Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN

UVEITIS

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I


Gelar Ahli Madya jenjang Diploma III
Jurusan Keperawatan
Dosen Pengampu : Anas Ma’ruf S.Kep M.Tr.kep

Disusun Oleh :

1. Aa Feri Ruhiyat Nim. 742003.S.19001


2. Deden Ahmad N Nim. 742003.S.19004
3. Desi Komariah Nim. 742003.S.19007
4. Dinida Nadia A Nim. 742003.S.19010
5. Harum Halimut T Nim. 742003.S. 19013
6. Lidiya Nim. 742003.S.19016
7. Nurkhalifatul Ummah Nim. 742003.S.19019
8. Nurhasana Nim. 742003.S.19022
9. Putri Widiya Lestari Nim. 742003.S.19025
10. Rossanti Nim. 742003.S.19028
11. Sri Rahayu Nim. 742003.S.19031
JURUSAN KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rakhmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan parah sahabatnya. Kami
bersyukur karena kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah Keperawatan
Medikal Bedah I dengan tepat waktu. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman – teman yang telah berkontribusi dalam proses pembuatan makalah
ini.

Kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan,
cara menyampaikan yang berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
.Kami mohon maaf yang sebesar – besarnya jika ada kalimat atau kata yang salah.
Kami harap makalah ini dapat lebih baik lagi untuk masa mendatang.

Cirebon,18 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

BAB I……………………………………………………………………………...1

PENDAHULUAN…………………………………………………………………1

A. Latar Belakang.................................................................................…….1

B. Tujuan....................................................................................................…1

BAB II……………………………………………………………………………..3

PEMBAHASAN…………………………………………………………………..3

A. LAPORAN PENDAHULUAN UVEITIS................................................3

1. Definisi......................................................................................................3

2. Epidemiologi Uveitis.................................................................................3

3. Klasifikasi Uveitis.....................................................................................3

4. Etiologi......................................................................................................4

5. Patofisiologi & Pathway........................................................................5

6. Manifestasi Klinis Uveitis.........................................................................7

7. Komplikasi Uveitis....................................................................................8

8. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................8

9. Penatalaksanaan Uveitis............................................................................9

B. ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................11

1. Pengkajian...............................................................................................11

2. Diagnosa keperawatan.............................................................................12

3. Intervensi.................................................................................................12

4. Implementasi...........................................................................................13

ii
iii

5. Evaluasi...................................................................................................13

BAB III…………………………………………………………………………...15

PENUTUP………………………………………………………………………..15

A. KESIMPULAN.............................................................................................15

B. SARAN..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAK……………………………………………………………...16
BAB DAHULUAN

A. Latar Belakang
Organ penglihatan manusia terdiri atas banyak elemen yang saling
bersinergi untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Salah satu organ
yang berperan penting dalam melaksanakan fisiologis dari penglihatan ini
adalah suatu lapisan vaskuler pada mata yang dilindungi oleh kornea dan
sclera disebut uvea. ( ilyas, 2005, Vaughan et all, 2000).

Uveitis di definisikan sebagai inflamasi pada salah satu atau semua


bagian dari uvea ( iris, badan korpus, siliar, dan koroid). Uvea merupakan
lapisan vaskuler mata yang tersusun atas banyak pembuluh darah yang
dapat memberikan nutrisi kepada mata. Adanya peradangan pada mata ini
dipengaruhi oleh elemen mata yang lain seperti kornea, retina, sclera dan
beberapa elemen mata lainya. Sehingga gejala yang dikeluhkan pasien
pada penyakit uveitis ini diantaranya yaitu mata merah ( hiperemis
konjungtiva), mata nyeri, fotophobia, pandangan kabur, epifora. ( ilyas,
2005. Jusuf, 2003).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami Asuhan keperawatan pada
pasien Uveitis
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui definisi uveitis
2) Untuk mengetahui Epidemiologi Uveitis
3) Untuk mengetahui Klasifikasi uveitis
4) Untuk mengetahui etiologi uveitis
5) Untuk mengetahui pathway & patofisiologi uveitis
6) Untuk mengetahui Manifestasi klinis uveitis
7) Untuk mengetahui komplikasi uveitis

1
2

8) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang uveitis


9) Untuk mengetahui Penatalaksanaan uveitis
BAB II

PEMBAHASAN

A. LAPORAN PENDAHULUAN UVEITIS

1. Definisi
Uveitis adalah peradangan yang terjadi pada uvea atau lapisan
tengah mata. Kondisi ini di tandai dengan satu atau kedua mata terlihat
sangat merah karena pada uvea banyak pembuluh darah.

2. Epidemiologi Uveitis
Penderita umunya berada pada usia 20-50 tahun. Setelah usia 70
tahun, angka kejadian uveitis mulai berkurang. Pada penderita berusia
tua umumnya uveitis diakibatkan oleh toksoplasmosis, herpes zoster,
dan afakia. Bentuk uveitis pada laki-laki umumnya oftalmia simpatika
akibat tingginya angka trauma tembus dan uveitis non-granulomatosa
anterior akut. Sedangkan pada wanita umumnya berupa uveitis anterior
kronik idiopatik dan toksoplamosis.

3. Klasifikasi Uveitis
a. Klasifikasi anatomis

1) Uveitis Anterior
a) Iritis : Inflamasi yang dominan pada iris.
b) Iridosiklitis : Inflamasi pada iris dan pars plicata
2) Uveitis intermidiet
Inflamasi yang dominan pada pars plana dan retina perifer.
3) Uveitis Posterior
Inflamasi pada bagian uvea di belakang batas basis vitreus.
4) Panveitis
Inflamasi pada seluruh uveatis

3
4

b. Klasifikasi Klinis

1) Uveitis Akut : Onset simtomatik yang terjadi tiba-tiba dan


berlangsung selama < 6 minggu.
2) Uveitis Kronik : uveitis yang berlangsung selama berbulan-
bulan atau bertahun-tahun seringkali onset tidak jelas dan
bersifat asimtomatik.

c. Klasifikasi Etiologis

1) Uveitis Eksogen : Trauma invasi mikroorganisme atau age


lain dari luar tubuh.
2) Uveitis Endogen : mikroorganisme atau agen lain dari dalam
tubuh yang berhubungan dengan :
a) Penyakit sistemik, contoh : ankylosing spondylitis.
b) Infeksi, bakteri, jamur, virus, protozoa, atau roundown.
c) Uveitis spesifik idiopatik, yang berhubungan dengan
penyakit sistemik tetapi memiliki karakter khusus yang
membedakannya dari bentuk lain.
d) Uveitis non-spesifik, yaitu uveitis yang tidak termasuk
kelompok diatas.

d. Klasifikasi Patologis

1) Uveitis Non-Granulomatosa : infiltrasi dominan limfosit


pada koroid.
2) Uveitis Granulomatosa : koroid dominan sel epiteloid
dan sel-sel raksasa multinukleus.

4. Etiologi
Uveitis sering kali tidak diketahui penyebabnya dan terkadang
dialami oleh orang sehat. Namun, sebagian besar uveitis dikaitkan
dengan gangguan autoimun, yaitu kondisi dimana sistem kekebalan
tubuh menyerang tubuh sendiri. Beberapa kondisi autoimun yang
terkait dengan uveitis, antara lain :
5

a. Rheumatoid arthritis, yaitu peradangan sendi.


b. Psoriasis, yaitu peradangan kulit.
c. Ankylosing spondylitis, yaitu peradangan sendi pada tulang
belakang.
d. Sarkoidosis, yaitu peradangan yang muncul diberbagai bagian
tubuh, seperti paru-paru,kelenjar getah bening, mata, dan kulit.
e. Penyakit Kawasaki, yaitu peradangan dinding pembuluh darah.
f. Kolitis ulseratif, yaitu peradangan usus besar
g. Crohn’s Disease, yaitu peradangan yang terjadi di dalam saluran
pencernaan mulai dari mulut hingga anus.
Selain itu juga, uveitis dapat disebabkan oleh hal lain, seperti :
a) Cedera atau Operasi mata
b) Kanker mata
c) Infeksi : herpes, tbc, toksoplasmosis, sifilis, HIV/AIDS,
histoplasmosis

