Anda di halaman 1dari 36

Media Komunikasi dan Inspirasi

VI / Oktober - 2016

Gerakan Literasi
untuk Tumbuhkan
Budaya Literasi
DAFTAR ISI
Budaya Literasi untuk
Tumbuhkan Insan
Pembelajar

04
04 12
Literasi Dasar Gerakan Literasi
Enam Komponen Sekolah
Literasi Dasar Membudayakan
Ekosistem Sekolah
06 yang Literat

14 08
GLS di Sekolah Dasar
Berkarya dengan Teks

18 10
22
GLS di SMK
Melek Informasi
dengan Literasi Digital

16 20
Raih Masa Depan,
Wujudkan Masyarakat Manfaatkan Bursa
Berdaya yang Melek Kerja Khusus
Aksara dan Gemar 16
Membaca
SMK Rujukan
20 Hasilkan SDM
Terampil dan Berdaya
Peran Ekosistem Saing Tinggi
Pendidikan Tumbuhkan 18
Literasi Siswa SLB
Dari Pinggiran
18 Merajut
Budaya Nasional

27 Senarai Kata
21

Serapan
33
Sapa Redaksi
Kita patut bersyukur, Indonesia berhasil masyarakat tergerak untuk mau menulis.
menurunkan angka tuna aksara secara Harapannya agar budaya literasi dapat
signifikan hingga pada 2014 tersisa 3,7 persen tumbuh dan semakin berkembang di
masyarakat yang masih belum melek aksara. kalangan masyarakat.
Namun prestasi itu tidak boleh membuat kita
besar kepala. Masih ada pekerjaan besar yang Kami juga menghadirkan rubrik kebudayaan
harus segera dikerjakan setelah berhasil yang mengulas tentang pelaksanaan ke-2
mengentaskan masyarakat dari tuna aksara. World Culture Forum atau Forum Budaya
Pekerjaan besar itu adalah bagaimana Dunia tahun 2016. Sebelumnya pada 2013,
menumbuhkan minat baca masyarakat forum yang membahas budaya secara
sehingga tumbuh menjadi masyarakat yang internasional digelar untuk pertama kalinya di
literat dan memiliki budaya literasi yang Bali, Indonesia. Dalam rubrik ini kami
tinggi. hadirkan tujuan serta makna dibalik
diselenggarakannya pertemuan budaya
Sejumlah upaya pemerintah dilakukan untuk berskala internasional tersebut.
secara bertahap menumbuhkan kecintaan
masyarakat terhadap literasi. Salah satunya Sementara itu pada rubrik kajian, kami
kegiatan wajib membaca 15 menit sebelum hadirkan artikel mengenai tata nilai budaya
hari pembelajaran untuk membaca buku kerja di Kementerian Pendidikan dan
selain buku mata pelajaran, seperti yang Kebudayaan (Kemendikbud). Artikel ini hadir
tertuang dalam lampiran Peraturan Menteri untuk memberikan informasi mengenai
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) kebiijakan reformasi birokrasi internal yang
Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan dilakukan di Kementerian ini. Reformasi
Budi Pekerti. dilakukan semata-mata agar dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik
Selain itu, Kementerian Pendidikan dan kepada seluruh pemangku kepentingan yang 03
Kebudayaan (Kemendikbud) menelurkan ada di lingkungan Kemendikbud.
kebijakan berupa Gerakan Literasi Nasional
yang tujuannya agar literasi dapat menjadi Tidak lupa juga kami hadirkan rubrik “Bangga
bagian yang tidak terpisahkan dari Berbahasa Indonesia” yang disajikan cukup
masyarakat Indonesia. GLN ringan. Berisi kata-kata serapan dan
diimplementasikan dalam bentuk Gerakan penulisan kata yang tepat beserta arti kata
Literasi Sekolah, Gerakan Literasi tersebut. Seluruhnya kami hadirkan dalam
Masyarakat, dan Gerakan Literasi Bangsa. majalah edisi VI ini.
Topik-topik tersebut kami bahas dalam edisi
kali ini. Kami berharap seluruh informasi yang
terdapat dalam majalah ini dapat memberikan
Masih berkaitan dengan literasi, di bagian manfaat dan dapat digunakan sebagai
rubrik resensi buku, kami suguhkan buku referensi bagi yang membutuhkan. Selamat
berjudul “Gempa Literasi”. Buku ini membaca. Salam.
merupakan kumpulan esai dari sejumlah
komunitas literasi yang tujuannya agar Redaksi

REDAKSI
Pelindung: Sekretariat Redaksi:
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat (BKLM),
Penasihat: Sekretaris Jenderal, Didik Suhardi Kemendikbud, Gedung C Lantai 4,
Penanggung Jawab: Asianto Sinambela Jln. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta,
Pemimpin Redaksi: Eka Nugrahini Telp. 021-5711144 Pes. 2413
Redaktur Pelaksana: Emi Salpiati
Staf Redaksi: Ratih Anbarini, Aline Rogeleonick, Desliana kemdikbud.go.id
Maulipaksi, Agi Bahari, Gloria Gracia, Seno Hartono Kemdikbud.RI
Fotografi, Desain & Artistik: BKLM
@kemdikbud_RI
KEMENDIKBUD RI
Gerakan Literasi Nasional
Budaya Literasi untuk
Tumbuhkan Insan
Pembelajar
Indonesia memang berhasil menurunkan
angka tuna aksara. Namun tantangan
berikutnya adalah menumbuhkan budaya
baca di kalangan masyarakat Indonesia.
Penumbuhan budaya baca penting
mengingat kemampuan dan keterampilan
membaca merupakan dasar bagi seseorang
memeroleh pengetahuan, keterampilan, dan
pembentukan sikap. Menjadi generasi literat
berarti menuju masyarakat kritis dan
peduli. Artinya, kritis terhadap segala
informasi yang diterima, sehingga tidak
bereaksi secara emosional dan peduli
terhadap lingkungan sekitar.
Akhir-akhir ini banyak pihak merasa kesal dengan
sembarangnya orang membagikan artikel tanpa
pertimbangan baik-buruk dan tidak pula membaca
isinya dengan seksama. Alih-alih membagikan
informasi yang benar atau baik kepada masyarakat,
justru yang terjadi adalah sebaliknya. Perang
argumen terjadi sehingga tidak jarang menimbulkan
04
konflik di antara masyarakat.

Minat baca yang rendah menjadi salah satu penyebab GLB dilakukan di sekolah-sekolah untuk para siswa
terjadinya peristiwa di atas. Mereka yang tidak dan warga sekolah lainnya, mulai di tingkat SD
membudayakan membaca dan mudah bereaksi tanpa hingga sekolah tingkat menengah. Sementara GLM
mempertimbangkan sesuatunya adalah cerminan diperuntukkan bagi masyarakat non-usia sekolah.
masyarakat yang belum memiliki literasi informasi
dengan baik. Untuk menjadi insan dengan literasi GLS menekankan pada kegiatan literasi yang
informasi yang baik, perlu pembiasaan membaca. mencakup keterampilan berpikir menggunakan
Jika membiasakan diri untuk membaca sudah sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak,
tertanam, tahap selanjutnya adalah terbentuk visual, digital, dan auditori. Sementara GLM masih
karakter gemar membaca, dan akhirnya memiliki memprioritaskan pada kegiatan baca, tulis, dan
budaya membaca yang baik. berhitung, mengingat sasaran GLM pada masyarakat
luar sekolah yang masih tuna aksara. Untuk
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mendukung budaya literasi ini, Badan
(Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Pengembangan dan Perlindungan Bahasa,
Penumbuhan Budi Pekerti memperkuat upaya Kemendikbud, melalui GLB-nya menyediakan bahan
pembentukan budaya literasi tersebut. Salah satu hal baca cerita rakyat. Pada 2016 ini, buku yang ditulis
yang diatur dalam Permendikbud itu adalah kegiatan berjumlah 263 buku, terdiri atas 93 oenulisan ulang
15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum cerita rakyat dan 170 buku penulisan cerita rakyat
waktu belajar dimulai. Pembiasaan membaca buku baru.
ini dianggap dapat menumbuhkan minat baca serta
meningkatkan keterampilan membaca agar Majalah Jendela edisi kali ini mengupas GLS dan GLM
pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. secara lengkap. GLS yang disajikan mulai tingkat SD,
SMP, SMA, dan SMK. GLS pada Sekolah Luar Biasa
Selain dalam bentuk Permendikbud, upaya (SLB) juga tidak luput dibahas. Pada bagian GLM,
pemerintah menumbuhkan masyarakat gemar Jendela membahas tentang program keaksaraan
membaca diimplementasikan dalam bentuk Gerakan usaha mandiri yang selain membantu masyarakat
Literasi Sekolah (GLS), Gerakan Literasi Masyarakat mengenal baca, tulis, hitung (calistung), juga
(GLM) dan Gerakan Literasi Bangsa (GLB). GLS dan memberikan kecakapan hidup berupa keterampilan
yang mendayakan masyarakat. (*)
05

Ekosistem sekolah yang literat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

Menyenangkan dan
ramah anak, Semua warganya Menumbuhkan
sehingga menunjukkan semangat ingin
menumbuhkan emosi, peduli, dan tahu dan cinta
semangat warganya menghargai pengetahuan
dalam belajar sesama

Memampukan Mengakomodasi
warganya untuk partisipasi seluruh
cakap berkomunikasi warga dan
dan dapat lingkungan eksternal
berkontribusi kepada sekolah.
lingkungan sosialnya
Literasi Dasar
Enam Komponen Literasi Dasar
Dalam sebuah laporan Forum Ekonomi Dunia 2015 dengan tema “Visi Baru untuk
Pendidikan: Membina Pembelajaran Sosial dan Emosional melalui Teknologi”,
disebutkan bahwa salah satu keterampilan utuh abad 21 yang dibutuhkan adalah
memiliki kemampuan literasi dasar yang baik, yaitu bagaimana menerapkan
keterampilan inti untuk kegiatan sehari-hari. Ada enam komponen dalam literasi dasar
ini, yaitu kemampuan baca-tulis-berhitung, sains, teknologi informasi dan komunikasi
(TIK), keuangan, budaya, dan kewarganegaraan.

Tahapan pendidikan tentang uang


(f inancial literacy) sesuai usia anak Anak-anak diharapkan mulai mengenal
budaya menabung. Anak mulai
memahami cara menggunakan uang
Anak-anak Tugas orangtua: yang bijaksana, walaupun uangnya
sendiri. Tentukan target jangka pendek.
diharapkan mulai Kenalkan aneka jenis uang
(koin, kertas), bermain
Usia
mengenal konsep 5-6 tahun
uang. Uang adalah
menghitung uang,
mengurutkan uang, dan Usia
alat untuk jual beli. terlibat permainan di 7-9 tahun
Uang berfungsi gadget yang ada uangnya.
Libatkan anak dalam
untuk membeli kegiatan belanja dan
barang atau melakukan transaksi yang
membayar jasa. terkait dengan dirinya
(membeli roti, es krim, dan
lain-lain).

06
Usia
16-18 tahun Usia
13-15 tahun

Anak diharapkan mulai Tugas orangtua:


belajar tentang Ajari anak mengenai Tugas orangtua:
investasi, memahami pilihan-pilihan investasi. Jika
tentang pinjaman, Anda tidak memahami, carikan Ajari anak untuk memperhitungkan tabungan
pajak, dan asuransi. jalan melalui buku atau & pendapatannya serta membuat rencana
Anak mulai belajar pelatihan untuk anak mengenai pengeluarannya.
memahami investasi, pajak, dan asuransi. Ajari anak tentang atm. kartu kredit dan debit.
Anak diharapkan mulai Ajari anak untuk menggunakan produk
pengelolaan keuangan Libatkan anak dalam diskusi belajar perencanaan uang
rumah tangga. mengenai keuangan keluarga perbankan dalam bimbingan Anda, seperti
sederhana (budgeting). Anak kartu debit , e-money – BCA Flazz, e-money
dan pertimbangkan mulai mengetahui tentang
masukan-masukan yang Mandiri, Kartu Jakarta Pintar, Kartu
produk perbankan seperti Indonesia PIntar dll).
diberikannya. atm, kartu debit dan kartu Ajari anak untuk tidak membagikan informasi
kredit, apa fungsinya dan keuangan (pin ATM, dll) kepada orang lain
perbedaannya. atau ke Internet.

Literasi baca-tulis-berhitung (drawing) berdasarkan rangka memahami serta


(calistung) merupakan literasi pemahaman dan pengambilan membuat keputusan tentang alam
dasar (basic literacy) yang kesimpulan pribadi. dan perubahan yang dilakukan
berkaitan dengan kemampuan terhadap alam melalui aktivitas
untuk mendengarkan, berbicara, Literasi sains merupakan ranah manusia. Penilaian sains PISA
membaca, menulis, dan utama dari Programme for 2006 memberikan prioritas
menghitung (counting) berkaitan International Student Assessment kompetensi: mengidentifikasi
dengan kemampuan menganalisis (PISA). Literasi sains adalah masalah-masalah ilmiah;
untuk memperhitungkan kemampuan menggunakan menjelaskan maupun
(calculating), mempersepsikan pengetahuan sains untuk meramalkan fenomena alam
informasi (perceiving), mengidentifikasi permasalahan berdasarkan pengetahuan ilmiah,
mengomunikasikan, serta dan menarik kesimpulan menafsirkan data dan mengambil
menggambarkan informasi berdasarkan bukti-bukti dalam

Fokus/Edisi V/September 2016


Literasi Teknologi Informasi dan bertujuan meningkatkan jumlah
Komunikasi (TIK) adalah pengguna produk dan layanan
kemampuan memahami jasa keuangan.
kelengkapan yang mengikuti
teknologi seperti peranti keras Literasi Budaya adalah
(hardware), peranti lunak kemampuan untuk mengetahui
(software), serta etika dan etiket budaya yang dimiliki bangsa, baik
dalam memanfaatkan teknologi. kearifan local maupun budaya
Berikutnya, kemampuan dalam nasional, serta kemampuan dan
memahami teknologi juga untuk keinginan untuk melestarikan dan
mencetak, mempresentasikan, emngembangkan kebudayaan
dan mengakses internet. Dalam tersebut. Literasi budaya
praktiknya, juga pemahaman bertujuan untuk mencegah
dalam menggunakan komputer lunturnya budaya lokal akibat
Tugas orangtua: (Computer Literacy) yang di imbas dari masuknya budaya
Belikan/buat celengan untuk menyimpan uang dalamnya mencakup global yang sangat kuat. Untuk
anak. Ajari anak untuk mengumpulkan uang
yang diperolehnya dari hadiah, angpau, dan menghidupkan dan mematikan meredam pengaruh-pengaruh
lain-lain.
Mulai berikan uang saku mingguan. Berikan komputer, menyimpan dan budaya global yang kuat itu
panduan & koridor cara penggunaan uangnya. mengelola data, serta diperlukan literasi dan kesadaran
Ajarkan anak untuk menunda jajan dan
menabung agar dia bisa membeli sebuah hal mengoperasikan program masyarakat akan pentingnya
berharga yang diinginkan anak.
Ajarkan anak untuk disiplin dan menerima perangkat lunak. Sejalan dengan pelestarian budaya lokal. Kondisi
konsekuensi. Jika uang sakunya dihabiskan membanjirnya informasi karena saat ini, banyak generasi muda
sebelum waktunya, jangan tambahkan uang
agar anak belajar tentang konsekuensi perkembangan teknologi saat ini, yang mulai tidak tahu budayanya
tindakannya.
diperlukan pemahaman yang baik sendiri. Generasi muda harus
dalam mengelola informasi yang dapat mengembangkan
dibutuhkan masyarakat. kemampuan diri dalam
menghadapi era global, tetapi
Usia
Literasi Keuangan adalah jangan sampai terbawa arus
10-12 tahun Anak diharapkan mulai bisa
melakukan transaksi keuangan, 07
pengetauan atau kemampuan budaya global yang tidak sesuai
misalnya berbelanja di toko. Anak
diharapkan memahami makna untuk mengelola keuangan. dengan budaya sendiri.
uang (bahwa uang tidak datang
begitu saja, berharga sehingga Menurut Otoritas Jasa Keuangan
perlu digunakan dengan (OJK), literasi keuangan adalah Literasi Kewarganegaraan
bijaksana, orang
bekerja/investasi untuk rangkaian proses atau aktivitas adalah kemampuan atau
mendapatkan uang). Anak mulai
belajar membuat rencana jangka untuk meningkatkan kesadaran seseorang mengenai
menengah, misalnya: anak
belajar menabung untuk pengetahuan, keyakinan dan kebijakan dan keputusan dalam
membeli sepatu. keterampilan konsumen dan penyelenggaraan negara, serta
Tugas orangtua:
masyarakat luas sehingga mereka tindakan dan perbuatannya bagi
Buatkan akun rekening mampu mengelola keuangan penyelenggaraan negara dalam
tabungan di bank atas dengan baik. Literasi Keuangan kehidupan masyarakat, berbangsa
nama anak sehingga anak
bisa menabung. memiliki tujuan jangka panjang dan bernegara.
Minta anak untuk membeli
barang-barangnya dengan bagi seluruh golongan
uang tabungannya sendiri.
masyarakat, yaitu meningkatkan Enam kemampuan literasi
literasi seseorang yang tersebut selaras dengan Nawa
Diadaptasi dari sumber: sebelumnya less literate, yaitu Cita yang menjadi agenda
The Economic Times, Wealth
hanya memiliki pengetahuan prioritas pemerintah Indonesia
tentang lembaga jasa keuangan, terkait peningkatan keterampilan
kesimpulan; dan memanfaatkan produk dan jasa keuangan atau hidup masyarakat. Literasi juga
data sains untuk membuat bahkan not literate, menjadi well menjadi isu global karena tahun
keputusan. Dalam literasi sains, literate, yakni memiliki 2015 merupakan akhir dari
siswa perlu dapat membedakan pengetahuan dan keyakinan dekade “Pembangunan untuk
masalah-masalah ilmiah dan tentang lembaga jasa keuangan Berkelanjutan” dari UNESCO, atau
masalah-masalah yang tidak serta produk jasa keuangan, UNESCO Decade of Education for
ilmiah. Masalah ilmiah harus termasuk fitur, manfaat dan Sustainable Development. Dekade
dapat dijawab berdasarkan risiko, hak dan kewajiban terkait ini juga merupakan akhir dari
bukti-bukti ilmiah. produk dan jasa keuangan, serta Millennium Development Goals
memiliki keterampilan dalam (MDG’s) menjadi Sustainable
menggunakan produk dan jasa Development Goals (SDG’s) hingga
keuangan. Literasi keuangan juga tahun 2030. (*)

Fokus/Edisi V/September 2016


Gerakan Literasi Sekolah
Membudayakan Ekosistem Sekolah yang Literat
Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Ia menjadi sarana bagi
siswa dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang
didapatkannya di bangku sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan
peserta didik, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya.
Pentingnya literasi bagi siswa membuat Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS). Tujuannya agar siswa dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Hasil survei internasional, yaitu Bahasan tentang


Progress in International Reading kegiatan-kegiatan penumbuhan
Literacy Study (PIRLS) pada 2011, literasi di setiap jenjang
serta Programme for International pendidikan dibahas satu per satu
Student Assessment (PISA) pada dalam majalah edisi ini. Beberapa
2009 dan 2012, menunjukkan kami sajikan dalam bentuk
bahwa keterampilan membaca infografis menarik, sehingga
siswa Indonesia masih berada diharapkan lebih mudah
pada peringkat bawah. Fakta ini dipahami.
membuka mata kita semua bahwa
kemampuan literasi siswa
Indonesia masih rendah.

Padahal kemampuan literasi di


era teknologi informasi saat ini
penting agar siswa memahami
MENGAPA PERLU GLS
08
teks secara analitis, kritis, dan
reflektif. Dengan kemampuan
literasi yang baik, maka siswa
Fakta bahwa hasil survei internasional
memiliki kemampuan mengakses, (PIRLS 2011, PISA 2009 & 2012) yang
memahami, dan menggunakan mengukur keterampilan membaca peserta
informasi secara cerdas dan aman didik, Indonesia menduduki peringkat bawah
(media safely).

Untuk itulah Gerakan Literasi Tuntutan keterampilan membaca pada


Sekolah (GLS) dikembangkan abad 21 adalah kemampuan memahami
dengan menyasar ekosistem informasi secara analitis, kritis, dan re ektif
sekolah di jenjang pendidikan
dasar dan pendidikan menengah. Pembelajaran di sekolah belum mampu
GLS dilaksanakan dengan tiga
mengajarkan kompetensi abad 21
tahapan, mulai dari penumbuhan
minat baca melalui kegiatan 15
menit membaca buku Kegiatan membaca di sekolah perlu
non-pelajaran, meningkatkan dikuatkan dengan pembiasaan membaca
kemampuan literasi melalui
di keluarga dan masyarakat
kegiatan menanggapi buku
pengayaan, hingga meningkatkan
kemampuan literasi di semua
mata pelajaran.

Fokus/Edisi V/September 2016


TUJUAN GLS
TUJUAN KHUSUS
TUJUAN UMUM
Menumbuhkembangkan budaya literasi
01 membaca dan menulis siswa di sekolah
Menumbuhkembangkan budi pekerti
peserta didik melalui pembudayaan Meningkatkan kapasitas warga dan
ekosistem literasi sekolah yang 02 lingkungan sekolah agar literat
diwujudkan dalam Gerakan Literasi
03 Menjadikan sekolah sebagai taman
Sekolah agar mereka menjadi
belajar yang menyenangkan dan ramah
pembelajar sepanjang hayat. anak agar warga sekolah mampu
mengelola pengetahuan

Menjaga keberlanjutan pembelajaran


04 dengan menghadirkan beragam buku
bacaan dan mewadahi berbagai strategi
membaca

09

PRINSIP-PRINSIP
LITERASI SEKOLAH
a Sesuai dengan tahapan
perkembangan peserta didik
d Kegiatan literasi dilakukan
secara berkelanjutan
berdasarkan karakteristiknya

b
Dilaksanakan secara berimbang;
menggunakan berbagai ragam teks
eMelibatkan kecakapan
berkomunikasi lisan
dan memperhatikan kebutuhan
peserta didik

c Berlangsung secara terintegrasi dan


holistik di semua area kurikulum f Mempertimbangkan
keberagaman

Fokus/Edisi V/September 2016


GLS di Sekolah Dasar
Berkarya dengan Teks
Jenjang Sekolah Dasar (SD) menjadi titik awal pengembangan kemampuan
literasi di pendidikan formal. Di level ini, peserta didik dikenalkan dengan
keterampilan literasi dasar, yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis Keterampilan literasi ini akan berkembang melalui
pembiasaan. Kegiatan yang beragam dapat memotivasi siswa untuk
menyenangi literasi.

Salah satu kegiatan untuk membiasakan peserta didik


dengan literasi adalah dengan membaca buku
cerita/pengayaan selama 15 menit sebelum pelajaran
dimulai. Membaca selama 15 menit dapat dimulai oleh
guru dengan membacakan buku/bahan bacaan, dan
mengajak peserta didik untuk menyimak dan
menanggapi bacaan dengan aktif. Proses membacakan
buku ini bersifat interaktif karena guru memeragakan
bagaimana berpikir menanggapi bacaan dan Contoh-contoh
menyuarakannya (think aloud) dan mengajak peserta
didik untuk melakukan hal yang sama. Fokus kegiatan
membacakan nyaring interaktif biasanya adalah untuk Membuat buku besar
memahami kosa kata baru. (big book)
Dengan metode ini, peserta didik akan termotivasi untuk 1. SD kelas rendah
membaca dengan melihat sosok guru yang Guru membuat cerita bersama
memeragakan isi bacaan. Pengalaman membaca yang anak dengan menyiapkan
10 menyenangkan bagi siswa tersebut akan terbangun beberapa alternatif tokoh cerita,
komunikasi antara guru dan peserta didik. alternatif awal cerita, tengah, dan
akhir cerita. Minta peserta didik
Selain membaca nyaring, guru dapat menciptakan untuk memilih/menyepakati tokoh
suasana tenang, nyaman, dan tanpa gangguan agar dan masalah yang dihadapi
peserta didik dapat berkonsentrasi membaca di dalam tokoh. Lalu, ajak
hati. Proses membaca di dalam hati ini akan mereka
menumbuhkan kebiasaan membaca pada peserta didik. bersama-sama
Buku yang dibaca adalah buku yang sesuai dengan minat menyusun alur
peserta didik tanpa mengesampingkan konten bacaan cerita. Dengan
pada buku tersebut. Setelah itu, peserta didik dapat menggunakan
menghafal cerita yang terkandung di dalam bacaannya, kertas warna,
dan menuliskannya kembali dalam bentuk sinopsis. daun, dan
bunga kering,
Membaca dapat dilakukan di mana saja. Namun ajak mereka
menciptakan dan menata lingkungan kaya literasi sangat untuk melengkapi
penting sebagai pendorong semangat peserta didik ilustrasi cerita dan
dalam membaca. Di perpustakaan misalnya, ruangan menuliskan teks cerita
yang memang dirancang sebagai tempat berkumpulnya bersama-sama.
karya literasi ini lebih menarik jika dilengkapi dengan
berbagai sistem dan aplikasi untuk mencatat 2. SD kelas tinggi
pengunjung, aktivitas membaca, dan sarana literasi lain. Secara berkelompok, peserta
Ruangan kelas juga dapat ditata menjadi sudut baca didik dapat mengubah atau
kelas, yaitu dimana salah satu sudut ruangan dilengkapi memodifikasi suatu cerita dan
dengan koleksi buku yang disusun secara menarik agar membuat ilustrasinya dalam
peserta didik mau membaca. Intinya, baik perpustakaan kertas besar. Pada sampul buku
maupun ruangan kelas ditata agar dapat mendekatkan besar, minta peserta didik untuk
buku kepada peserta didik. menuliskan judul asli cerita yang
mereka modifikasi dan nama
penulisnya.

Fokus/Edisi V/September 2016


Lokasi lain di lingkungan sekolah Adanya area baca dapat diperkaya Membaca dan menulis di level SD
dapat dijadikan area baca, seperti dengan bahan-bahan kaya teks. ditekankan pada penumbuhan
serambi, koridor, halaman, kebun, Karya peserta didik berupa kecintaan dan sikap peserta didik
tempat ibadah, tempat parkir, tulisan, gambar atau grafik yang kepada bacaan dan kegiatan
UKS, ruang kepala sekolah, ruang berisi pengetahuan dapat dipajang membaca. Menghargai proses
guru, ruang tunggu orang tua, di sudut-sudut sekolah. Bahkan, belajar peserta didik terbukti
toilet, dan lain sebagainya. Tak di ruang kelas, setiap perangkat dapat menumbuhkan motivasi
hanya buku, alat-alat kampanye yang ada di dalamnya diberi belajar dan memupuk semangat
seperti poster, tulisan peribahasa label/nama agar peserta didik ingin tahu mereka. Selanjutnya,
tentang hidup sehat maupun dapat dengan mudah mengingat motivasi ini dapat membantu
kebersihan juga dapat dipasang di benda-benda tersebut. kesuksesan akademik peserta
lokasi-lokasi tersebut. didik dalam jangka panjang dan
menjadikan mereka pembelajar
sepanjang hayat. (*)

kegiatan berkarya dengan teks (literacraft)


Menyelesaikan cerita
(SD kelas rendah)
Menulis interaktif
(SD kelas tinggi) 1. Guru menyiapkan gambar kartun
dari internet atau majalah yang
Dua orang peserta didik memiliki menggambarkan beberapa
jurnal bersama. Di dalam buku anak/binatang sedang 11
itu, mereka menulis kesan bercakap-cakap. Peserta didik
dan pertanyaan-pertanyaan kemudian diminta untuk
terhadap satu buku yang menambahkan dialog antar tokoh
dibaca bersama. Peserta (dialog dapat ditulis dalam balon
didik dapat saling kata atau diceritakan kepada guru).
menjawab pertanyaan
temannya tentangbacaan. 2. Guru menyusun kompilasi
Jurnal bersama ini juga dapat gambar-gambar menjadi sebuah
digunakan untuk projek rangkaian cerita. Peserta didik
menulis cerita bersama. kemudian diminta untuk
menambahkan teks narasi atau
dialog yang sesuai dengan setiap
adegan pada gambar.
Konferensi penulis
(SD kelas tinggi)

Peserta didik menyelesaikan


tugas menulis (fiksi/liputan/hasil
wawancara/wawancara imajiner,
dll) secara individual lalu
mempresentasikannya dalam
kelompok. Anggota kelompok
saling memberikan pendapatnya Berdiskusi dengan teman
terhadap draf tulisan tersebut. (think-pair-share)
Peserta didik mendiskusikan
pertanyaan dari guru tentang
bacaan dalam kelompok yang
terdiri dari dua orang.
GLS di SMP
Peta Konsep Kembangkan
Tanggapan Anak terhadap Buku
Mengenalkan buku kepada anak dilakukan secara
bertahap. Pada siswa SD, buku yang menarik bagi mereka
adalah buku-buku bergambar, karena buku dengan
banyak tulisan memiliki tantangan sendiri untuk
mencernanya. Di jenjang SMP, anak-anak sudah memiliki
kemampuan untuk mencerna buku non-gambar. Siswa
SMP dapat menikmati tulisan dalam buku sebagai media
imajinasi, misalnya buku petualangan atau misteri,
sehingga mereka dapat ikut berpikir memecahkan
maslaah yang terdapat di dalam buku.

Supaya kegiatan membaca tetap Peserta didik SMP juga sudah bisa
memiliki nilai edukasi, sebaiknya membuat jurnal tanggapan
konten buku mengandung pesan terhadap buku. Jurnal tanggapan
nilai-nilai budi pekerti, berisi catatan pikiran dan
menyebarkan semangat perasaan peserta didik tentang
optimisme, dan mengembangkan buku yang dibaca dan proses
kemampuan berpikir kritis, pembacaannya. Kegiatan ini
kreatif, dan inovatif sesuai dengan memungkinkan peserta didik
tumbuh kembang peserta didik untuk mengeksplorasi idenya
dalam tahap remaja awal (12-15 lebih dalam daripada memberikan
tahun). Jenis buku yang sesuai tanggapan atau menceritakan
12
untuk tingkat perkembangan kembali isi buku secara lisan.
kognitif dan psikologis peserta
didik tingkat SMP meliputi karya Dalam menuliskan tanggapan,
fiksi dan nonfiksi. peserta didik dapat melakukan
refleksi, mencari keterkaitan
Genre yang direkomendasikan antara teks dengan dirinya, atau
untuk pemilihan buku bacaan menuliskan reaksinya terhadap
untuk fiksi (cerpen, novel, komik) teks. Di jurnal tanggapan mereka
antara lain: 1) petualangan; 2) juga dapat menuliskan dan
fantasi; 3) misteri/detektif; 4) mengingat kata-kata baru yang
cerita klasik; dan 5) humor. Untuk dia temukan dalam buku, serta
genre nonfiksi, buku yang dipilih mencatat ide-ide tentang buku
dapat berupa: 1) cerita kehidupan atau pengarang yang ingin dibaca
sehari-hari; 2) kisah sejarah; 3) lebih lanjut. Jurnal tanggapan
ilmiah popular; 4) majalah/surat peserta didik SMP dapat berupa
kabar; 5) ilmu pengetahuan; 6) buku catatan atau lembaran kerja.
olahraga; 7) seni; 8)
biografi/otobiografi; dan 9) Tugas menulis tanggapan perlu
motivasi. diarahkan agar menjadi kegiatan
bermakna dan membantu peserta
didik memahami isi buku. Melalui
kesempatan menuliskan
tanggapan, peserta didik dapat
memperoleh kepuasan atas
keterlibatannya secara aktif dalam
kegiatan membaca. Diharapkan
dengan melakukan tugas menulis
tanggapan, peserta didik semakin
termotivasi untuk membaca lebih
banyak buku.

Fokus/Edisi V/September 2016


Selain menggunakan jurnal tanggapan, siswa SMP juga bisa
menggunakan peta konsep atau graphic organizer sebagai
alat menulis tanggapan terhadap buku yang dibacanya. Guru
dapat menugaskan peserta didik untuk membuat porto folio
membaca yang berisi kumpulan tanggapan mereka, baik
melalui jurnal tanggapan maupun peta konsep.

Penggunaan peta konsep atau graphic organizers


merupakan salah satu cara yang efektif untuk membantu
peserta didik merekam pikiran dan perasaannya tentang
buku yang dibacanya. Dalam Buku Panduan Gerakan
Literasi Sekolah di SMP, istilah peta konsep digunakan
untuk merujuk pada graphic organizers.

Pada umumnya, peta konsep memberikan perhatian kepada


tokoh, struktur teks, atau pengetahuan peserta didik tentang
topik dalam buku. Setidaknya ada sepuluh contoh peta
konsep yang dapat digunakan untuk menulis tanggapan
terhadap isi buku, yaitu Peta Konsep 1: Jaring Tokoh; Peta
Konsep 2: Perbandingan Dua Tokoh; Peta Konsep 3: Aksi
Tokoh; Peta Konsep 4: Diagram Venn Perbandingan Dua
Tokoh; Peta Konsep 5: Peta Cerita; Peta Konsep 6: Hanya
Fakta; Peta Konsep 7: Detil Teks Faktual; Peta Konsep 8:
Urutan Kejadian/Proses; Peta Konsep 9: Sebab Akibat; dan
Peta Konsep 10: Tabel Tahu-Ingin-Pelajari. (*)

Infografis : Buku GLS SMP hal 26-31


Jurnal tanggapan dan peta konsep dapat menjadi salah satu 13
parameter sekolah dalam memberikan apresiasi kepada
siswa yang menunjukkan pencapaian baik dalam kegiatan
literasi. Misalnya, sekolah dapat memberikan penghargaan
“Pembaca Tahun Ini”. Penghargaan tersebut dilakukan
melalui serangkaian seleksi berdasarkan capaian peserta
didik dalam menyelesaikan berbagai buku bacaan
nonpelajaran dengan pemahaman yang baik.

Beberapa parameter yang dapat dipertimbangkan, antara


lain:
a) jumlah buku yang dibaca sampai tuntas (dilihat dari jurnal
membaca harian), dan
b) tanggapan terhadap buku (dilihat dari jurnal tanggapan
dan peta pikiran yang telah dihasilkan peserta didik).

Sekolah juga dapat mengembangkan sendiri berbagai


parameter untuk mengukur capaian peserta didik dalam
kegiatan literasi. Selain itu, sekolah dapat
menyelenggarakan kegiatan lain yang bersifat membangun
suasana kolaboratif dan apresiatif terhadap program literasi.
Kegiatan-kegiatan tersebut bisa mendukung sekolah dalam
menciptakan iklim literasi di sekolah.

Fokus/Edisi V/September 2016


GLS di SMA
Ini Cara Unik Sekolah Ciptakan Siswa SMA Yang Literat
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dituntut memiliki kemampuan
membaca dalam hal memahami teks secara analitis, kritis, dan reflektif di
era global ini. Sekolah berperan penting dalam memberikan keterampilan
literasi informasi itu. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) berupaya menumbuhkan minat baca siswa
melalui kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum jam
pelajaran pertama dimulai sesuai Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Pemahaman membaca siswa buku di kelas itu. Setelah satu


tingkat sekolah menengah diuji siswa selesai membaca bukunya
oleh Organization for Economic maka siswa lain pun yang telah
Cooperation and Development selesai bisa bergantian membaca
(OECD) dalam Programme for buku yang berbeda dari yang telah
International Student Assessment. dibelinya. Hal ini juga akan
Tahun 2013, peserta didik menambah wawasan siswa
Indonesia berada pada peringkat minimal dari 36 buku itu sebagai
ke-64 dengan skor 396 dari skor bentuk pengelolaan pengetahuan
rata-rata OECD sebesar 496. di sekolah.
Rendahnya keterampilan ini
membuktikan proses belajar di “Kalau baca bukunya sudah
sekolah belum mampu selesai semua, buku tersebut
membentuk siswa yang literat. disumbangkan ke perpustakaan
Rendahnya motivasi membaca di sekolah, sehingga siswa lainnya
14 kalangan siswa pun menjadi bisa membaca buku itu juga,” ujar
tantangan bagi pemerintah. Direktur Pembinaan SMA
Direktorat Jenderal Pendidikan
Selain kebijakan itu, pemerintah Dasar dan Menengah
juga menggalakan peningkatkan Kemendikbud, Purwadi Sutanto,
motivasi membaca siswa melalui saat diwawancarai di Kantor
Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Kemendikbud, Senayan, Jakarta.
Gerakan yang melibatkan para
pemangku kepentingan di bidang Dalam mewujudkan siswa SMA
pendidikan ini mendorong sekolah yang literat, sekolah dibantu para
sebagai organisasi pembelajaran pemangku kepentingan perlu
yang warganya literat sepanjang menerapkan tiga tahapan GLS.
hayat. Pemerintah pusat, Ketiga tahapan itu adalah tahap
pemerintah daerah, sekolah, dan pembiasaan, tahap
seluruh komponen masyarakat pengembangan, dan tahap
bahu membahu menjadikan pembelajaran. Kegiatan 15 menit
sekolah sebagai taman belajar membaca buku nonpelajaran
yang menyenangkan dengan sebelum jam pelajaran pertama
menghadirkan beragam buku dimulai merupakan salah satu
didukung iklim literasi sekolah
bacaan dan mewadahi berbagai dasar tahap pembiasaan
yang baik melalui pengadaan dan
strategi membaca. membentuk siswa yang literat.
pengembangan lingkungan fisik
sekolah. Buku-buku nonpelajaran
Upaya menumbuhkan minat baca Kegiatan literasi di tahap
perlu diperbanyak agar siswa
siswa salah satunya dengan pembiasaan adalah membaca
memiliki variasi bacaan.
mengimbau mereka untuk dalam hati guna meningkatkan
Poster-poster tentang motivasi
membeli satu buku nonpelajaran kemampuan memahami bacaan
pentingnya membaca sebaiknya
yang paling disukainya. Jika sehingga timbul rasa percaya diri
dipasang di sudut-sudut sekolah.
dalam satu kelas terdapat 36 pada siswa sebagai pembaca yang
Bahkan, sekolah diharapkan
siswa maka akan ada 36 varian baik. Pada tahap ini, perlu
mampu menyediakan sudut baca

Fokus/Edisi V/September 2016


kelas sebagai akses dan tempat dan dapat dinilai secara elektronik (ebook). Kemudian
koleksi bahan bacaan siswa selain akademik. Pada tahap ini, siswa pada tahap pengembangannya,
perpustakaan sekolah. dituntut memiliki kemampuan siswa dituntut untuk memberikan
memahami teks dan komentar atas bacaan di buku
Dalam tahap pengembangan mengaitkannya dengan elektronik tersebut. Pada
kegiatan literasi, peserta didik pengalaman pribadi sehingga akhirnya, siswa diharapkan
didorong untuk menunjukkan tumbuh kemampuan berpikir mampu memanfaatkan teknologi
keterlibatan pikiran dan emosinya. kritis. Selain itu, siswa juga harus di setiap mata pelajaran baik
Proses membaca siswa mampu mengolah dan mengelola komputasi, pencarian informasi,
diterjemahkan melalui kegiatan kemampuan komunikasi secara penyebaran informasi, dan lainnya
yang produktif secara lisan kreatif (verbal, tulisan, visual, dalam mengolah, menyajikan, dan
maupun tulisan. Namun, perlu digital) dalam menanggapi teks melaporkan hasil kegiatannya. (*)
dipahami bahwa kegiatan buku bacaan dan buku pelajaran.

15

produktif ini tidak dinilai secara Salah satu contoh siswa literat
akademik. Sekolah perlu adalah siswa yang memiliki
memasukkan waktu literasi dalam kemampuan literasi teknologi.
jadwal pelajaran sebagai kegiatan Kemampuan ini perlu dimiliki
membaca mandiri atau sebagai untuk memahami kelengkapan
bagian dari kokurikuler yang yang mengikuti teknologi seperti
disesuaikan. piranti keras (hardware), piranti
lunak (software), serta etika dan
Tahap pembelajaran merupakan etiket dalam memanfaatkan
tahap akhir kegiatan literasi di teknologi. Menumbuhkan
sekolah yang dapat diteruskan kemampuan literasi ini, siswa
sebagai bagian dari pembelajaran didorong untuk membaca buku

Fokus/Edisi V/September 2016


GLS di SMK
Melek Informasi Tips bersosial
dengan Literasi Digital media untuk remaja
Pelaksanaan program literasi di Sekolah Media sosial (medsos) sebagai salah
Menengah Kejuruan (SMK) didorong ke arah satu bentuk tekonologi informasi dan
komunikasi seperti pisau bermata dua.
literasi digital, atau literasi yang berbasis Jika digunakan dengan baik akan
elektronik/komputer. Peserta didik pada level ini membawa manfaat. Jika tidak,
menimbulkan masalah. Berikut
diharapkan mampu untuk membaca, menulis, dan beberapa tips menggunakan medsos
berhubungan dengan informasi menggunakan untuk remaja.
teknologi dan format yang ada pada masanya.
Literasi digital merupakan himpunan sikap, Jangan mengumbar hal apapun
pemahaman, keterampilan menangani dan 01 mengenai dirimu yang sekiranya
tak pantas dikonsumsi publik. Jika
mengomunikasikan informasi dan pengetahuan tidak, maka nasibmu mungkin
secara efektif dalam berbagai media, serta format akan benar-benar sial. Kamu
pemahaman tentang web dan mesin pencari. mungkin akan mempermalukan
dirimu, keluargamu, atau sekolahmu.
Lebih buruk lagi, ini juga akan berakibat pada
masa depanmu. Beberapa tahun yang akan
Program literasi digital di SMK diharapkan dapat datang, orang masih tetap bisa menemukan hal
mendukung empat keterampilan abad 21, yaitu tersebut di dunia maya. Sekali kamu mengepos
mampu berpikir kritis, mampu berkomunikasi di dunia maya, sulit untuk menghapusnya dari
mesin pencari.
dengan baik, mampu bekerja sama, dan mampu
menciptakan lapangan pekerjaan. Untuk membangun Bangunlah citra positif dirimu sedini
budaya literasi di SMK, salah satu yang digerakkan 02 mungkin. Tidak perlu menunggu
hingga kamu kuliah atau ketika akan
adalah kedisiplinan membaca sebelum pelajaran
bekerja. Ini akan menjadi modal
dimulai. Peserta didik dapat membaca dari buku kuatmu ketika akan bekerja kelak.
maupun bacaan yang didapat dari alat digital seperti
16 internet. Peserta didik dapat membuat daftar Lindungi privasi. Informasi pribadi mengenai
buku/bacaan yang sudah selesai dibaca, dan 03 password dan data diri lainnya tak boleh
diketahui oleh banyak orang.
dilanjutkan dengan berdiskusi tentang buku yang Mungkin cukup kamu dan Tuhan
sudah dibaca, membuat resensi, dan presentasi. saja yang tahu mengenai hal
ini. Tidak perlu mencantumkan
alamat dan nomor telepon di akun
Peran aktif guru diperlukan untuk mendukung medsosmu.
gerakan membaca di sekolah. Salah satu yang dapat
dilakukan adalah mewajibkan guru bidang studi
untuk menerapkan metode diskusi dan presentasi 04 Pikirkan baik-baik apa yang akan kamu
lakukan di medsos, baik dalam berteman
atau menulis komentar. Semuanya harus
pada kegiatan pembelajaran. Ada enam aspek yang dipikirkan dengan matang sebelum
dapat dilakukan agar program membaca dapat dilakukan. Jangan mengeposkan foto
berhasil: seseorang tanpa izin yang bersangkutan.
Jangan memberi komentar yang dapat
menimbulkan masalah.
1. Akses terhadap buku
Siswa perlu membuka diri terhadap akses Hati-hati mengeluhkan seseorang atau
buku/bacaan, baik melalui perpustakaan, koran, 05 sebuah organisasi di medsos. Kamu bisa
berurusan dengan yang berwajib bila hal
majalah, komik, maupun bacaan yang didapat dari ini dilakukan. Lebih baik sampaikan
internet. Dari sisi sekolah, untuk menumbuhkan keluhan langsung kepada orang atau
kesadaran peserta didik dalam membaca, perlu organisasi tersebut.
disediakan sarana dan fasilitas misalnya adanya
Jangan mengumbar aktifitasmu di medsos
sudut baca di setiap kelas yang digunakan untuk
memajang dan menyimpan materi bacaan. 06 seperti acara makan makan, beli
barang baru, atau mengepos
kehidupan sosialmu. Masih banyak
hal bermanfaat lain yang bisa kamu
2. Daya Tarik buku bagikan di medsos, seperti informasi
Pada dasarnya peserta didik bebas menentukan buku beasiswa, lowongan kerja paruh waktu, dll.
apa saja yang ingin dibaca. Banyak buku yang
07
Jangan berteman dengan orang yang
menarik terdiri dari jenis tema, topik, dan genre yang salah di dunia maya. Selektiflah
sesuai dengan minat peserta didik. Guru juga dapat menerima permintaan pertemanan.
berpartisipasi dalam pemilihan genre buku yang Berteman dengan orang yang salah
hanya akan menambah masalahmu.
disedikan di ruang baca. Kenali akun palsu. Jangan ragu
membatalkan pertemanan jika perlu.

Fokus/Edisi V/September 2016


3. Lingkungan yang kondusif
Kegiatan membaca dalam hati memerlukan
lingkungan kelas yang menyenangkan, santai, tidak
kaku, dan tenang. Lingkungan yang kondusif bisa
08 Jangan berteman dengan orang yang
salah di dunia nyata. Karena mereka
dibangun dengan memasang poster-poster tentang
pentingnya membaca, pengaturan tempat duduk dan
biasa membuatmu dalam masalah di
dunia maya. Hindari teman yang atau sudut baca.
diam-diam memfoto momen memalukan
tentang dirimu dan mengeposkannya di
dunia maya agar diketahui banyak orang. 4. Dorongan untuk membaca
Peserta didik akan lebih bersemangat membaca bila
09 Atur setting akun medsosmu. Kamu
boleh membatasi siapa yang bisa
guru dan staf di sekolah dapat menjadi contoh yang
baik. Peserta didik juga dapat meminta bantuan dari
melihat seluruh hal tentang
dirimu di medsos. Jangan pustakawan dan staf pendukung untuk mendapatkan
ragu menghapus postingan saran dalam memilih buku yang tepat.
orang lain yang mempermalukanmu.
Jangan menerima semua permintaan
pertemanan. Jika kamu ragu, tolak 5. Waktu tertentu untuk membaca
permintaan pertemanan. Perlu ada waktu tertentu yang ditetapkan sebagai
waktu membaca, misalnya 15 menit setiap hari,
10
Jangan mengepos dan
mengomentari saat kamu sedang sesuai dengan Permendikbud Nomor 23 tahun 2015.
emosi. Tunggu emosimu reda, baru Kegiatan membaca dalam waktu singkat, namun
tanggapi. sering dan berkala terbukti lebih efektif daripada satu
waktu yang panjang namun jarang (misalnya 1
Jaga kemanan profil medsosmu. Gunakan
11 kata sandi yang rumit. Jangan pernah
beritahukan kata sandimu kepada
jam/minggu pada hari tertentu).

teman. Hindari membuka akunmu


melalui gawai atau jaringan yang
diragukan kemanannya, 6. Tidak ada tagihan tugas
misalnya menggunakan wifi di Membaca mandiri harusnya menjadi kegiatan yang
fasiltas umum atau menyenangkan. Peserta didik tidak perlu risau 17
menggunakan komputer di warnet. Jika
terpaksa, paling tidak pastikan kamu sudah dengan adanya tugas untuk membuat resensi.
sign out dengan benar setelah membuka Namun demikian, kenikmatan membaca dapat
akunmu. dirasakan jika pembaca dapat menceritakan kembali
apa yang sudah dibaca.
Jangan mengepos informasi di mana
12 kamu berada. Ini bisa memancing
kejahatan. Mengepos semua lokasi Cara lain guna mendorong terciptanya lingkungan
aktifitasmu sama saja memberikan literasi digital di SMK adalah dengan membudayakan
alamatmu kepada penjahat.
surat elektronik (e-mail) dan blog bagi peserta didik.
Untuk itu, diperlukan sarana literasi elektronik
13 Sesekali kamu browsing dirimu di dunia
maya. Apa yang dikatakan dunia maya seperti akses internet sehat di sekolah dan
tentang dirimu. Kamu bisa ketikkan penyediaan sabak digital bagi peserta didik.
namamu di mesin pencari Google dan lihat
apa yang Google ketahui tentangmu. Ada
banyak website lain yang bisa kamu Dengan adanya dukungan infrastruktur yang
gunakan seperti: peekyou.com, pipl.com. memadai dari sekolah, peserta didik dapat lebih
kreatif mengembangkan kemampuan literasinya.
14 Jangan ikut-ikutan mengepos tentang
politik di dunia maya. Jangan pernah
Siswa juga dapat mengembangkan kemampuannya
mengepos hal-hal berbau SARA.
dengan aktif membuat karya seperti karya ilmiah,
sastra, dan atau resensi buku. Karya-karya tersebut
dapat juga diikutkan dalam festival/lomba literasi.
15 Jangan campuradukkan bisnis dan
kesenangan. Gunakan Linkedln atau Selain karya tulis, peserta didik juga dapat membuat
Google+ untuk mulai membangun jaringan film pendek/video: dokumenter, iklan layanan
untuk pekerjaan di masa depan, sedangkan
Facebook dan Instagram untuk yang masyarakat, profil sekolah, trailer sekolah, dan
bersifat lebih pribadi. lain-lain untuk mengasah kompetensinya. (*)

Fokus/Edisi V/September 2016


Peran Ekosistem Pendidikan
Tumbuhkan Literasi Siswa SLB
Kompetensi abad ke-21 perlu dimiliki oleh siswa, tidak terkecuali oleh siswa Sekolah
Luar Biasa (SLB). Sekolah sebagai organisasi pembelajaran bersama para pemangku
kepentingannya harus menjadi individu pembelajar sepanjang hayat dan berkolaborasi
mempraktikan kegiatan-kegiatan pengelolaan pengetahuan. Salah satunya melalui
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SLB yang mengembangkan keterampilan berbahasa
meliputi menyimak, berbicara, dan membaca serta menulis. Namun, pada
implementasinya aktivitas itu perlu disesuaikan dengan hambatan yang dimiliki
peserta didik SLB serta tingkat satuan pendidikannya (SD-LB/SMP-LB/SMA-LB).

Kompetensi siswa di abad ke-21 meliputi


keterampilan untuk berpikir kritis, memiliki
kreativitas, berkomunikasi dengan baik, dan
mampu berkolaborasi serta bekerja sama. Kunci
keberhasilan menumbuhkan kompetensi siswa
tersebut terletak pada guru yang memiliki
profesionalisme, tanggung jawab sosial, dan rasa
kebersamaan sesama profesi.

”Jika peran guru dapat digantikan oleh orang yang


bukan guru, maka pekerjaan tersebut bukanlah
profesi. Kita butuh dukungan dari semua pihak
dalam membangun profesi guru yang profesional
baik secara akademik dan praktik,” ujar Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy.

18 Guru SLB yang profesional seharusnya mampu


mengembangkan beragam pendekatan kegiatan
literasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
konteks budaya peserta didiknya. Bagi peserta
didik dengan hambatan pendengaran atau
tunarungu misalnya, dalam menafsirkan sebuah
naskah cerita rakyat dapat melalui rekaman visual
atau bahkan dengan peragaan pantomim, dan
lainnya.

Pelaksanaan GLS di SLB akan bejalan dengan


baik jika ditunjang dengan sarana dan prasarana
pendukung komponen penting literasi di sekolah.
Salah satunya adalah ruang perpustakaan bagi
warga sekolah dan pemangku kepentingan. Bagi
Selain perpustakaan, sekolah diharapkan mampu
peserta didik dengan hambatan penglihatan atau
mengembangkan “Pojok Baca” di setiap ruang kelas.
tunarungu tentunya membutuhkan buku-buku
Sudut ruangan yang telah diatur dan dihias
braile, bacaan yang bersifat auditori, benda asli
sedemikian rupa itu bertujuan untuk menumbuhkan
atau miniatur sebagai peraga, dan lainnya.
kebiasaan membaca peserta didik agar lebih
menarik. Peserta didik pun akan dipermudah
Jadwal rutin kunjungan ke perpustakaan perlu
memeroleh akses bahan bacaan nonpelajaran di
disusun oleh sekolah untuk mempermudah
dalam ruang kelas serta mendukung proses
peserta didik melakukan proses pembelajaran di
pembiasaan membaca 15 menit buku nonpelajaran
sana. Pustakawan sebagai fasilitator di
sebelum jam pelajaran pertama dimulai.
perpustakaan juga perlu meningkatkan
Area baca bagi orang tua pun perlu dibuat agar orang
pelayanannya agar peserta didik merasa betah
tua tidak merasa bosan ketika menunggu proses
berada di perpustakaan. Aksesibilitas menuju
pembelajaran anaknya di SLB. Secara tidak langsung,
ruang perpustakaan pun perlu dibangun dengan
area ini akan menumbuhkan minat baca pada orang
baik guna mempermudah akses peserta didik
tua. Ke depan, diharapkan orang tua mampu
dengan berbagai hambatan yang dimilikinya untuk
menularkan praktik gemar membaca bagi anaknya
menuju ruang dengan segudang pengetahuan itu.

Fokus/Edisi V/September 2016


sebagai kegiatan literasi di rumah. Orang tua sangat dan area baca lainnya di sekolah. Tidak hanya itu,
berpeluang menjadi teladan literasi dalam kehidupan dunia usaha dan dunia industri pun diperbolehkan
peserta didik yang literat. mendukung kegiatan literasi yang diadakan
Pemenuhan buku nonpelajaran di perpustakaan sekolah. Misalnya, kampanye literasi berupa
sekolah, pojok baca ruang kelas, dan area baca bagi poster, kegiatan bedah buku, bazar buku, festival
orang tua di sekolah dapat menggunakan dana membaca, dan lainnya yang mendukung
Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Pemerintah kelangsungan program literasi di sekolah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayan khususnya SLB.
(Kemendikbud) menyediakan pendanaan biaya Pengembangan Majalah Dinding (mading) juga
operasi nonpesonalia bagi satuan pendidikan dasar merupakan bentuk dukungan GLS di SLB. Peserta
dan menengah sebagai pelaksana program wajib didik diberikan ruang apresiasi untuk
belajar atau yang lebih dikenal dengan dana BOS. menghasilkan karya terbaiknya di bidang literasi

19

Dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu di misalnya cerita pendek, puisi, dan sebagainya.
sekolah, pemenuhan buku bacaan di SLB itu Pembaharuan isi atau konten mading sebaiknya
merupakan pemanfaatan dana BOS dalam hal dilakukan satu minggu sekali agar kreatifitas dan
pengembangan perpustakaan. produktivitas siswa di bidang literasi semakin
Selain dana BOS, dapat juga menggunakan meningkat. Sekolah pun sebaiknya
beasiswa anak berkebutuhan khusus. Melalui mengumumkan hasil karya terbaik dalam mading
dana program beasiswa Kemendikbud sejak 2011 itu sebagai bentuk apresiasi lainnya bagi peserta
ini, peserta didik maupun orang tua berkebutuhan didik untuk menumbuhkan jiwa berkompetisi.
khusus sebagai penerima beasiswa dapat Seluruh komponen ekosistem SLB mulai dari
memenuhi kebutuhan buku bacaan tersebut. siswa, guru, kepala sekolah, orang tua,
Namun, baik penggunaan dana BOS maupun dana masyarakat, dan pemerintah serta dunia usaha
beasiswa anak berkebutuhan khusus harus sesuai dan dunia industri merupakan komponen penting
dengan ketentuan yang berlaku. dalam GLS. Melalui gerakan ini akan tumbuh
Dunia usaha dan dunia industri seperti penerbit siswa-siswi SLB yang literat dan memiliki
dapat berpartisipasi aktif dalam memberikan dan kompetensi abad ke-21 serta terciptanya suasanya
mengembangkan fasilitas perpustakaan sekolah sekolah yang menyenangkan. (*)

Fokus/Edisi V/September 2016


Gerakan Literasi Masyarakat
Wujudkan Masyarakat Berdaya
yang Melek Aksara dan Gemar Membaca
Indonesia menjadi negara yang berhasil menuntaskan target pemberantasan tuna
aksara lebih cepat dari yang ditetapkan UNESCO. Prestasi tersebut tidak lantas
membuat pemerintah berhenti menekan jumlah penyandang tuna aksara di
Indonesia. Tahun 2014 tersisa sekitar 3,7 persen penduduk Indonesia yang masih
belum melek aksara. Angka tersebut akan terus ditekan hingga nol persen dan
masyarakat yang telah mengenal keaksaraan dasar terus dibina dan ditingkatkan
agar gemar membaca.

20

Direktur Pembinaan Pendidikan 3,7 persen itu berada pada Berhadapan dengan masyarakat
Keaksaraan dan Kesetaraan, rentang 15-59 tahun. “Namun, 90 yang sudah tidak muda serta
Direktorat Jenderal Pendidikan persen lebih dari persentasi itu minim motivasi untuk belajar,
Anak Usia Dini dan Pendidikan ada pada usia 45 tahun ke atas. perlu cara khusus agar mereka
Masyarakat, Kementerian 2/3-nya adalah kaum tetap mau mempelajari aksara
Pendidikan dan Kebudayaan perempuan,” tuturnya. dasar. Erman menyebut, orang
(Kemendikbud), Erman dewasa hanya mau belajar jika
Syamsuddin mengatakan, usia apa yang dipelajari dekat dan
penduduk yang termasuk dalam

Fokus/Edisi V/September 2016


Ia menambahkan, umumnya Keaksaraan dan Kesetaraan
warga belajar pendidikan Upaya pemerintah tidak hanya
keaksaraan berasal dari berhenti hingga masyarakat
masyarakat ekonomi lemah. mengenal aksara. Meski telah
Untuk itu digunakanlah kebijakan berusia dewasa, hak masyarakat
bernama keaksaraan usaha untuk memeroleh pendidikan
mandiri, yang menggabungkan sepanjang hayatnya tetap
antara pembelajaran diberikan. Mereka yang telah
baca-tulis-berhitung dengan mengikuti pendidikan keaksaraan
keterampilan produktif yang dapat dasar dan keaksaraan dasar
meningkatkan penghasilan lanjutan, disetarakan pada kelas 4
mereka. SD.

“Sembari dia ber-usaha, dia “Ini memotivasi mereka. Mereka


belajar. Kita tambah keterampilan tidak perlu memulainya dari kelas
mereka, misalnya di rumah bikin 1 SD. Diharapkan mereka
kerajinan sulam atau membuat bersemangat terus hingga 21
kuliner tertentu, atau menamatkan Paket A, kemudian
keterampilan produktif lainnya. belajar lagi Paket B dan Paket C.
Lalu, ketika mereka merasa Mereka bisa belajar di rumah
terbentur kemampuan sambil meneruskan usaha
baca-tulis-berhitung, di situlah mereka yang produktif,” ungkap
kita mengajarkan mereka. Jadi ini Erman.
satu paket antara kegiatan Ia menambahkan, pihaknya terus
keaksaraan dasar dan usaha melakukan evaluasi terhadap
mandiri,” jelas Erman. program kebijakan ini. Evaluasi
yang dilakukan menunjukkan
Sejalan dengan hal itu, tema yang bahwa para warga belajar ini tidak
dipilih pada peringatan Hari boleh dibiarkan berhenti belajar
Aksara Internasional (HAI) 2016 setelah program tertentu selesai
adalah “Penguatan Literasi dan diberikan. Karena jika berhenti,
Vokasi dalam Membangun dikhawatirkan mereka akan
Ekonomi Berkelanjutan”. Erman kembali buta aksara. Oleh karena
menjelaskan, dikaitkan dengan itu, Kemendikbud terus
program di atas, literasi yang menyiapkan menu-menu
dimaksud adalah keaksaraan, pembelajaran sehingga warga
sesuai dengan kebutuhannya. sementara vokasi adalah belajar tidak ‘diam’.
Mereka mau belajar jika mereka keaksaraan usaha mandiri (KUM). “Pendekatan-pendekatan yang
mendapatkan keuntungan atau “Kemauan dia belajar dan kami lakukan adalah pada hal-hal
manfaat dari kegiatan belajar kemauan dia untuk ber-usaha yang sifatnya ekonomis.
tersebut. dapat membangun ekonomi Menghasilkan buat mereka,”
secara berkelanjuran, sehingga ia katanya. (*)
bisa menopang kehidupannya,
anak-cucunya ke arah yang lebih
baik,” lanjut Erman.

Fokus/Edisi V/September 2016


22

Budaya Indonesia Mendunia


melalui World Culture Forum
World Culture Forum (WCF) merupakan perhelatan budaya berskala internasional yang
diselenggarakan sebagai wujud mengenalkan kebudayaan Indonesia ke kancah dunia.
Dalam penyelenggaraannya, pada 2016 ini WCF yang dilaksanakan pada tanggal 10 s.d.
14 Oktober 2016, di Nusa Dua, Bali, menjadi tahun kedua, sejak perdana
diselenggarakan pada tahun 2013 lalu.

Kebudayaan/Edisi V/September 2016


Tema WCF 2016 adalah “Culture
for an inclusive sustanaible
planet”, atau pembangunan yang
berkelanjutan melalui
kebudayaan. Dengan tema
tersebut diharapkan dapat
mengangkat kearifan lokal
menuju level global melalui
teknologi dalam rangka
memperkuat pembangunan
berkelanjutan. WCF membahas mengenai isu-isu merupakan isu-isu penting dalam
strategis dan dapat pembangunan dunia yang
Dalam penyelenggaraannya, WCF merekomendasikan kebijakan berkelanjutan.
mengedepankan budaya Indonesia untuk pengembangan budaya
sebagai garda terdepan dalam dunia berkelanjutan, khususnya Menteri Pendidikan dan
pembangunan manusia yang yang berkaitan dengan Kebudayaan Indonesia Muhadjir
berkelanjutan. Hal tersebut sesuai perdamaian, kemakmuran, Effendy menegaskan bahwa
dengan amanat Undang-Undang pelestarian, dan pengembangan pentingnya budaya sebagai
Dasar 1945 bahwa bangsa kualitas hidup tingkat tinggi bagi sumber pembangunan yang
Indonesia harus menjadi bagian peradaban global. Pemilihan berkelanjutan dan meminta agar
dari upaya menciptakan lokasi penyelenggaraan di Bali WCF dapat melahirkan atau
perdamaian dunia dengan karena pertimbangan Bali sebagai menelurkan sesuatu yang dapat
memberikan solusi melalui pusat untuk melakukan berguna dalam pembangunan
kekayaan budaya dan diskusi-diskusi pembangunan manusia.
keharmonisan masyarakatnya. kebudayaan dunia.
“Saya yakin ini waktunya bagi kita
Dalam pelaksanaan symposium, untuk membuat platform saling
para pembicara membahas pengertian dan menghargai
mengenai sub-sub tema WCF keragaman budaya,” kata
2016, antara lain: Reviving Culture Mendikbud. Budaya, lanjut
Foto diambil saat acara jamuan
makan malam World Culture Forum for Rural Sustainability; Water for Mendikbud, merupakan
(WCF) 2013 yang lalu. Dalam Life: Reconcilicing komponen penting. “Forum ini
kesempatan tersebut, sebanyak 600 Socio-Economic Growth and memberikan kesempatan
seniman dari negara-negara yang Environmental Ethics; bagaimana budaya membantu
mewakili lima benua mengadakan
Interweaving History, Urban pembangunan berkelanjutan,”
pementasan di Garuda Wisnu
Kencana, Bali, Minggu (24/11) malam Space, and Cultural Movement; katanya.
Culture in the New Digital World;
Reconciling State, Community,
and Cultural Divides; dan Cultural
Diversity for Responsible
Development. Tema-tema
tersebut dipilih karena dianggap

Kebudayaan/Edisi V/September 2016


Selain itu juga, Mendikbud interaksi dengan kekayaan budaya
mengatakan, budaya dapat Indonesia. “Indonesia, sebagai
dijadikan unsur penggerak dan rumah kebudayaan yang luar
menambah nilai. “Kita harus bisa biasa kaya, dan harus melihat
melakukan kerja sama budaya budaya bukan semata sebagai
dalam seluruh aspek kehidupan,” warisan tetapi sebagai elemen
tutur Mendikbud. dasar masa depan,” tutur Hilmar.

Selain itu penyelenggaraan forum Ia berharap, Indonesia bukan


internasional ini juga sebagai sekadar sebagai negara tuan
upaya berkesinambungan untuk rumah tetapi dapat menjadi
mempromosikan budaya sebagai tempat bagi para peserta
penyokong dan pendorong berinteraksi dengan kekayaan
pembangunan berkelanjutan. budaya Indonesia. “Kami berharap
Selanjutnya dapat memberikan agar WCF 2016 dapat menjadi
sumbangsih positif bagi dunia, di jembatan tiga komponen, yaitu
mana peserta melakukan tiga pertama jembatan antara masa
proses penting, yakni lalu dan masa depan, jembatan
re-experiencing, generasi kemarin dan generasi
re-conceptualizing, dan rejoicing masa depan, dan jembatan antara
terhadap budaya Indonesia. warisan kemarin dengan lapang
baru atau landscape yang
Direktur Jenderal Kebudayaan moderen,” tutur Dirjen
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kebudayaan, Hilmar Farid,
mengungkapkan,
penyelenggaraan WCF 2016
diharapkan menjadi wadah bagi
24 peserta untuk mengalami

Kebudayaan/Edisi V/September 2016


25

Kebudayaan/Edisi V/September 2016


International Youth Forum (IYF)
Keikutsertaan kaum muda pada Hilmar menjelaskan kriteria “Pelibatan pemuda berprestasi di
WCF 2016 dilibatkan International pemuda yang mewakili Indonesia bidang budaya ini dikarenakan
Youth Forum yang dimulai di awal dalam forum tersebut adalah anak muda yang akan mewarisi
Oktober 2016. Kegiatan ini mereka yang menguasai bahasa kebudayaan ke depan sehingga
bertujuan agar kaum muda Inggris, berkomitmen dalam perlu dikembangkan perhatian
mendapatkan kesempatan cukup pelestarian kebudayaan di mereka terhadap budaya
untuk membicarakan berbagai hal Indonesia, serta telah kemudian terciptlah perdamaian
penting di antara mereka sendiri. berpengalaman dalam dunia,” jelas Ananto.
Kemudian, hasil pembicaraan mempromosikan budaya.
26 disampaikan di dalam forum WCF Ananto mengatakan, peserta dan
2016. Sebanyak sekitar 200 orang Hilmar menambahkan perwakilan tamu yang hadir akan terkesan
pemuda yang terbagi atas 100 Indonesia berasal dari 34 provinsi dengan apa yang ditampilkan
orang yang berasal dari luar bahkan terdapat 6 orang Indonesia karena kita tidak hanya
negeri, dan 100 orang dari dalam perwakilan asal Papua dan 6 memamerkan makanan maupun
negeri yang turut serta di Youth peserta dari Indonesia Timur. kain khas Bali dalam pameran
Forum. Peserta merupakan Kuota peserta dari Indonesia WCF tetapi juga memperkenalkan
perwakilan pemuda Indonesia, Timur lebih banyak untuk kopi Indonesia yang sangat enak.
Amerika, Malaysia, Australia, memberikan kesempatan Selain itu, dengan WCF
Jepang, Filipina, dan Jerman. generasi muda asal daerah diharapkan Indonesia bisa
Pemuda-pemuda tersebut telah tersebut untuk memperkenalkan menjadi motor pembangunan
diseleksi ketat dari 300 pendaftar budaya lokal di kancah dunia yang dunia dari konteks
dari internasional. selama ini kurang mendapatkan kebudayaannya. (*)
kesempatan.
IYF mengusung tema besar
“Budaya Pemuda dalam Senada dengan Dirjen
Transformasi Sosial dan Kebudayaan, Staf Ahli Mendikbud
Kesetaraan Pemuda”. Hilmar Bidang Inovasi dan Daya Saing
mengatakan bahwa pihaknya Ananto Kusuma Seta mengatakan
menyertakan kaum muda dari bahwa peserta yang terpilih tidak
berbagai komunitas dan hanya diseleksi melalui karya esai
memberikan kesempatan mereka mereka tetapi juga pemuda yang
untuk berekspresi. mempunyai perhatian terhadap
kebudayaan.

Resensi Buku/Edisi V/September 2016


Judul : Gempa Literasi:
dari Kampung untuk Nusantara
Pengarang : Gol A Gong
dan Agus M. Irkham
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun : 2012
ISBN : 9789799103857
Kolasi : XVI, 525 hlm.
Jenis Sampul : Soft Cover
Bahasa : Indonesia

27

Resensi Buku
Melebarkan Semangat Literasi dengan Menulis
Literasi merupakan keberaksaraan di mana Bentangan tema dalam buku ini begitu luas
keaksaraan teknis menjadi salah satu pokok karena literasi terjalin erat dengan kehidupan,
bahasan selain fungsional dan budaya. Saat ini mulai dari dunia penerbitan, komunitas literasi,
literasi banyak digalakkan di sekolah hingga perpustakaan, kampanye baca tulis, hingga isu
sosial, karena ia tak hidup dalam ruang hampa
masyarakat baik oleh pemerintah maupun
udara. Pembicaraan yang ditampilkan dalam 99
komunitas. Hal ini penting karena literasi tidak
esai mempunyai makna khusus yang bisa
hanya mencakup kemampuan membaca dan mendorong pembaca agar melengkapinya
menulis tetapi juga kemampuan memecahkan menjadi 100 melalui aksi nyata dalam bentuk
masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan tulisan. Pembahasan mulai dari minat baca,
dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. gerakan membaca hingga budaya menulis yang
bisa mendorong pembaca untuk bisa
Buku ini membahas mengenai literasi dalam dua menyebarluaskan informasi yang mereka miliki.
sisi yaitu konsepsi dan praksis. Sisi pertama
memahamkan dan memberi pijakan tentang Gempa yang dimaksud dalam buku ini bukan
pentingnya “melek literasi”, memberikan panduan gempa yang bersifat menghancurkan, tapi justru
perkembangan literasi di Indonesia, serta membangun masyarakat untuk memanfaatkan
menjelaskan akan pentingnya masyarakat informasi hingga bisa menyebarluaskannya. Hal
pembelajar. Sisi kedua berupa contoh bagaimana ini dikarenakan buku ini juga dilengkapi dengan
buku dimanfaatkan dan dirayakan komunitas 50 profil komunitas literasi di Indonesia yang akan
literasi. menjadi inspirasi pembaca. (*)
Seperangkat keterampilan dalam: Empowering 8
1. Memahami informasi apa saja yang dibutuhkan; Salah satu model literasi informasi. Model
2. Membuat pertanyaan-pertanyaan berdasarkan ini dikembangkan oleh dan merupakan hak
informasi yang dibutuhkan; cipta NILIS (National Instite of Library and
3. Mengidentifikasikan sumber-sumber informasi Information Sciences) dari Universitas
yang tepat; Colombo Sri Lanka pada 2004. Ini
4. Mengevaluasi informasi; merupakan model reflektif dari kondisi
5. Menyusun informasi agar dapat digunakan; lokal (Asia). Model ini dikembangkan oleh
6. Mengunakan informasi yang telah diperoleh orang Asia untuk Asia.
untuk menyelesaikan masalah.

01
Identify 02
(Identif ikasi)
Apply Explore
(Penerapan) (Eksplorasi)
08

03
28 Assess
(Penilaian) Select
(Seleksi)

07
Present Organise 04
(Presentasi) (Organisasi)
Create
(Menciptakan)
06
05

Tahapan Empowering 8
Empowering 8 digambarkan seperti roda yang terus berputar. Setelah tahap 8
(apply) dicapai, maka akan kembali lagi ke tahap 1 (identify). Ini dapat
dianalogikan seperti seseorang yang sudah mendapatkan “sesuatu” yang baru
akan menggunakannya kembali untuk menghasilkan hal yang baru lagi.
Demikian seterusnya.

Kajian/Edisi V/September 2016


29

Kajian/Edisi V/September 2016


Mengenal Tujuh
Tata Nilai Budaya Kerja Kemendikbud
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) Tahun 2015-2019 menetapkan visi Kemendikbud, yaitu
“Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang
Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong”. Salah satunya program
reformasi birokrasi Kemendikbud untuk mendorong tercapainya visi tersebut.

Untuk mencapainya,
Kemendikbud merumuskan
delapan area perubahan yang
harus dicapai, yaitu Manajemen
Perubahan, Penguatan
Pengawasan, Penguatan
Akuntabilitas Kinerja, Penguatan
Kelembagaan, Penguatan Tata
Laksana, Penguatan Sistem
Manajemen SDM Aparatur , KREATIF
Penguatan Peraturan &
Perundang-Undangan, dan
INOVATIF
Peningkatan Kualitas Layanan
Publik. Kedelapan area perubahan
tersebut harus dijalankan untuk INTEGRITAS
mewujudkan birokrasi yang
efisien, efektif, tranparan, dan
akuntabel.
30

Usaha mencapai tujuan tersebut,


untuk lebih terarahnya reformasi,
dalam hal manajemen
perubahan, Kemendikbud
merumuskan hal-hal yang harus
diubah yaitu mencakup pola pikir,
pola sikap, dan pola tindak, yang
diimplementasikan dalam sebuah
budaya organisasi. Budaya
organisasi adalah sebuah empat tahap, yaitu: (1)
karakteristik yang dijunjung tinggi pembahasan oleh tim manajemen
oleh organisasi dan menjadi perubahan; (2) analisis kualitatif
panutan organisasi sebagai renstra; (3) diskusi kelompok
pembeda antara satu organisasi terpumpun atau focus group
dengan organisasi yang lain. discussion antara pejabat eselon 1,
Budaya organisasi juga dapat 2, dan 3 Kemendikbud; dan (4)
diartikan sebagai nilai-nilai dan penetapan tata nilai budaya kerja
norma perilaku yang diterima dan Kemendikbud 2015-2019.
dipahami secara bersama oleh
anggota organisasi sebagai dasar Tim Reformasi Birokrasi
dalam aturan perilaku yang Kemendikbud akhirnya
terdapat dalam organisasi memutuskan tujuh tata nilai
tersebut. budaya utama yang harus
diterapkan di Kemendikbud, yaitu
Budaya organisasi ini dituangkan memiliki integritas; kreatif dan
dalam tata nilai budaya. inovatif; inisiatif; pembelajar;
Penyusunan Tata Nilai Budaya menjunjung meritokrasi; terlibat
Kemendikbud dilakukan melalui aktif, dan tanpa pamrih.

Kajian/Edisi V/September 2016


Memiliki integritas, berarti Indikator positif dalam tata nilai
keselarasan antara, pikiran, kedua ini adalah berani mengambil
perkataan, dan perbuatan. terobosan dan solusi dalam
Indikator positif dalam tata nilai memecahkan masalah. Indikator
pertama ini adalah jujur dalam negatifnya antara lain bersikap
segala tindakan, dan mematuhi tertutup terhadap ide-ide
peraturan perundang-undangan pengembangan.
yang berlaku. Indikator negatifnya
antara lain melanggar sumpah dan Inisiatif, berarti kemampuan
janji pegawai/jabatan. seseorang untuk bertindak
Kreatif dan inovatif, berarti melebihi yang dibutuhkan atau
memiliki daya cipta; memiliki yang dituntut dari pekerjaan.
kemampuan untuk menciptakan Indikator positif dalam tata nilai
hal baru yang berbeda dari yang ketiga ini adalah responsif
sudah ada atau yang sudah dikenal melayani kebutuhan pemangku
sebelumnya (gagasan, metode, kepentingan, dan bersikap proaktif
atau alat). terhadap kebutuhan organisasi.
INISIATIF Indikator negatifnya antara lain
hanya mengerjakan tugas yang
diminta oleh atasan.

PEMBELAJAR

MERITOKRASI

I
ILA
YA
-N
AI
IL A
D JA TERLIBAT
N

R AKTIF
BU

KE

TANPA
PAMRIH

Kajian/Edisi V/September 2016


Pembelajar, berarti selalu Tanpa pamrih, berarti bekerja
berusaha untuk mengembangkan dengan tulus ikhlas, serta penuh
kompetensi dan profesionalisme. dedikasi. Indikator positif dari tata
Indikator positif dalam tata nilai nilai ketujuh ini adalah penuh
keempat ini antara lain komitmen dalam melaksanakan
berkeinginan dan berusaha untuk pekerjaan, dan rela membantu
selalu menambah dan pekerjaan rekan kerja lainnya.
memperluas wawasan, Indikator negatifnya antara lain
pengetahuan dan pengalaman, melakukan pekerjaan dengan
serta berbagi pengetahuan dan terpaksa.
pengalaman dengan rekan kerja.
Indikator negatifnya antara lain Beberapa hasil yang diharapkan
enggan mempelajari hal yang dari penerapan ketujuh tata nilai
baru, dan malas belajar, bertanya, Kemendikbud tersebut adalah
atau berdiskusi. meningkatnya penerapan budaya
kerja positif, meningkatnya
Menjunjung meritokrasi, berarti integritas aparatur, dan
menjunjung tinggi keadilan dalam meningkatnya profesionalisme
pemberian penghargaan bagi aparatur. Secara eksternal, tujuh
karyawan yang kompeten. tata nilai itu juga diharapkan bisa
Indikator positif dari tata nilai meningkatkan citra positif aparatur
kelima ini antara lain berkompetisi sebagai pelayan masyarakat, dan
32
secara profesional, dan meningkatnya kepuasan
memberikan penghargaan dan masyarakat yang akhirnya dapat
hukuman secara proporsional menimbulkan kepercayaan dari
sesuai kinerja. Indikator negatifnya masyarakat. (*)
antara lain menduduki jabatan
yang tidak sesuai dengan
kompetensinya.

Terlibat aktif, berarti senantiasa


berpartisipasi dalam setiap
kegiatan. Indikator positif dari tata
nilai keenam ini adalah terlibat
langsung dalam setiap kegiatan
untuk mendukung visi dan misi
kementerian, serta memberikan
dukungan kepada rekan kerja.
Indikator negatifnya antara lain
tidak peduli dengan lingkungan
sekitar (apatis), dan bersifat pasif
atau hanya menunggu perintah.

Bangga Berbahasa Indonesia/Edisi V/September 2016


Penulisan Kata Yang Tepat
Kata yang Penulisan Kata
Sering Digunakan yang Benar Arti Kata

Qurbān Kurban n 1 persembahan kepada Allah (seperti biri-biri,


sapi, unta yang disembelih pada hari Lebaran Haji)
2 pujaan atau persembahan kepada dewa-dewa

n 1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara


Rejeki Rezeki kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan
(sehari-hari); nafkah; 2 kipenghidupan; pendapatan
(uang dan sebagainya untuk memelihara
kehidupan); keuntungan; kesempatan mendapat
makan

Sanawiyyah Sanawiah sekolah agama (Islam) tingkat menengah pertama

n 1 kelompok pangkat perwira tinggi dalam


angkatan darat yang meliputi jenderal besar TNI,
jenderal TNI, letnan jenderal TNI, mayor jenderal
TNI, dan brigadir jenderal TNI; 2 kelompok pangkat
Jendral Jenderal perwira tinggi dalam kepolisian yang meliputi
jenderal polisi, komisaris jenderal polisi, inspektur
jenderal polisi, dan brigadir jenderal polisi; 3 cak
orang yang paling berpengaruh (menentukan dan
sebagainya) dalam organisasi;

Gubug Gubuk n 1 rumah kecil (biasanya yang kurang baik dan


bersifat sementara):

n orang (pegawai, anggota pengurus) yang diserahi


Sekertaris Sekretaris pekerjaan tulis-menulis, atau surat-menyurat, dan
sebagainya; penulis; panitera;

n 1 keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan


Kharisma Karisma kemampuan yang luar biasa dalam hal
kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan
pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat
terhadap dirinya; 2 atribut kepemimpinan yang
didasarkan atas kualitas kepribadian individu

a sadar (akan); mengerti benar (akan); yakin benar


Insyaf Insaf (akan):
2 a sadar akan kekeliruannya dan bertekad akan
memperbaiki dirinya
3 n belas kasihan:

Bangga Berbahasa Indonesia/Edisi V/September 2016


Senarai Kata Serapan

Ralat
Akhlak
Bentuk asal: Galat
Asal kata: Arab
Bentuk asal: akhlāq Arti: 1 pembetulan atau perbaikan
Asal kata: Arab atas salah cetak (pada surat kabar,
Arti: budi pekerti; kelakuan majalah, buku, dan sebagainya)
atau atas salah ucap dan
sebagainya;2 kesalahan;
kekeliruan (cetak, ucap, dan
sebagainya);

Bioskop
Bentuk asal: Bioscoop Gerilya
Asal kata: Belanda Bentuk asal: Guerilla
Arti: 1 pertunjukan yang Asal kata: Belanda
diperlihatkan dengan gambar Arti: n cara berperang yang
(film) yang disorot sehingga tidak terikat secara resmi pada
dapat bergerak (berbicara); ketentuan perang (biasanya
film; 2 gedung pertunjukan dilakukan dengan
film cerita sembunyi-sembunyi dan secara
tiba-tiba); perang secara
kecil-kecilan dan tidak terbuka;

Koperasi
Bentuk asal: CoÖperatie
Asal kata: Belanda Lansir
Arti: n perserikatan yang Bentuk asal: Lanceren
bertujuan memenuhi Asal kata: Belanda
keperluan para anggotanya Arti: v 1 mengatur sambil
dengan cara menjual barang menggandeng-gandengkan
keperluan sehari-hari dengan gerbong kereta api; 2 cak
harga murah (tidak bermaksud berjalan mondar-mandir
mencari untung); (bolak-balik)

Warta Budi Pekerti


Bentuk asal: Wrtta
Asal kata: Sansekerta-Jawa Bentuk asal: Buddhiprakrti
Kuna Asal kata: Sansekerta-Jawa
Arti: n berita; kabar: Kuna
Arti: Tingkah laku; perangai;
akhlak;

Bangga Berbahasa Indonesia/Edisi V/September 2016


Ingin mengetahui informasi lebih jauh
mengenai Gerakan Literasi Nasional?

Gerakan Literasi Sekolah


Portal : dikdasmen.kemdikbud.go.id
Sur-el : literasi.sekolah@kemdikbud.go.id

Gerakan Literasi Masyarakat melalui Program Gerakan Indonesia Membaca


Portal : paud-dikmas.kemdikbud.go.id

Gerakan Literasi Bangsa


Portal : badanbahasa.kemdikbud.go.id

Unduh Buku Gerakan Literasi Sekolah


Portal : dikdas.kemdikbud.go.id/index.php/buku-saku-gerakan-literasi-sekolah
Aku rela dipenjara
asalkan bersama buku
karena dengan buku
aku bebas
Mohammad Hatta

Anda mungkin juga menyukai