Anda di halaman 1dari 7

Nama : Oktavina Dwiyanti

NIM : 933503319
Kelas . Fiqh Muamalah KPI D
Semester : 3

A. JUDUL
CARA PENGHITUNGAN WARISAN

B. SUB JUDUL

1. Istilah – istilah terkait dengan perhitungan warisan


2. Contoh kasus waris dan cara penyelesaianya
3. Problem waris islam di Indonesia dan cara Penyelesaianya

C. PEMBAHASAN

1. Istilah – istilah terkait dengan perhitungan warisan

1. Waris

Waris adalah orang yang termasuk ahli waris yang berhak menerima warisan. Ada ahli
waris yang sesungguhnya yang memiiki hubungan kekerabatan yang dekat akan tetapi tidak
berhak menerima warisan. Dalam fiqih mawaris, ahli waris semacam ini disebut ini disebut
Zawil alarham. Hak-hak Waris bisa ditimbulkan karena hubungan darah, karena hubungan
perkawinan, dan karena akibat memerdekakan hamba.

2. Mawarrits

Mawarrits ialah orang yang diwarisi harta benda peninggalan. Yaitu orang yang
meninggal baik itu meninggal secara hakiki, secara taqdiry (perkiraan), atau melalui keputusan
hakim. Seperti orang yang hilang (al-mafqud), dan tidak tahu kabar beritanya setelah melalui
pencaharian dan persaksian, atau tenggang waktu tertentu hakim memutuskan bahwa ia
dinyatakan meninggal dunia melalui keputusan hakim.
3. Al-Irts

Al-Irts ialah harta warisan yang siap dibagi kepada ahli waris sesudah diambil untuk
keperluan pemeliharaan zenazah (tajhiz al-janazah), pelunasan utang, serta pelaksanaan wasiat.

4. Waratsah

Waratsah ialah harta warisan yang telah diterima oleh ahli waris. Ini berbeda dengan
harta pusaka yang di beberapa daerah tertentu tidak bisa dibagi-bagi, karena menjadi milik
kolektif semua ahli waris.

5. Tirkah

Tirkahi ialah semua harta peninggalan orang yang meninggal dunia sebelum diambil untuk
kepentingan pemeliharaan zenazah, pelunasan utang, dan pelaksanaan wasiyat yang dilakukan
oleh orang yang meninggal ketika masih hidup.

Secara umum hukum Islam membagi ahli waris menjadi dua macam, yaitu:

1. Ahli waris nasabiyah, yaitu ahli waris yang hubungan kekeluargaannya timbul karena adanya
hubungan darah.

2. Ahli waris sababiyah, yaitu hubungan kewarisan yang timbul karena sebab tertentu, yaitu: -
Perkawinan yang sah (al-musaharah) - Memerdekakan hamba sahaya (al-wala‟) atau karena
perjanjian tolong menolong.

Apabila dilihat dari bagian-bagian yang diterima, dapat dibedakan kepada:

1. Ahli waris ashab al-furud, yaitu ahli waris yang menerima bagian yang telah ditentukan besar
kecilnya, seperti 1/2, 1/3, atau 1/6.

2. Ahli waris „ashabah, yaitu ahli waris yang menerima bagian sisa setelah harta dibagikan
kepada ahli waris ashab al-furu‟.

3. Ahli Waris zawi al-arham yaitu ahli waris karena hubungan darah tetapi menurut ketentuan
Al-Qur'an tidak berhak menerima warisan.

Apabila dilihat dari hubungan kekerabatan (jauh-dekat)nya sehingga yang dekat lebih
berhak menerima warisan daripada yang jauh dapat dibedakan.
1. Ahli waris hijab, yaitu ahli waris yang dekat yang dapat menghalangi yang jauh, atau karena
garis keturunannya menyebabkannya menghalangi orang lain.

2. Ahli waris mahjub, yaitu ahli waris yang terhalang oleh ahli waris yang dekat hubungan
kekerabatannya.

Ahli waris ini dapat menerima warisan, jika yang menghalanginya tidak ada. Jumlah
keseluruhan ahli waris yang secara hukum berhak menerima warisan, baik ahli waris nasabiyah
atau sababiyah, ada 17 orang, terdiri dari 10 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Apabila
dirinci seluruhnya ada 25 orang, 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Agar lebih mudah
dipahami, uraian selanjutnya digunakan jumlah ahli waris 25 orang.

Kategori alhi waris :

1. Ahli waris ashab al-furudh

Ahli waris ashab al-furudh adalah ahli waris yang bagiannya telah diteapkan secara pasti
di dalam al-Qur’an dan hadis Nabi. Mereka menerima harta warisan dalam urutan yang pertama.
Ahli waris yang secara hukum syara’ berhak menerima warisan karena tidak ada yang
menutupnya.

2. Ahli waris ashabah.

Ahli waris ashabah adalah ahli waris yang berhak namun tidak dijelaskan bagiannya
dalam al-Qur’an dan Hadist Nabi. Dia menerima hak dalam urutan kedua. Dia mengambil
seluruh harta bila tidak ada bersamanya ahli waris dzawu al- furudh dan mengambil sisa harta
setelah diberikan lebih dahulu kepada ahli waris dzawu al- furudh yang ada bersamanya.31
Apabila harta warisan itu masih bersisa hendaknya diberikan kepada ahli waris laki-laki yang
terdekat hubungan keluarganya dengan pewaris.

3. Ahli waris Dzawu al-Arham

Ahli waris Dzawu al-Arham adalah orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat
dengan pewaris, namun tidak dijelaskan bagiannya dalam al-Qur’an dan atau Hadis Nabi sebagai
dzawu al-furudh dan tidak pula dalam kelompok ashabah. Bila kerabat yang menjadi ashabah
adalah laki-laki, maka Dzawu al-Arham itu adalah perempuan atau laki-laki melalui garis
keturunan perempuan.
2. Contoh kasus waris dan cara penyelesaianya

seorang perempuan meninggal dunia dengan ahli waris seorang suami, seorang ibu dan seorang
laki-laki. harta yang ditinggalkan sebesar Rp. 150.000.000. Maka pembagiannya sebagai berikut:

AHLI WARIS BAGIAN 12

suami 1/4 3

Ibu 1/6 2

Anak laki-laki 7
ashabah/sisa

majmu' siham 12

*siham, yaitu nilai yang diperoleh dari hasil kali antara asal masalah dengan bagian yang sudah
ditentukan.

*majmu siham adalah jumlah keseluruhan siham

Penjelasan:

a. asal masalah 12

b. suami mendapat bagian 1/4 karena ada anaknya si mayit, sihamnya 3

c. ibu mendapat bagian 1/6 karena ada anaknya si mayit, sihamnya 2

d. anak laki-laki mendapatkan bagian sisa, sihamnya 7

e. nominal harta Rp 150.000.000 dibagi 12 bagian, masing-masing bagian senilai Rp


12.500.000

bagian harta masing-masing ahli waris:

a. suami = 3 x Rp 12.500.00 = Rp 37.500.000


b. ibu = 2 x Rp 12.500.000 = 25.000.000

c. anak laki-laki = 7 xRp 12.500.000 = Rp 87.500.000

jumlah harta terbagi = Rp 150.000.000 (habis terbagi)

3. Problem waris islam di Indonesia dan cara Penyelesaianya

• Kewarisan anak dalam kandungan

kandungan (hamlu) adalah anak yang masih didalam kandunagn ibu, baik laki-laki atau
perempuan.

anak yang masih dalam kandungan ibunya termasuk ahli waris yang berhak mendapatkan
harta warisan sebagaimana ahli waris lainnya.

Batas waktu maksimal dan minimal bagi kandungan

- batas waktu minimal terbentuknya janin dan dilahirkan dlaam keeadaan hidup adalah 6 bulan.
sedangkan batas waktu maksimal ada yang berpendapat dua tahun ada pula yang berpendapat
sembilan tahun.

Khunsa (pewaris waria)

khunsa adalah orang yang diragukan dan tidak diketahui apakah ia laki-laki atau
perempuan.

menghitung kadar bagian khunsa

para ulama sepakat dalam menghitung kadar bagian khunsa musykil dengan
memperkirakan dan menghitungnya sebagi laki-laki kemudian sebagai perempuan. namun
mereka berselisih pendapat dalam menerimakan bagian khunsa musykil tersebut.

Wasiat

wasiat ialah suatu tasharruf (pelepasan) terhadap harta peninggala yang dilaksanakan
sesudah meninggal dunia seseorang. menurut asal hukum, wasiat adalah suatu perbuatan yang
dilakukan dengan kemauan hati dalam keadaan apapun. karenanya, tidak ada dalam syariat islam
suatu wasiat yang wajib dilakukan dengan jalan putusan hakim.
kadar wasiat

para ulama sepakat bahwa orang yang meninggalkan ahli waris tidak boleh memberikan
wasiat lebih dari 1/3 hartanya.

mafqud

mafqud (orang hilang) adalah seseorang yang pergi dan terputus kabar beritanya, tidak
diketahui tempatnya, dan tidak diketahui pula apakah masih hidup atau sudah meninggal, sedang
hakim menetapkan kematiannya.

Batas waktu untuk menetapkan kematian mafqud

para ulama fiqh berselisih pendapat tentang batas waktu untuk menetapkan kematian mafqud.
Imam Malik berpendapat bahwa masa tunggu seseorang yang dapat dikategorikan sebagai
mafqud adalah empat tahun

pembagian harta kewarisan mafqud

• mafqud sebagai orang yang mewariskan, hartanya tetap menjadi miliknya dan tidak
dibagikan diantara ahli warisnya sampai nyata kematiannya atau hakim menetapkan
kematiannya. apabila ternyata ia masih hidup ia mengambil hartanya, apabila ia sudah
meninggal hartanay diwarisi oleh orang yang menjadi pewarisnya pada waktu ia
meninggal atau hakim menetapkan kematiannya.

• mafqud sebagai pewaris dari orang lain, bagiannya dari harta peninggalan orang yang
mewariskan itu ditahan sampai jelas persoalannya. apabila ia muncul dalam keadaan
hidup, ia berhak mengambilnya. jika ditetapkan keamtiannya, bagian itu dikembalikan
kepada ahli waris yang berhak di saat kematian orang yang mewariskan.

D. KESIMPULAN

Waris adalah berbagai aturan tentang perpindahan hak milik seseorang yang telah
meninggal dunia kepada ahli warisnya. Dalam istilah lain, waris disebut juga dengan fara‟idh
artinya bagian tertentu yang dibagi menurut agama Islam kepada semua yang berhak
menerimanya.
Sedangkan faraidh, merupakan bentuk jamak dari faraidhah. Kata ini derivative dari
fardhu. Fardhu dalam istilah ulama‟ mawaris adalah bagian tertentu bagi para ahli waris yang
telah ditetapkan oleh syara‟ seperti setengah (nisyfu), seperempat (rubu‟), sepertiga (tsuluts),
seperenam dan lain-lain.

Kajian masalah-masalah waris didalam hukum Islam, merupakan salah satu materi
pembahasan ilmu fiqih yang terpenting. Karena itulah para ahli fiqih telah mengkaji masalah-
masalah yang berkaitan dengan warisan, dan menulis karya-karya mengenai masalah-masalah
waris ini, dan menjadikannya suatu ilmu yang berdiri sendiri dan menamakannya ilmu fiqih
mawaris dalam istilah lain dinamakan juga ilmu faraidh.

E. PERTANYAAN

1. Apa saja istilah – istilah terkait dengan perhitungan warisan ?


2. Bagaimana contoh kasus waris dan cara penyelesaianya ?
3. Bagaimana problem waris islam di Indonesia dan cara Penyelesaianya ?

F. REFERENSI

http://repository.radenintan.ac.id/1520/3/BAB_II.pdf

http://eprints.walisongo.ac.id/6717/3/BAB%20II.pdf

http://repository.uin-suska.ac.id/6390/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai