Anda di halaman 1dari 9

Permasalahan Pengembangan Berbagai Model Pembelajaran

dalam Implementasi Lesson Study di Kabupaten Pasuruan*)

Sri Endah Indriwati**)


Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Lesson study yang dilakukan di lingkup MGMP SMP dan SMA di
Kabupaten Pasuruan oleh guru sebidang studi maupun yang tidak sebidang studi
merupakan salah satu wujud dari pembentukan komunitas belajar di sekolah.
Terbentuknya komunitas belajar memungkinkan siswa, guru, dan pengelola sekolah
saling belajar dan membelajarkan sehingga semua sivitas dapat mengekspresikan
potensinya untuk mencapai prestasi secara optimal. Kegiatan seperti itu, tentu sangat
bermanfaat dalam menghidupkan atmosfer akademis sekolah.
Pengalaman selama melakukan pendampingan lesson study di beberapa
sekolah dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran menunjukkan bahwa
ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh para pendamping di lapangan berkaitan
dengan: 1) pemahaman terhadap hal-hal yang bersifat mendasar tentang bagaimana
memilih dan menetapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi
yang diajarkan, 2) pemahaman terhadap tuntutan kurikulum sekolah yang saat ini
sedang berlaku, 3) pemahaman tentang karakter siswa yang menjadi obyek dari model
pembelajaran yang diterapkan, 4) pemahaman tentang bagaimana mengembangkan
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan KTSP dan model pembelajaran yang
dilaksanakan, dan 5) pemahaman tentang bagaimana menemukan ‘benang merah’
antara model pembelajaran dengan teknik pembelajaran yang dilaksanakan.

Kata kunci: model pembelajaran, implementasi lesson study.

Pendahuluan
Kegiatan Lesson Study pada bidang MIPA telah berjalan lebih dari 3 tahun,
yaitu sejak bulan September 2006 sampai dengan semester genap 2010.
Pelaksanaannya dilakukan pada setiap hari Kamis untuk bidang Matematika dan
Sabtu untuk bidang IPA (Biologi, Kimia, Fisika). Pada setiap pertemuan kelompok
MGMP, selalu dipandu oleh 1 orang fasilitator dan 1 dosen pendamping dari
Universitas Negeri Malang, dan pada saat tertentu dikunjungi oleh pihak expert dari
JICA.
Keikutsertaan para guru MIPA pada kegiatan lesson study pada akhir-akhir ini
cukup fluktuatif dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Diantara peserta, ada
yang merupakan anggota lama dan ada yang baru, dan jika dilihat dari jumlah peserta

*)
Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional Lesson Study 3 di FMIPA Universitas Negeri Malang pada tanggal
9 Oktober 2010 Dengan Tema ’Peran Lesson Study Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pendidik dan
Kualitas Pembelajaran”
**)
Sri Endah Indriwati adalah Dosen Jurusan Biologi dan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang
pada setiap home base menunjukkan kecenderungan menurun. Dari informasi yang
disampaikan secara lesan oleh para fasilitator, penurunan itu antara lain karena: 1)
adanya mutasi tempat mengajar, 2) tidak memperoleh ijin meninggalkan sekolah, 3)
kurangnya dukungan dari pihak sekolah untuk mendiseminasikan hasil lesson study
yang diperolehnya, 4) alasan-alasan teknis sehubungan dengan keluarga, finansial,
kejenuhan, dan 5) secara tidak langsung dinyatakan bahwa para guru merasa ‘rugi
hadir’ karena tidak seluruh pendamping memberi kontribusi yang diperlukan; ada
pernyataan bahwa ‘ada pendamping yang kurang aktif’’ dalam merespons masalah-
masalah yang terjadi dalam pembelajaran.
Untuk hal yang terakhir ini, tentu saja perlu kita sikapi sebagai hal yang
mencambuk peran pendamping lesson study di sekolah. Pendamping, perlu mempo-
sisikan diri sebagai pihak yang memegang amanah untuk berbagi kemampuan dan
pengetahuan demi mengembangkan profesionalitas guru. Pengembangan pembelajar-
an, yang terdiri atas kemampuan menganalisis tujuan, menganalisis isi dan mengorga-
nisasi isi, merancang skenario pembelajaran, menyusun perangkat pembelajaran, me-
ngembangkan sistem evaluasi, dan melaksanakan pembelajaran yang mendidik meru-
pakan pengembangan kompetensi pedagogis dan profesional. Penguasaan bidang-
bidang lain yang diperlukan untuk meningkatkan pembelajaran dan memutakhirkan
pengetahuan dan keterampilan merupakan pengembangan kompetensi kepribadian
dan sosial. Pengembangan elemen-elemen tersebut tidak dapat dilakukan secara
terpisah-pisah, akan tetapi harus dilakukan dalam bingkai utuh kompetensi guru.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, dan berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran di sekolah yang menerapkan berbagai model pembelajaran maka ada
beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang pendamping, yaitu: (1) pemahaman
terhadap kurikulum KTSP dan implementasinya dalam pembelajaran, (2) pemahaman
terhadap karakter materi, (3) pemahaman tentang karakter siswa, (4) pemahaman
tentang cara mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan KTSP dan
model pembelajaran yang dilaksanakan, dan (5) pemahaman tentang bagaimana
menemukan ‘benang merah’ antara model pembelajaran dengan teknik pembelajaran
yang dilaksanakan.

