Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PENJADWALAN PRODUKSI DAN TATA LETAK

FASILITAS PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN


KEPUASAN KERJA PADA PT. NUSA MULTILAKSANA

Oleh:
A. Daffa Ardya E. Putra
NIM : 201910160311277

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penjadwalan produksi dan tata letak ruang terhadap
kepuasan kerja karyawan pada PT. Nusa Multilaksana. Pendekatan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Nusa Multilaksana
berjumlah sebanyak 81 orang. Metode pengumpulan data dilakukan menggunakan observasi dan
kuesioner. Data dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda, dilengkapi pengujian hipotesis
secara parsial dengan uji t, dan secara simultan dengan uji F. Penelitian diuji dan dilaksanakan pada PT.
Nusa Multilaksana merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang mengolah logam,
besi, stainless steel, baja dan biji plastik menjadi produk setengah jadi dan produk jadi sebagai komponen
pendukung produk furnitur. Variabel bebas adalah penjadwalan produksi dan tata letak sedangkan
variabel terikat adalah kepuasan kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif
dan signifikan antara penjadwalan produksi dan tata letak ruang terhadap kepuasan kerja di PT. Nusa
Multilaksana. Temuan empiris tersebut mengindikasikan bahwa penerapan penjadwalan produksi dan tata
letak ruang menjadi salah satu alternatif strategi dalam peningkatan kepuasan kerja. Implikasi teoritis
serta saran-saran bagi penelitian mendatang juga diuraikan pada bagian terakhir penelitian ini.

Kata Kunci: Penjadwalan Produksi, Tata Letak dan Kepuasan Kerja.

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of production scheduling and room layout on the Job Satisfaction of
employees at PT. Nusa Multilaksana. The approach in this research is a quantitative approach. The population in
this study were all employees of PT. Nusa Multilaksana totaled 81 people. The method of data collection was
carried out using observation and questionnaires. Data were analyzed using multiple linear regression analysis,
equipped with partial hypothesis testing with the t test, and simultaneously with the F test. The research was tested
and carried out at PT. Nusa Multilaksana is a company engaged in manufacturing that processes metal, iron,
stainless steel, steel and plastic pellets into semi-finished products and finished products as supporting components
for furniture products. The independent variable is production scheduling and layout, while the dependent variable
is Job Satisfaction. The results of the analysis show that there is a positive and significant relationship between
production scheduling and room layout on Job Satisfaction at PT. Nusa Multilaksana. These empirical findings
indicate that the application of production scheduling and spatial layout is an alternative strategy in increasing Job
Satisfaction. The theoretical implications and suggestions for future research are also outlined in the final section of
this study.

Keywords: Production Scheduling, Layout and Job Satisfaction.


PENDAHULUAN

Masalah penjadwalan muncul di berbagai macam kegiatan, hal ini memungkinkan terdapat order-
order yang berbeda tetapi harus diproses pada mesin yang sama. Perencanaan produksi merupakan fungsi
dari pembentukan keseluruhan tingkat output. Proses ini juga mencakup kegiatan lain yang diperlukan
untuk memenuhi tingkat penjualan yang direncanakan saat ini,juga tentang keuntungan, produktivitas,
lead, dan kepuasan kerja, sebagaimana dinyatakan dalam rencana bisnis secara keseluruhan.

Proses perencanaan produksi memerlukan perbandingan persyaratan penjualan dan kemampuan


produksi dan masuknya anggaran, performa laporan keuangan, dan mendukung rencana untuk bahan dan
persyaratan tenaga kerja, serta rencana produksi itu sendiri.Tujuan utama dari rencana produksi ini adalah
untuk menetapkan tingkat produksi yang akan mencapai itu tujuan manajemen permintaan pelanggan
memuaskan. Kepuasan pelanggan dapat dicapai melalui pemeliharaan, peningkatan, atau penurunan
persediaan, sekaligus mempertahankan tenaga kerja yang relatif stabil. Penjadwalan disusun dengan
mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada. Penjadwalan yang baik akan memberikan dampak
positif, yaitu rendahnya biaya operasi dan waktu pengiriman, yang akhirnya dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan. Hal ini dilakukan agar dalam proses produksi bisa dijalankan dengan optimal untuk
mengurangi masalah dan kekacauan pada ketersediaan produk dan pencapaian target perusahaan yang
berkaitan langsung dengan kepuasan pelanggan dan optimasi waktu dan sumber daya.

Permasalahan industri tidak hanya menyangkut seberapa besar investasi yang harus ditanam,
prosedur produksi dan pemasaran hasil produksi namun juga memerlukan perencanaan fasilitas yang
meliputi perencanaan lokasi fasilitas maupun rancangan fasilitas. Perancangan fasilitas meliputi
perancangan sistem fasilitas, tata letak pabrik dan sistem penanganan material (pemindahan bahan). PT.
Nusa Multilaksana merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang mengolah logam,
besi, stainless steel, baja dan biji plastik menjadi produk setengah jadi dan produk jadi sebagai komponen
pendukung produk furnitur.

PT. Nusa Multilaksana merupakan perusahaan yang menganut sistem proses produksi terputus
dalam menghasilkan outputnya atau dalam konteks manufaktur disebut juga sebagai sistem job shop. Job
shop diartikan sebagai bentuk proses konversi dimana unit-unit untuk pesanan yang berbeda akan
mengikuti urutan yang berbeda pula dengan melalui pusat-pusat kerja yang dikelompokkan berdasarkan
fungsinya. Volume produksi setiap jenis produk sedikit, variasi produknya banyak, lama proses produksi
setiap jenis produk agak panjang, dan tidak ada lintasan produksi khusus.

Dengan sistem produksi terputus tersebut maka mobilitas perpindahan material sangatlah tinggi,
dimana material bergerak dari satu departemen ke departemen lainnya secara berurutan sesuai dengan
proses yang telah ditentukan. Perpindahan material dan raw material dilakukan secara manual yaitu
dengan menggunakan trolly dan dorongan tenaga manusia. Hal inilah yang kemudian menyebabkan
banyak pemborosan (waste) dalam aktifitas produksi PT.Nusamulti Laksana. Dapat dikatakan
perpindahan barang merupakan aktifitas yang tidak produktif, karena tidak merubah barang dan tidak
memberikan nilai tambah bagi barang. Sehingga perpindahan barang yang berkaitan erat dengan jarak,
waktu dan biaya perlu dikelola secara efisien, yaitu salah satunya melalui stategi tata letak.

Penjadwalan produksi dan tata letak memiliki banyak dampak strategis karena penjadwalan dan
tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya, kualitas
lingkungan kerja, kepuasan kerja dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi
mencapai sebuah strategi yang menunjang differensiasi, biaya rendah dan respon yang cepat (Heizer dan
Render, 2009:532). Tata letak yang baik dapat diartikan sebagai penyusunan yang teratur dan efisien
semua fasilitas pabrik dan buruh (personnel) yang ada di dalam pabrik (Assauri, 2008:82).
Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh penjadwalan produksi dan
tata letak fasilitas produksi terhadap peningkatan kepuasan kerja yang dapat dicapai dari penataan ulang
fasilitas produksi PT. Nusa Multilaksana.

TINJAUAN PUSTAKA

Penjadwalan Produksi

Penjadwalan produksi bertujuan untuk memaksimalkan efisiensi operasional dan mengurangi


biaya. Salah satu permasalahan yang menarik dalam penjadwalan ialah job sequencing. Job sequencing
adalah suatu pengurutan pekerjaan dengan kombinasi urutan-urutan yang diukur berdasarkan
performanya. Menurut Baker (1974), penjadwalan didefinisikan sebagai proses pengalokasian sumber-
sumber atau mesin-mesin yang ada untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu.
Dengan demikian masalah penjadwalan senantiasa melibatkan pengerjaan sejumlah komponen yang
sering disebut dengan istilah job. Job merupakan komposisi dari sejumlah elemen-elemen dasar yang
disebut dengan aktivitas atau operasi.

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penjadwalan adalah sebagai berikut
(Baker, 1974). 1. Meningkatkan produktivitas mesin, yaitu dengan mengurangi waktu mesin menganggur.
5 2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi dengan mengurangi jumlah rata-rata pekerjaan yang
menunggu antrian suatu mesin karena mesin tersebut sibuk. 3. Menggurangi keterlambatan karena telah
melampaui batas waktu dengan cara, a. mengurangi maksimum keterlambatan, b. mengurangi jumlah
pekerjaan yang terlambat. 4. Meminimasi ongkos produksi. 5. Pemenuhan batas waktu yang telah
ditetapkan (due date), karena dalam kenyataan apabila terjadi keterlambatan pemenuhan due date dapat
dikenakan suatu denda (penalty).

Tata Letak

Assauri (2008:105) menyebutkan bahwa proses produksi adalah cara, metode dan tehnik untuk
menciptakan atau menambahkan kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber sumber
(tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dana) yang ada. Fasilitas adalah sarana pendukung dalam aktifitas
perusahaan berbentuk fisik dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, memiliki jangka waktu
kegunaan yang relatif permanen dan memberikan manfaat untuk masa yang akan datang. Menurut
Wignjosoebroto dalam Ramadhan (2012:13), bahwa : “Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata
cara pengaturan fasilitasfasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut
akan memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainya,
kelancaran gerakan-gerakan material, penyimpanan material (strorage) baik yang bersifat temporer
maupun permanen, personil pekerja dan sebagainya”.

Menurut Yamit dalam Ramadhan (2012:14) menyebutkan bahwa “ pengaturan tata letak fasilitas pabrik
adalah rencana pengaturan semua fasilitas produksi guna memperlancar proses produksi yang efisien dan
efektif ”. Sementara tujuan dan manfaat dari tata letak fasilitas menurut Heizer dan Render (2009) tujuan
dari strategi tata letak adalah mengembangkan tata letak dengan biaya
yang efektif yang memenuhi kebutuhan bersaing perusahaan. Adapun prinsip-prinsip penyusunan tata
letak fasilitas pabrik menurut Yamit dalam Ramadhan (2012:16) menyebutkan bahwa berdasarkan tujuan
dan manfaat yang diperoleh dalam pengaturan tata letak fasilitas pabrik yang baik, dapat disimpulkan
prinsip dasar dalam menyusun tata letak fasilitas pabrik adalah sebagai berikut :
1. Integrasi secara total. Prinsip ini menyatakan bahwa tata letak fasilitas pabrik dilakukan secara
terintegrasi dari semua faktor yang mempengaruhi proses produksi menjadi satu unit organisasi
yang besar.
2. Jarak perpindahan barang paling minimum. Waktu perpindahan bahan dari satu proses ke proses
lainya dalam satu industri dapat dihemat dengan cara mengurangi jarak perpindahan tersebut
seminimum mungkin.
3. Memperlancar aliran kerja. Material diusahakan bergerak terus tanpa adanya interupsi atau
gangguan skedul kerja.
4. Kepuasan dan keselamatan kerja. Suatu layout dikatakan baik apabila pada akhirnya mampu
memberikan keselamatan dan keamanan dari orang yang bekerja didalamnya.
5. Fleksibilitas. Fleksibel untuk diadakan penyesuaian atau pengaturan kembali (relayout) maupun
layout yang baru dapat dibuat dengan cepat dan murah.

Jenis produk, proses produksi yang diharapkan, bahkan strategi perusahaan akan mempengaruhi
manajer operasi dalam memilih tipe tata letak yang sesuai dengan perusahaan. Material handling adalah
seni dan ilmu pengetahuan dari perpindahan, penyimpanan, perlindungan, dan pengawasan. Sebagai seni
material handling dikarenakan tidak dapat secara eksplisit diselesaikan semata-mata dengan formula atau
model matematika. (Hari purnomo, 2004 : 240). Sementara tujuan dari material handling antara lain
adalah Hari Purnomo (2004:243):
a. Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan, dan memberikan
perlindungan kondisi kerja.
b. Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja
c. Meningkatkan produktifitas : material akan mengalir pada garis lurus, material akan berpindah
dengan jarak sedekat mungkin, perpindahan sejumlah material pada satu kali waktu, mekanisasi
penangana material, otomasi penanganan material.
d. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas : meningkatkan penggunaan bangunan, pengadaan
peralatan serbaguna, standardisasi peralatan material handling, menjaga dan menempatkan
seluruh peralatan sesuai kebutuhan dan mengembangkan program pemeliharaan preventif.
e. Mengurangi bobot mati
f. Sebagai pengawasan persediaan

Kepuasan Kerja

Menurut Wirawan (2013, p. 698), kepuasan kerja adalah persepsi orang mengenai berbagai aspek
dari pekerjaannya. Persepsi dapat berupa perasaan dan sikap orang terhadap pekerjaannya. Perasaan dan
sikap dapat positif atau negatif. Jika seseorang bersikap positif terhadap pekerjaannya, maka ia puas
terhadap pekerjaannya, sebaliknya, jika karyawan bersikap negatif terhadap pekerjaannya maka ia tidak
puas terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan kondisi menyenangkan atau secara emosional
positif yang berasal dari penilaian seseorang atas pekerjaannya atau pengalaman kerjanya (Setiawan &
Ghozali, 2006, p. 159). Kepuasan kerja merupakan suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang
yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya (Robbins & Judge, 2008, p. 107).

Kepuasan kerja yang baik ditandai dengan adanya kualitas kerja yang baik dalam menyelesaikan
setiap pekerjaan yang diberikan oleh pemimpin dengan tepat sesuai waktu yang ditentukan dan dapat
mencapai setiap target yang telah ditetapkan oleh perusahaan, seperti halnya yang dikemukakan oleh
Mangkunegara (2013, p. 67) bahwa kepuasan kerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.

Setiap karyawan dalam suatu perusahaan perlu mendapatkan kepuasan dalam bekerja yang juga
dapat berdampak pada peningkatan kinerja karyawan, seperti Affandi (2016, p. 33) yang menyatakan
bahwa kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja, sehingga pekerja yang puas akan lebih
produktif dalam bekerja. Demikian juga dengan Wirawan (2013, p. 699) yang menyatakan bahwa
perasaan dan sikap positif atau negatif orang terhadap pekerjaannya membawa implikasi pengaruh
terhadap dirinya dan organisasi. Jika orang puas terhadap pekerjaannya ia menyukai dan termotivasi
untuk melaksanakan pekerjaannya dan kinerjanya tinggi, sebaliknya jika tidak puas dengan pekerjaannya
ia tidak termotivasi untuk melaksanakan pekerjaannya dan kinerjanya rendah.

METODE PENELITIAN

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data kuantitatif. Analisis
data kuantitatif adalah yaitu data yang berupa bilangan yang merupakan hasil dari suatu perhitungan atau
pengukuran. Analisis ini meliputi pengolahan data, pengorganisasian data dan penemuan hasil. Demikian
pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau
tampilan lainnya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Nusa Multilaksana
bulan april 2018 sebanyak 422. Besaran sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengingat jumlah
populasi lebih dari 100 orang, maka dalam penelitian ini tidak semua diteliti maka jumlah sampel yang
diteliti sebanyak 81 sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunkan adalah dengan non probability
sampling, dalam hal ini peneliti menggunakan Purposive Sampling, dengan metode analisis dalam
penelitian ini meliputi uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, dilengkapi pengujian hipotesis
secara parsial dengan uji t, dan secara simultan dengan uji F.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Uji Asumsi Klasik Multikolinearitas

Tabel 3. Hasil Uji Multikolineritas

Model Collinerity Statistics


Tolerance VIF
( Constant )
Penjadwalan Produksi (X1) 0.552 1.811
Tata Letak Ruang (X2) 0.552 1.811
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja (Y)
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 23, 2018
Tabel 3 menunjukkan bahwa bahwa semua dimensi yaitu Penjadwalan produksi (X1) danTata letak ruang
(X2), mempunyai nilai toleransi di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa
model regresi pada penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas.

Analisis Regresi Linear Berganda


Tabel 4. Regresi Linear Berganda

Model Unstandardized Coefficient


B Std.Error
( Constant ) 2.210 1.308
Penjadwalan Produksi (X1) .117 .061
Tata Letak Ruang (X2) .805 .078
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 23, 2018

Tabel 4 menunjukkan bahwa persamaan regresi liniear berganda sebagai berikut:


Y= 2.210 + 0.117X1 + 0.805X2

Tabel 4 menunjukkan bahwa regresi Y= 2.210 + 0.117X1 + 0.805X2 menggambarkan bahwa


variabel bebas (independen) Penjadwalan Produksi (X1) dan Tata Letak Ruang (X2) dalam model regresi
dapat dinyatakan jika untuk variabel independen berubah sebesar 1 (satu) dan lain konstan, maka
perubahan variabel terikat (dependen) kepuasan kerja (Y) adalah sebesar nilai koefisien (b) dari nilai
variabel independen tersebut. Konstanta (a) sebesar 2.210 memberikan pengertian bahwa jika
Penjadwalan Produksi (X1) dan Tata Letak Ruang (X2) secara serempak atau bersama-sama tidak
mengalami perubahan atau sama dengan nol (0) maka besarnya keputusan pembelian 2.210 satuan.

Jika nilai b1 yang merupakan koefisien regresi dari Penjadwalan Produksi (X1) sebesar 0.117
yang artinya mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen mempunyai arti bahwa jika
variabel penjadwalan produksi bertambah 1 satuan, maka kepuasan kerja akan mengalami kenaikan
sebesar 0.117 satuan dengan asumsi variabel lain tetap atau konstan. Jika nilai b2 yang merupakan
koefisien regresi dari Tata Letak Ruang (X2) sebesar 0,805 yang artinya mempunyai pengaruh positif
terhadap variabel dependen mempunyai arti bahwa jika variabel tata letak ruang bertambah 1 satuan,
maka kepuasan kerja akan mengalami kenaikan sebesar 0,805 satuan dengan asumsi variabel lain tetap
atau konstan.

Tabel 5. Hubungan Antar Variabel

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


1 .873ᵃ .762 .756 .855
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 23, 2018

Tabel 5 menunjukkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPPS 23 seperti
yang ada pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai (R) yang dihasilkan adalah sebesar 0.873 artinya
mempunyai hubungan kuat. Nilai adjusted R Square adalah 0,762 atau 76,2% artinya kontribusi semua
variabel bebas : Penjadwalan produksi (X1) dan Tata letak ruang (X2) terhadap variabel independen
kepuasan Kerja (Y) adalah sebesar 76,2% dan sisanya sebesar 23.8% di pengaruhi variabel lain.

Pengujian Hipotesis
Perumusan hipotesis yang diuji dengan tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini sebesar
5% atau α = 0,05 maka hasil pengujian hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Uji Hipotesis F


F Sig
124.832 .000b
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 23, 2018

Tabel 6 hasil analisis regresi menggunakan SPSS 23 di dapatkan signifikan p-value = 0,000<0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak atau Hα di terima yang berarti bahwa Penjadwalan Produksi (X1)
dan Tata Letak Ruang (X2) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kepuasan Kerja (Y).

Tabel 7. Uji Hipotesis t


Model T Sig
( Constant ) 1.689 .095
Penjadwalan Produksi (X1) 1.927 .058
Tata Letak Ruang (X2) 10.365 .000
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 23, 2018

Tabel 7 menunjukkan bahwa tata letak ruang signifikansi p-value = 0,058< 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa Hα diterima dan menolak H0 atau tata letak ruang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja.
Dari hasil uji t pada tabel diatas dapat dilihat bahwa fungsionalitas signifikansi p-value = 0,000< 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa Hα diterima dan menolak H0 atau Tata Letak Ruang berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan kerja.

Pembahasan

Pengaruh Penjadwalan Produksi (X1) Terhadap Kepuasan Kerja

Keputusan layout adalah keputusan membuat desain atau tata letak dari fasilitas-fasilitas produksi yang
mencangkup mesin-mesin, bahan baku, dan peralatan pdroduksi lainnya dalam satu tempat. Hasil pada
penelitian ini sama dengan yang di dapati pada penelitian sebelumnya Winarno (2015) Merry (2012) dan
Henriadi (2012) yang mendapati ada pengaruh antara Tata Letak dan Kepuasan Kerja.
Hasil penelitian yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa Tata Letak berpengaruh signifikan terhadap
Kepuasan Kerja, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha di terima.

Pengaruh Tata Letak Ruang (X2) Terhadap Kepuasan Kerja

Fungsi adalah rincian tugas yang sejenis atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh
seorang pegawai tertentu yang masing-masing berdasarkan sekelompok aktivitas sejenis menurut sifat
atau pelaksanaannya. Hasil dari penelitian ini mendapati hal yang sama dengan apa yang di teliti oleh
Harianto (2014) yang mendapati ada pengaruh antara variabel tata letak ruang dan kepuasan kerja.

Hasil penelitian yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa Tata letak ruang berpengaruh signifikan
terhadap Kepuasan Kerja, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha di terima.
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan adalah:

1. Penjadwalan produksi dan Tata letak ruang secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Kepuasan Kerja.
2. Di dapati Variabel Penjadwalan produksi berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja pada PT.
Nusa Multilaksana.
3. Di dapati Variabel Tata letak ruang berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja pada PT. Nusa
Multilaksana.

SARAN

1. Untuk meningkatkan Kepuasan Kerja pada PT. Nusa Multilaksana, hendaknya


diperhatikanVariabel Penjadwalan produksi dan Tata letak ruang karena besarnya
pengaruh variable tersebut terhadap kepuasan kerja.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti objek sejenis, disarankan agar dapat
mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan variabel, atau meneliti variabel-
variabel lainnya yang berhubungan dengan Kepuasan Kerja yang belum diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Assaurri, S. (2010). Manajemen Produksi Dan Operasi Edisis Revisi. Jakarta : Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia

Handoko, T. H. (2015). Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.

Herjanto, E. (2010). Manajemen Operasi Edisis Ke Empat. Jakarta : Grasindo.

Heizer, J., & Barry, R. (2011). Manajemen Operasi Buku I Edisis 9. Jakarta : Salemba Empat.

Kasmir & Jakfar. (2012). Studi Kelayakan Bisnis Edisis Revisi Jakarta :kencanan Jakarta.

Madura, J. (2010). Intrudaction To Business (Pengatar Bisnis) Edisi 4 Jakarta: Salemba 4.

Umar, H. (2011). Studi Kelayakan Bisnis Edisi 4 Revisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai