Anda di halaman 1dari 9

Fungsi penerapan keselamatan pasien terhadap rumah sakit

Aminullah harahap/161101067
Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Sumatera
Utara

aminharahap63@gmail.com

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan instansi pelayanan kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien
serta masyarakat yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi
dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien serta masyarakat sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit (Undang-Undang tentang Kesehatan dan Rumah Sakit Pasal 29b UU
No.44/2009). Pasien maupun masyarakat sebagai pengguna pelayanan kesehatan berhak memperoleh
keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit (Undang-Undang tentang
Kesehatan dan Rumah Sakit Pasal 32n UU No.44/2009). Keselamatan pasien merupakan langkah
kritis pertama untuk memperbaiki kualitas pelayanan di rumah sakit. Tercermin dari laporan Institute
Of Medicine (IOM) tahun 2000 tentang KTD (adverse event) di rumah sakit kota Utah dan Colorado
sebesar 2,9% dan 6,6% KTD berupa meninggal dunia. Di kota New York KTD (adverse event)
sebesar 3,7% dan 13,6% KTD berupa meninggal dunia. Angka kematian akibat KTD pada pasien
rawat inap di Amerika adalah 33,6 juta di tahun 1997, di kota Utah dan Colorado berkisar 44.000,
sementara di New York 98.000 per tahun (IOM, 2000). Laporan tersebut mencerminkan bahwa
keselamatan pasien kurang diterapkan, sehingga banyak KTD yang akhirnya menciptakan pelayanan
kesehatan yang kurang bermutu.

Kata kunci : Penerapan, keselamatan pasien, rumah sakit

PENDAHULUAN

Keselamatan menjadi isu global dan terangkum dalam lima isu penting yang terkait di
rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang dapat berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Lima aspek keselamatan tersebut penting untuk dilaksanakan,
namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien.
Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan terkait dengan isu mutu dan
citra perumahsakitan (Depkes, 2009).
Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang berkaitan dengan
pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit. Stakeholder mempunyai tanggungjawab
memastikan tidak ada tindakan yang membahayakan pasien. Masyarakat, pasien, dokter, tenaga
perawat, tenaga kesehatan, peneliti, kalangan professional, lembaga akreditasi rumah sakit dan
pemerintah memiliki tanggung jawab bersama dalam upaya keselamatan pasien (Ballard, 2010).
Mutu pelayanan merupakan hasil dari sebuah sistem dalam organisasi pelayanan
kesehatan dipengaruhi oleh komponen struktur dan proses. Organisasi (struktur dan budaya),
manajemen, sumber daya manusia, teknologi, peralatan, finansial sebagai komponen dari sebuah
struktur. Adapun proses dari pelayanan ialah, prosedur tindakan, sistem informasi, sistem
administrasi, sistem pengendalian, pedoman merupakan komponen proses. Keselamatan pasien
merupakan hasil interaksi antara komponen struktur dan proses. Mutu pelayanan rumah sakit
dapat dilihat dari segi aspek-aspek sebagai berikut: aspek klinis (pelayanan dokter, perawat dan
terkait teknis medis), aspek efisiensi dan efektifitas pelayanan, keselamatan pasien dan kepuasan
pasien (Donabedian 1988, dalam Cahyono, 2009).

TUJUAN PENELITIAN
Pengkajian ini untuk mengetahui tingkat kepuasaan pasien dalam penerapan keselamatan
pasien terhadap rumah sakit serta di harapkan dapat digunakan sebagai informasi dan refrensi
bagi mahasiswa khususnya keperawatan dalam pembelajaran keselamatan kesehatan di rumah
sakit. Serta mengetahui tingkat kepuasaan pasien dalam penerapan keselamatan pasien terhadap
rumah sakit.

