Anda di halaman 1dari 14

TUGAS GENESA BAHAN GALIAN

ENDAPAN EPITERMAL SULFIDA TINGGI

Dosen : I Putu Putrawiyanta, ST., MT.

OLEH:
MIRANDA SIMARMATA DBD 118 011
FANNI LEDIA HALOHO DBD 118 012
LEONARDO SITOHANG DBD 118 023
HERO PRASETYO DBD 118 029
BRAM CHRISTANTO DBD 118 030
YERSI SAPUTRA O.S DBD 118 034
RAZLAN DBD 118 036
ONASIS FIGO DBD 118 052

JURUSAN/PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas kelompok Ganesa Bahan Galian ini.
Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Ganesa Bahan Galian pada Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya dan disusun bedasarkan literatur-
literatur yang menjadi referensi penyusun. Pada kesempatan ini Penyusun mengucapkan
terima kasih kepada I PUTU PUTRA WIYANTA ST,MT selaku dosen pengampuh mata
kuliah Ganesa Bahan Galian dan ucapan terimakasih kepada teman-teman yang telah banyak
membantu dalam penulisan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran untukperbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 1

1.3. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1. Pengertian endapan epithermal 3

2.2. Karakteristik endapan ephitermal sulfidasi tinggi 4

2.3. Genesa endapan ephitermal sulfidasi tinggi 5

2.4. Keterdapatannya di indonesia 5


BAB I
ii
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Endapan mineral epitermal telah menerima banyak perhatian di dunia oleh
karena dapat di eksploitasi secara ekonomis dan tersedia banyak dibantingkan dengan
sumber daya logam mulia lainnya. Secara geologi, endapan ini relatif mudah di
temukan, karena secara ganesa endapan epitermal ini kadanya rendah dan secara
umum telah diketahui keberadaanya. Oleh karena secara ganesa dan ekonomis
endapan epitermal ini signifikan tetapi cadangannya masih bersatu dengan cadangan
kadar tinggi yang telah ada. Secara ekonomi harga emas-perak naik relatif terhadap
ongkos operasi penambangan emas. Hal ini disebabkan karena cadangan emas yang
kadanya rendah telah dapat diekploitasi secara komersil dan pengaruhnya adalah
terjadinya revitalisasi cadangan emas yang telah ada.
Endapan epitermal logam dasar dan mulia banyak macamnya mencerminkan
perbedaan tektonik, batuan beku dan kedudukan strukturnya dimana mereka terbentuk
dan melibatkan banyak proses didalam pembentukkannya. Kebanyakan dari endapan
epitermal terbentuk dalam suatu lebel kerak bumi yang dangkal, dimana perubahan
tiba-tiba dalam kondisi fisik dan kimianya menghasilkan ubahan hidrotermal (White
dan Hedenquist, 1990).
Lindgren (1933) mendefinisikan istilah “epitermal” dari pengamatan
mineralogi dan teksturnya, dan ia menyimpulkan kondisi temperatur dan tekanannya
(kedalammnya) untuk style (bentuk) mineralisasi ini. Walaupun penafsiran dari
pengamatanya tidak mengubah secara substansial, pemahaman kita mengenai
lingkungan epitermal yang sekarang telah berkembang sebagai hasil dari suatu
pengamatan dasar yang semakin maju.

1.2. RUMUSAN MASALAH


a. Pengertian endapan epithermal sufidasi tinggi
b. Ganesa endapan epithermal sufidasi tinggi
c. Tempat endapan epithermal sufidasi tinggi di Indonesia

i
1.3. TUJUAN
Mengetahui endapan ephitermal sulfidasi tinggi
2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN ENDAPAN EPITHERMAL

Endapan Epitermal adalah endapan dari sistem hidrotermal yang terbentuk pada
kedalaman dangkal dan umumnya terletak pada busur vulkanik yang dekat dengan
permukaan. Endapan ini umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe-seperti zona dimana
batuan mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Pada daerah volkanik
sistem epitermal sangat umum ditemui dan seringkali mencapai permukaan,terutama ketika
fluida hidrotermal muncul sebagai geyser dan fumarol.

Menurut Hedenquist dan White (1995) endapan epitermal dibedakan menjadi 2 yaitu
endapan epitermal sulfida rendah (low sulfidation) dan sulfida tinggi (high sulfidation).
Kedua sistem epitermal tersebut dibedakan berdasarkan mineralogi bijih, mineral ikutan dan
juga jenis fluida hidrotermal yang berinteraksi dengan host rock.

Gambar 1 endapan sulfidasi rendah dan sulfidasi tinggi

Sistem epitermal sulfida tinggi, sulfida terbentuk dalam sistem hidrotermal magmatik
yang didominasi oleh fluida hidrotermal asam, yang dicirikan dengan terbentuknya asosiasi

1
mineral ubahan seperti pirofilit, alunit, serta mineral bijih berupa pirit, enargit, dan luzonit.
Sistem ini didominasi oleh SO2 yang menunjukkan kondisi oksidasi(White, 1991). 3

2.2. KARAKTERISTIK ENDAPAN EPHITERMAL SULFIDASI TINGGI

i
Tabel 1. Klasifikasi Endapan Epitermal White dan Hedenquist (1995)
4
2.3. GENESA ENDAPAN EPHITERMAL SULFIDASI TINGGI
Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi batuan induk dengan fluida
magma asam yang panas, yang menghasilkan suatu karakteristik zona alterasi (ubahan)yang
akhirnya membentuk endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih menunjukkan kontrol permeabilitas
yang tergantung oleh faktor litologi, struktur, alterasi di batuan samping,mineralogi bijih dan
kedalaman formasi. High sulphidation berhubungan dengan pHasam, timbul dari
bercampurnya fluida yang mendekati pH asam dengan larutan sisa magma yang bersifat
encer sebagai hasil dari diferensiasi magma, di kedalaman yang dekat dengan tipe endapan
porfiri dan dicirikan oleh jenis sulfur yang dioksidasi menjadi SO.

2.4. KETERDAPATANNYA DI INDONESIA

Jenis endapan epitermal yang terletak 500 m bagian atas dari suatu sistem hidrotermal
ini merupakan zone yang menarik dan terpenting. Disini terjadi perubahan-perubahan suhu
dan tekanan yang maksimum serta mengalami fluktuasi-fluktuasi yang paling cepat.
Fluktuasi-fluktuasi tekanan ini menyebabkan perekahan hidraulik (hydraulic fracturing),
pendidihan (boiling), dan perubahan-perubahan hidrologi sistem yang mendadak. Proses-
proses fisika ini secara langsung berhubungan dengan proses-proses kimiawi yang
menyebabkan mineralisasi

Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan mineralisasi


epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam sistem epitermal. Asosiasi
klasik unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag), arsen (As), antimon (Sb), mercury
(Hg), thallium (Tl), dan belerang (S)

Dalam endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen


dan belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak (Berger,
1983), beserta dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W), molybdenum (Mo), mercury
(Hg), thallium (Tl), antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F) dan barium (Ba)
yang secara setempat terkayakan. Dalam endapan yang batuan penerimanya volkanik
(volcanic-hosted deposits) akan terdapat pengayaan unsur-unsur arsen (As), antimon (Sb),
mercury (Hg), dan thallium (Tl); serta logam-logam mulia (precious metals) dalam daerah-
daerah saluran fluida utama, sebagaimana asosiasinya dengan zone-zone alterasi lempung.
5
Menurut Buchanan (1981), logam-logam dasar (base metals) karakteristiknya rendah
dalam asosiasinya dengan emas-perak, meskipun demikian dapat tinggi pada level di bawah
logam-logam berharga (precious metals) atau dalam asosiasi-nya dengan endapan-endapan
yang kaya perak dimana unsur mangan juga terjadi. Cadmium (Cd), selenium (Se) dapat
berasosiasi dengan logam-logam dasar; sedangkan fluor (F), bismuth (Bi), tellurium (Te), dan
tungsten (W) dapat bervariasi tinggi kandungannya dari satu endapan ke endapan yang
lainnya; serta boron (B) dan barium (Ba) terkadang terkayakan.

Mineral-mineral ekonomis yang dihasilkan dari epitermal antara lain Au, Ag, Pb, Zn,
Sb, Hg, arsenopirit, pirit, garnet, kalkopirit, wolframit, siderit, tembaga, spalerite, timbal,
stibnit, katmiun, galena, markasit, bornit, augit, dan topaz. Berikut ini adalah beberapa contoh
logam hasil dari endapan epitermal yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, antara lain:
Emas (Au) dan Perak (Ag).

2.4.1 Emas

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa


Latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen)
yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak
bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia.
Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit
alluvial dan salah satu logam coinage. Kode ISOnya adalah XAU. Emas melebur
dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya


berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya
berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut
umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.
Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah
teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida,
sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan
selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di
dalamnya >20% (Sutarto, 2004).

i
6
Sebagian besar endapan emas di Indonesia dihasilkan jenis endapan epitermal.
Endapan emas tipe ini umumnya didapatkan dalam bentuk urat, baik dalam urat
kuarsa maupun dlam urat bentuk karbonat yang terbentuk dalam suhu 150-300 0C
dengan pH sedikit asam atau mendekati netral Urat-urat tersebut terbentuk oleh hasil
aktifitas hidrotermal yang berada di sekitar endapan porfiri. Dimana emas, perak,
tembaga, wolfram, dan timah terdapat dalam endapan ini (Sukandarrumidi, 2007).

Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan


Alterasi Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH
mendekati netral (Fluida-fluida Khlorida Netral) Dalam alterasi dan mineralisasi
dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi
hidrotermal, dan stockwork atau stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti
rambut (hairline) 

Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-alterasi


sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi dan
mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan silika
masif, atau dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan.

Proses terbentuknya emas endapan epitermal dapat diuraikan sebagai berikut: emas
diangkut oleh larutan hidrotermal yang kaya akan ligand HS - dan OH-. Ligan ini
mengangkut emas hingga ke tempat pengendapannya. Kehadiran breksi hidrotermal
merupakan salah satu cirri adanya proses pendidihan pada larutan hidrotermal.
Pendidihan terjadi karena ada pertemuan antara larutan yang bersuhu tinggi
(hidrotermal) dengan larutan yang bersuhu rendah (larutan meteoric). Selama proses
pendidihan ini tekanan menjadi semakin besar sehingga mengancurkan dinding
batuan yang dilalui larutan hidrotermal. Akibat proses pendidihan tersebut, yaitu
hilangnya gas H2S, terjadi peningkatan pH dan penurunan suhu. Ketiga proses
tersebut dapat mengantarkan emas pada batuan sehingga kadar emas primer tinggi
biasanya dijumpai di breksi hidrotermal (Sukandarrumidi, 2007).
7
Dibawah ini contoh endapan emas epitermal dari sistem low sulfidation dan high
sulfidation.

Tabel 2.2  Contoh endapan emas epitermal (high sulfidation)

Endapan Au (ton) Umur


Yanacocha/Peru 820 M/P
Pueblo Viejo 680 Cret
Pascua 640 M/P
Pienina/Peru 250 M/P
Lepanto 210 Quat
El Indio 190 M/P
Chinquashih 150 Quat
Summitville 20 M/P
Rodalquilar 10 N/P

i
Tabel 2.3  Contoh endapan emas epitermal (Low Sulphidation)

Endapan Au (ton) Umur


Lihir 924 Quat
Porgera 600 M/P
Round Mountain 443 M/P
Baguio District 300 Quat
Hishikari 250 Quat
Kelian 180 M/P
Gunung Pongkor 175 M/P
Dukat 150 Cret
Cerro Korikollo 147 M/P

2.4.2 Perak

Dijumpai sebagai unsur (perak murni) atau sebagai senyawa.  Sebagai perak murni
(Ag) mempunyai sifat; Kristal-kristal berkelompok tersusun sejajar, menjarum, atau
menjaring, kadang berupa sisik, kilap logam. Dalam bentuk  mineral didapatkan
sebagai argentite, cerrargirit, miagirit, dan proustit (Sukandarrumidi, 2007). Perak
biasanya berasosiasi dengan pirit, tembaga, emas, kalsit, dan nikel. Perak terbentuk
dari reduksi sulfide pada bagian bawah endapan Ag, Zn, dan Pb. Terkadang juga
terbentuk sebagai endapan primer urat epitermal berasosiasi dengan kalsit
(temperature rendah) (Sutarto, 2004). Kandungan perak pada beberapa mineral dapat
mencapai perak murni (100%), argentite (87%), prousite (65%), miagrite (36%), dan
dalam kandungan emas (28%). Endapan perak yang dihasilkan dari endapan emas
kurang lebih 75% didapatkan sebagai hasil samping dari pengolahan bijih emas, nikel
dan tembaga. Endapan perak dapat berupa endapan pengisian dan endapan
penggantian, serta pengayaan sulfide. Kebanyakan endapan perak didunia dihasilkan
dari dari hidrotermal tipe fissure filling (Sukandarrumidi, 2007).

2.4.3 Lokasi Eksplorasi

PT Merdeka Copper Gold Tbk (Merdeka) melanjutkan kegiatan eksplorasi di tiga lokasi di
Indonesia (Tujuh Bukit di Jawa Timur, Pulau Wetar di Maluku Barat, dan Pani di Gorontalo),
seperti pada Gambar 1 di bawah ini. Di Tujuh Bukit fokusnya adalah pada sumber daya
porfiri tembaga-emas, di Wetar fokusnya adalah pada tembaga, dan di Pani mengeksplorasi
sumber daya emas.
Gambar 1: Lokasi Eksplorasi Merdeka

Tembaga dan Emas: Zona Tingkat Tinggi Atas (UHGZ) dari sumber daya tembaga dan
porfiri Tujuh Bukit sedang dieksplorasi melalui kombinasi pengeboran permukaan dan bawah
tanah. Tiga lubang arah permukaan dengan panjang total 2.400 m telah diselesaikan di Blok
Timur UHGZ pada Mei 2018 seperti yang dilaporkan sebelumnya. Program serupa
diselesaikan di Blok Utara UHGZ pada Februari 2019. Pengeboran permukaan yang sedang
berlangsung sedang diselesaikan untuk membantu memahami karakteristik geoteknik dan
hidrologi dari endapan ini. Pengeboran bawah tanah dimulai pada bulan Maret dari Drift
Eksplorasi (lihat Gambar 2), yang telah dikembangkan sejauh lebih dari 1.000 meter dari
portal. Drift pengembangan ini akan selesai pada Q1 2020, dan pengeboran pengembangan
sumber daya bawah tanah akan selesai pada Q2 2020.

Total pengeluaran untuk kegiatan terkait eksplorasi untuk Tujuh Bukit UHGZ pada bulan
Maret adalah Rp32.00 miliar, termasuk Rp20,86 untuk pengembangan drift eksplorasi yang
sedang berjalan, Rp0,94 miliar untuk pengeboran definisi sumber daya bawah tanah, dan
Rp10,20 miliar untuk kegiatan terkait seperti studi geoteknologi dan hidrologi, pekerjaan uji

i
metalurgi, estimasi sumber daya, dan biaya lingkungan & izin. Semua pekerjaan diselesaikan
melalui perjanjian kontrak antara Merdeka dan PT Merdeka Mining Servis.

Profil Perusahaan :

Merdeka Copper Gold didirikan pada tahun 2012 sebagai perusahaan induk yang memiliki
lima anak usaha operasionalyang bergerak di bisnis pertambangan, yang meliputi kegiatan
eksplorasi dan nantinya kegiatan produksi emas, perak dan tembaga, serta mineral pengikut
lainnya; dan jasa pertambangan. Kelima anak usaha Perusahaan tersebut adalah PT Bumi
Suksesindo (“PT BSI”) yang memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi
tertanggal 9 Juli 2012, PT Damai Suksesindo yang memegang IUP Eksplorasi tertanggal 10
Desember 2012, PT Cinta Bumi Suksesindo, PT Beta Bumi Suksesindo, serta yang terakhir
adalah PT Merdeka Mining Servis

2.4.4 Lokasi Operasi Produksi

Anak usaha PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yakni PT Gorontalo Minerals pada
hari ini mengumumkan telah mendapatkan izin kegiatan operasi produksi dari Kementerian
ESDM. 
Izin tersebut untuk mengembangkan dan mengoperasikan perusahaan tambang emas dan
tembaga di Gorontalo. Izin tersebut memberikan jangka waktu bagi perusahaan dalam 3
tahun untuk membangun infrastruktur dan fasilitas pengolahan di dalam area tambang. 

Nantinya bila dalam 3 tahun fasilitas tersebut rampung, perusahaan ini akan diizinkan untuk
memulai produksinya selama 30 tahun hingga 2052 mendatang.Pihaknya saat ini tengah
menjajaki peluang untuk melakukan produksi lebih awal dari sebagian cadangan yang ada
melalui prosedur heap leaching. 

Asal tahu saja, Gorontalo Minerals saat ini 80% sahamnya dimiliki BRMS dan 20% sisana
dimiliki PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Dengan mengoperasikan area konsensi seluas
24.995 hektar di Bine Bolango, Gorontalo.

Lokasi tambang Gorontalo Minerals terletak di Sungai Mak, Cabang Kiri, Motombo Utara,
Motombo Timur dan Kayu Bulan dengan resources diperkirakan mencapai 400 juta ton bijih
dengan kadar 0,48% Cu dan 0,43 g/t Au dan estimasi cadangan mencapai 105 juta ton bijih
dengan kadar 0,7% Cu dan 0,33 g/t Au.

Profil Perusahaan :

PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRM) mayoritas dimiliki oleh PT Bumi Resources Tbk.
(BUMI). BRM didirikan di Indonesia dan mengoperasikan berbagai proyek mineral non-
batubara di Indonesia. 

BRM mengolah beragam mineral, termasuk tembaga, emas, seng, serta memimpin dan
memegang jaminan kepemilikan untuk eksplorasi dan pengembangannya.

Mengingat adanya permintaan komoditas yang tinggi dalam jangka menengah hingga jangka
panjang, BRM memberikan kesempatan kepada perusahaan lain untuk menjadi bagian dari
mereka. Tim manajemen BRM mengklaim bahwa mereka memiliki pengalaman bisnis yang
sehat dalam pengembangan sumber daya dan aktivitas operasi.

BRM juga berusaha untuk memberikan hasil yang positif dan menambah nilai kepada para
pemangku kepentingan dengan mendapatkan cadangan ke dalam produksi komersial.

Visi dan misi dari BRM sendiri adalah untuk menjadi Perusahaan pertambangan dan mineral
terkemuka di Asia. 

Anda mungkin juga menyukai