5. Patofisiologi & Pathway


Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh
defek langsung suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi.
Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu trauma tembus okuli;
walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi
terhadap zat toksik yang diproduksi mikroba yang menginfeksi
jaringan tubuh di luar mata. Uveitis yang berhubungan dengan
mekanisme alergi merupakan reaksi hipersensitifitas terhadap
antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam
badan (antigen endogen).Dalam banyak hal antigen luar berasal
dari mikroba yang infeksius. Sehubungan dengan hal ini
peradangan uvea terjadi lama setelah proses infeksinya yaitu
setelah munculnya mekanisme hipersensitivitas.
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood
Aqueous Barrrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin
6

dan sel-sel radang dalam humor akuos yang tampak pada


slitlamp sebagai berkas sinar yang disebuit fler (aqueous flare).
Fibrin dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman, akan,
tetapi justru mengakibatkan perlekatan-perlekatan, misalnya
perlekatan iris pada permukaan lensa (sinekia posterior).
Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel
plasma dapat membentuk presipitat keratik yaitu sel-sel
radang yang menempel pada permukaan endotel kornea.
Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi
pupil disebut koeppe nodules, bila dipermukaan iris disebut
busacca nodules, yang bisa ditemukan juga pada permukaan
lensa dan sudut bilik mata depan. Pada iridosiklitis yang berat
sel radang dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan
hipopion.
Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang, dan
pupil akan miosis dan denga adanya timbunan fibrin serta sel-
sel radang dapat terjadi seklusio maupun oklusio pupil,
sehingga cairan di dalam kamera okuli posterior tidak dapat
mengalir sama sekali mengakibatkan tekanan dalam dalam
camera okuli posterior lebih besar dari tekanan dalam camera
okuli anterior sehingga iris tampak menggelembung kedepan
yang disebut iris bombe (Bombans).
Antigen eksogen Antigen Endogen

Alergi,mekanisme hipersensitivas

Radang iris dan radang badan siliar

Rusaknya blood aquaeous barrier


7

Protein, Fibrin, dan sel-sel radang dalam humor


akuos meningkat. Pada pemeriksaan biomikroskop
hal ini tampak sebgai flare,yaitu partikel kecil
dengan gerak brown (efek tydall).

Migrasi elektrolitke bilik depan mata


(BDM),hifema (bila proses akut).
Sel-sel radang,fibris,fibriblas menyebabkan iris
melekat pada kapsul lensa anterior (sin ekia
posterior) dan endotel kornea ( sinekia anterior)

Sel-sel radang fibris,fibrobias menutup pupil

Gangguan aliran aqueous humor dan


peningkatan tekanan intra okuler dan terjadi
glaucoma sekunder.

Gangguan metabolism pada lensa, lensa


menjadi keruh, katarak komplikasi.

6. Manifestasi Klinis Uveitis


a. Uveitis anterior
Gejala utama uveitis anterior akut adalah fotofobia,nyeri,
merah,pengelihatan menurun, dan lakrimasi.Sedangkan pada
uveitis anterior kronik mata terlihat putih dan gejala minimal
meskipun telah terjadi inflamasi yang berat.Tanda-tanda adanya
uveitis anterior adalah injeksi silier,keratic precipitate (KP),nodul
8

iris,sel-sel akuos,flare,sinekia posterior, dan sel-sel vitereus


anterior.
b. Uveitis intermediet
Gejala uveitis intermediet biasanya berupa floater, meskipun
kadang-kadang penderita mengeluhkan gangguan penglihatan
akibat edema  makular  sistoid kronik. Tanda dari uveitis
intermediet adalah infiltrasi  seluler  pada  vitreus  (vitritis)
dengan beberapa sel  di  COA  dan  tanpa  lesi  inflamasi  fundus.

c. Uveitis intermediet
Gejala uveitis intermediet biasanya berupa floater, meskipun
kadang-kadang penderita mengeluhkan gangguan penglihatan
akibat edema  makular  sistoid kronik. Tanda dari uveitis
intermediet adalah infiltrasi  seluler  pada  vitreus  (vitritis) dengan
beberapa sel  di  COA  dan  tanpa  lesi  inflamasi  fundus.

7. Komplikasi Uveitis
Komplikasi terpeting yaitu terjadinya peningkatan tekanan
intraokuler (TIO) akut yang terjadi sekunder akibat blok pupil (sinekia
posterior), inflamasi, atau penggunaan kortikosteroid topikal.
Peningkatan TIO dapat menyebabkan atrofi nervus optikus dan
kehilangan penglihatan permanen. Komplikasi lain meliputi corneal
band-shape keratopathy, katarak, pengerutan permukaan makula,
edema diskus optikus dan makula, edema kornea, dan retinal
detachment.

8. Pemeriksaan Penunjang
Uveitis dapat ditegakkan dengan Slit Lamp Examination,
skin test untuk gangguan utama seperti TBC, untuk
menegakkan etiologi tindakan medis. Tindakan berupa
pemberian kortikosteroid ( oral & topical ), mydiatric
( dilatasi ), eyedrops seperti atropin dan antibiotik eyedrops.
9

Analgesic untuk mengatasi nyeri, kacamata untuk mengurangi


ketidaknyamanan terhadap fotophobia.

9. Penatalaksanaan Uveitis
Tujuan terapi uveitis adalah mencegah komplikasi yang
mengancam penglihatan, menghilangkan keluhan pasien, dan jika
mungkin mengobati penyebabnya. Ada empat kelompok obat yang
digunakan dalam terapi uveitis, yaitu midriatikum, steroid,  sitotoksik,
dan siklosporin. Sedangkan uveitis akibat infeksi harus diterapi
dengan antibakteri atau antivirus yang sesuai.

Pelaksanaan uveitis meliputi pemberian obat-obatan dan terapi


operatif,yaitu Kortikosteroid topical,periokuler,sistemik,
(oral,subtenon,intravitreal) dan sikloplegia

a. Pemberian antiinflamasi non steroid


b. Pemberian obat jenis sitotoksik seperti ankylating
agent (siklofosfamid, klorambusil), antimetabolit (azatrioprin,
metotrexat) dan sel T  supresor (siklosporin)
c. Terapi operatif untuk evaluasi diagnostik (parasentesis, vitreus
tap dan biopsi korioretinal untuk menyingkirkan neoplasma
atau proses infeksi) bila diperlukan.
d. Terapi untuk memperbaiki dan mengatasi komplikasi seperti
katarak, mengontrol glaukoma dan vitrektomi.

Midriatikum berfungsi untuk memberikan kenyamanan pada


pasien, mencegah pembentukan sinekia posterior, dan menghancurkan
sinekia. Memberikan kenyamanan dengan mengurangi spasme
muskulus siliaris dan sfingter pupil dengan menggunakan atropin.
Atropin tidak diberikan lebih dari 1-2 minggu.

Steroid topikal hanya digunakan pada uveitis anterior dengan


pemberian steroid kuat,seperti betametason dan
10

prednisolone.Kompliksi pemakaian seperti dexametason,


betametason,  dan  prednisolon.  Komplikasi  pemakaian steroid
adalah glaukoma, posterior subcapsular cataract, komplikasi kornea,
dan efek samping sistemik.
11

B. ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PENGELIHATAN PADA Tn.
“NK” DENGAN UVEITIS RUANG C RSUD KABUPATEN
KLUNGKUNGTANGGAL 18 - 19 MEI 2015

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Tn. NK
Tanggal Masuk RS : 14 Mei 2015
Tempat/Tanggal Lahir : Gianyar, 31 Desember 1961
Umur : 54 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Sudah Menikah
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. KG
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Br. Pande, Tulikup, Gianyar.
c. Keluhan utama
Keluarga pasien mengatakan, pasien infeksi pada matanya dan tidak
menggunakan alat bantu untuk melihat
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Penglihatan kabur (susah mengfokuskan penglihatan), tajam
penglihatan menurun
2) Riwayat kesehatan dahulu
Konsumsi obat-obatan untuk penyakit tertentu, riwayat invasi
mikroba aktif ke jaringan pleh Mycobacterium Tuberculosis dan
Toxoplasma Gondi.
12

3) Riwayat kesehatan keluarga


Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit yang dapat menyebar
dengan cepat seperti TB,sifilis,dll
e. Pemeriksaan fisik
1) Mata
a) Inspeksi
Terdapat eksudasi di area anterior mata, kemerahan pada sikrum
korneal, fotofobia, pupil kecil, terdapat syncchac anterior atau
posterior dengan slit lamp, nodul pada iris, terdapat epifora (air
mata mengucur)
b) Palpasi
Nyeri tekan pada palpebra

2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan sensori persepsi penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori akibat tajam penglihatan menurun dan penglihatan
kabur
b. Resiko ccedera berhubungan dengan penglihatan kabur dan distorsi
penglihatan

3. Intervensi
a. Observasi TTV
1) Kaji ketajaman penglihatan
2) Observasi penglihatan yang kabur dimana daapat terjadi bila
menggunakan test mata
3) Ajarkan pasien untuk menangani keterbatasan penglihatan,
misalnya menghindari cahaya yang menyilaukan, istirahatkan mata
bila sudah terjadi tanda-tanda kelelahan
b. Observasi tingkah laku pasien
1) Awasi dan bantu pasien dalam melakukan suatu kegiatan
13

2) Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi


3) Kolaborasi dalam pemberian tetes mata chloramphenicol,
tetrasiklin

4. Implementasi
a. Observasi ttv
T= 120/80 mmhg
R= 20x/menit
S= 36,7 c
1) Mengobservasi penglihatan yang kabur dengan menggunakan test
mata
2) Menganjurkan klien untuk menangani keterbatasan penglihatan
dengan cara : hindari cahaya yang menyilaukan dan istirahatkan
mata apabila sudah terjadi tanda-tanda kelelahan
3) Memberikan obat tetes mata sesuai anjuran dokter
b. Observasi kegiatan pasien
1) Membantu pasien dalam melakukan kegiatan apapun
2) Anjurkan pasien untuk mempertahankan perlindungan mata dengan
cara mengistirahatkannya
3) Berikan obat tetes mata chloramphenicol,tetrasikin dengan
berkolaborasi dengan dokter

5. Evaluasi
a. S = klien mengatakan matanya membaik dan rasa sakit berkurang
O = wajah klien sudah tampak tidak tegang menahan rasa sakit
A = masalah teratasi
P = selalu beri lingkungan yang nyaman, selalu mengistirahatkan mata
jangan sampai terjadi kecelakaan pada mata
b. S = pasien mengatakan akan lebih mempertahankan perlindungan
mata
O = penglihatan lebih sedikit terang
14

A = mengistirahatkan mata dapat mempertahankan mata


P = melakukan pemantaun kesehatan mata
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Uveitis adalah peradangan yang terjadi pada uvea atau lapisan
tengah mata. Kondisi ini di tandai dengan satu atau kedua mata terlihat
sangat merah karena pada uvea banyak pembuluh darah. Pada saat mata
mengalami peradangan sebaiknya lakukan segera tindakan pengobatan
untuk mengatasi penyakit tersebut.

B. SARAN
Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena
bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai oleh sebab itu tidak
perlu adanya penjelasan terhadap klien dan keluarga mengenai manfaat
serta pentingnya menjaga kesehatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, S. (2005). Ilmu Penyakit Mata Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran


universitas Indonesia.

Maulana,H.D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan: Teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Perry, P. &. (2010). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Sjamsoe. (1993). Penatalaksanaan Uveitis. Jakarta: Majalah cermin dunia


kedokteran.

Smeltzer, S. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1. Jakarta:


ECG.

Suddart, B. a. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : ECG.

Wijana, N. (1993). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi Tegal.

16

Anda mungkin juga menyukai