P. J. 2016. Accounting Conservatism Trends and Financial
Distress: Considering the Endogeneity of the C-Score. International
Journal of Financial Research, 7(4), p149.
Muly De La Vega’s Personal Blog. 2009. Pentingnya Laporan Keuangan Yang
Jujur Dan Pembenahan Internal.
(http://mulydelavega.blogspot.co.id/2009/06/pentingnya-laporan-
ddkinerja-keuangan.html)
Najmudin. 2011. Manajemen keuangan dan aktualisasi Syar’iyyah Modern.
Yogyakarta: ANDI.
Nugroho, D. A., dan Siti, M. 2012. Pengaruh struktur kepemilikan manajerial,
debt covenant, tingkat kesulitan keuangan perusahaan, dan risiko
litigasi terhadap konservatisme. Doctoral dissertation, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis,1-65.
Nugroho, Okta dan Indriana D.T.L. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Konservatisme Akuntansi (Studi Empiris perusahaan manufaktur di Bei
Tahun 2007-2009). Jurnal Akuntan Universitas Semarang, Vol. 1 No.
2,63-80.
Noviandri, Tio. 2014. Peranan Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Kondisi Financal Distress Perusahaan Sektor Perdagangan. Jurnal Ilmu
Manajemen,Vol. 2 No.4, 1655-1665
Pramudita, Nathania. 2012. Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan dan Tingkat
Hutang Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan
Manufaktur Di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1(2), 1-6
Rahmadiar, E. M., Purnamasari, P., dan Gunawan, H. 2016. Pengaruh Risiko
Litigasi, Financial Distress dan Struktur Kepemilikan Manajerial
terhadap Konservatisme Akuntansi. Prosiding Akuntansi, Vol. 2 No.1,
309-318.
Sari, D. N., dan Al-azhar, L. 2014. Pengaruh struktur kepemilikan institutional,
struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan publik, debt
covenant dan growth opportunities Terhadap konservatisme
akuntansi. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu
Ekonomi, 1(2), 1-15.
Sartono, A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat,
Yogyakarta: BPEE.
Septian, A., dan Anna, Y. D. 2014. Pengaruh kepemilikan manajerial, ukuran
perusahaan, debt covenant, dan growth opportunities terhadap
konservatisme akuntansi (Studi pada sektor Industri Farmasi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012). Jurnal
Universitas Telkom, 1-96.
Scott, R.W. 2012. Financial accounting theory. Sixth Edition. Pearson Education
Canada.
Suryandari, E., dan Priyanto, R. E. 2016. Pengaruh Risiko Litigasi dan Tingkat
Kesulitan Keuangan Perusahaan terhadap Hubungan antara Konflik
Kepentingan dan Konservatisme Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan
Investasi,12(2), 161-174.
Utama, I. Y. 2015. Pengaruh struktur kepemilikan manajerial, leverage, growth
opportunities dan ukuran perusahaan terhadap konservatisme
akuntansi: Studi pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2010-2014. Doctoral dissertation, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis,1-112.
Watts, L.R 2003. Conservatism In Accounting Part I: Explanations and
Implication. Journal of Accounting Horizons, Vol.17,No.3, pp 207-221.
Widyasari, P., Fanani, Z., Prasetyo, K., dan Mustikasari, E. 2012. Accounting
Conservatism: Evidence from Financial Distress, Litigation Risk
and Business Strategy. Jurnal Akuntansi Universitas Airlangga, 1-16.
Wijaya Langgeng Anggita. 2012. Pengukuran Konservatisme Akuntansi: Sebuah
Literatur Review. Jurnal Akuntansi dan pendidikan, Vol 1 No 1, pp
100-105.
Wolk, I.H., Thearny, G.M., dan Dodd, L.J. 2001. Accounting Theory: A
Conceptual and Institusional Approach. Fiftth edition. Ohio: South-
Western College Publishing.
LAMPIRAN

90
Lampiran 1

Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2013-2015

Kode
No Tahun Nama perusahaan
Emiten
1 2013 PT. Intikeramik Alamasri Industri Tbk IKAI
2 2013 PT. Mulia Industrindo Tbk MLIA
3 2013 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI
4 2013 PT. Jaya Pari Steel Tbk JPRS
5 2013 PT. Lion Mesh Prima Tbk LMSH
6 2013 PT. Saranacentral Bajatama Tbk BAJA
7 2013 PT. Indo Acidatama Tbk SRSN
8 2013 PT. Intanwijaya Internasional Tbk. INCI
9 2013 PT. Berlina Tbk BRNA
10 2013 PT. Trias Sentosa Tbk TRST
11 2013 PT. Yanaprima Hastapersada Tbk YPAS
12 2013 PT. Slj Global (Sumalindo Lestari Jaya) Tbk SULI
13 2013 PT. Alkindo Narotama Tbk ALDO
14 2013 PT. Astra International Tbk ASII
15 2013 PT. Astra Otoparts Tbk AUTO
16 2013 PT. Gajah Tunggal Tbk GJTL
