Anda di halaman 1dari 3

STUDENT LOAN, SOLUSI TAPI MASALAH !

Pada tanggal 15 Maret 2018 lalu Presiden Joko Widodo memberikan sebuah 'pekerjaan
rumah (PR)' bagi perbankan nasional untuk menyediakan sebuah layanan Kredit Pendidikan /
Student Loans. Alasan utama untuk mengadakan Kredit Pendidikan ini adalah untuk
meningkatkan akses kepada seluruh rakyat Indonesia agar dapat menempuh pendidikan di
Perguruan Tinggi, karena rata-rata masyarakat Indonesia gagal melanjutkan untuk menempuh ke
jenjang Perguruan Tinggi dikarenakan tidak mempunyai biaya yang cukup. Kredit pendidikan
adalah pinjaman untuk para pelajar untuk menyelesaikan pendidikan yang meliputi untuk
keperluan biaya pokok perkuliahan, biaya hidup, dan biaya lainnya yang dibutuhkan selama
berkuliah. Gagasan ini juga diharapkan dapat meningkatkan laju dari pertumbuhan kredit
perbankan di masyarakat Indonesia.

Melihat Student Loan di negara lain

Indonesia atau lebih tepatnya Bapak Joko Widodo terinspirasi dengan Student loan milik
Amerika Serikat. Namun nyatanya, Student loan di Amerika Serikat memiliki fakta yang
menyakitkan. Sekitar 70% dari mereka lulus dengan Student loan dan lebih dari 44 juta warga
AS memiliki total pinjaman pendidikan senilai US$1,4 Triliun (RP 19.258 Triliun). Jika dilihat
penerapan Student Loan di Amerika ini bisa dikatakan gagal, hal ini dikarenakan 6,9 juta
peminjam student loan yang sudah berusia antara 40 dan 49 tahun masih memiliki utang, utang
gabungan mereka berjumlah $229,6 miliar. Artinya, warga negara AS memiliki rata-rata sisa
pinjaman pendidikan sebesar $33.765 per orang di usia 40-an.

Jika Indonesia diperbandingkan dengan Thailand dan Malaysia (yang juga menerapkan
student loan) yang memiliki GDP lebih tinggi, bunga modal lebih rendah dan pendapatan yang
lebih tinggi, mereka memiliki rasio gagal bayar sebesar 54% dan 49%. Maka apabila ini
diterapkan di Indonesia memungkinkan rasio gagal bayar yang lebih tinggi dibanding kedua
negara tersebut. Rasio gagal bayar di Indonesia diperkirakan 73%.

Student Loan di Indonesia sudah (pernah) ada

Student loan sebenarnya bukanlah hal baru di Indonesia. Hal ini dikarenakan pada tahun
1980-an saat pemerintahan Soeharto, student loan pernah diberlakukan dengan nama Kredit
Mahasiswa Indonesia (KMI). Menristekdikti, Muhammad Natsir menceritakan bahwa dirinya
dulu pernah menggunakan KMI. Tepatnya pada 1985 dirinya menggunakan BNI sebagai
debiturnya yang pada saat itu tidak menggunakan bunga dan harus dilunasi setelah bekerja
selama 2-3 tahun. Namun student loan pada masa itu gagal, karena banyak mahasiswa yang tidak
melunasi kredit mereka. Sistem pada saat itu adalah mereka kreditur, ijazahnya akan ditahan
hingga melunasi. Namun nyatanya gagal karena mahasiswa masih bisa produktif menggunakan
ijazah fotocopy berlegalisir, tidak perlu ijazah asli.

Melihat dari segi Hukum


 UU No 12 Thn 2012 Pasal 76 ayat 1 : "Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
Perguruan Tinggi berkewajiban memenuhi hak mahasiswa yang kurang mampu secara
ekonomi untuk dapat menyelesaikan studinya sesuai dengan peraturan akademik"
 UU No 12 Thn 2012 pasal 76 ayat 2C : "Pemenuhan hak mahasiswa yang dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan cara memberikan Pinjaman Dana TANPA BUNGA yang
wajib dilunasi setelah lulus dan/atau memperoleh pekerjaan"
 Pembukaan UUD 1945 alinea 4 : "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa"
 UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 : "Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan"

UUD 1945 Pasal 28C ayat 1 : "Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan-pemenuhan kebutuhan dasar, berhak mendapatkan PENDIDIKAN dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya san demi kesejahteraan umat manusia"

Jika kita melihat dari sudut pandang UU maupun UUD, penerapan student loan adalah
sebuah ketidak tanggung jawaban pemerintah terhadap amanah UU maupun UUD yang berlaku.
Hal ini karena keberadaan student loan yang sekarang sangat bertolak belakang dengan amanah
UU & UUD.

Undip meminang Bank BTN

Diisukan bahwa Undip sudah bekerja sama dengan Bank BTN terkait Student loan,
hanya tinggal menunggu launching. Isu ini berasal dari postingan Humas Universitas Riau yang
memposting daftar PTN yang melakukan kerja sama dengan Bank BTN.

Apabila benar bekerja sama dengan Bank BTN maka sudah dapat diperkirakan bahwa
mahasiswa Undip nanti akan bisa melakukan peminjaman dengan batas maksimal 200 Juta
dengan bunga flat 6.5% selama 5 tahun. Yang bisa menggunakan Kredit Pendidikan adalah
seluruh mahasiswa baik mahasiswa baru atau lama, tingkat S1, S2 dan S3 bisa melakukan
peminjaman. Namun mereka yang ingin menggunakan jasa Kredit pendidikan ini diwajibkan
untuk memiliki KPR (Kredit Pemilikan Rumah) hingga KAR (Kredit Agunan Rumah) selama 1-
2 tahun sebagai syarat dan jaminan.

Apakah ada alternatif lain dan/atau solusi ?

1. Penggunaan Sumber Dana Abadi.

Berdasarkan UU Wakaf, salah satu objek wakaf adalah benda bergerak berupa uang. Potensi
wakaf di Indonesia sangatlah tinggi, menyentuh Triliunan rupiah. Namun masyarakat Indonesia
hanya familiar dengan objek tanah. Pemantapan regulasi dan pembentukan institusi
(swasta/negeri) yang berfungsi mengelola dana wakaf pada bidang pendidikan akan menjadi
jawaban yang pas. Salah satu negara yang menerapkan sistem ini adalah Mesir.

2. Kebijakan mutualisme korporasi & perguruan tinggi.


Perguruan tinggi dapat bekerja bersama dengan korporasi. Korporasi memberikan bantuan
CSR yang berbentuk anggaran, beasiswa atau bantuan lainnya. Perguruan tinggi dapat memberi
feedback berupa mahasiswa yang lulus dapat dipekerjakan di korporasi tersebut. (Kajian Bagas
UGM)

3. PINJAMAN TANPA BUNGA.

Seusai amanah UU pasal 76 ayat 2C, pinjaman TANPA BUNGA dapat diberikan kepada
mahasiswa yang memang kurang mampu secara ekonomi.

Student loan merupakan solusi yang akan berbuntut pada masalah baru yang akan lahir di
Indonesia dan akan dapat menyebabkan permasalah di negeri ini semakin pelik. Pendidikan yang
seharusnya adalah sebuah komoditi wajib yang harus dimiliki setiap insan di negeri ini dan
pemerintah sebagai penanggung jawab seharusnya memfasilitasi atau mewadahi masyarakatnya
untuk dapat mengenyam pendidikan, bukan malah untuk dikomersialisasikan.

Anda mungkin juga menyukai