Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mohamad Gilang Ramadhan Putra Permana

NPM : 201921500277

Kelas : Y3B

No.HP : 082261843903

Mata Kuliah : Belajar & Pembelajaran

No.SIKA : 38

Dosen Pengampu : Memmi Dwi Jayanti, S.S, M.Pd

Jawaban :

1. a. Di masa pandemi ini, terutamanya dalam bidang pendidikan tentunya pasti sangat
sulit untuk menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ), karena kita tiba-tiba dipaksa untuk
masuk ke dalam perubahan yang besar. kita sebagai calon pendidik harus bisa beradaptasi
dengan situasi saat ini. Kita dituntut harus tetap bisa melaksanakan tugas utama, yaitu:
Mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik/siswa pada pendidikan anak.

Saya selaku Guru akan mencoba semaksimal mungkin menerapkan ketujuh tugas
tersebut lewat pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan cara perlahan dan asik, dari mulai
sederhananya tetap bisa bertatap muka melalui platform yang telah disediakan seperti:
Zoom atau Google Meet untuk berdiskusi bersama, selain dari hanya mengerjakan tugas
yang telah diberikan. Contoh lainnya supaya peserta didik tidak bosan saya juga harus
memberikan tugas kelompok untuk presentasi agar tetap aktif dan menjaga interaksi
sesama peserta didik dalam hal belajar.

b. KOMPAS.com - Hervina (34), seorang guru honorer di Kabupaten Bone,


Sulawesi Selatan, dipecat setelah mengunggah besaran gaji Rp 700.000 di media sosial.
Padahal, Hervina sudah mengajar belasan tahun di SDN 169 Sadar, Dusun Lakariki, Desa
Sadar, Kecamatan Tellulimpoe, Kabupaten Bone. Kepada Kompas.com, Hervina
bercerita, hari itu ia menerima gaji rapel selama empat bulan. Karena sangat gembira, ia
pun mengunggahnya di media sosial. Di statusnya, ia memerinci alokasi gajinya untuk
berbagai kebutuhan, salah satunya untuk membayar utang Rp 500.000.
Namun, tidak ada sisa gaji untuk dirinya sendiri. “Untuk saya mana?” tulisnya.
"Saya sangat gembira karena baru menerima gaji (rapel) sejak empat bulan lalu,
kemudian saya posting ke media sosial," kata Hervina saat dihubungi Kompas.com,
Senin (15/2/2021).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fakta Guru Honorer
Dipecat Setelah Unggah Gaji Rp 700.000, Sakit Tumor Payudara dan Dipecat oleh Suami
Kepala Sekolah", Klik untuk baca:
https://regional.kompas.com/read/2021/02/16/06400021/fakta-guru-honorer-dipecat-
setelah-unggah-gaji-rp-700000-sakit-tumor?page=all.

Editor : Rachmawati

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

2. a. kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat akan tetapi
bermuatan segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakatnya. Masyarakat tidak bersifat
statis. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat selalu
mengalami perubahan, bergerak menuju perkembangan yang semakin kompleks.
Perubahan bukan hanya terjadi pada sistem nilai, akan tetapi juga pada pola kehidupan,
struktur sosial, kebutuhan, dan tuntutan masyarakat. Dalam kehidupan sosial yang
semakin kompleks tersebut, maka muncul pula berbagai kekuatan kelompok yang dapat
memberikan tekanan terhadp penyelenggaraan dan praktik pendidikan termasuk di
dalamnya tekanan-tekanan dalam proses pengembangan isi kurikulum sebagai alat dan
pedoman penyelenggaraan pendidikan. Kesulitan para pengembangan kurikulum adalah
manakalah setiap kelompok sosial itu memberikan masukan dan tuntutan yang berbeda
sesuai dengan kepentingan kelompoknya, seperti misalnya tuntutan golongan agama,
politik, militer, industry, dan lain sebagainya. Bukan hanya itu pertentangan-pertentangan
pun sering terjadi sehubungan dengan cara pandang yang berbeda tentang makana
pendidikan setiap kelompok tersebut. Misalkan cara pandang kelompok agamawan atau
kelompok budayawan yang lebih menekankan pendidikan di sekolah sebagai proses
penanaman budi pekerti berbeda dengan cara pandang kelompok industriawan yang lebih
menekankan pendidikan di sekolah sebagai wadah untuk membentuk generasi manusia
yang siap pakai dengan sejumlah keterampilan teknis sesuai dengan tuntutan industri.
Cara pandang yang berbeda semacam ini tentu saja memunjulkan kriteria keberhasilan itu
tidak pernah memuaskan semua golongan sosial. Walaupun dirasakan sangat susah, para
pengembang kurikulum mestinya memperhatikan setiap tuntutan dan tekanan masyarakat
yang berbeda itu. Oleh sebab itu, menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan
masyarakat merupakan salah satu langkah penting dalam proses penyusunan suatu
kurikulum. Dalam konteks inilah pengembang kurikulum perlu menjalankan peran
evaluatif dan peran kritisnya dalam menentukan muatan kurikulum.
b. - Menerapkan program K3 (kebersihan, keindahan, dan ketertiban) secara kontinyu dan
terus menerus hingga K3 menjadi kebiasaan yang membudaya di sekolah. Bukan hanya
menghafal ketika siswa dihadapkan pada konsep kebersihan, keindahan, dan ketertiban tetapi
proses pembelajarannya lebih kepada praktik langsung dengan memperhatikan lingkungan
sekitar kelas atau sekolah

- Guru membiasakan untuk mengelola kondisi kelas sebelum memulai pembelajaran.


Mengkondisikan kelas dapat dilakukan dengan cara mengatur kesiapan belajar anak didik,
mengamati ketertiban (kondisi/penampilan) anak didk, mengatur posisi dan ketertiban tempat
duduk, mengecek kebersihan kelas, dan sebagainya.

- Guru berusaha untuk menjadi teladan bagi siswa. Guru mampumemberi contoh nyata yang
baik (uswatun hasanah) bagi siswa. Dengan demikian, yang diperoleh siswa tidak hanya materi
pelajaran saja, tetapi juga mengedepankan akhlak, yang selanjutnya membangun mental manusia
sebagai pembelajar.

- Guru berusaha untuk menjadi sahabat dan teman curhat bagi siswanya. Efektifitas evalusai
karakter siswa tidak hanya soal buku laporan perilaku siswa, melainkan mereka melakukan
pendekatan dari hati ke hati.

3. a. Seorang guru yang akan melakukan evaluasi, maka tahapan pertama yang harus
dilakukan adalah melakukan tes kepada peserta didik dengan waktu yang sudah
ditentukan. tes terjadi di dalam kelas atau di luar kelas. Setelah melakukan tes, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran (measurement). Tahapan pengukuran
ini dengan melihat hasil karya siswa dengan memberikan nilai berupa kuantitatif. Seperti
contoh : guru bahasa Inggris melakukan pengukuran terhadap tes siswa. Misalnya siswa
yang bernama Condro Kusuma mengerjakan tes bahasa inggris sebanyak 50 soal. Soal
yang dijawab benar sebanyak 45 soal, sedangkan soal yang dijawab salah sebanyak 5
soal. Angka yang benar 45 dan angka yang salah 5 soal. Itulah yang dinamakan
pengukuran. Langkah selanjutnya setelah pengukuran adalah melakukan penilaian. Tadi
sudah diketahui bahwa jawaban benar atas nama peserta didik yang bernama Condro
Kusuma adalah 45. Jadi nilai akhir Condro Kusuma dalam tes saat ini adalah 90. Inilah
yang dinamakan dengan penilaian. Setelah dilakukan penilaian, maka langkah teakhir
adalah memberikan evaluasi. Dengan nilai 90 tadi, atas nama Condro Kusuma, maka
dapat dievaluasi bahwa siswa yang bernama Condro Kusuma dapat memahami
pembelajaran yang sudah diajarkan oleh seorang guru bahasa inggris. Selanjutnya
melakukan evaluasi yang dijawab salah. Yang salah tadi sebanyak 5 soal. Indikator apa
yang belum dikuasai oleh Condro Kusuma, maka inilah yang dinamakan evaluasi.
Kemampuan dan kelemahan seorang siswa bisa dievaluasi secara menyeluruh setelah
dilakukan tahapan-tahapan berupa tes, pengukuran dan penilaian.
b. Karena evaluasi akansangat menentukan pembinaan pendidikan selanjutnya untuk
anak didik, sehingga evaluasi mutlak diperlukan dalam suatu proses ajar-mengajar.
Evaluasi diperlukan untuk menilai/tolak ukur kemampuan, berhasil atau tidaknya metode
yang digunakan. dengan adanyaevaluasi kita menjadi tahu apa yang perlu ditingkatkan,
diperbaiki , dinilai cukup/kurang. tanpa adanya evaluasi kita tidak tahu kemajuan/
kemunduran yang terjadi pada sebuah proses.Evaluasi di perlukan untuk me-review apa
yang terjadi sebelumnya, kendala, problema yang di hadapi, seberapa jauh pemahaman
materi yangdi berikan. Dan juga menyimpulkan apakah kegiatan yang tadi dilakukan
sukses atau gagal, dan banyak lagi sepertinya. Tanpa evaluasi kita tidak akan tau hasil
dari pendidikan tersebut. Dengan evaluasi dapat di ketahi dimana kekurangannya agar
dapat diperbaiki.

4. a. Yang melatarbelakangi munculnya kendala dalam pembelajaran secara daring adalah


keterbatasan koneksi/internet. Banyak yang belum sepenuhnya memahami teknologi
untuk pembelajaran daring ini, dari mulai keterbatasan kuota, keterbatasan sinyal dan
minimnya referensi tentang menggunakan platform untuk pembelajaran daring.

b. Saya selalu mengambil langkah mudah dan sederhana. Langkah yang saya lakukan
untuk mengatasi permasalah tersebut dengan mencoba untuk tidak terlalu sering
menggunakan platform yang sekiranya sulit untuk diakses oleh para murid, dan
setidaknya kita juga tidak hanya memberikan sekadar tugas dan materi saja yang
mungkin bisa menyebabkan kejenuhan dalam jangka panjang. Jadi, alternatifnya bisa
diselingi dengan membuat video pembelajaran yang menarik seperti video animasi
ataupun tugas kelompok yang berbentuk games agar para murid dilatih untuk tetap aktif
dan saling berinteraksi. Jadi, selagi garis lurusnya masih dalam konteks belajar apapun
tidak masalah.

Anda mungkin juga menyukai