Anda di halaman 1dari 16

Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

BAB 7
V

SPEKTROSKOPI NMR
KARBON – 13 (13C-NMR)______
Tujuan pembahasan:

Pemberian bekal pengetahuan awal untuk memahami prinsip dasar


spektroskopi resonansi magnetik inti karbon-13 sebagai kelanjutan dalam pemahaman
spektroskopi resonansi magnetik inti proton (hidrogen-1). Dasar-dasar spektroskopi
resonansi magnetik inti karbon-13 (13C-NMR) memberikan pengetahuan dasar
tentang spin inti karbon-13 sebagai dasar resonansi magnetik inti karbon dan
perbedaannya dengan inti hidrogen. Penguasaan konsep dasar resonansi magnetik inti
karbon-13 merupakan penyempurna dan pelengkap dalam penentuan struktur
senyawa organik. Dalam spektroskopi resonansi magnetik inti proton (1H-NMR)
memberikan gambaran tentang lingkungan kimia atom hidrogen dalam suatu molekul,
maka pada spektroskopi resonansi magnetik inti karbon-13 (13C-NMR) meberikan
gambaran tentang jenis dan jumlah atom karbon dalam suatu molekul.

Setelah selesai mempelajari pokok bahasan pada bab ini diharapkan para
mahasiswa dapat
7.1 menjelaskan prinsip dasar spektroskopi resonansi magnetik inti karbon-13
(13C-NMR)
7.2 menjelaskan perbedaan pokok spektroskopi resonansi magnetik inti karbon-
13 (13C-NMR) dan spektroskopi resonansi magnetik inti proton (1H-NMR)
7.3 menjelaskan pola umum geseran kimia karbon-13 berdasarkan golongan
fungsional senyawa organik.

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 205


Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

7.1 Prinsip dasar spektroskopi NMR karbon-13 (13C-NMR)

Prinsip kerja spektroskopi resonansi magnetik inti karbon-13 (Nuclear


13
Magnetic Resonance Carbon-13, NMR karbon-13 atau C-NMR) tidak berbeda
dengan dasar-dasar kerja pada spektroskopi resonansi magnetik inti proton (1H-
NMR). Perbedaan pokok terjadi pada tingkat kepekaan. Hal ini mengingat
kelimpahan isotop kedua inti sangat berbeda. Karbon mempunyai dua buah isotop
utama, yakni 12C dan 13C. Suatu hal yang perlu diingat kembali bahwa inti 12C tidak
aktif secara magnetik, sebab bilangan spinnya, I, adalah nol), tetapi inti 13C, seperti
halnya inti 1H mempunyai spin ½. Namun, kelimpahan alamiah inti 13C hanya 1,1%
dibanding inti 1H, dan kepekaannya hanya 1,6% dibanding kepekaan inti 1H, sehingga
13
kepekaan total C dibanding 1H sekitar 1/5700. Spektroskopi 13
C-NMR telah
dilakukan pada awal 1970-an.
13
Pada awalnya, untuk memperoleh spektrum C diperlukan gelombang
kontinu, jumlah sampel yang relatif besar dan waktu yang cukup lama. Namun adanya
perkembangan teknologi berbasis transformasi Fourier (Fourier Transform, FT) dapat
dihasilkan secara simultan relatif semua inti 13C yang dianalisis (dibanding era 1970-
an).
Perkembangan penting metode spektrofotometri NMR adalah dengan teknik
dekopling proton pita-lebar. Karena nilai tetapan kopling (J) untuk 13C–H relatif besar
13 13
(~110–320 Hz) dan nilai C–C–H dan C–C–C–H yang cukup besar, spektra
nondekopling (kopling proton) biasanya menunjukkan multiplet overlap yang
kompleks dan sukar diinterpretasi. Perkembangan lanjut, peningkatan sinyal (hingga
200%) dapat diperoleh dari Efek Inti Overhauser (Nuclear Overhauser Effect, NOE).
Model ini dihasilkan dari peningkatan populasi tingkat energi lebih rendah dari inti
13
C yang sesuai dengan peningkatan populasi tingkat energi lebih tinggi inti 1H pada
irradiasi inti 1H.
13
Spektra C-NMR dalam pembahasan yang ada pada bahan ajar ini seperti
halnya pada spektra 1H-NMR, sebagimana pada umumnya menggunakan pembanding
internal tetrametilsilana (TMS), dan skala yang ada menyatakan geseran kimia dalam
satuan  (ppm, part per million) medan-bawah (tak-terlindung) dari TMS dalam
bilangan positif, dan medan-atas (terlindung) dari TMS dalam bilangan negatif.

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 206


Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

Rentang geseran kimia dalam spektra 13C-NMR secara rutin berada hingga 200 ppm
dari TMS. Rentang ini sekitar 20 kali dari rentang geseran kimia spektra 1H-NMR.
Jumlah sampel yang dibutuhkan untuk analisis rutin (Mr ~ 300) pada
instrumentasi 300 MHz. biasanya sekitar 100–200 mg dalam sekitar 0,4 mL pelarut
terdeuterasi pada tabung 5 mm. Jika dimungkinkan biasanya memperoleh spektra
suatu sampel dengan jumlah pada orde ratusan mikrogram asal dalam pelarut dengan
kemurnian yang tinggi. Untuk sampel dengan jumlah yang sedikit, lebih baik
menggunakan sel konsentrik kualitas tertinggi dengan kapasitas tabung sekitar 40–
100 L.

7.2 Perbedaan dasar spektra 13C-NMR dan 1H-NMR


13
Perbedaan pokok antara spektra C-NMR dan 1H-NMR dapaat diikhtisarkan
sebagai berikut:
Pada spektroskopi 1H-NMR yang terjadi adalah:
1. Memberikan gambaran atom-atom hidrogen dalam sebuah molekul organik,
ditinjau dari jumlah atom, pola terikatnya pada atom karbon atau atom selain
karbon.
1
2. Resonansi spin inti melibatkan isotop alamiah H dengan kelimpahan
mencapai 99,985%.
3. Rentang geseran kimia proton (H) adalah 0–12 ppm lebih besar dibanding
TMS.
4. Sinyal yang muncul menggambarkan jenis lingkungan kimia hidrogen yang
berbeda yang terdapat dalam suatu molekul organik.
1
5. Karena isotop H dengan kelimpahan mencapai 99,985% maka
spektrofotometri NMR proton mempunyai kepekaan yang tinggi.

Pada spektroskopi 13C-NMR yang terjadi adalah


1. Memberikan gambaran atom-atom karbon dalam sebuah molekul organik
2. Atom-atom karbon dalam suatu kerangka karbon pada suatu molekul dengan
lingkungan karbon yang berbeda menghasilkan sinyal yang berbeda.
3. Rentang geseran kimia karbon (C) cukup berbeda secara signifikan dengan
H yakni 0–200 ppm lebih besar daripada TMS.

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 207


Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

4. Intensitas sinyal atau puncak tidak berkorelasi langsung dengan jumlah atom
karbon.
5. Inti 13C mempunyai kelimpahan yang jauh lebih sedikit daripada 1H, sehingga
memerlukan jumlah sampel yang lebih banyak.
6. Karena rentang geseran kimia karbon-13 (C) cukup besar dan kepekaannya
rendah, maka jarak antar sinyal dapat dilihat dengan jelas dan sinyal yang
muncul didominasi oleh puncak-puncak singlet

Lokasi umum absorpsi berbagai macam atom karbon suatu golongan gugus
fungsional diikhtisarkan pada Gambar 1.7.

7.3 Teknik Perekaman Spektra NMR Karbon-13

Dasar-dasar spektroskopi resonansi magnetik inti proton seperti prinsip-


prinsip dasar tentang spin inti, pola spektra resonansinya, dan teknik dasar analisis
yang diterapkan untuk menentukan struktur molekul. Kesemuanya ini merupakan
bekal untuk memahami spektroskopi resonansi magnetik inti karbon-13 dan
aplikasinya dalam menentukan struktur senyawa organik. Pemahaman lebih lanjut
tentang dasar-dasar resonansi magnetik inti karbon-13 yang dibahas dalam Bab ini
13
meliputi (a) teknik dekopling C-{1H}, termasuk Efek Overhauser inti (Nuclear
13
Overhauser Effect, NOE) dalam pemerolehan spektra C-NMR, (b) teknik kopling
13
C-{1H}, (c) teknik dekopling resonansi henti (Off Resonance Decoupling, ORD)
13
dalam pemerolehan spektra C-NMR, dan (d) metode eksperimen DEPT.
Pemahaman konsep-konsep dasar spektroskopi dan teknik-teknik perekaman
spektrometri NMR-13 diharapkan mampu memecahkan masalah yang berhubungan
dengan penentuan struktur suatu senyawa, khususnya senyawa organik.

(a) Teknik kopling dekopling dalam spektra 13C-NMR


Inti karbon C–13 secara isotopik relatif sangat jarang, karena mempunyai
kelimpahan di alam yang sangat kecil, sekitar 1,1%. Dampak yang ditimbulkan adalah
tidak atau sukar teramatinya kopling 13C–13C dalam spektra 13C–NMR. Karena tidak
ada kopling ini maka tidak ada multiplisitas sinyal atau tidak pembelahan dalam
13 13
spektrum C–NMR sebagai akibat kopling C–13C. biasanya, inti 13
C menjalani

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 208


Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

kopling secara kuat dengan proton yang diikatnya (1JCH sekitar 125 Hz untuk atom
karbon dalam senyawa jenuh). Dalam prakteknya yang sering dan biasa dilakukan
adalah melakukan irradiasi terhadap inti 1H selama akuisisi 13C sehingga semua inti
1H tidak menjalani kopling secara penuh dan sering dikenal sebagai dekopling 13C–
1
H (fully decoupled). Teknik ini juga sering disebut dengan broad band decoupling
(dekopling pita melebar) atau noise decopling (dekopling desah). Hasil dari teknik
spektra ini biasanya memunculkan deretan sinyal-sinyal singlet (jika benar-benar fully
decoupled 1H) dan masing-masing lingkungan 13
C yang berbeda dalam molekul
menghasilkan sinyal yang terpisah.
Apabila 1H tidak menjalani dekopling terhadap 13
C (yang berarti menjalani
13
kopling) selama akuisisi, maka sinyal-sinyal dalam spektrum C–NMR muncul
sebagai multiplet dimana pembelahan didominasi oleh kopling 1JCH. Besarnya tetapan
kopling 1JCH adalah 125 Hz untuk atom karbon dengan hibridisasi sp3, 160 Hz untuk
karbon dengan karbon dengan hibridisasi sp2, 250 Hz untuk karbon dengan hibridisasi
sp. Sinyal CH3 muncul sebagai kuartet, sinyal CH2 muncul sebagai triplet, sinyal CH
muncul sebagai doblet, dan sinyal C (atom akrbon kuarterner) muncul sebagai singlet.
Informasi multi-plisitas beserta data nilai geseran kimia sangat bermanfaat untuk
mengidentifikasi dan menyatakan resonansi karbon-13.
13
Pada spektra C yang dilakukan tanpa dekopling umumnya memberikan
informasi tentang kopling rentang panjang dan tampak dalam struktur halus (fine
structure) pada setiap multiplet. Struktur halus yang muncul dari kopling antara
karbon dan proton yang tidak terikat secara langsung, misalnya dari 2JCCH dan 3JCCCH.
Nilai kopling C–H rentang panjang bersifat khas < 10 Hz dan hal ini lebih kecil
daripada nilai 1JCH. Seringkali suatu analisis yang lebih mendalam terhadap kopling
C–H rentang panjang dapat digunakan untuk memberikan informasi tambahan tentang
struktur molekul.
13 13
Perkembangan lebih lanjut dari spektra C–NMR, inti C yang mengikat
proton secara langsung mendeteksi secara signifikan (tetapi tidak mudah dapat
diprediksi) sinyal-sinyal yang dihasilkan jika terjadi dekopling proton dan karenanya
13
tidak ada intensitas dan ini merefleksikan jumlah inti C yang sebanding dengan
banyak sinyal.

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 209


Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

Apabila suatu inti karbon-13 terkopel dengan suatu proton, misalnya dalam
gugus 13C-H, masing-masing mempengaruhi tingkat energi magnetik terhadap yang
lainnya, dan dekopling proton menimbulkan distorsi populasi tingkat energi karbon.
Akibatnya yang timbul adalah meningkatnya probabilitas keadaan transisi atas inti
dan dengan demikian meningkatkan intensitas sinyal dibanding jika tanpa dekopling.
Pengaruh dari kasus yang spesifik ini dipelajari oleh Albert W. Overhauser
(University of Illinois, USA pada 1953). Menurutnya, konduksi elektron-elektron
logam berinteraksi dengan inti atom dan mengganggu proses relaksasinya, sehingga
merubah populasi tingkat energi yang diperbolehkan. Dalam spektroskopi NMR,
perubahan populasi energi satu inti oleh dekopling inti tetangganya ini dinamakan
Efek Overhauser Inti (Nuclear Overhauser Effect atau NOE).

(b) Dekopling Resonansi Henti (Off Resonance Decoupling, ORD)


13
Akibat teknik dekopling pada spektra C-NMR maka semua informasi
tentang kopling menjadi hilang. Suatu metode yang dapat digunakan untuk melihat
13
informasi kopling yeng tersisa C–1H dan dapat memberikan spektrum yang
sederhana digunakan metode Dekopling Resonansi Henti (Off Resonance Decoupling,
ORD) atau Single Frequency Off Resonance Decoupling (SFORD). Apabila
13
digunakan teknik SFORD ini maka berpengaruh pada spektrum C-NMR adalah
menurunkan nilai pembelahan dari semua kopling karbon–proton.
Metode SFORD ini dilakukan dengan mengatur frekuensi proton yang
mengalami dekopling pada 1.000–2.000 Hz ke arah medan atas atau 2.000–3.000 Hz
ke arah medan bawah dari frekuensi proton TMS. Hasilnya, residu kopling (kopling
sisa) dari proton-proton yang terikat secara laangsung ke atom C-13. Tetapan residu
kopling (Jr) biasanya lebih kecil dibanding J yang sesungguhnya dan memang bukan
sebagai nilai J yang sebenarnya. Spektra SFORD hanya bermakna dalam rangka
memantabkan multiplisitas sinyal.

2 J 
J=
 B2

 = beda frekuensi antara frekuensi proton yang beresonansi dengan


frekuensi proton pengkopel.
 = tetapan = perbandingan giromagnetik

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 210


Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

B2 = kuat nedan magnet putar yang ditimbulkan oleh frekuensi pengkopel

Hasil yang tampak pada spektrum 13C-NMR adalah multiplisitas pita-pita C-


13 yang teramati dengan jelas dan tanpa terjadi overlap dengan pita-pita C-13 lainnya.
Dalam hal ini:
(a) Atom karbon metil, CH3 muncul sebagai kuartet;
(b) Atom karbon metilen, CH2 muncul sebagai triplet;
(c) Atom karbon metun, CH muncul sebagai doblet;
(d) Atom karbon kuarterner, C muncul sebagai singlet.

(c) Penentuan multiplisitas sinyal 13C dengan DEPT


Dengan instrumen NMR termutakhir, yakni dengan teknik DEPT
(Distortionless Enhancement by Polarization Transfer) merupakan metode yang
handal untuk menentukan multiplisitas sinyal 13C. Teknik DEPT berbasis pada NMR
pulsa yang memerlukan deret pulsa Rf terprogram baik inti 1H maupun 13C. Dengan
teknik DEPT dihasilkan spektrum 13C-NMR dari karbon yang hanya mengikat proton
(CH3, CH2, atau CH). Artinya, dalam teknik DEPT tidak diperoleh sinyal dari karbon
yang mengikat hidrogen. Sinyal karbon CH3 dan CH (karbon dengan proton ganjil)
yang muncul dengan teknik ini adalah berlawanan arah dengan sinyal CH2 (karbon
13
dangan proton genap) dalam spektrumnya. Biasanya dalam spektrum C–NMR
sinyal dari gugus CH3 dan CH mengarah ke atas sedang arah sinyal CH2 ke bawah.
Dalam perkembangannya teknik DEPT dapat digunakan untuk memisah secara jelas
dari karbon dalam CH3, CH2, dan CH.
Gambar 6.1 menunjukkan spektra 13C–NMR metil siklopropil keton dengan
berbagai metode atau teknik eksperimen. Dengan teknik dekopling penuh proton, fully
proton decoupled (Gambar 6.1a) menunjukkan 4 sinyal singlet, yang menunjukkan
adanya 4 lingkungan karbon yang berbeda. Spektrum 13C dengan teknik DEPT hanya
menghasilkan 3 sinyal resonansi untuk karbon terprotonkan. Atom karbon yang
mengikat proton dengan jumlah ganjil (gugus CH3 dan CH) sinyal mengarah ke atas
(upward) dan akrbon yang mengikat hidrogen genap (gugus CH2) sinyalnya mengarah
ke bawah (downward). Perlu dicatat bahwa karbon karbonil tidak muncul sinyalnya
dalam spektrum DEPT, karena tidak mengikat proton (Gambar 6.1b).

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 211


Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

13
Pada spektrum C–NMR dengan teknik tanpa dekopling proton, no proton
decoupling (Gambar 6.1c) seluruh resonansi karbon terprotonkan muncul sebagai
multiplet dan struktur multiplet selaras dengan proton yang terikat. Gugus metil (CH3)
muncul sebagai kuartet, gugus metilen (CH2) muncul sebagai triplet, dan gugus metin
(CH) muncul sebagai doblet, sedang karbon karbonil (yang tidak mengandung proton)
muncul sebagai singlet. Dalam Gambar 6.1c, semua tetapan kopling 1JC–H diukur
13
secara langsung dari spektrum. Spektrum C–NMR SFORD (Gambar 6.1d)
menunjukkan adanya multiplisitas yang diharapkan untuk seluruh resonansi tetapi
multiplet lebih merapat (seolah-olah nilai 1JC–H berkurang) sebagai dampak dari
dekopling proton dan pembelahan kurang dari nilai 1JC–H yang sesungguhnya.
Untuk tujuan kebermaknaan atau kejelasan spektrum 13C, biasanya dua buah
spektra disandingkan. Pertama, spektrum dengan dekopling 1H lengkap untuk
memaksimalkan intensitas sinyal dan menyediakan sinyal singlet yang tajam untuk
meminimal-kan overlap beberapa sinyal. Ini adalah spektrum terbaik untuk
menghitung jumlah resonansi dan keakuratan menentukan geseran kimianya.
Kedua, spektrum yang lebih sensitif untuk jumlah proton yang terikat pada setiap C
13
yang memungkinkan merapatkan sinyal C sesuai dengan atom-atom karbonnya,
apakah metil, metilen, metun, ataukan karbon kuarterner.
Jumlah resonansi yang tampak dalam spektrum 13C–NMR secara simultan
menunjukkan jumlah lingkungan 13C berbeda dalam suatu molekul (Tabel 7.1).
13
Apabila jumlah lingkungan C kurang atau lebih sedikit daripada jumlah karbon
dalam molekul yang bersangkutan, patut diduga bahwa molekul tersebut mengandung
sifat simetri sehingga lingkungan inti 13C-nya identik. Pola demikian cukup berguna
untuk memantabkan pola substituen (posisi dimana substituen terikat) dalam
senyawa-senyawa aromatik.

Tabel 7.1 Jumlah resonansi 13C dalam benzena dengan pola substituen yang berbeda

Cl Cl
Cl
Cl Cl Cl Cl Br
Cl
Cl Br
1 4 3 4 VII: Spektroskopi
Sutrisno_______________________Bab 2 13C – NMR
4 6212
Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

7.4 Karakristik Geseran Kimia dalam Spektra 13C–NMR


Pada dasarnya, kecenderungan keterlindungan suatu inti karbon analog
dengan inti proton. Jadi karakter spektra 13C–NMR relatif identik dengan spektra 1H–
NMR. Namun demikian, inti C–13 mempunyai akses yang lebih besar variasinya
terutama yang disebabkan oleh keadaan hibridisasi (geometri ikatan dan distribusi
elektron) daripada inti H–1; dan perubahan hibridisasi karbon juga menyebabkan
perubahan dalam densitas elektronnya sehingga berpengaruh secara nyata pada inti
13
C dibanding inti 13H.
13
Konsekuensinya, geseran kimia C mempunyai rentang yang lebih besar daripada
geseran kimia 1H. Geseran kimia 13C hingga 250 ppm, sedang geseran kimia 1H hanya
~ 12 ppm (lihat Tabel 6.2 dan Tabel 6.3).
Pada spektroskopi 1H–NMR, juga sering muncul sinyal CHCl3 (sebagai akibat
ketidakmurnian dalam CDCl3) di sekitar  7,27 ppm dan memberikan standar internal
sekunder terhadap geseran kimia yang diukur. Dalam spektroskopi 13C–NMR sinyal
karbon dalam CDCl3 muncul sebagai suatu senter triplet pada  77,3 ppm dengan rasio
13
intensitas 1:1:1 (yang mengindikasikan kopling antara C dan 2H). Resonansi ini
13
dapat digunakan sebagai suatu rujukan yang baik untuk geseran kimia spektra C–
NMR yang direkam dalam pelarut ini. Tabel 7.4 memberikan karakteristik geseran
kimia untuk 13C untuk karbon dengan hibridisasi sp3 dalam beberapa gugus fungsional
13
yang umum. Tabel 7.5 memberikan geseran kimia C untuk karbon dengan
hibridisasi sp3 tersubstitusi alkena.

Tabel 7.2 Nilai geseran kimia 13C untuk beberapa senyawa organik
Senyawa  13C (ppm) Senyawa  13C (ppm)
CH4 – 2,1 CH2=CH2 123,3
CH3CH3 7,3 CH3CHO 31,2 (CH3)

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 213


Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

CH3OH 50,2 200,5 (CHO)


CH3Cl 25,6 CH3COOH 20,6 (CH3)
CH2Cl2 52,9 178,1 (COOH)
CHCl3 77,3 CH3COCH3 30,7 (CH3)
CH3CH2CH2Cl 11,5 (CH3) 206,7 (CO)
26,5 (CH2) C6H6 (benzena) 128,0
46,7 (CH2Cl) 150,2 (C-2)
3 2
4 N 123,9 (C-3)
135,9 (C-4)

Tabel 7.3 Rentang geseran kimia 13C gugus khas senyawa organik
Gugus  13C (ppm)
TMS 0

–CH3 (hanya dengan –H atau –R pada C dan C) 0 – 30

–CH2 (hanya dengan –H atau –R pada C dan C) 20 – 45

–CH (hanya dengan –H atau –R pada C dan C) 30 – 60


–C kuarterner (hanya dengan –H atau –R pada C dan C) 30 – 50
O–CH3 50 – 60
N–CH3 15 – 45
–C≡C– 70 – 95
C=C 105 – 145
C (aromatik) 110 – 155
C (hetero-aromatik) 105 – 165
–C≡N 115 – 125
C=O (asam, halida asam, ester, amida) 155 – 185
C=O (aldehida, keton) 185 – 225

Tabel 7.4 Geseran kimia 13C karbon sp3 dalam turunan alkil
CH3 – X CH3CH2 – X (CH3)2CH – X
X
–CH3 –CH3 –CH2– –CH3 –CH–
–H –2,3 7,3 7,3 15,4 15,9
–CH=CH2 18,7 13,4 27,4 22,1 32,3

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 214


Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

–Ph 21,4 15,8 29,1 24,0 34,3


–Cl 25,6 18,9 39,9 27,3 53,7
–OH 50,2 18,2 57,8 25,3 64,0
–OCH3 60,9 14,7 67,7 21,4 72,6
–OCO–CH3 51,5 14,4 60,4 21,9 67,5
–COCH3 30,7 7,0 35,2 18,2 41,6
–CO–OCH3 20,6 9,2 27,2 19,1 34,1
–NH2 28,3 19,0 36,9 26,5 43,0
–NH–COCH3 26,1 14,6 34,1 22,3 40,5
–CN 1,7 10,6 10,8 19,9 19,8
–NO2 61,2 12,3 70,8 20,8 78,8

Tabel 7.5 Geseran kimia 13C karbon sp2 dalam turunan vinil, CH2=CH-X

X =CH2 =CH–
–H 123,3 123,3
–CH3 115,9 136,2
–Ph 112,3 135,8
–CH=CH2 116,3 136,9
–CO–CH3 128,0 137,1

–OCO–CH3 130,3 129,6


–Cl 117,2 126,1
–CN 137,5 108,2
–N(CH3)2 91,3 151,3

Tabel 7.6 Prakiraan geseran kimia () karbon aromatik dalam turunan benzena Ph–
X (ppm) relatif terhadap benzena  128,5 ppm
X ipso ortho meta para
–H 0,0 0,0 0,0 0,0

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 215


Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

–NO2 19,9 - 4,9 0,9 6,1


–CO–OCH3 2,0 1,2 - 0,1 4,3
–CO–CH3 8,9 0,1 - 0,1 4,4
–CN - 16,0 3,5 0,7 4,3
–Br - 5,4 3,3 2,2 - 1,0
–CH=CH2 8,9 - 2,3 - 0,1 - 0,8
–Cl 5,3 0,4 1,4 - 1,9
–CH3 9,2 0,7 - 0,1 - 3,0
–OCO–CH3 22,4 - 7,1 0,4 - 3,2
–OCH3 33,5 - 14,4 1,0 - 7,7
–NH2 18,2 - 13,4 0,8 - 10,0

Tabel 7.7 Karakteristik geseran kimia 13C (C) dalam beberapa


senyawa-senyawa aromatik poliinti dan heteroaromatik

127 132
128 133 130
129
126 125
127

130 123 127


134 132

110 136
126 124
143 125 150
O S N

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 216


Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

RANGKUMAN
13
7.1 Spektroskopi C-NMR merupakan bangunan lanjutan suatu pemahaman
resonansi magnetik inti lain, yakni 1H yang menghasilkan pentingnya
korelasi lebih lanjut berdasarkan fakta eksperimen.

7.2 Sifat magnetik inti yang utama dan bermanfaat untuk studi penentuan
struktur adalah spin inti ½. Untuk alasan praktis, studi diarahkan pada inti
C yang mampu menghasilkan “resolusi tinggi” NMR.
13

13
7.3 Interpretasi spektra C-NMR didasarkan pada tiga tipe informasi yang
saling berhubungan, yakni (1) integrasi puncak-puncak sinyal, (2) geseran
kimia, dan (3) kopling spin-spin 1H – 13C.

7.4 Pembelahan puncak-puncak sinyal memberikan informasi tentang jumlah


atom-atom hidrogen yang diikat karbon. Konsep geseran kimia ()
memberi informasi tentang hubungan antara posisi sinyal dalam spektrum
dengan “lingkungan kimia”nya.

7.5 Kopling spin-spin member penjelasan tentang interaksi antara inti-inti


magnet dalam suatu set inti lainnya. Kopling spin-spin menyediakan
informasi tentang inti tetangga, mampu memberikan struktur yang lebih
mantap.

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 217


Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, R. J., D. J. Bendell, P. W. Groundwater. (2004). Organic Spectroscopic


Analysis. Cambridge: The Royal Society of Chemistry.

Field, L.D., S. Sternhell, J. R. Kalman. (2003). Organic Structure from Spectra.


Chichester: John Wiley & Sons, LTD.

Kemp, W. (1986). NMR in Chemistry: A Multinuclear Introduction. London:


MacMillan Education Ltd.

Silverstein, R. M., G. C. Bassler, T. C. Morril. (1991). Spectrometric Identification of


Organic Chemistry 5th Edition. Singapore: John Wiley & Sons Inc.

Silverstein, R. M., F. X. Webster, D. J. Kiemle. (2005). Spectrometric Identification


of Organic Chemistry 7th Edition. New Jersey: John Wiley & Sons Inc.

Sutrisno. (2001). Penentuan Struktur Senyawa Organik. Malang: Jurusan Kimia


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Malang.

Sutrisno. (2003). Spektroskopi NMR. Malang: Jurusan Kimia Fakultas Matematika


dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.

Williams, D., I. Fleming. (1995). Spectroscopic Methods in Organic Chemistry 5th


edition. New York: McGraw Hill.

Williams, K. (1986). NMR in Chemistry: A Multinuclear Introduction. London:


Macmillan Education.

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 218


Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

______________________LATIHAN: PERTANYAAN DAN SOAL

13
1. Berapa banyaknya puncak yang harus terlihat dalam spektrum C-NMR nya
dengan teknik dekopling untuk senyawa-senyawa berikut?
a. benzena
CH3 CH3
b. p-metil toluena
c. o-metil toluena
CH3 CH3 O
d. toluena O
e. dodekana

2. Suatu senyawa rumus molekul C6H8 sangat simetrik memperlihatkan hanya dua
13
puncak tunggal dalam spektrum C-NMR dekopling. Dengan teknik kopling-
proton memperlihatkan triplet dan doblet. Gambarkan struktur senyawa ini.

3. Prediksikan daerah posisi geseran kimia dalam spektrum 13cC-NMRnya untuk


senyawa-senyawa berikut:
a. 3-metil-2-heksena
b. metilbenzoat
c. sikloheksanon
d. O e. O
CH3
C
NH2

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 219


Spektroskopi Molekul Organik Bab 7

Sutrisno_______________________Bab VII: Spektroskopi 13C – NMR 220

Anda mungkin juga menyukai