Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu di dunia ini semakin


berkembang. Tidak hanya sumber daya manusia dan teknologi, penyakit pun
semakin berkembang. Contohnya penyakit stroke.
Penyakit stroke bukanlah penyakit yang asing lagi di telinga kita. Penyakit
ini telah ditemukan sekitar 2400 tahun yang lalu oleh bapak kedokteran dari
Yunani, Hipocrates. Dia menyebutnya sebagai “Apoplexy” yang dalam bahasa
Yunani berarti dilumpuhkan dengan kekerasan. Namun, karena saat itu dunia
kedokteran memiliki sedikit ilmu anatomi dan fungsi otak, sulit untuk meneliti
penyakit ini. Hubungan antara penyakit stroke dan otak mulai terkuak pada
pertengahan abad 17. Jacob Wepfer menemukan adanya pendarahan di otak pada
pasien apoplexy. Dalam penelitiannya, ia juga menemukan bahwa penyumbatan
pada pembuluh darah di otak ternyata juga menyebabkan apoplexy. Penelitian ini
kemudian semakin berkembang, hingga pada tahun 1928 apoplexy dikategorikan
berdasarkan masalah pembuluh darah yang menjadi penyebabnya. Semenjak itu
pula, istilah stroke sebagai sebuah gejala serangan terhadap otak mulai dikenal
(Alfawwaz, 2014).
Angka kejadian stroke di dunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk
dalam setahun. Bila ditinjau dari segi usia, terjadi perubahan dimana stroke bukan
hanya menyerang usia tua tapi juga menyerang usia muda yang masih produktif.
Mengingat kecacatan yang ditimbulkan stroke permanen, sangatlah penting bagi
usia muda untuk mengetahui informasi mengenai penyakit stroke, sehingga
mereka dapat melaksanakan pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit stroke.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun 500.000 penduduk terkena serangan
stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami
2

cacat ringan atau berat. Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga
di dunia setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan di Indonesia stroke
menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit (Yastroki,
2012). 
Dari tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit stroke semakin bertambah.
Hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu: perilaku dan medis. Berdasarkan faktor
perilaku, penyakit stroke dapat disebabkan oleh perilaku atau gaya hidup yang
tidak sehat, kurangnya beraktifitas dan berolahraga, pola makan yang tidak dijaga,
sering mengkonsumsi makanan cepat saji seperti: junk food atau fast food,
minuman beralkohol, merokok, minuman bersoda, dan sering mengalami suasana
hati yang tidak terkontrol seperti: marah-marah dan emosi tanpa alasan yang jelas.
Dan berdasarkan faktor medis, penyakit stroke dapat disebabkan karena penderita
mengalami hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi, kolesterol, dan
arteriosklerosis atau pengerasan pembuluh darah. Menurut data statistik, penyakit
tersebut merupakan 80% penyebab stroke, dan penyebab lainnya dikarenakan oleh
penyakit jantung, diabetes, mempunyai riwayat keturunan terkena stroke dalam
keluarga, dan migren.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, diuraikan rumus masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana cara penerapan sinar inframerah pada terapi arang bambu


untuk penderita stroke?
2. Apa kendala yang dihadapi terkait dengan penerapan sinar inframerah
pada terapi arang bambu untuk penderita stroke?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui cara penerapan sinar infra merah pada terapi arang bambu
untuk penderita stroke.
3

2. Mengetahui kendala yang dihadapi terkait dengan penerapan sinar


inframerah pada terapi arang bambu untuk penderita stroke.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memperluas pengetahuan penulis tentang penyakit stroke.
2. Memberikan pengobatan alternatif untuk penderita stroke.
3. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit stroke
4. Sebagai sarana peningkatan wawasan dan juga ilmu bagi penulis sendiri.

Anda mungkin juga menyukai