Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NURLIANA

NO. STANBUK : 35091006


ETIKA BIROKRASI PEMERINTAH

A. Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos yang berarti kebiasaan atau watak dan

dalam bahasa prancis disebut etiquet atau etiket yang dapat diartikan sebagai kebiasaan

atau cara bergaul dan berperilaku yang baik. Secara konsep, etika dipahami sebagai

“suatu sistem nilai yang mengatur mana yang baik dan mana yang buruk dalam suatu

kelompok atau masyarakat ”. Etika menurut Bertens (1977) “seperangkat nilai-nilai dan

norma-norma moral yang menjadi pegangan dari seseorang atau suatu kelompok dalam

mengatur tingkah lakunya. Sedangkan Darwin (1999) mengartikan Etika adalah

prinsip-prinsip moral yang disepakati bersama oleh suatu kesatuan masyarakat, yang

menuntun perilaku individu dalam berhubungan dengan individu lain masyarakat.

B. Birokrasi

Birokrasi secara etimologis juga berasal dari bahasa Yunani yakni “Bureau”,

yang artinya meja tulis atau tempat bekerjanya para pejabat. Birokrasi sendiri adalah

tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan sebagai sarana bagi pemerintah untuk

melaksanakan pelayanan umum sesuai dengan permintaan masyarakat. Menurut

Yahya Muhaimin Birokrasi adalah keseluruhan aparat pemerintah, baik sipil maupun

militer yang bertugas membantu pemerintah (untuk memberikan pelayanan publik) dan

menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu, sedangkan Hegel melihat, bahwa

birokrasi merupakan jembatan yang dibuat untuk menghubungkan antara kepentingan

masyarakat dan kepentingan negara yang dalam saat-saat tertentu berbeda. Oleh sebab

itu peran birokrasi menjadi sangat strategis dalam rangka menyatukan persepsi dan

perspektif antara negara (pemerintah) dan masyarakat sehingga tidak terjadi kekacauan.
Jadi dari kedua konsep diatas berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat kami

simpulkan bahwa etika birokrasi yaitu tingkah laku para aparat birokrasi itu sendiri

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Aparat Birokrasi secara kongkrit di negara

kita yaitu Pegawai Negeri baik itu Sipil maupun Militer, yang secara organisatoris dan

hierarkis melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing sesuai aturan yang telah

ditetapkan serta memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan.

Darwin (1999) juga mengartikan Etika Birokrasi (Administrasi Negara) adalah

sebagai seperangkat nilai yang menjadi acuan atau penuntun bagi tindakan manusia

dalam organisasi. Dengan mengacu kedua pendapat ini, maka etika mempunyai dua

fungsi, yaitu pertama sebagai pedoman, acuan, referensi bagi administrasi negara

(birokrasi publik) dalam menjalankan tugas dan kewenangannya agar tindakannya

dalam birokrasi sebagai standar penilaian apakah sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi

publik dinilai abik, buruk, tidak tercela, dan terpuji. Seperangkat nilai dalam etika

birokrasi yang dapat digunakan sebagai acuan, referensi, penuntun, bagi birokrasi

publik dalam menjalan tugas dan kewenangannya antara lain, efisiensi, membedakan

milik pribadi dengan milik kantor, impersonal, merytal system, responsible,

accountable, dan responsiveness.

C. Alasan mengapa Etika Birokrasi penting diperhatikan dalam pengembangan


pemerintahan

Ada beberapa alasan mengapa Etika Birokrasi penting diperhatikan dalam

pengembangan pemerintahan yang efisien, tanggap dan akuntabel, menurut Agus

Dwiyanto, bahwa :

1. Masalah-masalah yang dihadapi oleh birokrasi pemerintah dimasa mendatang akan

semakin kompleks. Modernitas masyarakat yang semakin meningkat telah


melahirkaan berbagai masalah – masalah publik yang semakin banyak dan komplek

dan harus diselesaikan oleh birokrasi pemerintah. Dalam memecahkan masalah

yang berkembang, birokrasi seringkali tidak dihadapkan pada pilihan – pilihan yang

jelas seperti baik dan buruk. Para pejabat birokrasi seringkali tidak dihadapkan pada

pilihan yang sulit, antara baik dan baik, yang masing – masing memiliki implikasi

yang saling berbenturan satu sama lain. Dalam kasus pembebasan tanah, misalnya

pilihan yang dihadapi oleh para pejabat birokrasi seringkaali bersifat dikotomis dan

dilematis. Mereka harus memilih antara memperjuangkan program pemerintah dan

memperhatikan kepentingan masyarakatnya. Masalah – masalah yang ada dalam

“grey area “seperti ini akan menjadi semakin banyak dan kompleks seiring dengan

meningkatnya modernitas masyarakat. Pengembangan etika birokrasi mungkin bisa

fungsional terutama dalam memberi “ policy guidance” kepada para pejabat

birokrat untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

2. Keberhasilan pembangunan yang telah meningkatkan dinamika dan kecepatan

perubahan dalam lingkungan birokrasi. Dinamika yang terjadi dalam lingkungan

tentunya menuntut kemampuan birokrasi untuk melakukan adjustments agar tetap

tanggap terhadap perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Kemampuan untuk

bisa melakukan adjustment itu menuntut discretionary power yang besar.

Penggunaan kekuasaan direksi ini hanya akan dapat dilakukan dengan baik kalau

birokrasi memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi mengenai besarnya

kekuasaan yang dimiliki dan implikasi dari penggunaan kekuasaan itu bagi

kepentingan masyarakatnya. Kesadaran dan pemahaman yang tinggi mengenai

kekuasaan dan implikasi penggunaan kekuasaan itu hanya dapat dilakukan melalui

pengembangan etika birokrasi.


3. Etika diperlukan oleh penyelenggara pemerintahan dan negara termasuk birokrasi

agar mampu menjalankan fungsinya dengan tulus, jujur dan berpihak pada

kepentingan rakyat/masyarakat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dinegara

demokrasi.

D. Bagaimanakah etika birokrasi yang seharusnya dilakukan oleh birokrasi


publik?
Seperangkat nilai dalam etika birokrasi yang dapat digunakan sebagai acuan,

referensi, penuntun bagi birokrasi publik dalam melaksanakan tugas dan

kewenangannya antara lain adalah :

1. efisiensi, artinya tidak boros, sikap, perilaku dan perbuatan birokrasi publik

dikatakan baik jika mereka efisien;

2. membedakan milik pribadi dengan milik kantor, artinya milik kantor tidak

digunakan untuk kepentingan pribadi;

3. impersonal, maksudnya dalam melaksanakan hubungan kerjasama antara orang

yang satu dengan lainnya secara kolektif diwadahi oleh organisasi, dilakukan

secara formal, maksudnya hubungan impersonal perlu ditegakkan untuk

menghindari urusan perasaan dari pada unsur rasio dalam menjalankan tugas

dan tanggung jawab berdasarkan peraturan yang ada dalam organisasi. Siapa

yang salah harus diberi sanksi dan yang berprestasi selayaknya mendapatkan

penghargaan;

4. merytal system, nilai ini berkaitan dengan rekrutmen dan promosi pegawai,

artinya dalam penerimaan pegawai atau promosi pegawai tidak di dasarkan atas

kekerabatan, namun berdasarkan pengetahuan (knowledge),

keterampilan(skill), sikap (attitude), kemampuan (capable), dan

pengalaman(experience), sehingga menjadikan yang bersangkutan cakap dan


profesional dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dan bukanspoil

system (adalah sebaliknya);

5. responsible, nilai ini adalah berkaitan dengan pertanggungjawaban birokrasi

publik dalam menjalankan tugas dan kewenangannya;

6. accountable, nilai ini merupakan tanggung jawab yang bersifat obyektif, sebab

birokrasi dikatakan akuntabel bilamana mereka dinilai obyektif oleh masyarakat

karena dapat mempertanggungjawabkan segala macam perbuatan, sikap dan

sepak terjangnya kepada pihak mana kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki

itu berasal dan mereka dapat mewujudkan apa yang menjadi harapan publik

(pelayanan publik yang profesional dan dapat memberikan kepuasan publik);

7. responsiveness, artinya birokrasi publik memiliki daya tanggap terhadap

keluhan, masalah dan aspirasi masyarakat dengan cepat dipahami dan berusaha

memenuhi, tidak suka menunda-nunda waktu atau memperpanjang alur

pelayanan.

E. Tindakan yang harusnya dihindari oleh pejabat birokrasi serta sangsi yang
diterimah oleh birokrat yang melanggar.
Paul H. Douglas dalam bukunya “Ethics in Government” yang dikutip oleh Drs.

Haryanto, MA,6 tentang tindakan-tindakan yang hendaknya dihindari oleh seorang

pejabat pemerintah yang juga merupakan aparat Birokrasi, yaitu :

a. Ikut serta dalam transaksi bisnis pribadi atau perusahaan swasta untuk

keuntungan pribadi dengan mengatasnamakan jabata kedinasan.

b. Menerima segala sesuatu hadiah dari pihak swsta pada saat ia melaksanakan

transaksi untuk kepentinagn dinas.

c. Membicarakan masa depan peluang kerja diluar instansi pada saat it berada

dalam tugas-tugas sebagai pejabat pemerintah.


d. Membocornakan informasi komersial atau ekonomis yang bersifat rahasia

kepada pihak-pihak yang tidak berhak.

e. Terlalu erat berurusan dengan orang-orang diluar instansi pemerintah yang

dalam menjalankan bisnis pokoknya tergantung dari izin pemerintah

F. Jenis sangsi.
Jenis sangsi atau hukuman yang dapat dijatuhkan kepada Pagawai Negeri

sangatlah bervariasi sesuai tingkat pelanggaran, adapun jenis sangsi tersebut menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980 terdiri dari :

a. Hukuman disiplin ringan antara lain : - teguran lisan - teguran tertulis -

pernyataan tidak puas secara tertulis.

b. Jenis hukuman disiplin sedang, antara lain : - penundaan kenaikkan gaji berkala

untuk paling lama satu tahun - penurunan gaji sebesar satu kali gaji berkala

untuk paling lama satu tahun. - Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama

satu tahun.

c. Jenis hukuman disiplin berat, terdiri dari : - penurunan pangkat pada pangkat

yang setingkat lebih rendah paling lama satu tahun. - Pembebasan dari jabatan.

- Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri selaku pegawai

negeri sipil. - Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai pegawai negeri sipil.

Dari sangsi hukuman yang diberikan dan patut diterima bagi siapa saja
pelanggar Etika atau peraturan yang turut mengatur moralitas para aparat birokrasi di
atas, jelaslah bagi kita beratnya sangsi atau hukuamn yang telah ditentukan, namun
sekarang kembali lagi kepada penegakkan sangsi atas pelanggaran Etika tersebut, apa
betul-betul dilaksanakan atau ditegakkan kepada mereka yang melanggar atau hanya
sebatas retorika ataupun sangsi social saja, karena sangsi social hanya efektif apabila
aparat Birokrasi itu berada di tengah-tengah masyarakat, sementara apabila dalam
organisasi Birokrasi harus tegas berupa sangsi hukuman sesuai peraturan perundang-
undangan tersebut di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Fernanda, M.Soc.Sc, Drs.Desi. 2006.Etika Organisasi Pemerintah: Modul Pendidikan Dan


Pelatihan Prajabatan Golongan III.Jakarta.Lembaga Administrasi Negara.

Kumorotomo, Wahyudi. 1992. Etika Admnistras Negara. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Rodlial Ramdhan .wordpress.com/2007/03/16/etika-birokrasi /,Rodlial_ Ramdhan .Diakses


11 Oktober 2015.

Suryana. Pentingnya etika birokrasi pemerintah dalam Pelayanan publik.


(Online)//http//www//wikipedia.org/wiki .Diakses 11 Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai