Tahun 2001 WHO mencatat jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 450
juta penduduk dunia. Dalam studi yang dilaporkan tahun 2004 di 14 negara
menunjukkan gejala gangguan jiwa rata-rata dialami 10 persen penduduk yang
disurvey. Jika penduduk dunia berjumlah 7 milyar, berarti ada sekitar 700 juta jiwa
yang bermasalah dengan kesehatan mentalnya. Prevalensi tertinggi ditemukan di
Amerika Serikat yakni 26,4 persen dan paling rendah di Nigeria 4,7 persen. Di
Indonesia, jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 11,6 persen dari 238 juta
orang. Dengan kata lain sebanyak 26.180.000 orang penduduk Indonesia menderita
gangguan jiwa baik ringan hingga berat. Di Jakarta angkanya mencapai 14,1 persen
dari jumlah penduduk. Jumlah itu diatas angka nasional sebesar 11,6
persen.Menurut data WHO lagi, seperti yang dikutip Maramis, separuh dari
penduduk Indonesia yang mengidap gangguan jiwa adalah penderita depresi.
Khusus di kota besar faktor penyebab meningkatnya gangguan jiwa adalah stres di
tempat kerja, kemacetan di jalan, persaingan, kegagalan, dan kurang kasih sayang
1
dari orang tua. Penyebab utama gangguan jiwa tersebut ialah frustasi yang dipicu
oleh berbagai aspek. Yang paling berbahaya itu jika dibiarkan terus menerus tanpa
adanya pengobatan karena bisa menyebabkan stres berkelanjutan yang berujung
pada sakit jiwa berat. Akibat lainnya semakin sering terjadi bunuh diri, tawuran, dan
penyalahgunaan narkoba. Isu masalah keluarga dan anak-anak makin kompleks.
Soal perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, dan sebagainya meningkat.
Jumlah rakyat miskin dan mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan yang
mencapai 70 juta jiwa menimbulkan banyak konsekuensi, termasuk kerawanan
sosial dan gangguan jiwa
Persoalan kesehatan jiwa pada level individual dan keluarga yang paling sering
dijumpai adalah bunuh diri dan kekerasan domestik. Pada tahun 1990-2016, jumlah
kematian akibat bunuh diri sebesar 8.580 jiwa. Jumlah kematian akibat bunuh diri di
2
Indonesia, diprediksi merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia
penyebab bunuh diri antara lain yaitu kesepian, perundungan dan kekerasan
seksual. Fakta ini sesuai dengan temuan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang
menunjukkan bahwa banyak kanak-kanak dan orang muda melakukan tindakan
bunuh diri sebagai akibat kekerasan fisik, kekerasan seksual dan perundungan off-
line maupun on-line. Sementara itu efek media atau yang dikenal dengan Werther
effect juga diduga memperparah peningkatan angka bunuh diri. (Kresna, 2019)
Gangguan jiwa tidak pandang usia, status sosial dan agama. Menurut Direktur
Kesehatan Jiwa Kementrian Kesehatan, Irmansyah, 90% penderita gangguan jiwa
tidak berobat ke psikiater (Kompas, 2011). Hal ini bisa dimaklumi mengingat ada
kendala masyarakat mengakses ke profesional bidang kesehatan jiwa, yaitu:
5. Adanya perasaan malu dan aib. Sebagian masyarakat merasa malu jika
ada anggota keluarganya sakit jiwa. Mereka lebih memilih
menyembunyikan pasien di rumah dengan cara di pasung atau dikurung
3
Undang-Undang Republik Indonesia No.18 tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa menyatakan bahwa kesehatan jiwa adalah kondisi yang menunjukkan seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi di komunitasnya. Oleh
karena itu upaya kesehatan jiwa di Indonesia mencakup setiap kegiatan untuk
mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga dan
masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan atau masyarakat.
Kesehatan mental adalah fondasi dasar yang penting untuk kesejahteraan dan
fungsi efektif untuk individu dan masyarakat. Setiap orang rentan mengalami
gangguan mental, tetapi berbeda satu orang dengan orang lainnya. Stres
merupakan peristiwa kehidupan sebagai penyebab terganggunya keseimbangan
psikologis seseorang dan dapat memicu berkembangnya gangguan mental.
Seseorang akan mengalami gangguan mental jika gabungan antara faktor rentan
yang dibawa dengan tekanan (stressor) melebihi batas normal. Seseorang yang
memiliki keturunan (bawaan) dari riwayat orang tua depresi dan mengalami tekanan
(stressor) akan lebih mungkin berkembang menjadi depresi daripada orang yang
tidak mengalami tekanan. Kondisi yang membuat seseorang rentan yakni: keturunan
(genetik), tubuh (biologis), fungsi tubuh (fisiologis), pikiran (kognitif) dan yang
berhubungan dengan kepribadian. Kerentanan juga dapat berupa kondisi seperti
status sosial ekonomi rendah (miskin) atau memiliki orang tua dengan depresi.
Menurut WHO (World Health Organization), karakteristik mental yang sehat, yaitu:
2. Mampu beradaptasi
5
3. Lebih senang memberi daripada menerima
Menurut Sikun dalam Fakhriyani (2019), ciri kejiwaan yang sehat yakni:
5. Mampu belajar mengalah dan merendahkan diri sederajat dengan orang lain
6. Tahu diri, yakni mampu menilai kekuatan dan kekurangan dirinya baik dari
segi fisik maupun psikis secara tepat dan obyektif
6
12. Mampu menyesuaikan diri dalam batas-batas tertentu sesuai dengan norma-
norma kelompok serta tidak melanggar aturan-aturan yang telah disepakati
bersama atau aturan yang ditentukan dalam kelompok
13. Memiliki kemampuan untuk tidak terikat penuh oleh kelompok, artinya
memiliki pendirian sendiri sehingga mampu menilai baik-buruk maupun
benar-salah mengenai kelompoknya
Menurut Malony dalam Simanjuntak (2019) individu yang sehat mental memiliki
karakteristik:
1. Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri. Ia memiliki kesadaran diri yang baik
artinya ia mengetahui dan menerima kelebihan dan kekurangannya
3. Pribadi yang memiliki integritas. Ia hidup sesuai apa yang ia katakan dengan
perbuatannya. Ia memiliki satu keseimbangan antara kekuatan m otivasi dan
falsafah hidup pribadi
4. Memiliki otonomi pribadi artinya mampu menerima penolakan dari luar serta
seorang yang memiliki komitmen hidup
7
kehidupannya) dan keberfungsian yang positif, yang dioperasionalisasikan dengan
pengukuran kesejahteraan subjektif, yaitu persepsi dan evaluasi individu mengenai
kehidupan dan kualitas keberfungsian mereka dalam kehidupan. Individu yang sehat
mentalnya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri,
menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain
serta memiliki sikap hidup yang bahagia. Menjaga kesehatan mental atau
kesejahteraan mental sejatinya melibatkan usaha-usaha yang berkaitan dengan tiga
aspek berikut: (1) menjadi pribadi yang bahagia, yaitu p ribadi yang memahami
makna dalam hidupnya; (2) menjadi pribadi yang menjaga diri dalam emosi yang
positif dan (3) menjadi pribadi yang terus mengasah sisi spiritualnya.
Berikut akan dipaparkan mengenai tujuan dan fungsi kesehatan mental bagi
kehidupan individu
a. Prevention (Pencegahan)
8
yang sehat, misalnya dengan memelihara kesehatan fisik serta
pemenuhan atas kebutuhan psikologis. Cara yang dapat dilakukan
adalah dengan menjaga kesehatan fisik (physical health) serta
pemenuhan kebutuhan psikologis seperti memperoleh kasih sayang,
rasa aman, penghargaan diri, aktualisasi diri sebagaimana mestinya
sehingga individu mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya
9
3) Tidak percaya akan kemampuan diri
10
c. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai melalui integritas
dan kontrol diri, baik dalam cara berpikir, berimajinasi, memuaskan
keinginan, mengekspresikan perasaan serta bertingkah laku
11
k. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai dengan belajar
mengatasi konflik dan frustasi serta ketegangan-ketegangan secara
efektif
1. Pendekatan Biologis
2. Pendekatan Psikologis
12
Pendekatan tersebut meyakini bahwa faktor psikologis berpengaruh besar
pada kondisi mental seseorang, dimana dalam pendekatan psikologis
memiliki 3 pandangan yang besar yang membahas mengenai hal tersebut,
yaitu:
a. Psikoanalisa
b. Behavioristik
c. Humanistik
3. Pendekatan Sosio-Kultural
4. Pendekatan Lingkungan
14
mulai ada upaya bedah otak, dan diyakini bahwa gangguan jiwa disebabkan adanya
kelainan pada otak pasien
Referensi
15