METODE

Jenis dan rancangan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu untuk menggali informasi
tentang penerapan manajemen pasien safety dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah
sakit. Penelitian ini dilakukan di departemen panitia Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Rumah sakit di Medan

HASIL

Gambaran Umum di Rumah Sakit sudah memiliki unit-unit pelayanan kesehatan, seperti
poliklinik, penunjang medik, dan unit-unit pelayanan non medik. Untuk rawat inap terbagi
beberapa kelas (super VIP, VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III). Kapasitas tempat tidur yang
tersedia di Rumah Sakit sebanyak 222 TT (Tempat Tidur). Rumah Sakit juga memiliki fasilitas
layanan angkutan pasien (ambulance), angkutan jenazah, serta layanan parkir kendaraan.

PEMBAHASAN

Keselamatan pasien pada pelayanan keperawatan menjadi suatu yang harus diterapkan.
Pemberian pelayanan kepada pasien lebih aman pada saat di dalam proses perawatan di rumah
sakit. Keselamatan pasien RS dapat dinilai dengan melihat sasaran keselamatan pasien atau yang
sering dikenal dengan International Patient Safety Goals (IPSG). Tujuan mendasar keselamatan
pasien disusun dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi,
selalu menilai peningkatan keselamatan pasien di RS. Sasaran keselamatan pasien dapat dibagi
menjadi 6 adalah: Identifitas pasien tepat, Ketepatan berkomunikasi, waspada terhadap obat yang
mirip, Ketepatan titik operasi, cara serta pasiennya, menurunkan potensial terjadi infeksi dan
menghindari pasien terjatuh (PMK RI, 2017). Sasaran keselamatan pasien ini menjadi indikator
pelaksanaan pelayanan kesehatan yang bermutu. Dalam melakukan penerapan keselamatan
pasien di rumah sakit petugas medis harus memperhatikan beberapa point yaitu Mengidentifikasi
pasien dengan tepat, meningkatkan komunikasi efektif, meningkatkan keamanan Obat-obatan
risiko tinggi, memastikan keamanan pre dan post pasca operasi, mengurangi risiko infeksi akibat
perawatan kesehatan, mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh, pengukuran keselamatan
pasien. Apabila point-point dapat tercapai dengan baik maka dapat menghasilkan kepuasan
pasien serta keluarga di saat berkunjung.
A. Kepuasan Pasien
Kepuasan merupakan perasaan seseorang yang dapat terpenuhi akan kebutuhan, harapan dan
keinginan. Kepuasan pasien dapat diartikan suatu keinginan pasien untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang baik sehingga merasa mendapatkan kepuasan. Pasien adalah orang
sakit atau penderita yang memperoleh pelayanan di suatu unit pelayanan kesehatan (KBBI,
2017). Kepuasan pasien adalah perasaan senang ataupun perasaan kecewa seorang pasien setelah
membandingkan hasil penampilan produk dan jasa dengan harapan yang diinginkan (Kotler &
Keller, K, 2012). Kepuasan pasien adalah opini pasien tentang perawatan yang diterima dari
perawat (Wagner & Bear, 2008). Kepuasan pasien merupakan emosi, persepsi dan perasaan
tentang pelayanan yang diberikan (Mohan & Kumar, 2011).
Kepuasan pasien dapat di ukur dengan cara model pengukuran kualitas pelayanan kesehatan
yang telah diterapkan yaitu model service quality (SERVQUAL) dikembangkan oleh
Parasuraman (1989). SERVQUAL yaitu pendekatan yang digunakan untuk mengukur kualitas
pelayanan dengan membandingkan antara harapan dan persepsi terhadap layanan yang diterima
(Latiff, A., Yunus, M., Din, C., Ma’on, 2013). Dimensi pelayanan kesehatan yang
mempengaruhi kepuasan pasien terdiri dari 5 dimensi meliputi tangibles (bukti fisik), reliability
(kehandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan) dan emphaty (empati)(Lei &
Jolibert, 2012). Tingkatan dikuantitaskan dengan menggunakan penilaian bertingkat yaitu:
sangat tidak puas=1, tidak puas=2, puas=3, sangat puas=4. Pada penelitian kepuasan pasien ini
diukur dengan kategori kurang puas dan puas. Kategori kurang puas apabila nilai mean < 69, dan
puas apabila nilai mean ≥ 69 dilakukan rentang penilaian 23—92.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien


Kepuasan pasien saat mendapatkan pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kelas perawatan,
komunikasi-informasi, faktor lingkungan-organisasi dan keterampilan.
 Umur : jumlah usia pasien yang dihitung dari ulang tahun terakhir. Umur dalam
penelitian ini adalah pasien dewasa dengan 17 tahun ke atas saat menjalani perawatan di
RSUP Persahabatan Umur menjadi faktor yang signifikan dari kepuasan. Pasien yang
lebih tua umumnya lebih merasa puas dibandingkan dengan yang lebih muda. Pasien
yang lebih tua akan merasa puas dengan pelayanan di rumah sakit karena harapannya
lebih rendah (Özlü & Uzun, 2015).
 Jenis kelamin : identitas pasien yang dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.Jenis
kelamin mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan. Pelayanan
keperawatan yang dirasakan pasien laki-laki lebih merasa puas dibandingkan dengan
pasien perempuan di salah satu rumah sakit daerah (Rinami, Purwasih, Sersanti, Hanum,
& Ivon, 2015). Pasien laki- laki lebih merasa puas dengan pelayanan perawatan
dibanding dengan pasien perempuan (Dzomeku et al., 2013).
 Pendidikan : Proses pembelajaran individu agar dapat mengerti memahami sesuatu.
Pasien dengan level pendidikan yang rendah memiliki kepuasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pasien yang memiliki level pendidikan lebih tinggi. Hal ini
disebabkan pasien dengan level pendidikan yang lebih tinggi dapat mengakses informasi
terkait perawatannya di rumah sakit sehingga dapat membandingkan perawatan yang
diterima dengan informasi yang diketahui,
 Pekerjaan : Suatu kegiatan yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya
sehari-hari. Pekerjaan merupakan mata pencaharian seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidup individumaupun keluarganya. Pekerjaan menentukan tingkat kepuasan
pasien, pasien yang bekerja lebih merasa puas terhadap pelayanan keperawatan
yangditerima saat dirawat di RS dibandingkan dengan pasien yang tidak bekerja
(Novitasari, Muhammad, & Kaporina, 2014).
 Kelas perawatan : Suatub perbedaan ruangan pasien terkait fasilitas yang diberikan dari
rumah sakit. Status sosial ekonomi dihubungkan dengan dengan kelas rawat pasien di
rumah sakit. Seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang baik berkesempatan
untuk menggunakan dan mendapatkan fasilitas pelayanan yang lebih baik daripada pasien
yang memiliki sosial ekonomi rendah (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2017).

C. Manajemen Keperawatan
Manajemen merupakan sebuah proses koordinasi dan integrasi dari sumber- sumber melalui
aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan dan
pengendalian untuk mentuntaskan tujuan umum dan khusus dari institusi. Manajemen
adalah melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain (Tappen & Weiss 2014). Manajemen
memiliki lima fungsi yaitu : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
(Marquis & Huston, 2015).
1. Perencanaan : Suatu upaya untuk memutuskan apa yang akan dilakukan, siapa yang
melakukan, bagaimana, kapan dan dimana hal tersebut dapat dilakukan. Perencanaan
yaitu proses yang proaktif dan memiliki tujuan (Marquis & Huston, 2015) Perencanaan
berfungsi sebagai mengatasi masalah yang akan dihadapi, mempermudah tujuan
organisasi, memudahkan membuat rencana baru, memberikan arah lebih jelas,
mengefektif dan mengefisienkan penggunaan sumber daya, mengurangi risiko kegagalan,
menjadi landasan fungsi pengendalian, evaluasi dan revisi (Marquis & Huston, 2015).
2. Pengorganisasian : Suatu kegiatan yang meliputi penetapan hubungan antar staf,
prosedur diuraikan, persiapan perlengkapan untuk organisasi, pemberian tugas staf.
Penetapan hubungan antar staf melalui struktur organisasi menetapkan hubungan
formal, komunikasi, kekuasaan resmi untuk bertindak dan kewenangan (Marquis &
Huston, 2015). Prinsip-prinsip pengorganisasiaan yaitu adanya komando, kesatuan
perintah, rentang kendali dan spesialisasi (Marquis & Huston, 2015). Seorang manajer
bertanggung jawab secara berkala memeriksa jumlah staf sesuai rantai komando
memastikan tugastugas dijalankan. Manajer tingkat atas memiliki rentang kendali yang
sempit, tetapi manajer tingkat lainnya memiliki rentang kendali yang luas.
3. Ketenagaan : Proses ketenagaan adalah sesuatu kegiatan dalam menentukan jumlah tipe
tenaga yang sedang diperlukanuntuk merekrut tenaga baru, mewawancara, pekerjaan
seseorang berdasarkan deskripsi hasil kerja yang telah ditetapkan, menggunakan sumber
daya organisasi untuk orientasi, setiap pegawai tersosialisasi terhadap nilai organisasi,
budaya organisasi, kembangkan program pendidikan staf yang akan membantu pegawai
memenuhi tujuan organisasi, penjadwalan yang fleksibel berdasarkan kebutuhan untuk
meningkatkan produktivitas dan retensi (Marquis & Huston, 2015). Ketersediaan tenaga
keperawatan yang sesuai dengan beban kerja diperlukan agar tercapai pelayanan
keperawatan bermutu.
4. Pengarahan: Suatu aktivitas memimpin bawahan, memberikan contoh dan memberikan
arahan pada bawahan. Pengarahan adalah kegiatan memotivasi, memimpin bawahan
untuk melakukan kegiatan yang direncanakan (Huber, 2010). Komponen pengarahan
meliputi: memotivasi, menciptakan suasana, membina komunikasi organisasi, supervisi
dan menginspirasi orang lain untuk mencapai tujuan (Marquis & Huston, 2015).

5. Pengendalian adalah aktivitas membandingkan hasil yang telah dilaksanakan sesuai


dengan standar yang sudah ditetapkan serta melakukan koreksi jika dibutuhkan.
Pengendalian yaitu proses pengamatan secara berkelanjutan terhadap rencana kerja yang
telah dibentuk dan melakukan koreksi terhadap kesalahan yang terjadi (Huber,2010).
Manajer perawat memiliki peran penting dalam memperbaiki kepuasan pasien dengan
cara menerapkan budaya caring, melakukan ronde keperawatan, menciptakan lingkungan
kerja yang positif, memberdayakan tenaga perawat, berperan sebagai agen perubahan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan secara berkelanjutan dan mengikuti
perubahan eksternal seperti kemajuan teknologi terhadap keperawatan (Philip, 2014).

D. Peran Manajemen
Manajer/ Manajemen memiliki peran penting dalam membimbing dan memberdayakan
tenaga perawat. Peran manajer dikerjakan untuk meyakini bahwa tenaga perawat melakukan
pekerjaan dan bekerja dengan baik (Tappen & Weiss, 2014). Manajer secara umum memiliki 3
peran yaitu: peran interpersonal, peran informational, peran decisional.
1) Peran interpersonal : Merupakan kegiatan yang dikerjakan oleh seorang manajer dalam
menjalankan hubungan dengan rekan kerja baik yang internal maupun eksternal. Tiga
macam peran manajer dalam peran interpersonal yaitu figurehead, leadership dan
liaison. Peran sebagai figurehead merupakan simbol sebagai pemimpin yang
membutuhkan sejumlah penampilan tugas-tugas legal dan sosial (Mengkoordinir suatu
acara atau kegiatan). Peran kepemimpinan memiliki tanggung jawab untuk memotivasi,
memimpin dan mengendalikan staf (Thoha, 2013). Peran penghubung merupakan peran
dalam mempertahankan jaringan kontak di luar organisasi. Manajer melakukan interaksi
dengan tenaga perawat dan orang di luar organisasi sehinggan terjadi pergantian
informasi.
2) Peran informational : Peran manajer dalam peran informasional terbagi atas 3: monitor
untuk mengumpulkandan menerima informasi, disseminator untuk menyebarkan
informasi yang diperoleh dari pihak luar ke dalam anggota organisasi dan spoke person
untuk mewakil organisasi sebagai juru bicara.
3) Peran decisional : Peran pengambil keputusan seorang manajer terbagi atas 4:
entrepreneur (wirausaha), disturbance handler (menyelesaikan masalah), resource
allocator (mengalokasikan sumber daya) dan negotiator (juru runding). Peran ini adalah
peran yang rumit disebabkan oleh pengambilan keputusan strategis bagi organisasi
(Thoha, 2013).Pengambilan keputusan dalam organisasi terdiri dari 2 keputusan yaitu
terprogram dan tidak terprogram (Greenber, 2011).

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Brown, J. K. (2016). Relationship between Patient Safety Culture and Safety Outcome Measures
among Nurses. ProQuest Dissertations Publishing, 1–80. Cahyadi, S. R., & Mudayana, A. A.
(2014). Hubungan mutu pelayanan dengan kepuasan pasien di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta unit II. Journal Respati, 40–49.
2. Collinson, L., Thorne, K., Dee, S., MacIntyre, K., & Pidgeon, G. (2013). RMO patient safety
forums in New Zealand agents for change.
3. Deptu, A., Trejnowska, E., Ozorowski, T., & Hryniewicz, W. (2015). Risk factors for healthcare-
associated infection in light of two years of experience with the ECDC point prevalence survey of
healthcare-associated infection and antimicrobial use in Poland. Journal of Hospital Infection, 90,
310–315. https://doi.org/10.1016/j.jhin.2015.03.005
4. Aiken, L. H., Walter, S., Den, H. K. Van, M, S. D., Reinhard, B., Martin, M., … Strømseng, I.
(2012). Patient safety, satisfaction, and quality of hospital care: cross sectional surveys of nurses
and patients in 12 countries in Europe and the United States. BMJ, 1717(March), 1–14.
https://doi.org/10.1136/bmj.e1717
5. Akhmad, M. (2008). Hubungan antara Persepsi Pasien terhadap Dimensi Mutu Pelayanan
Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Ruangh Rawat Inap Rumah Sakit Umum PKU
Muhammadiyah Temanggung. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia.
6. Anjaryani, W. D. (2009). Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Pelayanan Perawat di RSUD
Tugurejo Semarang. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia.
7. Bauk, I., Rahman, K. A., & Ariyanti, S. (2013). Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kualitas
Pelayanan: Persepsi Pasien Pelayanan Rawat Inap RSUD Majene Tahun 2013, 1–12.
8. JCI. (2015). Sentinel Event Alert, Issue 55: Preventing falls and fall-related injuries in health
care facilities. JCI.
9. JCI. (2017). Hospital National Patient Safety Goals.
10. KBBI. (2017). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
11. Kemenkes Republik Indoneasia. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (2008).
12. Simamora, R. H. (2018). Buku Ajar Keselamatan Pasien Melalui TimbangTerimaPasien Berbasis
Komunikasi Efektif: SBAR
13. Mohan, D. R., & Kumar, K. S. A. I. (2011). A study on the satisfaction of patients with reference
to hospital services. Journal of Business Economics & Management Research, 1(3), 15–25.
14. Pouragha, B., & Zarei, E. (2016). The Effect of Outpatient Service Quality on Patient Service
Quality on Patient Satisfaction in Theaching Horpitals in Iran. Original Paper, 21–25.
https://doi.org/10.5455/msm.2016.28.21-25
15. Prasetyo, B. I. D., & Hartanti, R. D. (2017). Gambaran Upaya Pencegahan Risiko Jatuh oleh
Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan, 1–12.

Anda mungkin juga menyukai