17 2013 PT. Indospring Tbk INDS
18 2013 PT. Nipress Tbk NIPS
19 2013 PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk PRAS
20 2013 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM
21 2013 PT. Panasia Indo Resources (D/H Panasia Indosyntec) Tbk HDTX
22 2013 PT. Sri Rejeki Isman SRIL
23 2013 PT. Sunson Tectile Manufacture Tbk SSTM
24 2013 PT. Cahaya Kalbar Tbk CEKA
25 2013 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
26 2013 PT. Sekar Bumi Tbk SKBM
27 2013 PT. Sekar Laut Tbk SKLT
28 2013 PT. Siantar Top Tbk STTP
29 2013 PT. Tri Banyan Tirta Tbk ALTO
30 2013 PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk ULTJ
31 2013 PT. Gudang Garam Tbk GGRM
32 2013 PT. Wismilak Inti Makmur Tbk WIIM
33 2013 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF
34 2013 PT. Merck Tbk MERK
35 2013 PT. Pyridam Farma Tbk PYFA
36 2013 PT. Industri jamu dan farmasi sido muncul tbk SIDO
37 2013 PT. Martina Berto Tbk MBTO
38 2013 PT. Kedaung Indah Can Tbk KICI
39 2013 PT. Langgeng Makmur Industri Tbk LMPI
40 2014 PT. Intikeramik Alamasri Industri Tbk IKAI
41 2014 PT. Mulia Industrindo Tbk MLIA
42 2014 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI
43 2014 PT. Jaya Pari Steel Tbk JPRS
44 2014 PT. Lion Mesh Prima Tbk LMSH
45 2014 PT. Saranacentral Bajatama Tbk BAJA
46 2014 PT. Indo Acidatama Tbk SRSN
47 2014 PT. Intanwijaya Internasional Tbk. INCI
48 2014 PT. Berlina Tbk BRNA
49 2014 PT. Trias Sentosa Tbk TRST
50 2014 PT. Yanaprima Hastapersada Tbk YPAS
51 2014 PT. Slj Global (Sumalindo Lestari Jaya) Tbk SULI
52 2014 PT. Alkindo Narotama Tbk ALDO
53 2014 PT. Dwi Aneka Jaya Kamasindo Tbk. DAJK
54 2014 PT. Astra International Tbk ASII
55 2014 PT. Astra Otoparts Tbk AUTO
56 2014 PT. Gajah Tunggal Tbk GJTL
57 2014 PT. Indospring Tbk INDS
58 2014 PT. Nipress Tbk NIPS
59 2014 PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk PRAS
60 2014 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM
61 2014 PT. Panasia Indo Resources (D/H Panasia Indosyntec) Tbk HDTX
62 2014 PT. Sunson Tectile Manufacture Tbk SSTM
63 2014 PT. Cahaya Kalbar Tbk CEKA
64 2014 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
65 2014 PT. Sekar Bumi Tbk SKBM
66 2014 PT. Sekar Laut Tbk SKLT
67 2014 PT. Siantar Top Tbk STTP
68 2014 PT. Tri Banyan Tirta Tbk ALTO
69 2014 PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk ULTJ
70 2014 PT. Gudang Garam Tbk GGRM
71 2014 PT. Wismilak Inti Makmur Tbk WIIM
72 2014 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF
73 2014 PT. Pyridam Farma Tbk PYFA
74 2014 PT. Industri jamu dan farmasi sido muncul tbk SIDO
75 2014 PT. Martina Berto Tbk MBTO
76 2014 PT. Kedaung Indah Can Tbk KICI
77 2014 PT. Langgeng Makmur Industri Tbk LMPI
78 2015 PT. Intikeramik Alamasri Industri Tbk IKAI
79 2015 PT. Mulia Industrindo Tbk MLIA
80 2015 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI
81 2015 PT. Jaya Pari Steel Tbk JPRS
82 2015 PT. Lion Mesh Prima Tbk LMSH
83 2015 PT. Saranacentral Bajatama Tbk BAJA
84 2015 PT. Indo Acidatama Tbk SRSN
85 2015 PT. Intanwijaya Internasional Tbk. INCI
86 2015 PT. Berlina Tbk BRNA
87 2015 PT. Trias Sentosa Tbk TRST
88 2015 PT. Yanaprima Hastapersada Tbk YPAS
89 2015 PT. Alkindo Narotama Tbk ALDO
90 2015 PT. Dwi Aneka Jaya Kamasindo Tbk. DAJK
91 2015 PT. Astra International Tbk ASII
92 2015 PT. Gajah Tunggal Tbk GJTL
93 2015 PT. Indospring Tbk INDS
94 2015 PT. Nipress Tbk NIPS
95 2015 PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk PRAS
96 2015 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM
97 2015 PT. Panasia Indo Resources (D/H Panasia Indosyntec) Tbk HDTX
98 2015 PT. Sunson Tectile Manufacture Tbk SSTM
99 2015 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
100 2015 PT. Sekar Bumi Tbk SKBM
101 2015 PT. Sekar Laut Tbk SKLT
102 2015 PT. Siantar Top Tbk STTP
103 2015 PT. Tri Banyan Tirta Tbk ALTO
104 2015 PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk ULTJ
105 2015 PT. Gudang Garam Tbk GGRM
106 2015 PT. Wismilak Inti Makmur Tbk WIIM
107 2015 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF
108 2015 PT. Pyridam Farma Tbk PYFA
109 2015 PT. Industri jamu dan farmasi sido muncul tbk SIDO
110 2015 PT. Mandom Indonesia Tbk TCID
111 2015 PT. Martina Berto Tbk MBTO
112 2015 PT. Kedaung Indah Can Tbk KICI
113 2015 PT. Langgeng Makmur Industri Tbk LMPI

Lampiran 2

Sampel Perusahaan Manufaktur yang Memiliki Data 0utlier

Kode
No Tahun Nama perusahaan emiten
1 2013 PT. Saranacentral Bajatama Tbk BAJA
2 2013 PT. Merck Tbk MERK
3 2013 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM
4 2013 PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk ULTJ
5 2014 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF
6 2014 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM
7 2014 PT. Siantar Top Tbk STTP
8 2014 PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk ULTJ
9 2015 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM
10 2015 PT. Yanaprima Hastapersada Tbk YPAS

Lampiran 3

Hasil Perhitungan Variabel Dependen (Konservatisme Akuntansi)

Kode Harga
No Tahun Total Ekuitas Saham beredar MTBR
Emiten Saham
1 2013 IKAI 140 205.408.075.635 791.383.786 0,5394
2 2013 MLIA 425 1.190.112.351.000 1.323.000.000 0,4725
3 2013 ALMI 600 657.341.556.453 308.000.000 0,2811
4 2013 JPRS 270 362.521.534.151 750.000.000 0,5586
5 2013 LMSH 8.000 110.468.094.376 9.600.000 0,6952
6 2013 BAJA 1.110 174.246.116.187 1.800.000.000 11,4665
7 2013 SRSN 50 314.375.634.000 6.020.000.000 0,9575
8 2013 INCI 240 126.091.686.236 181.035.556 0,3446
9 2013 BRNA 455 305.881.179.000 690.000.000 1,0264
10 2013 TRST 250 1.709.677.140.374 2.808.000.000 0,4106
11 2013 YPAS 660 170.811.389.395 668.000.089 2,5811
12 2013 SULI 74 (371.996.000.000) 3.111.401.022 (0,6189)
13 2013 ALDO 660 139.883.299.162 550.000.000 2,5950
14 2013 ASII 6.800 106.188.000.000.000 40.483.553.140 2,5925
15 2013 AUTO 3.650 9.425.919.000.000 4.819.733.000 1,8663
16 2013 GJTL 1.680 5.724.343.000.000 3.484.800.000 1,0227
17 2013 INDS 2.675 1.752.865.614.508 525.000.000 0,8012
18 2013 NIPS 325 235.945.772.000 720.000.000 0,9918
19 2013 PRAS 185 406.448.113.303 701.043.478 0,3191
20 2013 SMSM 3.450 1.016.753.000.000 1.439.668.860 4,8850
21 2013 HDTX 415 720.118.947.082 1.532.571.000 0,8832
22 2013 SRIL 245 2.319.599.411.985 18.592.888.040 1,9638
23 2013 SSTM 79 271.710.137.179 1.170.909.181 0,3404
24 2013 CEKA 1.160 528.274.933.918 297.500.000 0,6533
25 2013 INDF 6.600 38.373.129.000.000 8.780.426.500 1,5102
26 2013 SKBM 480 201.124.214.510 865.736.394 2,0662
27 2013 SKLT 180 139.650.353.636 690.740.500 0,8903
28 2013 STTP 1.550 694.128.409.113 1.310.000.000 2,9253
29 2013 ALTO 570 542.329.398.166 2.184.663.247 2,2961
30 2013 ULTJ 4.500 2.015.146.534.086 2.888.382.000 6,4500
31 2013 GGRM 42.000 29.416.271.000.000 1.924.088.000 2,7472
32 2013 WIIM 670 781.359.304.525 2.099.873.760 1,8006
33 2013 KAEF 590 1.624.354.688.981 5.554.000.000 2,0173
34 2013 MERK 189.000 512.218.622.000 22.400.000 8,2652
35 2013 PYFA 147 93.901.273.216 535.080.000 0,8377
36 2013 SIDO 700 2.625.456.000.000 15.000.000.000 3,9993
37 2013 MBTO 305 451.318.464.718 1.070.000.000 0,7231
38 2013 KICI 270 73.976.578.603 138.000.000 0,5037
39 2013 LMPI 215 397.420.193.618 1.008.517.669 0,5456
40 2014 IKAI 118 178.657.222.154 791.383.786 0,5227
41 2014 MLIA 525 1.321.572.099.000 1.323.000.000 0,5256
42 2014 ALMI 268 641.035.778.235 308.000.000 0,1288
43 2014 JPRS 242 355.632.864.298 750.000.000 0,5104
44 2014 LMSH 6.450 115.951.209.812 9.600.000 0,5340
45 2014 BAJA 297 188.323.968.614 1.800.000.000 2,8387
46 2014 SRSN 50 328.836.439.000 6.020.000.000 0,9153
47 2014 INCI 238 137.119.907.248 181.035.556 0,3142
48 2014 BRNA 705 366.374.815.000 690.000.000 1,3277
49 2014 TRST 380 1.761.493.183.162 2.808.000.000 0,6058
50 2014 YPAS 500 161.879.412.678 668.000.089 2,0633
51 2014 SULI 62 (366.477.000.000) 3.111.401.022 (0,5264)
52 2014 ALDO 735 159.422.655.622 550.000.000 2,5357
53 2014 DAJK 575 1.065.619.060.000 2.500.000.000 1,3490
54 2014 ASII 7.425 120.324.000.000.000 40.483.553.140 2,4982
55 2014 AUTO 4.200 10.136.557.000.000 4.819.733.000 1,9970
56 2014 GJTL 1.425 5.983.292.000.000 3.484.800.000 0,8300
57 2014 INDS 1.600 1.828.318.551.877 525.000.000 0,4594
58 2014 NIPS 487 575.894.224.000 720.000.000 0,6089
59 2014 PRAS 204 685.821.589.456 701.043.478 0,2085
60 2014 SMSM 4.750 1.146.837.000.000 1.439.668.860 5,9629
61 2014 HDTX 390 614.637.690.296 1.532.571.000 0,9724
62 2014 SSTM 103 258.869.839.351 1.170.909.181 0,4659
63 2014 CEKA 1.500 537.551.172.122 297.500.000 0,8302
64 2014 INDF 6.750 41.228.376.000.000 8.780.426.500 1,4376
65 2014 SKBM 970 317.909.776.363 865.736.394 2,6415
66 2014 SKLT 300 153.368.106.620 690.740.500 1,3511
67 2014 STTP 2.880 817.593.813.061 1.310.000.000 4,6145
68 2014 ALTO 352 532.650.909.040 2.184.663.247 1,4437
69 2014 ULTJ 3.720 2.265.097.759.730 2.888.382.000 4,7436
70 2014 GGRM 60.700 33.228.720.000.000 1.924.088.000 3,5148
71 2014 WIIM 625 854.425.098.590 2.099.873.760 1,5360
72 2014 KAEF 1.465 1.811.143.949.913 5.554.000.000 4,4925
73 2014 PYFA 135 96.558.938.621 535.080.000 0,7481
74 2014 SIDO 610 2.634.659.000.000 15.000.000.000 3,4729
75 2014 MBTO 200 453.749.133.904 1.070.000.000 0,4716
76 2014 KICI 268 78.680.086.844 138.000.000 0,4701
77 2014 LMPI 175 399.130.784.193 1.008.517.669 0,4422
78 2015 IKAI 114 69.032.941.096 791.383.786 1,3069
79 2015 MLIA 515 1.115.119.044.000 1.323.000.000 0,6110
80 2015 ALMI 198 565.111.000.582 308.000.000 0,1079
81 2015 JPRS 120 332.459.030.450 750.000.000 0,2707
82 2015 LMSH 575 112.441.377.144 9.600.000 0,0491
83 2015 BAJA 84 161.627.612.352 1.800.000.000 0,9355
84 2015 SRSN 50 340.079.836.000 6.020.000.000 0,8851
85 2015 INCI 305 154.051.308.997 181.035.556 0,3584
86 2015 BRNA 730 827.914.288.000 690.000.000 0,6084
87 2015 TRST 310 1.956.920.690.054 2.808.000.000 0,4448
88 2015 YPAS 800 150.399.520.729 668.000.089 3,5532
89 2015 ALDO 735 170.929.026.813 550.000.000 2,3650
90 2015 DAJK 160 772.893.948.000 2.500.000.000 0,5175
91 2015 ASII 6.000 126.533.000.000.000 40.483.553.140 1,9197
92 2015 GJTL 530 5.394.142.000.000 3.484.800.000 0,3424
93 2015 INDS 350 1.919.038.917.988 525.000.000 0,0958
94 2015 NIPS 425 609.002.679.000 720.000.000 0,5025
95 2015 PRAS 125 720.564.133.797 701.043.478 0,1216
96 2015 SMSM 4.760 1.440.248.000.000 1.439.668.860 4,7581
97 2015 HDTX 885 1.395.961.824.000 1.532.571.000 0,9716
98 2015 SSTM 52 244.091.472.861 1.170.909.181 0,2494
99 2015 INDF 5.175 43.121.593.000.000 8.780.426.500 1,0537
100 2015 SKBM 945 344.087.439.659 865.736.394 2,3777
101 2015 SKLT 370 152.044.668.111 690.740.500 1,6809
102 2015 STTP 3.015 1.008.809.438.257 1.310.000.000 3,9152
103 2015 ALTO 325 506.972.183.527 2.184.663.247 1,4005
104 2015 ULTJ 3.945 2.797.505.693.922 2.888.382.000 4,0732
105 2015 GGRM 55.000 38.007.909.000.000 1.924.088.000 2,7843
106 2015 WIIM 430 943.708.980.906 2.099.873.760 0,9568
107 2015 KAEF 870 1.862.096.822.470 5.554.000.000 2,5949
108 2015 PYFA 112 101.222.059.197 535.080.000 0,5921
109 2015 SIDO 550 2.598.314.000.000 15.000.000.000 3,1751
110 2015 TCID 16.500 1.714.871.478.033 201.066.667 1,9346
111 2015 MBTO 140 434.213.595.966 1.070.000.000 0,3450
112 2015 KICI 250 93.371.607.348 138.000.000 0,3695
113 2015 LMPI 113 401.211.837.509 1.008.517.669 0,2840
Lampiran 4

Hasil Perhitungan Variabel Independen (Tingkat Kesulitan Keuangan)

Kode
No Tahun Laba Operasional Beban Bunga ICR DUMMY
Emiten
1 2013 IKAI (12.090.270.966) 11.473.783.908 -1,0537 1
2 2013 MLIA (443.724.925.000) 322.279.754.000 -1,3768 1
3 2013 ALMI 93.387.821.404 47.051.082.345 1,9848 0
4 2013 JPRS 11.177.623.694 916.609.306 12,1945 0
5 2013 LMSH 18.045.128.623 531.606.916 33,9445 0
6 2013 BAJA (102.926.436.227) 15.571.446.373 -6,6099 1
7 2013 SRSN 39.938.947.000 7.271.993.000 5,4922 0
8 2013 INCI 10.690.815.380 175.822.127 60,8047 0
9 2013 BRNA 31.187.445.000 39.514.276.000 0,7893 1
10 2013 TRST 97.052.146.319 24.523.864.571 3,9575 0
11 2013 YPAS 8.433.485.062 17.563.085.847 0,4802 1
12 2013 SULI (70.440.000.000) 224.416.000.000 -0,3139 1
13 2013 ALDO 37.855.123.171 4.295.963.088 8,8118 0
14 2013 ASII 27.523.000.000.000 1.109.000.000.000 24,8179 0
15 2013 AUTO 1.268.604.000.000 87.265.000.000 14,5374 0
16 2013 GJTL 166.473.000.000 576.137.000.000 0,2889 1
17 2013 INDS 204.426.295.797 30.415.644.467 6,7211 0
18 2013 NIPS 76.509.302.000 31.279.066.000 2,4460 0
19 2013 PRAS 15.808.091.138 16.335.671.253 0,9677 1
20 2013 SMSM 489.778.713.532 30.304.009.765 16,1622 0
21 2013 HDTX (283.989.192.006) 15.936.644.270 -17,8199 1
22 2013 SRIL 667.895.662.297 221.003.716.654 3,0221 0
23 2013 SSTM (3.484.385.880) 35.958.425.147 -0,0969 1
24 2013 CEKA 90.910.496.665 11.693.768.315 7,7743 0
25 2013 INDF 6.717.981.000.000 2.772.827.000.000 2,4228 0
26 2013 SKBM 78.305.045.915 8.942.830.184 8,7562 0
27 2013 SKLT 19.691.180.004 5.178.831.215 3,8022 0
28 2013 STTP 142.799.075.520 38.432.553.147 3,7156 0
29 2013 ALTO 61.264.340.323 45.522.107.753 1,3458 0
30 2013 ULTJ 423.195.023.125 7.955.069.915 53,1982 0
31 2013 GGRM 6.691.722.000.000 755.518.000.000 8,8571 0
32 2013 WIIM 180.201.164.378 14.342.096.369 12,5645 0
33 2013 KAEF 293.765.073.883 9.639.641.584 30,4747 0
34 2013 MERK 230.025.511.000 417.998.000 550,3029 0
35 2013 PYFA 8.499.928.945 3.215.100.408 2,6438 0
36 2013 SIDO 582.658.000.000 13.256.000.000 43,9543 0
37 2013 MBTO 21.535.002.432 4.526.537.964 4,7575 0
38 2013 KICI 11.390.902.822 595.908.528 19,1152 0
39 2013 LMPI (14.019.452.357) 29.383.094.161 -0,4771 1
40 2014 IKAI (3.879.830.671) 12.011.587.879 -0,3230 1
41 2014 MLIA 163.493.412.000 329.152.950.000 0,4967 1
42 2014 ALMI 73.980.234.550 87.477.557.573 0,8457 1
43 2014 JPRS (9.304.278.419) 1.670.268.290 -5,5705 1
44 2014 LMSH 8.630.754.421 601.083.060 14,3587 0
45 2014 BAJA 18.683.712.081 28.715.040.973 0,6507 1
46 2014 SRSN 39.827.073.000 9.969.083.000 3,9951 0
47 2014 INCI 11.358.760.719 240.452.220 47,2392 0
48 2014 BRNA 133.688.981.000 59.931.157.000 2,2307 0
49 2014 TRST 105.939.980.267 42.873.980.558 2,4710 0
50 2014 YPAS (9.447.119.285) 17.404.724.398 -0,5428 1
51 2014 SULI (33.158.000.000) 56.533.000.000 -0,5865 1
52 2014 ALDO 35.833.310.224 7.677.707.716 4,6672 0
53 2014 DAJK 114.990.221.000 74.149.042.000 1,5508 0
54 2014 ASII 27.352.000.000.000 1.375.000.000.000 19,8924 0
55 2014 AUTO 1.108.055.000.000 97.384.000.000 11,3782 0
56 2014 GJTL 394.059.000.000 621.108.000.000 0,6344 1
57 2014 INDS 182.464.594.853 27.430.861.802 6,6518 0
58 2014 NIPS 103.298.843.000 37.471.094.000 2,7568 0
59 2014 PRAS 5.014.756.768 25.292.172.624 0,1983 1
60 2014 SMSM 566.165.000.000 28.469.000.000 19,8871 0
61 2014 HDTX (101.142.729.533) 8.812.691.244 -11,4769 1
62 2014 SSTM (16.687.011.684) 33.326.812.245 -0,5007 1
63 2014 CEKA 97.356.405.620 40.843.574.289 2,3836 0
64 2014 INDF 7.208.732.000.000 1.552.958.000.000 4,6419 0
65 2014 SKBM 119.659.125.677 11.364.790.558 10,5289 0
66 2014 SKLT 26.570.444.046 6.627.654.733 4,0090 0
67 2014 STTP 167.765.041.979 59.032.724.130 2,8419 0
68 2014 ALTO 33.093.541.000 43.913.605.159.000 0,0008 1
69 2014 ULTJ 374.126.536.835 4.063.182.474 92,0772 0
70 2014 GGRM 8.577.656.000.000 1.371.811.000.000 6,2528 0
71 2014 WIIM 162.287.606.779 20.187.863.948 8,0389 0
72 2014 KAEF 342.480.745.051 26.869.685.416 12,7460 0
73 2014 PYFA 4.206.712.519 5.989.504.992 0,7023 1
74 2014 SIDO 545.651.000.000 565.000.000 965,7540 0
75 2014 MBTO 7.944.819.926 6.644.855.478 1,1956 0
76 2014 KICI 6.486.649.287 818.231.648 7,9276 0
77 2014 LMPI 3.002.947.069 32.873.170.855 0,0913 1
78 2015 IKAI (22.501.273.985) 12.491.992.273 -1,8013 1
79 2015 MLIA (190.208.664.000) 313.360.099.000 -0,6070 1
80 2015 ALMI 55.099.672 64.526.434.556 0,0009 1
81 2015 JPRS (26.305.419.065) 2.500.953.988 -10,5182 1
82 2015 LMSH 3.807.172.880 488.106.850 7,7999 0
83 2015 BAJA (11.830.669.276) 28.247.920.248 -0,4188 1
84 2015 SRSN 35.521.240.000 14.806.577.000 2,3990 0
85 2015 INCI 19.220.641.866 249.178.091 77,1362 0
86 2015 BRNA (2.427.389.000) 77.407.160.000 -0,0314 1
87 2015 TRST 88.746.155.513 37.741.951.560 2,3514 0
88 2015 YPAS (10.055.066.010) 11.589.464.302 -0,8676 1
89 2015 ALDO 42.225.063.206 9.890.309.310 4,2693 0
90 2015 DAJK (439.810.233.000) 120.390.797.000 -3,6532 1
91 2015 ASII 19.630.000.000.000 1.370.000.000.000 14,3285 0
92 2015 GJTL (331.869.000.000) 738.946.000.000 -0,4491 1
93 2015 INDS 42.060.367.453 38.388.630.931 1,0956 0
94 2015 NIPS 83.667.354.000 378.448.000 221,0802 0
95 2015 PRAS 8.469.139.366 32.099.080.257 0,2638 1
96 2015 SMSM 602.997.000.000 25.420.000.000 23,7214 0
97 2015 HDTX (332.544.044.000) 28.393.824.000 -11,7118 1
98 2015 SSTM (22.355.081.158) 30.999.649.750 -0,7211 1
99 2015 INDF 7.362.895.000.000 2.665.675.000.000 2,7621 0
100 2015 SKBM 64.528.619.400 14.405.013.302 4,4796 0
101 2015 SKLT 33.586.321.507 8.527.787.807 3,9385 0
102 2015 STTP 232.005.398.773 69.213.223.651 3,3520 0
103 2015 ALTO 9.952.993.698 48.907.380.739 0,2035 1
104 2015 ULTJ 692.865.656.136 2.314.561.134 299,3508 0
105 2015 GGRM 10.064.867.000.000 1.429.592.000.000 7,0404 0
106 2015 WIIM 200.720.211.666 18.700.322.445 10,7335 0
107 2015 KAEF 374.277.146.619 36.142.085.430 10,3557 0
108 2015 PYFA 10.135.509.222 5.586.440.483 1,8143 0
109 2015 SIDO 560.399.000.000 51.000.000 10.988,2157 0
110 2015 TCID 218.680.216.268 469.671.111 465,6029 0
111 2015 MBTO (11.454.570.311) 7.376.918.619 -1,5528 1
112 2015 KICI 2.828.046.167 949.388.878 2,9788 0
113 2015 LMPI 6.873.689.802 32.026.697.070 0,2146 1
Hasil Perhitungan Variabel Independen (Struktur Kepemilikan Manajerial)

Kode Saham
No Tahun Saham beredar MOWN
Emiten Manajerial
1 2013 IKAI 24.000.000 791.383.786 0,0303
2 2013 MLIA 770.700 1.323.000.000 0,0006
3 2013 ALMI 4.940.000 308.000.000 0,0160
4 2013 JPRS 116.510.000 750.000.000 0,1553
5 2013 LMSH 2.459.500 9.600.000 0,2562
6 2013 BAJA 1.330.448.000 1.800.000.000 0,7391
7 2013 SRSN 567.101.467 6.020.000.000 0,0942
8 2013 INCI 15.170.013 181.035.556 0,0838
9 2013 BRNA 64.974.000 690.000.000 0,0942
10 2013 TRST 41.986.109 2.808.000.000 0,0150
11 2013 YPAS 2.349.500 668.000.089 0,0035
12 2013 SULI 30.000.000 3.111.401.022 0,0096
13 2013 ALDO 78.769.231 550.000.000 0,1432
14 2013 ASII 14.590.000 40.483.553.140 0,0004
15 2013 AUTO 3.103.000 4.819.733.000 0,0006
16 2013 GJTL 3.362.500 3.484.800.000 0,0010
17 2013 INDS 2.285.148 525.000.000 0,0044
18 2013 NIPS 50.040.000 720.000.000 0,0695
19 2013 PRAS 34.745.900 701.043.478 0,0496
20 2013 SMSM 120.093.806 1.439.668.860 0,0834
21 2013 HDTX 35.400.000 1.532.571.000 0,0231
22 2013 SRIL 8.880.000 18.592.888.040 0,0005
23 2013 SSTM 94.340.584 1.170.909.181 0,0806
24 2013 CEKA 2.250.000 297.500.000 0,0076
25 2013 INDF 1.380.020 8.780.426.500 0,0002
26 2013 SKBM 14.908.700 865.736.394 0,0172
27 2013 SKLT 864.000 690.740.500 0,0013
28 2013 STTP 40.968.000 1.310.000.000 0,0313
29 2013 ALTO 49.000.000 2.184.663.247 0,0224
30 2013 ULTJ 514.055.500 2.888.382.000 0,1780
31 2013 GGRM 17.702.200 1.924.088.000 0,0092
32 2013 WIIM 516.740.600 2.099.873.760 0,2461
33 2013 KAEF 125.000 5.554.000.000 0,0000
34 2013 MERK 250 22.400.000 0,0000
35 2013 PYFA 123.480.000 535.080.000 0,2308
36 2013 SIDO 12.150.000.000 15.000.000.000 0,8100
37 2013 MBTO 1.004.500 1.070.000.000 0,0009
38 2013 KICI 313.080 138.000.000 0,0023
39 2013 LMPI 56.087 1.008.517.669 0,0001
40 2014 IKAI 24.000.000 791.383.786 0,0303
41 2014 MLIA 770.700 1.323.000.000 0,0006
42 2014 ALMI 9.880.000 308.000.000 0,0321
43 2014 JPRS 116.510.000 750.000.000 0,1553
44 2014 LMSH 24.565.000 9.600.000 2,5589
45 2014 BAJA 1.330.448.000 1.800.000.000 0,7391
46 2014 SRSN 697.979.645 6.020.000.000 0,1159
47 2014 INCI 25.123.776 181.035.556 0,1388
48 2014 BRNA 49.774.000 690.000.000 0,0721
49 2014 TRST 33.336.559 2.808.000.000 0,0119
50 2014 YPAS 2.349.500 668.000.089 0,0035
51 2014 SULI 30.000.000 3.111.401.022 0,0096
52 2014 ALDO 78.769.231 550.000.000 0,1432
53 2014 DAJK 25.423.000 2.500.000.000 0,0102
54 2014 ASII 14.965.000 40.483.553.140 0,0004
55 2014 AUTO 1.016.750 4.819.733.000 0,0002
56 2014 GJTL 3.707.000 3.484.800.000 0,0011
57 2014 INDS 2.856.434 525.000.000 0,0054
58 2014 NIPS 50.040.000 720.000.000 0,0695
59 2014 PRAS 34.745.900 701.043.478 0,0496
60 2014 SMSM 120.093.806 1.439.668.860 0,0834
61 2014 HDTX 36.400.000 1.532.571.000 0,0238
62 2014 SSTM 94.340.584 1.170.909.181 0,0806
63 2014 CEKA 2.250.000 297.500.000 0,0076
64 2014 INDF 1.380.020 8.780.426.500 0,0002
65 2014 SKBM 29.253.200 865.736.394 0,0338
66 2014 SKLT 864.000 690.740.500 0,0013
67 2014 STTP 41.494.100 1.310.000.000 0,0317
68 2014 ALTO 49.000.000 2.184.663.247 0,0224
69 2014 ULTJ 516.776.500 2.888.382.000 0,1789
70 2014 GGRM 17.702.200 1.924.088.000 0,0092
71 2014 WIIM 516.740.600 2.099.873.760 0,2461
72 2014 KAEF 125.000 5.554.000.000 0,0000
73 2014 PYFA 123.480.000 535.080.000 0,2308
74 2014 SIDO 12.150.000.000 15.000.000.000 0,8100
75 2014 MBTO 1.004.500 1.070.000.000 0,0009
76 2014 KICI 313.080 138.000.000 0,0023
77 2014 LMPI 56.087 1.008.517.669 0,0001
78 2015 IKAI 13.000.000 791.383.786 0,0164
79 2015 MLIA 770.700 1.323.000.000 0,0006
80 2015 ALMI 9.982.700 308.000.000 0,0324
81 2015 JPRS 116.510.000 750.000.000 0,1553
82 2015 LMSH 24.565.000 9.600.000 2,5589
83 2015 BAJA 1.330.448.000 1.800.000.000 0,7391
84 2015 SRSN 697.979.645 6.020.000.000 0,1159
85 2015 INCI 25.198.483 181.035.556 0,1392
86 2015 BRNA 49.774.000 690.000.000 0,0721
87 2015 TRST 80.096.959 2.808.000.000 0,0285
88 2015 YPAS 2.349.500 668.000.089 0,0035
89 2015 ALDO 78.769.231 550.000.000 0,1432
90 2015 DAJK 25.423.000 2.500.000.000 0,0102
91 2015 ASII 94.915.000 40.483.553.140 0,0023
92 2015 GJTL 32.863.000 3.484.800.000 0,0094
93 2015 INDS 2.856.434 525.000.000 0,0054
94 2015 NIPS 50.040.000 720.000.000 0,0695
95 2015 PRAS 34.745.900 701.043.478 0,0496
96 2015 SMSM 115.119.453 1.439.668.860 0,0800
97 2015 HDTX 103.876.100 1.532.571.000 0,0678
98 2015 SSTM 94.340.584 1.170.909.181 0,0806
99 2015 INDF 1.380.020 8.780.426.500 0,0002
100 2015 SKBM 29.036.200 865.736.394 0,0335
101 2015 SKLT 1.669.640 690.740.500 0,0024
102 2015 STTP 41.790.800 1.310.000.000 0,0319
103 2015 ALTO 49.000.000 2.184.663.247 0,0224
104 2015 ULTJ 517.156.900 2.888.382.000 0,1790
105 2015 GGRM 17.702.200 1.924.088.000 0,0092
106 2015 WIIM 516.741.420 2.099.873.760 0,2461
107 2015 KAEF 125.000 5.554.000.000 0,0000
108 2015 PYFA 123.480.000 535.080.000 0,2308
109 2015 SIDO 12.150.000.000 15.000.000.000 0,8100
110 2015 TCID 273.004 201.066.667 0,0014
111 2015 MBTO 1.004.500 1.070.000.000 0,0009
112 2015 KICI 313.080 138.000.000 0,0023
113 2015 LMPI 56.087 1.008.517.669 0,0001
Hasil Perhitungan Variabel Independen (Growh Opportunities)

Kode TOTAL ASET TOTAL ASET


No Tahun GROWTH
Emiten TAHUN (t) TAHUN (t-1)
1 2013 IKAI 482.057.048.870 507.425.275.145 -0,0500
2 2013 MLIA 7.189.899.445.000 6.558.955.234.000 0,0962
3 2013 ALMI 2.752.078.229.707 1.881.568.513.922 0,4627
4 2013 JPRS 376.540.741.943 398.606.524.648 -0,0554
5 2013 LMSH 141.697.598.705 128.547.715.366 0,1023
6 2013 BAJA 842.928.433.004 820.451.474.171 0,0274
7 2013 SRSN 420.782.546.000 402.108.960.000 0,0464
8 2013 INCI 136.142.063.219 132.278.839.079 0,0292
9 2013 BRNA 1.125.132.715.000 770.383.930.000 0,4605
10 2013 TRST 3.260.919.505.192 2.188.129.039.119 0,4903
11 2013 YPAS 613.878.797.683 349.438.243.276 0,7568
12 2013 SULI 941.141.000.000 1.428.778.840.556 -0,3413
13 2013 ALDO 301.479.232.221 184.896.742.887 0,6305
14 2013 ASII 213.994.000.000.000 182.274.000.000.000 0,1740
15 2013 AUTO 12.617.678.000.000 8.881.642.000.000 0,4206
16 2013 GJTL 15.350.754.000.000 12.869.793.000.000 0,1928
17 2013 INDS 2.196.518.364.473 1.664.779.358.215 0,3194
18 2013 NIPS 798.407.625.000 525.628.737.289 0,5190
19 2013 PRAS 795.630.254.208 577.349.886.068 0,3781
20 2013 SMSM 1.701.103.245.176 1.441.204.473.590 0,1803
21 2013 HDTX 2.378.728.273.722 1.362.546.557.862 0,7458
22 2013 SRIL 5.590.981.794.609 4.278.512.545.593 0,3068
23 2013 SSTM 801.866.397.035 810.275.583.968 -0,0104
24 2013 CEKA 1.069.627.299.747 1.027.692.718.504 0,0408
25 2013 INDF 78.092.789.000.000 59.324.207.000.000 0,3164
26 2013 SKBM 497.652.557.672 288.961.557.631 0,7222
27 2013 SKLT 301.989.488.699 249.746.467.756 0,2092
28 2013 STTP 1.470.059.394.892 1.249.840.835.890 0,1762
29 2013 ALTO 1.502.519.389.759 324.619.954.340 3,6285
30 2013 ULTJ 2.811.620.982.142 2.420.793.382.029 0,1614
31 2013 GGRM 50.770.251.000.000 41.509.325.000.000 0,2231
32 2013 WIIM 1.229.011.260.881 1.207.251.153.900 0,0180
33 2013 KAEF 2.471.939.548.890 2.076.347.580.785 0,1905
34 2013 MERK 696.946.318.000 569.430.951.000 0,2239
35 2013 PYFA 175.118.921.406 135.849.510.061 0,2891
36 2013 SIDO 2.951.507.000.000 2.150.999.000.000 0,3722
37 2013 MBTO 611.769.745.328 609.494.013.942 0,0037
38 2013 KICI 98.295.722.100 94.955.970.131 0,0352
39 2013 LMPI 822.189.506.877 815.153.025.335 0,0086
40 2014 IKAI 518.546.655.125 482.057.048.870 0,0757
41 2014 MLIA 7.215.152.320.000 7.189.899.445.000 0,0035
42 2014 ALMI 3.212.438.981.224 2.752.078.229.707 0,1673
43 2014 JPRS 370.967.708.751 376.540.741.943 -0,0148
44 2014 LMSH 139.915.598.255 141.697.598.705 -0,0126
45 2014 BAJA 974.632.970.453 842.928.433.004 0,1562
46 2014 SRSN 463.347.124.000 420.782.546.000 0,1012
47 2014 INCI 147.992.617.351 136.142.063.219 0,0870
48 2014 BRNA 1.334.085.916.000 1.125.132.715.000 0,1857
49 2014 TRST 3.261.285.495.052 3.260.919.505.192 0,0001
50 2014 YPAS 320.494.592.961 613.878.797.683 -0,4779
51 2014 SULI 900.611.000.000 941.141.000.000 -0,0431
52 2014 ALDO 356.814.265.668 301.479.232.221 0,1835
53 2014 DAJK 1.902.696.164.000 1.128.467.093.000 0,6861
54 2014 ASII 236.029.000.000.000 213.994.000.000.000 0,1030
55 2014 AUTO 14.380.926.000.000 12.617.678.000.000 0,1397
56 2014 GJTL 16.042.897.000.000 15.350.754.000.000 0,0451
57 2014 INDS 2.282.666.078.493 2.196.518.364.473 0,0392
58 2014 NIPS 1.206.854.399.000 798.407.625.000 0,5116
59 2014 PRAS 1.286.827.899.805 795.630.254.208 0,6174
60 2014 SMSM 1.749.395.000.000 1.701.103.245.176 0,0284
61 2014 HDTX 4.221.696.886.907 2.378.728.273.722 0,7748
62 2014 SSTM 773.663.346.934 801.866.397.035 -0,0352
63 2014 CEKA 1.284.150.037.341 1.069.627.299.747 0,2006
64 2014 INDF 85.938.885.000.000 78.092.789.000.000 0,1005
65 2014 SKBM 649.534.031.113 497.652.557.672 0,3052
66 2014 SKLT 331.574.891.637 301.989.488.699 0,0980
67 2014 STTP 1.700.204.093.895 1.470.059.394.892 0,1566
68 2014 ALTO 238.474.789.272 1.502.519.389.759 -0,8413
69 2014 ULTJ 2.917.083.567.355 2.811.620.982.142 0,0375
70 2014 GGRM 58.220.600.000.000 50.770.251.000.000 0,1467
71 2014 WIIM 1.332.907.675.785 1.229.011.260.881 0,0845
72 2014 KAEF 2.968.184.626.297 2.471.939.548.890 0,2008
73 2014 PYFA 172.736.624.689 175.118.921.406 -0,0136
74 2014 SIDO 2.821.399.000.000 2.951.507.000.000 -0,0441
75 2014 MBTO 619.383.082.066 611.769.745.328 0,0124
76 2014 KICI 96.745.744.221 98.295.722.100 -0,0158
77 2014 LMPI 808.892.238.344 822.189.506.877 -0,0162
78 2015 IKAI 390.042.617.783 518.546.655.125 -0,2478
79 2015 MLIA 7.125.800.277.000 7.215.152.320.000 -0,0124
80 2015 ALMI 2.189.037.586.057 3.212.438.981.224 -0,3186
81 2015 JPRS 363.265.042.157 370.967.708.751 -0,0208
82 2015 LMSH 133.782.751.041 139.915.598.255 -0,0438
83 2015 BAJA 948.682.681.142 974.632.970.453 -0,0266
84 2015 SRSN 574.073.314.000 463.347.124.000 0,2390
85 2015 INCI 169.546.066.314 147.992.617.351 0,1456
86 2015 BRNA 1.820.783.911.000 1.334.085.916.000 0,3648
87 2015 TRST 3.357.359.499.954 3.261.285.495.052 0,0295
88 2015 YPAS 279.189.768.587 320.494.592.961 -0,1289
89 2015 ALDO 366.010.819.198 356.814.265.668 0,0258
90 2015 DAJK 1.997.766.867.000 1.902.696.164.000 0,0500
91 2015 ASII 245.435.000.000.000 236.029.000.000.000 0,0399
92 2015 GJTL 17.509.505.000.000 16.042.897.000.000 0,0914
93 2015 INDS 2.553.928.346.219 2.282.666.078.493 0,1188
94 2015 NIPS 1.547.720.090.000 1.206.854.399.000 0,2824
95 2015 PRAS 1.531.742.052.164 1.286.827.899.805 0,1903
96 2015 SMSM 2.220.108.000.000 1.749.395.000.000 0,2691
97 2015 HDTX 4.878.367.904.000 4.221.696.886.907 0,1555
98 2015 SSTM 721.884.167.684 773.663.346.934 -0,0669
99 2015 INDF 91.831.526.000.000 85.938.885.000.000 0,0686
100 2015 SKBM 764.484.248.710 649.534.031.113 0,1770
101 2015 SKLT 377.110.748.359 331.574.891.637 0,1373
102 2015 STTP 1.919.568.037.170 1.700.204.093.895 0,1290
103 2015 ALTO 1.180.228.072.164 238.474.789.272 3,9491
104 2015 ULTJ 3.539.995.910.248 2.917.083.567.355 0,2135
105 2015 GGRM 63.505.413.000.000 58.220.600.000.000 0,0908
106 2015 WIIM 1.342.700.045.391 1.332.907.675.785 0,0073
107 2015 KAEF 3.236.224.076.311 2.968.184.626.297 0,0903
108 2015 PYFA 159.951.537.229 172.736.624.689 -0,0740
109 2015 SIDO 2.796.111.000.000 2.821.399.000.000 -0,0090
110 2015 TCID 2.082.096.848.703 1.853.235.343.636 0,1235
111 2015 MBTO 648.899.377.240 619.383.082.066 0,0477
112 2015 KICI 133.831.888.816 96.745.744.221 0,3833
113 2015 LMPI 793.093.512.600 808.892.238.344 -0,0195
Hasil Perhitungan Variabel Independen (Debt Covenant)

Kode
No Tahun TOTAL HUTANG TOTAL AKTIVA DAR
Emiten
1 2013 IKAI 276.648.973.235 482.057.048.870 0,5739
2 2013 MLIA 5.999.787.094.000 7.189.899.445.000 0,8345
3 2013 ALMI 2.094.736.673.254 2.752.078.229.707 0,7611
4 2013 JPRS 14.019.207.792 376.540.741.943 0,0372
5 2013 LMSH 31.229.504.329 141.697.598.705 0,2204
6 2013 BAJA 668.682.316.817 842.928.433.004 0,7933
7 2013 SRSN 106.406.914.000 420.782.546.000 0,2529
8 2013 INCI 10.050.376.983 136.142.063.219 0,0738
9 2013 BRNA 819.251.536.000 1.125.132.715.000 0,7281
10 2013 TRST 1.551.242.364.818 3.260.919.505.192 0,4757
11 2013 YPAS 443.067.408.288 613.878.797.683 0,7218
12 2013 SULI 1.313.137.000.000 941.141.000.000 1,3953
13 2013 ALDO 161.595.933.059 301.479.232.221 0,5360
14 2013 ASII 107.806.000.000.000 213.994.000.000.000 0,5038
15 2013 AUTO 3.058.924.000.000 12.617.678.000.000 0,2424
16 2013 GJTL 9.626.411.000.000 15.350.754.000.000 0,6271
17 2013 INDS 443.652.749.965 2.196.518.364.473 0,2020
18 2013 NIPS 562.461.853.000 798.407.625.000 0,7045
19 2013 PRAS 389.182.140.905 795.630.254.208 0,4891
20 2013 SMSM 694.304.234.869 1.701.103.245.176 0,4081
21 2013 HDTX 1.658.609.326.640 2.378.728.273.722 0,6973
22 2013 SRIL 3.271.382.382.624 5.590.981.794.609 0,5851
23 2013 SSTM 530.156.259.856 801.866.397.035 0,6612
24 2013 CEKA 541.352.365.829 1.069.627.299.747 0,5061
25 2013 INDF 39.719.660.000.000 78.092.789.000.000 0,5086
26 2013 SKBM 296.528.343.161 497.652.557.672 0,5959
27 2013 SKLT 162.339.135.063 301.989.488.699 0,5376
28 2013 STTP 775.930.985.779 1.470.059.394.892 0,5278
29 2013 ALTO 960.189.991.593 1.502.519.389.759 0,6391
30 2013 ULTJ 796.474.448.056 2.811.620.982.142 0,2833
31 2013 GGRM 21.353.980.000.000 50.770.251.000.000 0,4206
32 2013 WIIM 447.651.956.356 1.229.011.260.881 0,3642
33 2013 KAEF 847.584.859.909 2.471.939.548.890 0,3429
34 2013 MERK 184.727.696.000 696.946.318.000 0,2651
35 2013 PYFA 81.217.648.190 175.118.921.406 0,4638
36 2013 SIDO 326.051.000.000 2.951.507.000.000 0,1105
37 2013 MBTO 160.451.280.610 611.769.745.328 0,2623
38 2013 KICI 24.319.143.497 98.295.722.100 0,2474
39 2013 LMPI 424.769.313.259 822.189.506.877 0,5166
40 2014 IKAI 339.889.432.972 518.546.655.125 0,6555
41 2014 MLIA 5.893.580.221.000 7.215.152.320.000 0,8168
42 2014 ALMI 2.571.403.202.989 3.212.438.981.224 0,8005
43 2014 JPRS 15.334.844.453 370.967.708.751 0,0413
44 2014 LMSH 23.964.388.443 139.915.598.255 0,1713
45 2014 BAJA 786.309.001.839 974.632.970.453 0,8068
46 2014 SRSN 134.510.685.000 463.347.124.000 0,2903
47 2014 INCI 10.872.710.103 147.992.617.351 0,0735
48 2014 BRNA 967.711.101.000 1.334.085.916.000 0,7254
49 2014 TRST 1.499.792.311.890 3.261.285.495.052 0,4599
50 2014 YPAS 158.615.180.283 320.494.592.961 0,4949
51 2014 SULI 1.267.088.000.000 900.611.000.000 1,4069
52 2014 ALDO 197.391.610.046 356.814.265.668 0,5532
53 2014 DAJK 678.825.319.000 1.902.696.164.000 0,3568
54 2014 ASII 115.705.000.000.000 236.029.000.000.000 0,4902
55 2014 AUTO 4.244.369.000.000 14.380.926.000.000 0,2951
56 2014 GJTL 10.059.605.000.000 16.042.897.000.000 0,6270
57 2014 INDS 454.347.526.616 2.282.666.078.493 0,1990
58 2014 NIPS 630.960.175.000 1.206.854.399.000 0,5228
59 2014 PRAS 601.006.310.349 1.286.827.899.805 0,4670
60 2014 SMSM 602.558.000.000 1.749.395.000.000 0,3444
61 2014 HDTX 3.607.059.196.611 4.221.696.886.907 0,8544
62 2014 SSTM 514.793.507.583 773.663.346.934 0,6654
63 2014 CEKA 746.598.865.219 1.284.150.037.341 0,5814
64 2014 INDF 44.710.509.000.000 85.938.885.000.000 0,5203
65 2014 SKBM 331.624.254.750 649.534.031.113 0,5106
66 2014 SKLT 178.206.785.017 331.574.891.637 0,5375
67 2014 STTP 882.610.280.834 1.700.204.093.895 0,5191
68 2014 ALTO 706.402.717.818 238.474.789.272 2,9622
69 2014 ULTJ 651.985.807.625 2.917.083.567.355 0,2235
70 2014 GGRM 24.991.880.000.000 58.220.600.000.000 0,4293
71 2014 WIIM 478.482.577.195 1.332.907.675.785 0,3590
72 2014 KAEF 1.157.040.676.384 2.968.184.626.297 0,3898
73 2014 PYFA 76.177.686.068 172.736.624.689 0,4410
74 2014 SIDO 186.740.000.000 2.821.399.000.000 0,0662
75 2014 MBTO 165.633.948.162 619.383.082.066 0,2674
76 2014 KICI 18.065.657.377 96.745.744.221 0,1867
77 2014 LMPI 409.761.454.151 808.892.238.344 0,5066
78 2015 IKAI 321.009.676.687 390.042.617.783 0,8230
79 2015 MLIA 6.010.681.233.000 7.125.800.277.000 0,8435
80 2015 ALMI 1.623.926.585.475 2.189.037.586.057 0,7418
81 2015 JPRS 30.806.011.707 363.265.042.157 0,0848
82 2015 LMSH 21.341.373.897 133.782.751.041 0,1595
83 2015 BAJA 787.055.068.790 948.682.681.142 0,8296
84 2015 SRSN 233.993.478.000 574.073.314.000 0,4076
85 2015 INCI 15.494.757.317 169.546.066.314 0,0914
86 2015 BRNA 992.869.623.000 1.820.783.911.000 0,5453
87 2015 TRST 1.400.438.809.900 3.357.359.499.954 0,4171
88 2015 YPAS 128.790.247.858 279.189.768.587 0,4613
89 2015 ALDO 195.081.792.385 366.010.819.198 0,5330
90 2015 DAJK 1.224.872.919.000 1.997.766.867.000 0,6131
91 2015 ASII 118.902.000.000.000 245.435.000.000.000 0,4845
92 2015 GJTL 12.115.363.000.000 17.509.505.000.000 0,6919
93 2015 INDS 634.889.428.231 2.553.928.346.219 0,2486
94 2015 NIPS 938.717.411.000 1.547.720.090.000 0,6065
95 2015 PRAS 811.177.918.367 1.531.742.052.164 0,5296
96 2015 SMSM 779.860.000.000 2.220.108.000.000 0,3513
97 2015 HDTX 3.482.406.080.000 4.878.367.904.000 0,7138
98 2015 SSTM 477.792.694.823 721.884.167.684 0,6619
99 2015 INDF 48.709.933.000.000 91.831.526.000.000 0,5304
100 2015 SKBM 420.396.809.051 764.484.248.710 0,5499
101 2015 SKLT 225.066.080.248 377.110.748.359 0,5968
102 2015 STTP 910.758.598.913 1.919.568.037.170 0,4745
103 2015 ALTO 673.255.888.637 1.180.228.072.164 0,5704
104 2015 ULTJ 742.490.216.326 3.539.995.910.248 0,2097
105 2015 GGRM 25.497.504.000.000 63.505.413.000.000 0,4015
106 2015 WIIM 398.991.064.485 1.342.700.045.391 0,2972
107 2015 KAEF 1.374.127.253.841 3.236.224.076.311 0,4246
108 2015 PYFA 58.729.478.032 159.951.537.229 0,3672
109 2015 SIDO 197.797.000.000 2.796.111.000.000 0,0707
110 2015 TCID 367.225.370.670 2.082.096.848.703 0,1764
111 2015 MBTO 214.685.781.274 648.899.377.240 0,3308
112 2015 KICI 40.460.281.468 133.831.888.816 0,3023
113 2015 LMPI 391.881.675.091 793.093.512.600 0,4941
Lampiran 5

Hasil Output SPSS

1. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Y (MTBV) 113 -,619 11,467 1,62458 1,791353
X1 (ICR) 113 0 1 ,35 ,480
X2 (MOWN) 113 ,000 2,559 ,13604 ,371174
X3 (GROWTH) 113 -,841 3,949 ,20076 ,539025
X4 (DAR) 113 ,037 2,962 ,49886 ,336561
Valid N (listwise) 113

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Y (MTBV) 103 -,619 4,073 1,20763 1,025964
X1 (ICR) 103 0 1 ,37 ,485
X2 (MOWN) 103 ,000 2,559 ,13587 ,383340
X3 (GROWTH) 103 -,841 3,949 ,20902 ,562994
X4 (DAR) 103 ,037 2,962 ,50808 ,347916
Valid N (listwise) 103

2. Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas (N=113)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz
ed Residual
N 113
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.73250735
Most Extreme Absolute .188
Differences Positive .188
Negative -.135
Kolmogorov-Smirnov Z 2.000
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
a. Test dis tribution is Normal.
b. Calculated from data.
Deteksi Outlier
Casewise Diagnostics(a)

Predicted
Case Number Std. Residual Y (MTBV) Value Residual
1 5,812 11,467 1,21308 10,253460
2 3,616 8,265 1,88512 6,380098
4 2,562 6,450 1,93049 4,519524
42 2,305 5,963 1,89535 4,067512
a Dependent Variable: Y (MTBV)

Uji Normalitas (N=109)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz
ed Residual
N 109
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.16001125
Most Extreme Absolute .148
Differences Positive .148
Negative -.093
Kolmogorov-Smirnov Z 1.543
Asymp. Sig. (2-tailed) .017
a. Test dis tribution is Normal.
b. Calculated from data.

Deteksi Outlier
Casewise Diagnostics(a)

Predicted
Case Number Std. Residual Y (MTBV) Value Residual
3 2,663 4,885 1,73764 3,147379
40 2,324 4,493 1,74568 2,746844
43 2,421 4,615 1,75241 2,862103
44 2,593 4,744 1,67840 3,065229
79 2,547 4,758 1,74675 3,011340
80 2,428 3,553 ,68324 2,869961
a Dependent Variable: Y (MTBV)

Uji Normalitas (N=103)


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz
ed Residual
N 103
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation .93378586
Most Extreme Absolute .121
Differences Positive .121
Negative -.061
Kolmogorov-Smirnov Z 1.223
Asymp. Sig. (2-tailed) .100
a. Test dis tribution is Normal.
b. Calculated from data.

Uji Heteroskedastisitas (N=103)

Coefficientsa

Model t Sig.
1 (Constant) 8.103 .000
X1 (ICR) -3.693 .000
X2 (MOWN) 2.452 .016
X3 (GROWTH) -1.211 .229
X4 (DAR) .304 .762
a. Dependent Variable: Abres

Uji Autokorelasi (N=103)

Runs Test

Unstandardiz
ed Residual
Test Valuea -.14565
Cases < Test Value 51
Cases >= Test Value 52
Total Cases 103
Number of Runs 52
Z -.098
Asymp. Sig. (2-tailed) .922
a. Median

Uji Multikolinieritas (N=103)


Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 X1 (ICR) .786 1.273
X2 (MOWN) .946 1.057
X3 (GROWTH) .983 1.017
X4 (DAR) .757 1.320
a. Dependent Variable: Y (MTBV)

3. Uji Regresi Linier Berganda

Variables Entered/Removedb

Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 X4 (DAR),
X3
(GROWT
. Enter
H), X2
(MOWN),a
X1 (ICR)
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Y (MTBV)

Model Summary b

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 .414 a .172 .138 .952652 2.356
a. Predictors: (Constant), X4 (DAR), X3 (GROWTH), X2 (MOWN), X1 (ICR)
b. Dependent Variable: Y (MTBV))

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 18.426 4 4.606 5.076 .001 a
Residual 88.940 98 .908
Total 107.365 102
a. Predictors: (Constant), X4 (DAR), X3 (GROWTH), X2 (MOWN), X1 (ICR)
b. Dependent Variable: Y (MTBV)
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.340 .186 7.197 .000
X1 (ICR) -.884 .219 -.418 -4.027 .000
X2 (MOWN) .054 .253 .020 .215 .830
X3 (GROWTH) .253 .169 .139 1.499 .137
X4 (DAR) .262 .312 .089 .841 .403
a. )Dependent Variable: Y (MTBV)
JADWAL PENULISAN SKRIPSI

September Oktober November Desember Januari Februari


KETERANGAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penulisan Pra-Proposal

Presentasi Proposal

Pengumpulan Data

Analisis Data
Penulisan Laporan
Skripsi
Penyerahan Skripsi
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Lina Rizky Suryoningtyas
Alamat : Jl. Nginden Tembusan No:22F Surabaya
NIM : 2013310521
Jurusan : Akuntansi
Program Pendidikan : Sarjana
Program Studi : Ekonomi

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul :

PENGARUH TINGKAT KESULITAN KEUANGAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN


MANAJERIAL, GROWTH OPPORTUNITIES DAN DEBT COVENANT
TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI)

Adalah benar-benar merupakan karya saya sendiri dan bukan jiplakan (plagiat)
dari karya ilmiah orang lain serta bukan hasil dibuatkan oleh orang/pihak lain.
Apabila dikemudian hari ternyata Pernyataan Saya tersebut tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan Skripsi berserta segala hal
yang terkait dengan skripsi tersebut.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, Maret 2017


Yang menyatakan,

(Lina Rizky Suryoningtyas)

118

Anda mungkin juga menyukai