1. ROSC
Kembalinya aktifitas jantung yang berkelanjutan dengan pernafasan yang signifikan setelah
serangan jantung.
Kembalinya sirkulasi secara spontan pada orang2 yang mengalami gangguan pada jantung
setelah dilakukan RJP. RJP tindakan pertolongan pada orang yang mengalami gang
jantung dan pernafasan agar oksigen tetap bereddar di tubuh.
Persebaran Nyeri :
1. Kardial
a. Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri substernal yang
menjalar ke aksila dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan terutama
lebih sering ke lengan kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epigasterium,
leher, rahang, lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri dada substernal.
Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral akan terangsang selama
iekemik miokard, akan tetapi korteks serebral tidak dapat menentukan
apakah nyeri berasal sari miokard. Karena rangsangan saraf melalui medula
spinalis T1-T4 yang juga merupakan jalannya rangsangan saraf sensoris dari
sistem somatis yang lain. Iskemik miokard terjadi bila kebutuhan 02 miokard
tidak dapat dipenuhi oleh aliran darah koroner. Pda penyakit jantung
koroner aliran darah ke jantung akan berkurang karena adanya penyempitan
pembuluh darah koroner. Ada 3 sindrom iskemik yaitu :
- Angina stabil ( Angina klasik, Angina of Effort) : Serangan nyeri dada khas
yang timbul waktu bekerja. Berlangsung hanya beberapa menit dan
menghilang dengan nitrogliserin atau istirahat. Nyeri dada dapat timbul
setelah makan, pada udara yang dingin, reaksi simfatis yang berlebihan
atau gangguan emosi.
- Angina tak stabil (Angina preinfark, Insufisiensi koroner akut) : Jenis
Angina ini dicurigai bila penderita telah sering berulang kali mengeluh
rasa nyeri di dada yang timbul waktu istirahat atau saat kerja ringan dan
berlangsung lebih lama. I
- nfark miokard : Iskemik miokard yang berlangsung lebih dari 20-30 menit
dapat menyebabkan infark miokard. Nyeri dada berlangsung lebih lama,
menjalar ke bahu kiri, lengan dan rahang. Berbeda dengan angina
pektoris, timbulnya nyeri dada tidak ada hubungannya dengan aktivitas
fisik dan bila tidak diobati berlangsung dalam beberapa jam. Disamping
itu juga penderita mengeluh dispea, palpitasi dan berkeringat. Diagnosa
ditegakan berdasarkan serioal EKG dan pemeriksa enzym jantung.
b. Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada prekordinal atau
substernal yang dapat berlangsung sebentar maupun lama. Adanya murmur
akhir sisttolik dan mid sistolik-click dengan gambaran echokardiogram dapat
membantu menegakan diagnosa.
c. Stenosis aorta berat atau substenosis aorta hipertrofi yang idiopatik juga
dapat menimbulkan nyeri dada iskemik.
2. Perikardikal
Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis diatas diafragma.
Nyeri perikardila lokasinya di daerah sternal dan area preokordinal, tetapi dapat
menyebar ke epigastrium, leher, bahu dan punggung. Nyeri bisanya seperti ditusuk
dan timbul pada aktu menarik nafas dalam, menelan, miring atau bergerak. Nyeri
hilang bila penderita duduk dan berdandar ke depan. Gerakan tertentu dapat
menambah rasa nyeri yang membedakannya dengan rasa nyeri angina. Radang
perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri epigastrum dan punggung
seperti pada pankreatitis atau kolesistesis.
3. Aortal
Penderita hipertensi, koartasio aorta, trauma dinding dada merupakan resiko tinggi
untuk pendesakan aorta. Diagnosa dicurigai bila rasa nyeri dada depan yang hebat
timbul tibatiba atau nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat menyerupai infark
miokard akan tetapi lebih tajam dan lebih sering menjalar ke daerah interskapuler
serta turun ke bawah tergantung lokasi dan luasnya pendesakan.
4. Gastrointestinal
5. Mulkuloskletal
Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago sering
menyebabkan nyeri dada setempat. Nyeri biasanya timbul setelah aktivitas fisik,
berbeda halnya nyeri angina yang terjadi waktu exercis. Seperti halnya nyeri
pleuritik. Neri dada dapat bertambah waktu bernafas dalam. Nyeri otot juga timbul
pada gerakan yang berpuitar sedangkan nyeri pleuritik biasanya tidak demikian.
6. Fungsional
Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau prekordinal, rasa tidak enak di
dada, palpilasi, dispnea, using dan rasa takut mati. Gangguan emosi tanpa adanya
klealinan objektif dari organ jantung dapat membedakan nyeri fungsional dengan
nyeri iskemik miokard.
7. pulmonal
Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis dapat
menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan. Pada emboli paru
akut nyeri dada menyerupai infark miokard akut dan substernal. Bila disertai dengan
infark paru sering timbul nyeri pleuritik. Pada hipertensi pulmoral primer lebih dari
50% penderita mengeluh nyeri prekordial yang terjadi pada waktu exercise. Nyeri
dada merupakan keluhan utama pada kanker paru yang menyebar ke pleura, organ
medianal atau dinding dada.
Dokter, P., Kardiovaskular, S., & Ketiga, E. (2015). Pedoman Tatalaksana Sindrom
Koroner Akut Edisi Ketiga.
RR : 28 x/menit
SpO2 : 97%
Afif Nurul Hidayati Muhammad Ilham Aldika Akbar Alfian Nur Rosyid. GAWAT DARURAT
MEDIS DAN BEDAH. RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA. 2018
Nyeri bisa dari zat kimia spt bradikinin, serotonin, histamine, ion kalium, asam,
asetilkolin, enzim proteolitik
Keluhan sesak napas à diberikan terapi O2, tapi karena SpO2 = 97%
95-100% =normal, dapat diberi terapi O2 melalui nasal kanul = 3-4L , FiO2 = 29-36%
Aspirin
Dosis aspirin secara oral untuk mendapatkan efek analgetik dan antipiretik adalah 300-900 mg,
diberikan setiap 4-6 jam dengan dosis maksimum 4 g sehari dan konsentrasi dalam plasma 150-
300 mcg/ml. Untuk mendapatkan efek antiinflamasi, doss yang digunakan adalah 4-6 g secara
oral per hari. Untuk mendapatkan efek antiagregasi platelet, dosis yang digunakan adalah 60-80
mg secara oral per hari
Dosis aspirin 80 mg per hari (dosis tunggal dan rendah) dapat menghasilkan efek antiplatelet
(penghambat agregasi trombosit). Secara normal, trombosit tersebar dalam darah dalam bentuk
tidak aktif, tetapi menjadi aktif karena berbagai rangsangan. Membran luar trombosit
mengandung berbagai reseptor yang berfungsi sebagai sensor peka atas sinyal-sinyal fisiologik
yang ada dalam plasma. Efek antiplatelet aspirin adalah dengan menghambat sintesiss
tromboksan A2 (TXA2) dari asam arakidonat dalam trombosit oleh adana proses asetilasi
irreversibel dan inhibisi siklooksigenase, suatu enzim penting dalam sintesis prostaglandin dan
tromboksan A2
Farmakokinetika Aspirin
Aspirin diabsorpsi dengan cepat dan praktis lengkap terutama di bagian pertama duodenum.
Namun, karena bersifat asam sebagian zat diserap pula di lambung. Aspirin diserap dalam
bentuk utuh, dihidrolisis menjadi asam salisilat terutama dalam hati
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Farmakologi Dasar dan Klinik. Terjemahan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014.
12. apa saja tanda- tanda dari ROSC
Terdapat gerakan pada salah satu / lebih dari anggota gerak. Apabila terjadi hal
demikian, maka kompresi dada harus dihentikan, dan penolong memeriksa pulsasi A.
carotis communis apakah ada denyutan apa tidak.
Tekanan darah arteri menunjukkan ejeksi ritmis darah dari ventrikel kiri ke aortaTerdapat
kenaikan yang tajam saat kontraksi ventrikel kiri mencapai puncak secara perlahan
Tanda terjadinya ROSC adalah adanya nadi karotis teraba dan tekanan darah terukur. Pasien
tidak bisa dikatakan terjadi ROSC jika tidak disertai bukti sirkulasi terjadi dengan baik yaitu
nadi teraba selama 10 menit.
Neumar R, et al. Part 8: Adult Advanced Cardiovascular Life Support: 2010 American
Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care.
13. apa saja kriteria resusitasi AHA 2015
PERKI. Buku Ajar Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut ACLS Indonesia. Kosasih A,
editor. Jakarta; 2016.
Kecelakaan parah, misalnya mengalami luka bakar atau cedera parah di kepala
Perawatan untuk memulihkan kondisi pasien setelah menjalani operasi
Infeksi parah, seperti pneumonia atau sepsis
Serangan jantung, stroke atau gagal ginjal
Marshall J. C. et al. (2017). What is an Intensive Care Unit? A Report of the Task Force of the
World Federation of Societies of Intensive and Critical Care Medicine. Journal of Critical Care.
37, pp. 270-276.
Niemann JT, Garner D, Lewis RJ. Left Ventricular Function after Monophasic and
Biphasic and Monophasic Waveform Defibrillation. Available at :
http://www.eMedicine.com. Accessed September 5, 2005
20. sebut jelaskan farmakodinamik dari obat- obatan terkait dengan SKA (emergency dan
tata laksana SKA)
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KARDIOVASKULAR INDONESIA. PEDOMAN
TATALAKSANA SINDROM KORONER AKUT. EDISI KETIGA. 2015