*)
Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional Lesson Study 3 di FMIPA Universitas Negeri Malang pada tanggal
9 Oktober 2010 Dengan Tema ’Peran Lesson Study Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pendidik dan
Kualitas Pembelajaran”
**)
Sri Endah Indriwati adalah Dosen Jurusan Biologi dan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang
Pemahaman Terhadap Kurikulum KTSP dan Implementasinya Dalam Pembela-
jaran
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP, 2006).
Berdasarkan pengertian tersebut kurikulum disusun sebagai acuan bagi para pendidik
dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di kelas. Ini menunjukkan bahwa
kurikulum memang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu kegiatan
pembelajaran.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan (BSNP,
2006). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dijelaskan bahwa mata
pelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan
deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar.
Dalam kurikulum tersebut juga dinyatakan bahwa mata pelajaran Biologi bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan khusus di antaranya yaitu
memupuk sikap ilmiah yang jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama
dengan orang lain (BSNP, 2006).
Untuk dapat memupuk sikap ilmiah para peserta didik, perlu diterapkan suatu
pembelajaran Biologi yang mampu memfasilitasi adanya kegiatan yang bersifat ilmi-
ah meliputi penyelidikan ilmiah, komunikasi ilmiah, dan sikap ilmiah. Sikap ilmiah
adalah suatu bentuk tingkah laku siswa yang muncul berupa tanggapan dalam ber-
tindak selama melakukan suatu kegiatan ilmiah seperti dalam berkerjasama, kedisi-
plinan, maupun rasa keingintahuan. Untuk dapat memupuk kemampuan bekerjasama,
maka perlu diterapkan suatu pembelajaran Biologi yang mampu memfasilitasi adanya
kegiatan yang bersifat kelompok. Pembelajaran yang bersifat kelompok mampu men-
jembatani adanya suatu komunikasi antar sesama anggota kelompok sehingga pada
akhirnya siswa mampu bersikap jujur, objektif, terbuka, kritis dan dapat bekerja sama
dengan orang lain dalam hal ini adalah teman anggota kelompoknya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga disebutkan bahwa
pembelajaran Biologi diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir ana-
litis, induktif dan deduktif. Dengan kata lain, pembelajaran Biologi menuntut peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu diper-

*)
Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional Lesson Study 3 di FMIPA Universitas Negeri Malang pada tanggal
9 Oktober 2010 Dengan Tema ’Peran Lesson Study Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pendidik dan
Kualitas Pembelajaran”
**)
Sri Endah Indriwati adalah Dosen Jurusan Biologi dan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang
lukan suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dapat merealisasikan
tuntutan-tuntutan yang tercantum dalam KTSP tersebut.
Diantara model-model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif meru-
pakan salah satu strategi yang dapat diterapkan pada kurikulum KTSP. Dalam model
pembelajaran ini, sistem pengajarannya memberi kesempatan kepada anak didik
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
terstruktur (Lie, 2004:12). Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama
dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Pada
pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat
bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik,
memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan
(Slavin, 1995).
Dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu memancing aktivitas belajar siswa
sebab proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik tanpa adanya aktivitas
belajar siswa. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental
yang saling terkait sehingga dapat membuahkan hasil belajar yang optimal. Upaya
peningkatan aktivitas belajar siswa merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh
seorang guru karena dalam proses belajar membutuhkan aktivitas belajar dan pada
dasarnya belajar adalah ‘berbuat’ yaitu berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi
melakukan kegiatan (Susanto, 1999).
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:45) menyatakan bahwa Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP ini dikembangkan berdasar-
kan prinsip-prinsip sebagai berikut.
“(1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungan; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4) relevan
dengan kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh dan berkesinambungan; (6)
belajar sepanjang hayat; (7) seimbang antara kepentingan nasional dan
kepentingan daerah”.

Apa arti dari prinsip-prinsip itu? Secara tersirat menggambarkan bahwa pelak-
sanaan kurikulum KTSP perlu dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi-
strategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan meman-
*)
Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional Lesson Study 3 di FMIPA Universitas Negeri Malang pada tanggal
9 Oktober 2010 Dengan Tema ’Peran Lesson Study Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pendidik dan
Kualitas Pembelajaran”
**)
Sri Endah Indriwati adalah Dosen Jurusan Biologi dan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang
faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Dalam menciptakan pengalaman
belajar, guru harus mampu memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada, selain
itu guru harus mampu mengarahkan siswa untuk: (1) tanggap secara tepat terhadap
isu lokal, nasional, internasional, sosial, ekonomi, lingkungan, dan etika; (2) dapat
menilai secara kritis perkembangan dalam bidang sains dan teknologi serta
dampaknya; (3) memberi sumbangan terhadap kelangsungan perkembangan sains dan
teknologi; dan (4) membuat pilihan yang tepat untuk karirnya (Depdiknas, 2002).

Karakter Materi Biologi


Mengacu pada konsep Peraturan Pemerintah Nomor 19 Taun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan sedapat
mungkin memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, Gagne mengatakan
bahwa guru bertugas mengalihkan seperangkat pengetahuan yang terorganisasi
sehingga pengetahuan itu menjadi bagian dari sistem pengetahuan siswa. Sejalan
dengan itu pula, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menegaskan bahwa
kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat strategis dan menentukan.
Strategis karena guru akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
Menentukan karena gurulah yang memilah dan memilih materi yang akan disajikan
kepada siswa.
Belajar biologi adalah belajar tentang alam. Pengalaman belajar dalam bidang
biologi diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan
melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan narasumber lainya. Belajar
biologi bagi siswa merupakan usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap,
keterampilan berpikir, serta meningkatkan keterampilan motoriknya dan bukan
sekedar usaha untuk mencari dan mengumpulkan pengetahuan tentang makhluk
hidup.
Hadiat (1999), menjelaskan bahwa tujuan dan fungsi pembelajaran biologi di
sekolah, agar siswa memahami konsep-konsep biologi dan keterkaitannya serta
mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya sehingga menyadari akan kebesaran dan kekuasaan
penciptanya. Selanjutnya, Johar (1990), menjelaskan pemanfaatan lingkungan lokal
merupakan pendekatan sosialisasi anak didik terhadap obyek dan persoalan biologi di
*)
Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional Lesson Study 3 di FMIPA Universitas Negeri Malang pada tanggal
9 Oktober 2010 Dengan Tema ’Peran Lesson Study Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pendidik dan
Kualitas Pembelajaran”
**)
Sri Endah Indriwati adalah Dosen Jurusan Biologi dan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang
lingkungan anak didik. Pada gilirannya mereka mampu menyatu dengan
lingkungannya, menyatu dengan ekosistemnya. Sosialisasi sejak dini seperti itu
dengan memanfaatkan lingkungan lokal dengan alam dan budaya setempat kepada
anak didik akan menuju terwujudnya manusia Indonesia yang cinta tanah air,
berkepribadian dan berkesadaran nasional. Sekaligus dapat menumbuhkan
pemahaman mengenai relevansi antara ilmu biologi dengan lingkungan alam, dan
kehidupan sehari-hari.
Implikasi dari pernyataan di atas, dalam melaksanakan pembelajaran, guru
perlu merancang model pembelajaran-model pembelajaran yang sesuai dengan karak-
ter materi pelajaran (dalam hal ini Biologi). Penggunaan model pembelajaran sem-
barangan yang tidak berdasar pada analisis kesesuaian antara materi dan kegiatan
yang dilaksanakan, bisa berakibat gagalnya mencapai tujuan seperti yang diharapkan.

Karakter Siswa Dalam Pembelajaran


Selain melakukan analisis terhadap materi pelajaran, hal penting yang perlu
dilakukan dalam menerapkan model pembelajaran adalah analisis terhadap
karakteristik siswa yang akan melakukan aktivitas pembelajaran. Siapakah siswa yang
akan melakukan proses belajar? Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi
kemampuan aktual yang dimiliki oleh siswa, gaya atau preferensi cara belajar
(learning styles), dan sikap terhadap aktivitas belajar. Identifikasi yang akurat tentang
karakteristik siswa yang akan belajar dapat mebantu perancang program pembelajaran
dalam memilih dan menentukan model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Smith dan ragan (2003) mengemukakan bahwa analisis karakteristik siswa
yang akan menempuh program pembelajaran meliputi kondisi sosial ekonomi,
penguasaan isi atau materi pelajaran, dan gaya belajar. Gaya belajar siswa dapat
dikelompokkan menjadi gaya belajar auditori, gaya belajar visual, dan gaya belajar
kinestetik. Siswa dengan gaya belajar visual akan mudah menyerap pengetahuan dan
keterampilan melalui indera penglihatan. Dengan kata lain, siswa yang memiliki gaya
belajar visial akan mudah belajar melalui kegiatan membaca atau melihat sendiri.
Sedangkan siswa dengan gaya belajar auditori, akan mudah menyerap isi atau materi
pelajaran melalui indera pendengaran. Salah satu karakateristik Gaya belajar auditori
yaitu saat melakukan proses belajar berkelompok atau berdiskusi. Siswa dengan gaya

*)
Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional Lesson Study 3 di FMIPA Universitas Negeri Malang pada tanggal
9 Oktober 2010 Dengan Tema ’Peran Lesson Study Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pendidik dan
Kualitas Pembelajaran”
**)
Sri Endah Indriwati adalah Dosen Jurusan Biologi dan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang
belajar kinestetik, biasanya menggunakan alat peraga dalam melakukan proses
belajar. Mereka cenderung belajar sambil melakukan aktivitas.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sesuai Dengan KTSP dan Model Pem-


belajaran

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses menjelaskan


bahwa yang dimaksud dengan perangkat pembelajaran dalam kurikulum KTSP
mencakup Silabus, dan RPP. Silabus adalah suatu dokumen tentang program
pembelajaran yang memaparkan tentang 7 komponen: Kompetensi Dasar, Indikator
Kompetensi, Kegiatan Pembelajaran, Alokasi Waktu, Asesmen, Sumber dan Media
Pembelajaran. Dalam penyusunan silabus, jabaran Kompetensi Dasar yang berupa
indicator-indikator kompetensi menentukan pemilihan bahan pelajaran, kegiatan
pembelajaran, alokasi waktu, asesmen, dan sumber belajar serta media pembelajaran.
Silabus merupakan rencana pembelajaran yang dibuat untuk setiap matapelajaran
yang terdapat di struktur kurikulum. Silabus disusun untuk dilaksanakan selama kurun
waktu tertentu (1 semester, 1 tahun, 2 tahun, atau 3 tahun). Satu silabus mata
pelajaran memerlukan penjabaran ke dalam beberapa RPP.
RPP sesuai namanya adalah rencana pembelajaran untuk satu unit pelajaran
atau kompetensi dasar suatu mata pelajaran untuk dilaksanakan selama kurun waktu
pembelajaran tertentu (1, 2, 3, atau 4x jam pembelajaran). Secara umum format RPP
memuat komponen-komponen: Identitas mata pelajaran, Kelas/Semester, Pertemuan
ke, Alokasi Waktu, Kompetensi Dasar, Sub-sub Kompetensi Dasar, Indikator
Kompetensi dasar, Materi Pelajaran, Strategi Pembelajaran, Langkah-langkah
Pembelajaran, Asesmen, Sumber dan Media Pembelajara, dan Lampiran-Lampiran.
Penyusunan RPP berdasarkan silabus, Beberapa komponen tidak memerlukan
pengembangan dan beberapa komponen memerlukan. Komponen yang tidak
memerlukan pengembangan adalah: penyebutan KD, Sub-Kompetensi Dasar, dan
Indikator Kompetensi.
Komponen yang memerlukan pengembangan adalah dalam hal penulisan:
Bahan Pelajaran (diperjelas dengan membuat deskripsi dan contoh bahan pelajaran,
menjelaskan judul buku yang dirujuk, dan bila perlu melampirkan bahan rujukan),
Strategi Pembelajaran (merupakan penjelasan terhadap cara siswa mencapai indicator

*)
Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional Lesson Study 3 di FMIPA Universitas Negeri Malang pada tanggal
9 Oktober 2010 Dengan Tema ’Peran Lesson Study Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pendidik dan
Kualitas Pembelajaran”
**)
Sri Endah Indriwati adalah Dosen Jurusan Biologi dan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang
kompetensi seperti yang diharapkan, Langkah-langkah pembelajaran (diperjelas
sesuai sintaks pembelajaran), dan Asesmen.
Sebenarnya secara umum pengembangan RPP dapat dilakukan dengan mudah
apabila silabus yang digunakan sebagai dasar pengembangan telah dideskripsikan
secara jelas. Isi beberapa bagian RPP dapat langsung dikutipkan dari deskripsi yang
terdapat di dalam komponen-komponen silabus. Sementara yang lain dapat
dikembangkan atas dasar analisis instruksional.
Pembuatan analisis instruksional itu mungkin sulit dan memerlukan beberapa
kali latihan. Meskipun begitu, keterampilan ini perlu dikuasai karena akan menjadi
bukti penguasaan guru tentang segala sesuatu yang terkait dengan pembelajaran,
yaitu: pemahaman tentang tujuan pembelajaran (KD dan Indikator), penguasaan
bahan pelajaran, penguasaan proses pembelajaran, dan pemilihan serta penyusunan
asesmen.

Bagaimana Menemukan Benang Merah Antara Model Pembelajaran Dengan


Teknik Pembelajaran

Benang merah antara model pembelajaran dengan teknik pembelajaran sebe-


narnya dapat dibuat dengan cara menemukan hubungan atau keterkaitan antara
kompetensi yang akan dicapai melalui model pembelajaran dengan kegiatan pokok
dari teknik pembelajaran yang dijalankan. Seringkali, dalam praktek pembelajaran di
lapangan, benang merah ini seringkali diabaikan, tidak dicari hubungannya, sehingga
terkesan bahwa pelaksanaan pembelajaran itu masih belum ‘utuh’ sesuai dengan yang
akan dicapai dalam target kurikulum.

Simpulan dan Saran


Penerapan model-model pembelajaran bagi guru di sekolah dalam
implementasi lesson study masih perlu diupayakan pengembangannya, dengan cara
merefleksi atas kekurangan dan kelebihan pada prakteknya.
Agar hasil dari penerapan itu lebih optimal, diperlukan uluran tangan dari para
pendamping di lapangan.

*)
Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional Lesson Study 3 di FMIPA Universitas Negeri Malang pada tanggal
9 Oktober 2010 Dengan Tema ’Peran Lesson Study Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pendidik dan
Kualitas Pembelajaran”
**)
Sri Endah Indriwati adalah Dosen Jurusan Biologi dan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang
DAFTAR RUJUKAN

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006).
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Lie, A. 2004. Mempraktekkan Cooperative Learning Di Ruang-ruang Kelas. Jakarta:


PT. Gramedia

Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning. Theory. Researth and Practice. Boston:


Ally and Bacon.

Smitth, P.L & Ragan, T.L.2003. Instructional Design. Upper Saddle River, NJ. Merril
Prentice Hall, Inc.

*)
Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional Lesson Study 3 di FMIPA Universitas Negeri Malang pada tanggal
9 Oktober 2010 Dengan Tema ’Peran Lesson Study Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pendidik dan
Kualitas Pembelajaran”
**)
Sri Endah Indriwati adalah Dosen Jurusan Biologi dan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai