Anda di halaman 1dari 40

Praktikum Manajemen Agribisnis Praktikum ke : 12

Hari/Tanggal : Kamis, 14 Desember 2017

Kelas/Kelompok : MAB D2/2

PERENCANAAN USAHA BUDIDAYA

PEMBESARAN IKAN SIDAT

Kelompok 2

Anggota:

Arif Amanda NST J3J116038

Arni Tsalitsa J3J116040

Fatin Fathia Achmad J3J116099

Indriyani Prihatin J3J116131

Pudji Rahmani RB J3J116199

Wisnu Pangestu J3J116273

PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN AGRIBISNIS

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2017
i

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun karya tulis ini yang
berjudul “PERENCANAAN USAHA BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN
SIDAT” dengan baik. Adapun maksud dan tujuan kami menyusunkarya tulis ini
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Agribisnis. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Andan Hamdani, SP, M.Si selaku
dosen materi dalam pembuatan karya tulis ini, serta kepada semua pihak yang
telah mendukung dalam menyusun karya tulis ini.

Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat dalam


karya tulis ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran kepada
berbagai pihak untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan
kinerja untuk kedepannya.

Bogor, 12 Desember 2017

Penyusun
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iii
1.PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3Tujuan 3
2.FAKTOR PRODUKSI 4
2.1Deskripsi Komoditas 4
2.1.1 Klasifikasi 4
2.1.2 Morfologi 5
2.1.3 Kebiasaan Makan Ikan Sidat 5
2.1.4 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup 6
2.1.5 Kualitas Air Ikan Sidat 7
2.1.6 Aspek Budidaya 8
2.2 Proses Budidaya Pembesaran 10
2.2.1 Persiapan Wadah 10
2.2.2 Penebaran Benih 12
2.2.3 Pemberian Pakan 13
2.2.4 Pengolahan Kualitas Air 14
2.2.5 Pemberantasan Hama dan Penyakit 14
2.2.6 Pemantauan Pertumbuhan dan Populasi Ikan 18
2.2.7 Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen 18
2.3 Input Budidaya Pembesaran 20
2.3.1 Fasilitas Utama Pembesaran 20
2.3.2 Fasilitas Pendukung Pembesaran 21
2.3.3 Kegiatan Pengadaan Benih 21
2.3.4 Penyediaan Pakan 22
3. PERENCANAAN USAHA 25
3.1Target Produksi 25
3.1.1 Padat Tebar 25
3.1.2 Pola Tebar 25
3.1.3 Siklus Produksi 25
3.1.3FCR 25
iii

3.1.4SR (Tingkat Kelangsungan Hidup) 27


3.1.5Tenaga Kerja 27
3.2Input Produksi 27
4.ANALISIS USAHA 30
4.1Total Biaya 33
4.2Total Penerimaan 33
4.3 Keuntungan 33
4.4 R/C 33
4.5 Payback Period 34
4.6 BEP 34
4.6.1 BEP unit 34
4.6.2 BEP rupiah 34
5.KESIMPULAN 35
DAFTAR PUSTAKA 36

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ikan Sidat 4
Gambar 2. Bagian-bagian Tubuh Ikan Sidat 5
Gambar 3. Pencucian Wadah 11
Gambar 4. Pengeringan Kolam 11
Gambar 5. Pengisian air dan pengendapan 12
Gambar 6. Pakan Dachang 13
Gambar 7. Pemberian pakan 14
Gambar 8. Pemanenan Ikan Sidat 19

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Peenyakit yang Menyerang Ikan Sidat 15


Tabel 2.. Formulasi pakan pasta yang diberikan 23
1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan sidat merupakan salah satu ikan yang tumbuh besarnya di
perairan tawar. Pada stadium larva, sidat hidup di laut. Bentuknya seperti
daun lebar, tembus cahaya, dan dikenal dengan sebutan leptocephalus.
Pada stadium larva glass eel banyak ditemukan di pantai atau muara
sungai. Panjang tubuh 5-7 cm, tembus cahaya. Pada saat ikan sidat mulai
tumbuh dewasa ikan hidup di perairan tawar kemudian ikan akan
bermigrasi ke laut dalam untuk melakukan pemijahan.

Sidat merupakan komoditas perikanan dengan permintaan ekspor


yang terus meningkat serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Negara
tujuan ekspor sidat adalah Jepang, Hongkong, Singapura, Jerman, Italia,
Belanda, dan Amerika Serikat. Besarnya potensi sidat mendorong
pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)
mengupayakan teknologi pendederan dan pembesaran, dengan tujuan
meningkatkan kualitas sidat yang dibesarkan. Selain itu, membuka
peluang usaha baru para pembudidaya komoditas perikanan di
Indonesia.Walaupun teknologi budidaya yang dikembangkan sudah maju,
namun masih terdapat kendala yang dialami, yaitu teknologi pembenihan
belum dikuasai secara mantap (Affandi 2005).

Permintaan ikan sidat meningkat dari tahun ke tahun. Menurut


Windi et al (2012), permintaan ikan sidat ditahun 2010 adalah sebesar 9,6
ton meningkat menjadi 24 ton pada tahun 2012. Pemenuhan kebutuhan
akan konsumsi tersebut berasal dari sidat hasil tangkapan di alam dan dari
hasil budi daya. Hasil tangkapan ikan sidat menurun pada tahun 2010
sebesar 1.149 ton menjadi 557 ton pada tahun 2011 (KKP 2011). Jadi
diharapkan untuk memenuhi permintaan pasar baik secara kuantitas
maupun kualitas akan ikan sidat dimasa yang akan datang dapat dipenuhi
dari hasil budi daya. Permasalahannya adalah ketersediaan benih di alam
2

terbatas, terutama sumber daya benih ikan sidat di negara –negara Eropa
dan Jepang yang dari tahun ke tahun semakin menurun.

Ikan sidat Anguilla bicolor merupakan jenis ikan yang mempunyai


nilai ekonomis yang tinggi dan merupakan komoditas ekspor dari sektor
perikanan. Hal ini dapat dibuktikan jika mengunjungi beberapa rumah
makan yang menyajikan masakan Jepang di Indonesia, akan mendapatkan
menu olahan sidat (unagi) yang dijual dengan harga sangat tinggi, yakni
mencapai Rp. 200.000 – Rp. 250.000 per porsinya. Belum termasuk jenis
makanan lainnya seperti kayaki, unadon, unajuu dan lain sebagainya
(Suitha dan Suhaeri 2008)

Ikan sidat termasuk salah satu jenis ikan yang potensial dan
memiliki prospek yang sangat baik untuk dibudidayakan di Indonesia,
mengingat ikan ini memiliki nilai jual yang tinggi, baik di pasar domestik
maupun internasional. Ikan sidat juga memiliki nilai gizi yang tinggi.
Bagian hati ikan sidat mengandung vitamin A sebanyak 150 IU/g.
Kandungan DHA ikan sidat 13,37 mg/g lebih tinggi dari ikan salmon yang
hanya 8,2 mg/g atau tenggiri 7,48 mg/g (Subyakto 2012).

Kegiatan pendederan dan pembesaran ikan sidat dilakukan sebagai


upaya untuk menjaga kelestarian agar ikan sidat tidak punah, diupayakan
melalui kegiatan pendederan dan pembesaran yang terkontrol dan
dilakukan penelitian pembenihan, sehingga kebutuhan benih ikan sidat
yang semula hanya tergantung dari ketersediaan di alam dapat memenuhi
kegiatan budidaya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa dan bagaimana faktor produksi usaha budidaya pembesaran ikan
sidat?
2. Bagaimana perencanaan usaha budidaya pembesaran ikan sidat?
3. Bagaimana analisis usaha budidaya pembesaran ikan sidat?
3

1.3 Tujuan
1. Mengetahui faktor produksi usaha budidaya pembesaran ikan sidat.
2. Mengetahui perencanaan usaha budidaya pembesaran ikan sidat.
3. Mengetahui analisis usaha usaha budidaya pembesaran ikan sidat.
4

2. FAKTOR PRODUKSI

2.1 Deskripsi Komoditas

2.1.1 Klasifikasi

Menurut Nelson (1994) ikan sidat diklasifikasikan sebagai berikut:

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Subkelas : Neopterygii

Division : Teleostei

Ordo : Anguilliformes Gambar 1. Ikan Sidat

Famili : Anguillidae

Genus : Anguilla

Species : Anguilla spp.

Nama spesies : Anguilla bicolor

Sidat (Anguilla spp.) merupakan ikan konsumsi yang


memiliki nilai ekonomis penting baik untuk pasar lokal maupun
luar negeri. Permintaan pasar akan ikan sidat sangat tinggi
mencapai 500.000 ton per tahun terutama dari Jepang dan Korea,
pemasok utama sidat adalah China dan Taiwan (Anonim, 2006).
Sidat yang dikenal dengan ’unagi’ di Jepang sangat mahal
harganya karena memiliki kandungan protein 16,4% dan vitamin
A yang tinggi sebesar 4700IU (Pratiwi, 1998).
5

2.1.2 Morfologi

Gambar 2. Bagian-bagian Tubuh Ikan Sidat

Tubuh sidat berbentuk bulat memanjang, sekilas mirip


dengan belut yang biasa dijumpai di areal persawahan. Salah satu
karakter/bagian tubuh sidat yang membedakannya dari belut adalah
keberadaan sirip dada yang relatif kecil dan terletak tepat di
belakang kepala sehingga mirip seperti daun telinga sehingga
dinamakan pula belut bertelinga. Bentuk tubuh yang memanjang
seperti ular memudahkan bagi sidat untuk berenang diantara celah-
celah sempit dan lubang di dasar perairan.

Panjang tubuh ikan sidat bervariasi tergantung jenisnya


yaitu antara 50-125 cm. Ketiga siripnya yang meliputi sirip
punggung, sirip dubur dan sirip ekor menyatu. Selain itu terdapat
sisik sangat kecil yang terletak di bawah kulit pada sisi lateral.
Perbedaan diantara jenis ikan sidat dapat dilihat antara lain dari
perbandingan antara panjang preanal (sebelum sirip dubur) dan
predorsal (sebelum sirip punggung), struktur gigi pada rahang atas,
bentuk kepala dan jumlah tulang belakang.

2.1.3 Kebiasaan Makan Ikan Sidat


Berdasarkan analisis isi lambung ikan sidat dewasa didapatkan
jenis makanannya adalah kepiting, udang dan keong. Sedangkan pada
elver dan glass eel, jenis makanannya tidak teridentifikasi.
Berdasarkan penelitian Pirzan dan Wardoyo (1979) ikan sidat pada
6

stadia elvermemakan plankton, ikan kecil, udang-udangan dan


insekta. Sedangkan glass eel yang baru masuk ke cabang sungai isi
lambungnya kosong. Menurut Sutardjo dan Mahfudz (1971) ikan sidat
yang berukuran 14,5 B 66,3 cm sebagian besar makanannya berupa
udang.Jenis-jenis makanan ikan sidat tersebut sesuai dengan
keberadaan jenis-jenis organism yang tersedia di habitatnya. Oleh
karena itu pertumbuhan dan kehidupan ikan sidat sangat tergantung
pada kehidupan organism bentik baik insekta, moluska maupun
dekapoda.
Di alam ikan sidat memakan bermacam-macam insekta, cacing
dan ikan kecil. Ikan sidat jantan akan matang gonad pada umur 3-4
tahun, sedangkan sidat betina 4-5 tahun. Setelah ikan dewasa akan
kembali ke laut dan mencari spawning ground lalu mati setelah
memijah (spawn).

2.1.4 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup


Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran baik panjang
volume atau berat dalam satu waktu tertentu (Effendie, 1997).
Weatherley (1972) dalam Sriati (1998) mengemukakan bahwa
pada stadia juvenil, ikan sidat mempunyai laju pertumbuhan yang
cepat, di mana panjang berat bersifat linier. Hal ini disebabkan
karena pada stadia juvenil belum terjadi perkembangan gonad,
sehingga kelebihan energi yang masuk seluruhnya digunakan
untuk pertumbuhan. Umumnya di daerah tropis makanan
merupakan faktor yang sangat berpengaruh demi pertumbuhan
ikan sidat. Pada keadaan normal, ikan akan mengkonsumsi
makanan relatif lebih banyak sehingga pertumbuhannya sangat
cepat. Selain itu keberhasilan dalam mendapatkan makanan akan
menentukan pertumbuhan ikan tersebut (Affandi dan Riani ;
1994). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa khusus untuk
daerah tropis, pertumbuhan terjadi pada bulan April hingga
7

September, dan pada periode tersebut ikan sidat aktif dalam


mencari makan.

Beberapa penyebab pertumbuhan larva lambat adalah nafsu


makan kurang, kualitas pakan tambahan rendah dan jumlah pakan
yang kurang, serta padat penebaran yang terlalu tinggi. Selain itu
faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kelangsungan hidup
benih ikan sidat, adalah persiapan bak atau wadah pemeliharaan
benih yang kurang sempurna, padat penebaran yang terlalu tinggi,
adanya serangan penyakit ekor putih (Sasongko dkk., 2007).

2.1.5 Kualitas Air Ikan Sidat


Ikan Sidat bersifat katadromus yaitu mengalami migrasi
habitat tawat ke laut. larva ikan sidat hingga menjelang dewasa
hidup disungai, setelah dewasa menuju laut untuk bereproduksi,
selanjutnya larva hasil pemijahan terbawa arus kepantai dan
menuju perairan tawar melalui muara.
A. Keasaman
Nilai ph merupakan indikasi keasaman kualitas air karena
juga menentukan proses kimiawi dalam air. setiap jenis ikan
memiliki kemampuan toleransi yang berbeda terhadap pH (
lesmana, 2005) nilai pH untuk pemeliharaan ikan sidat 7-8 (
Affandi, 1995).
B. Suhu
Suhu pada air mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, baik
dalam media luar maupun cairan dalam tubuh ikan, ikan
merupakan binatang berdarah dingin sehingga metabolisme
dalam tubuhnya tergantung pada suhu lingkungannya. suhu
perairan yang berfluktuasi besar akan berpengaruh pada sistem
metabolisme. ikan sidat dapat beradaptasi pada suhu 12-31C.
Ammonia (NH3) dan nitrit(NO2) merupakan gas nitrogen buangan
hasil metabolisme ikan oleh perombakan protein, baik dari ikan
itu sendri yang berupa feses dan urin maupun dari sisa pakan.
8

kelarutan ammonia sangat besar dan merupakan kompetitor kuat


dalam ikatannya kedarah dan oksigen. substanci ini sangat
bercun terutama dalam kondisi pH yang tinggi. nitrifikasi dan
nitratasi akan cepat terjadi pada pH 7-8 dan suhu 25-30C.
keberadaan NH3 dan NH4+ dalam air selalu seimbang dan
sangat tergantung pada pH dan suhu. makin tinggi pH dan suhu
maka makin tinggi konsentrasi NH3 semakin kuat daya
racunnya. Kadar ammonia terukur yang dapat menyebabkan
kematian adalah lebih dari 1 ppm (1 mg/l) maka nitrit lebih dari
0,1 ppm (0,1 mg/l). bila kadarnya kurang dari kadar tersebut,
tetapi dalam jangka setengahnya maka dalam jangka lama ikan
akan stress, sakit, dan ertumbuhannya lambat ( lesmana, 2005).
C. Oksigen
Ikan sidat mempunyai kemampuan bernafas melalui kulit
sekitar 60 % dan 40 % insang. ikan sidat akan muncul
kepermukaan bila konsentrasi oksigen menurun hingga 1,0-2,0
ppm . Oksigen minimal dibutuhkan oleh ikan sidat sebesar 3
ppm, bila kurang dari itu dan suhu antara 20-23 C akan
mengurangi nafsu makan sehingga laju pertumbuhan ikan akan
menurun.

2.1.6 Aspek Budidaya


Budidaya sidat sudah dilakukan di beberapa negara (Jepang,
China, Taiwan, dan Itali) sejak awal abad 20 (Matsui, 1982);
sedangkan di Indonesia baru dirintis sekitar tahun 1995-1997
namun kurang berkembang karena tidak terjaminnya pasokan benih
yang siap tebar (Herianti, 2005). Hal ini sejalan dengan pendapat
Setiadi dkk.(2006) dan Prahyudi (Pers Com) yang mengatakan
bahwa kendala utama dalam budidaya sidat yang dihadapi adalah
tingginya mortalitas pada saat glass eel sampai elver yang
mencapai 70-80%. Begitu pula dengan Peni (1993) dan Keni
(1993) yang menyatakan bahwa pemeliharaan benih sidat pada
9

tahap awal merupakan masa yang paling sulit dengan tingkat


kelangsungan hidup sebesar 30-50%.

Selain mortalitas yang tinggi, masalah lain dalam budidaya


sidat adalah laju pertumbuhannya yang lambat yaitu kurang dari
3,1% (Bromage et al.,1992). Kepadatan tebar juga perlu
diperhatikan karena berpengaruh terhadap mortalitas dan
pertumbuhannya. Degani dan Lavenon dalam Affandi & Riani
(1995) melaporkan bahwa kelangsungan hidup elver dalam
pemeliharaan berkisar antara 37-55% yang tergantung pada padat
penebarannya. Matsui (1982) menambahkan bahwa kepadatan
yang optimal pada pemeliharaan sidat adalah 1,1-1,9 kg per 3,3
meter persegi.

Untuk memacu pertumbuhan ikan sidat perlu disediakan


pakan berprotein hewani yang tinggi karena sifatnya yang
karnivora (Peni, 1993; Sarwono, 1999; Kamil dkk., 2000).
Aktivitas makan sidat paling tinggi terjadi pada malam hari karena
sifatnya nokturnal (Matsui, 1982; Sarwono, 1999). Dengan
demikian manipulasi penetrasi cahaya diduga akan mempengaruhi
aktivitas makan yang secara tidak langsung akan berdampak pula
pada meningkatnya pertumbuhan.

Dalam masa awal pemeliharaan salinitas juga perlu


diperhatikan, Affandi & Riani (1995) melaporkan bahwa saat kritis
pemeliharaan benih sidat yang ditangkap dari alam adalah pada
pemeliharaan larvanya (glass eel-elver), kisaran salinitas air yang
baik untuk pemeliharaan diperkirakan antara 0-7%.

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah proses dan cara
pengangkutan. Penanganan yang baik pada saat di lapangan
maupun pengangkutan akan menekan tingkat mortalitas. Matsui
(1982) melaporkan bahwa benih sidat yang berasal dari Selandia
Baru yang sebelumnya diberok selama dua hari pada air mengalir
10

bersuhu 140Cdan pada saat pengangkutan dipacking dalam box


bersuhu 5-8oC ternyata tidak ada kematian dalam pengangkutan
selama 32 jam. Suhu dalam box pengangkutan terkait dengan
tingkat metabolisme tubuh dan aktivitas glass eel, dimana pada
suhu rendah metabolisme dan aktivitasnya akan menurun sehingga
pengeluaran bahan beracun terutama CO2 dan amoniak akan
berkurang begitu pula dengan konsumsi oksigen akan lebih rendah.

Kegiatan budidaya sidat tahap pembesaran dilakukan mulai


tahap elver (sebesar pensil) sampai ukuran konsumsi yang beratnya
sekitar 250-300 gr/ekor. Salah satu cara/tempat pemeliharaan
adalah menggunakan jaring apung yang ditempatkan pada situ,
danau, atau kolam ukuran besar .Pakan yang diberikan biasanya
berupa pellet dengan kandungan protein di atas 30%.

2.2 Proses Budidaya Pembesaran


Pembesaran adalah suatu kegiatan budidaya yang meliputi kegiatan pra
produksi, proses produksi dan pemanenan yang bertujuan untuk menghasilkan
ikan ukuran konsumsi atau ukuran yang dikehendaki sesuai permintaan pasar.
Kegiatan pembesaran ikan sidat merupakan kelanjutan dari pendederanyaitu
ukuran 100 gr dengan panjang ±36 cm sampai mencapai ukuran konsumsi( 250
gr sampai 1.000 gr). Padat tebar yang ideal untuk sidat yaitu 3-4 ekor/m². Masa
pembesaran dari ukuran 100 gr hingga mencapai ukuran konsumsi berkisar 3 –
11 bulan.

2.2.1 Persiapan Wadah


Wadah yang digunakan dalam pembesaran yaitu kolam beton yang
berukuran berbeda-beda. Persiapan kolam pembesaran bertujuan untuk
menyiapkan wadah, sehingga nantinya didapatkan lingkungan yang
optimal bagi ikan. Tujuan akhirnya agar ikan dapat hidup dan tumbuh
maksimal. Kegiatan persiapan wadah dilakukan untuk mengoptimalkan
kualitas media pemeliharaan meliputi penyikatan, pencucian kolam,
11

pengeringan kolam, pengisian air, pengelolaan kualitas air, dan


pencegahan hama dan penyakit.

1) Pencucian Wadah
Pencucian wadah dilakukan untuk membersihkan atau mengangkat
kotoran yang terdapat pada dinding dan dasar kolam, pencucian
dilakukan oleh 3-4 orang tergantung luas kolam yang dibersihkan,
adapun langkah pencucian yaitu penyikatan kotoran yang terdapat
pada dasar kolam kemudian bilas dengan air. Pembersihan kolam ini
memakan waktu selama 1-2 jam.

Gambar 3. Pencucian Wadah

2) Pengeringan

Pengeringan dilakukan setelah pecucian dan pembersihan.


Kolam dikeringkan selama 3-4 hari sampai dasar kolam benar-
benar kering. Pengeringan dasar kolam selain untuk
mengistirahatkan kolam juga bertujuan untuk membasmi bibit
penyakit dan hama seperti ikan liat, dan lain-lainnya. Proses
pengeringan juga bertujuan memutuskan rantai patogen.

Gambar 4. Pengeringan Kolam

3) Pengisian Air dan Pengendapan


12

Pengisian air dilakukan denagn membuka saluran


pemasukan air yang berasal dari saluran air. Pengisian air
menggunakan pipa PVC berdiameter 3,5 inchi. Ketimggian air
kolam 80 cm – 100 cm. Pengisian air memerlukam waktu yang
berbeda-beda tergantung dimensi kolam, setelah dilakukan
pengisian air dilakukan pengendapan air berguna unuk
mengendapatkan partikel – partikel kecil yang terdapat pada air
dan menetralkan pH.

Gambar 5. Pengisian air dan pengendapan

2.2.2 Penebaran Benih


Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari, yakni
ketika suhu air masih rendah. Benih yang ditebar pada awal
pemeliharaan yaitu benih yang berukuran 10g/ekor. Benih pertama
kali ditebar pada bak pembesaran ikan sidat yaitu bak A – D. Setiap
bak ditebar ikan sidat sebanyak 60.000 ekor dengan jumlah total
ikan sidat dari bak A – D yaitu 240.000 ekor. Setiap 2 bulan sekali
dilakukan pemindahan ikan pada bak yang berbeda-beda ukuran
tergantung luas dimensi kolam.
Penebaran akan menentukan lama waktu pemeliharaan untuk
mencapai ukuran panen. Benih akan yang ditebar harus bermutu
baik, berukuran seragam, tidak cacat fisik, gesit, bebas dari
penyakit, serta memiliki pertumbuhan cepat. Penebaran harus
dilakukan dengan hati-hati. Sebelum dilakukan penebaran di dalam
kolam, dilakukan proses aklimatisasi dengan memasukkan air
kolam kedalam wadah benih sehingga air kolam akan bercampur
dengan air di dalam wadah benih, kemudian diamkan beberapa
saat. Selanjutnya wadah dimasukkan kedalam kolam secara
perlahan sehingga terjadi campuran antara air yang ada di dalam
13

wadah dan air kolam. Kemudian wadah di angkat dari kolam. Hal
ini bertujuan untuk mengurangi tingkat stres pada benih yang akan
memasuki wadah pemeliharaan baru.

2.2.3 Pemberian Pakan


Pakan merupakan faktor terpenting dalam usaha budi daya
ikan, karena ikan tidak hanya sekedar mempertahaankan kondisi
tubuh, melainkan menumbuhkan daging. Pakan yang diberikan
harus memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan ikan sidat,
mudah didapat, tersedia setiap saat, disenangi ikan dan ekonomis.
Pakan yang diberikan ikan sidat tidak sembarang pakan,
pakan tersebut harus mempunyai protein yang tinggi berguna untuk
kualitas daging sidat pada saat dilakukan pilet lebih mudah. Pakan
yang digunakan ikan sidat yaitupakan yang ber-merk DACHANG
sebagai pakan utama dengan kandungan protein sebesar 47%.

Gambar 6. Pakan Dachang

Pembuatan pakan dilakukan dengan cara memasukkan bahan


- bahan kedalam mesin pengaduk pakan. Kemudian biarkan bahan
tersebut teraduk merata setelah itu masukkan air. Setelah
pembuatan pakan selesai, pakan ditimbang terlebih dahulu berguna
untuk kebutuhan tiap kolam ikan kemudian pakan bisa dikasih
langsung kepada ikan sidat. Pemberian pakan dilakukan dua kali
sehari yaitu pagi dan sore hari ketika jam 06.00 WIB dan dan jam
17.00 WIB. Pakan diberikan pada satu titik yaitu pada wadah
14

pemberian pakan. Proses pemberian pakan pada pembesaran yaitu


1% dari bobot perekor ikan.

Gambar 7. Pemberian pakan

2.2.4 Pengolahan Kualitas Air


Pengolahan kualitas air dapat dilakukan dengan cara
memantau DO, suhu dan pH air yang masuk dipengairan awal pada
pagi hari. Pengecekan DO suhu dilakukan dengan termometer yang
dicelupkan ke air, sedangkan pengukuran pH dilakukan dengan
mencelupkan kertas pengukur pH ke dalam air kemudian
bandingkan warna yang didapat dengan warna pada kemasan,
apabila kualitas air telah melewati niali baku mutu toleransi ikan
maka dilakukan pergantian air total. Setelah pengontrolan dan
pemantauan dilakukan juga penurunan air sebanyak 50%, pada
tahap pembesaran penurunan air dilakukan setiap hari pada pagi
hari setelah pemberian pakan.

2.2.5Pemberantasan Hama dan Penyakit


Cara untuk mencegah ikan terserang penyakit adalah menjaga
kualitas air tetap baik, yaitu dengan cara menurunkan air setiap hari
sebanyak 50% pada pagi hari dan memindahkan ikan yang sakit ke
tempat karantina agar penyakit tidak menyebar pada ikan lainnya
dan pemberian bahan kimia yang dilakukan diperusahaan tersebut
mempunyai kerahasiaan perusahaan ataupun dapat disebut
15

perusahaan tersebut menciptakan bahan kimia yang diracik sediri


sehingga dirahasiakn penamaan dan komposisinya.

a) Sumber Penyakit
Penyakit yang menyerang sidat dikelompok menjadi tiga
golongan utama :
 Hama, predator yang memangsa sidat, competitor yang
menimbulkan persaingan dalam pmenapatkan oksigen, dan
sebagai pencuri.
 Parasiter, yang disebabkan oleh Virus, bakteri, jamur,
protozoa.
 Penyakit non-parasiter, bukan oleh suatu hama atau
organisme, yang disebabkan oleh tiga faktor :
1. Faktor lingkungan, perubahan suhu yang tiba-tiba, pH
terlalu tinggi atau rendah, dan lain-lain.
2. Kualitas pakan, kekurangan vitamin, gizinya rendah,
bahan baku busuk, mengandung racun.
3. Turunan, kelainan tubuh sejak lahir.

b) Penyakit yang menyerang sidat.

Tabel 1. Peenyakit yang Menyerang Ikan Sidat

NO PENYAKIT GEJALA PENGOBATAN


IKAN DAN
BAHAN KIMIA BAHAN
SERANGAN
ALAMI
1 Penyakit -Tubuh sidat -Denganmenambahkan -Dengan
oleh Virus memendek garam kedalam pakan. mengggunakan
Branchial (dehidrasi). -Penyakit ini kalau sambiloto untuk
kidney -Densitas darah menyerang sidat sulit merendam sidat
meningkat. untuk disembuhkan, bagi penyerangan
-Ginjal yang hanya dengan metode yang terjadi
rusak pendekatan pada dikulit,
menyebabkan penggunaan garam sedangkan untuk
16

penyerapan dapur. serangan bagian


garam rendah. dalam dengan
mencampurkan
dalam pakan.
NO PENYAKIT GEJALA DAN PENGOBATAN
IKAN SERANGAN BAHAN BAHAN
KIMIA ALAMI
2 Penyakit -Disebabkan oleh -Merendam -Serangan ini
Oleh pathogenchondrococcu dengan dengan
Bakteri s columnalis. nitroflame dan menggunakan
Gill Erosion -Ikan terlihat lambat furazolidone ekstrak daun sirih
dalam gerakannya. kedalam untuk mengobati
-Cenderung diam disisi kolam dengan dengan cara
kolam. dosis 0,3-0,5 merendamnya
-Insang rusak dan pmm. atau
menyebabkan anemia. menambahkan
-Pada serangan yang dalam pakan.
hebat jaringan insang
berkurang hingga 25%
sehingga sidat sulit
bernafas dan akhirnya
mati.
Fin Rot -Ikan kurang nafsu -Dengan -Bisa dengan
makan dan gerakan thiazine yang menggunakan
berenanga tidak dicampurkan kunyit, untuk
normal. dalam pakan serangan internal
-Terserang bagian dengan dosis yaitu dengan
eksternal akan 20 mg/hr mencampurkan
mengalami pendarahan untuk berat dalam pakan, dan
yang selanjutnya badan 100 g untuk serangan
menjadi borok yang yang eksternal dengan
terjadi pada perut, ekor dilakukan merendamnya.
17

dan anus. selama 1


-Secara internal, usus minggu.
dan lambung
mengalami hyperemia
dan akhirnya terkikis
yang menyebabkan
luka dan borok.
NO PENYAKIT GEJALA DAN PENGOBATAN
IKAN SERANGAN BAHAN KIMIA BAHAN
ALAMI
3 Penyakit -Disebabkan Pengobatan dengan : -Direndam
oleh oleh -Garam dapur dengan mahkota
Protozoa Icthyophthirius (NaCl), dengan dewa, dengan
Wihite spot multifilis, merendamnya mengambil
disease -Ikan selama 5 - 10 jam ekstraknya.
menggosok- dengan kadar 0,1-0,3 Tetapi cara yang
gosokkan ppm. paling tepat
tubuhnya -Methylene Blue, untuk mengatasi
kedasar kolam dengan dosis 2-4 cc ini adalah dengan
atau benda kedala 4 ltr air dan memutuskan
keras. direndam selam 24 rantai hidup
-Sidat malas jam pengobatan protozoa ini
berenang dan dilakukan 3 - 5 kali
cenderung sampai sembuh.
kepermukaan -Formalin, direndam
air. dalam 200 - 250 ppm
-Menyerang dikolam dan dapat
pada lapisan juga ditambah
lendir kulit, sirip methylene blue 1-2
dan insang ppm.
sehingga fungsi
mekanisme
18

tubuh terhambat
yang yang
mengakibatkan
kematian.
4 Penyakit -Disebabkan -Merendam dengan -Direndam
oleh jamur oleh jamur larutan Malachita dengan ekstrak
Cotton Cap Saprolegnia Green 0,2 ppm dan daun sirih untuk
atau Water parasitica. Methilene Blue 2 serangan pada
Mauld Tubuh ppm selama 4 hari. kulit.
mengalami luka- -Pemberiandaimeton -Serangan dalam
luka dan stress. yang dicampurkan tubuh dengan
-Terlihatbenang dalam pakan dengan mencampurkan
halus pada kulit. dosis 150 g/ton berat dalam pakan.
-Terjadi tubuh sidat.
kematian 1-2
minggu setelah
serangan.

2.2.6 Pemantauan Pertumbuhan dan Populasi Ikan


Pemantau pertumbuhan dan populasi ikan dilakukan secara
visual, dikarenakan sampling ikan sidat sulit. Apabila dilakukan
sampling berkala dikhawatirkan membuat ikan stres dan mati.
Sehingga pemantauan pertumbuhan hanya dilakukan dengan
melihat ukuran kepala ikan sidat yang besar rata dengan bentuk
tubuh menandakan ikan siap panen. Setiap 2 bulanan pemeliharaan
benih dilakukan pemindahan bak.

2.2.7 Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen


Pemanenan dilakukan pada saat bobot rata-rata ikan sidat
telah mencapai 250 g/ekor. Proses pemanenan dapat dilakukan
dengan cara menurunkan air sebanyak 90% dengan membuka pipa
outlet luar, pemanenan ikan sidat dilakukan oleh 2 orang. Cara
19

pemanenan kedua yaitu dilakukan oleh satu orang dengan


menggunakan scoopnet yaitu menangkap ikan sidat dengan cara
menyerok ikan sidat yang terdapat di pojokan kolam.
Pada saat pemanenan menggunakan scoopnet sebagian
karyawan melakukan penyortiran berguna untuk memisahkan ikan
ukuran konsumsi dan ikan yang belum masuk ukuran konsumsi,
dilakukan pemeliharaan lanjutan. Penimbangan dilakukan setelah
drum potong terisi ikan sebanyak 45 kg/drum, drum yang digunakan
setinggi 43 cm dan dasar drum tersebut terdapat lubang-lubang kecil
yang berfungsi untuk membuang air yang terdapat pada drum
tersebut.

Gambar 8. Pemanenan Ikan Sidat

Ikan sidat yang telah ditimbang diangkut oleh dua orang


denagn bantuan bambu sepanjang 3sampai 4 meter ke wadah
karantina, sebelum dilakukan pemiletan ke prosesing untuk dijadikan
ikan sidat panggang beku.Ikan sidat yang dipanen memiliki rata-rata
biomassa akhir 7.100 kg/bak dengan SR 71% dari akhir
pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup (SR) 92% dari setiap
perpindahan bak. Pertambahan bobot selama 8 bulan pemeliharaan
sebesar 250 g/ekor.
20

2.3 Input Budidaya Pembesaran

2.3.1 Fasilitas Utama Pembesaran


Komponen fasilitas utama dalam kegiatan pembesaran antara lain
adalah kolam pemeliharaan, sumber air, kincir, dan gudang pakan.
a. Kolam Pemeliharaan
Kegiatan pembesaran menggunakan 15 unit kolam pembesaran
yang berbentuk persegi. Kolam pembesaran memiliki ukuran yang
berbeda-beda. Kolam A-D berukuran 120m3 berjumlah 4 unit, kolam
A21 unit berukuran 3000 m3, kolam A1 1 unit berukuran 4500 m3 ,
kolam JPG dan kolam Us berukuran sama yaitu 600 m3 berjumlah 6
unit dan bak karantina berjumlah 3 unit berukuran 16 m3 . Setiap kolam
diberikan kincir sebagai penyuplai oksigen.
b. Sumber Air
Sumber air yang digunakan pada pemeliharaan pendederan II dan
pembesaran berasal dari sumur bor dan rembesan air laut yang terdapat
pada dinding kolam dermaga. Kolam dermaga berukuran 60 m x 50m x
7 m. Air yang digunakan disedot menggunakan pompa celup yang
berkapasitas 10 HP dan 15 Hp yang berjumlah 4 unit yang dilengkapi
pipa paralon, yang didistribusikan ke bak treatmen. Kemudian di
alirkan melalui saluran air yang dimodifikasi dengan baik sehingga
dapat mengalirkan air dengan biaya rendah ke wadah pemeliharaan.
c. Kincir
Kegiatan pemeliharaan,pembesaran setiap kolam di beri kincir
sebagai penyuplai oksigen yang berkapasitas 1 HP dan 2 HP pada setiap
kolam berbeda-beda. Jumlah pemberian kincirnya bergantung luar
kolam dan ukuran ikan. Kincir yang digunakan bermerek ACTEC.
d. Gudang Pakan
Gudang pakan yang digunakan berukuran 10 m x 10 m. Gudang
tersebut menyimpan semua pakan yang akan digunakan dalam semua
tahap budi daya agar pakan yang akan diberikan kepada ikan akan tetap
terjaga kualitasnya.
21

2.3.2 Fasilitas Pendukung Pembesaran


Keberadaan fasilitas pendukung berperan penting untuk
melengkapi fasilitas utama dalam kegiatan pembesaran. Fasilitas
pendukung terdiri dari bangunan kantor, wadah pakan, genset, dan
pompa.
a. Bangunan
Kantor dengan luas bangunan 24 m2 memiliki fungsi sebagai
tempat untuk kegiatan administrasi dan penerimaan tamu. Terdiri
dari sebuah ruangan yang berisikan meja, kursi, dan satu unit
computer yang dilengkapi dengan fasilitas berupa white board,
lemari berkas, galon air minum. Memiliki sebuah ruang tamu yang
digunakan untuk menerima tamu atau pun sebagai tempat rapat.
b. Wadah Pakan Pembesaran
Wadah pakan pembesaran digunakan agar tidak mencemari
kualitas air serta sebagai tempat berkumpulnya ikan sidat pada
wadah budidaya. Wadah pemberian pakan tersebut berukuran 3 m
x 1,5 m x 40 cm. Wadah tersebut digantung dan disesuaikan
menggunakan tali tambang agar wadah tersebut tidak tenggelam.
c. Genset
Untuk mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik maka
digunakanlah mesin generator set (genset) open type 200 KVA
sebanyak 2 unit.
d. Pompa
Dalam kegiatan pemeliharaan, pompa digunakan sebagai alat
yang penting keberadaannya, terutama untuk kegiatan pengisisan
air, Terdapat 2 unit pompa air dengan kapasitas 10 HP dan 2 unit
berkapasitas 15 HP.

2.3.3 Kegiatan Pengadaan Benih


Pengadaan benih dilakukan dengan cara survey lokasi
penangkapan. Perusahaan membeli benih dari seorang nelayan
yang ada di Muara Cimandiri. Perusahaan mencari benih tidak
22

hanya di Muara Cimandiri melainkan di daerah Ujung Genteng,


Bayah, dan Banten. Perusahaan mempunyai karyawan yang
bertugas khusus untuk mencari benih glass eel. Benih glass eel
yang dibeli perusahaan mempunyai bobot rata-rata 0.17 g/e dengan
ciri benih harus tidak cacat dan pergerakan lincah dan ujung ekor
berwarna hitam.

Cara Penangkapan Benih


a. Persiapan Alat dan Bahan
Peralatan-peralatan yang digunakan untuk penangkapan glass eel
adalah segitiga (cedok),serta alat bantunya yaitu petromak atau
senter, piring plastik kecil, plastik yang diisi air untuk
penyimpanan glass eel.
b. Penangkapan
Kegiatan penangkapan glass eel dilakukan secara individu.
Penangkapan dilakukan dengan cara penyerokan yaitu dengan
mengambil cedok dengan tangan kiir doi depan dan tangan kanan
di belakang, penangkapan dilakukan dengan datangnya arus dari
laut, kemudian dilakukan penyerokan, lakukan berulang-ulang
sampai ikan tertangkap ke dalam cedok, kemudian ikan dimasukan
ke dalam koja. Apabila koja sudah penuh, bawa ke tempat
penampung untuk ditimbang dan diberikan kepada masing-masing
pengepul.

2.3.4 Penyediaan Pakan


a. Pakan Alami
Pakan alami yang digunakan adalah cacing sutra atau dikenal
dengan tubifex. Pakan tubifex di berikan pada saat Pendederan I
dan Pendederan II. Hal ini dilakukan karena pada tahapan-tahapan
pemeliharaan tersebut ukuran benih ikan sidat masih relatif kecil
berkisar antara 2 – 10 cm sehingga diperlukan pakan yang dapat
dicerna dengan mudah dan mengandung komposisi gizi yang
23

cukup. Cacing sutra berasal dari hasil tangkapan nelayan yang


berada di daerah, atau di peroleh dari poultri shoap terdekat
b. Pakan Buatan
Seiring dengan pertumbuhan benih ikan sidat maka pada stadia
benih ikan sidat sudah dapat diperkenalkan makanan dari jenis
pakan buatan. Pakan buatan yang diberikan berbentuk pellet dan
pasta.
1) Pasta
Pakan buatan dengan bentuk pasta diberikan pada
tahapan Pendederan II. Pada saat tersebut benih ikan sidat
sudah mencapai ukuran panjang lebih dari 10 cm dan
mampu menelan pakan berukuran lebih besar dari tubifex
tetapi bukaan mulutnya belum bisa mengkonsumsi pellet
yang mempunyai diameter 0,5 cm.

Tabel 2..Formulasi pakan pasta yang diberikan

No Bahan Baku Formulasi (%)


1 Tepung Ikan 75
2 Tepung Tapioka 10
3 CMC 5
4 Minyak Ikan 2
5 Minyak Jagung 2
6 Vitamin Mix 2
7 Mineral Mix 4
Total 100

Cara Pembuatan Pakan Pasta :

Semua bahan harus bertekstur halus, timbang tepung


ikan dan tapioka sesuai dengan takaran yang dibutuhkan.
Tepung ikan dan tapioka dicampur merata seletah itu
ditambahkan CMC yang telah ditimbang, aduk dan
24

campur kembali sampai rata. Minyak ikan dan minyak


jagung ditimbang bersamaan sesuai dengan takaran yang
ada, setelah itu timbang vitamin dan mineral mix (premix
= campuran vitamin dan mineral mix) campur sampai
merata dan tambahkan campuran tepung ikan, tapioka
dan CMC ke dalam campuran minyak dan premix dari
jumlah sedikit sampai setelah merata campur semua
bahan yang ada. Simpan pakan pasta yang telah
dicampur dan bahan baku pakan ke dalam refrigerator
atau ruang ber-AC untuk menghindari ketengikan dan
kerusakan kandungan gizi dari bahan baku pakan.Dalam
pembuatan pakan diusahakan pelaksana menggunakan
masker dan harus menjaga kebersihan tempat dan bahan
baku yang akan digunakan.

2) Pellet
Pakan dengan bentuk pellet diberikan pada saat benih
ikan sidat sudah mencapai ukuran berat 50 gram atau
pada tahap pembesaran. Karena pada waktu tersebut
ikan sidat sudah mempunyai bukaan mulut yang cukup
lebar dan dapat menelan pakan bentuk pellet. Ukuran
pellet yang digunakan berdiameter 0,5 cm.
25

3. PERENCANAAN USAHA

3.1 Target Produksi

3.1.1 Padat Tebar


Diketahui :

\
Target produksi 500 Kg

Size 4/Kg 250 g

Jumlah (ekor)
P 2000 ekor
a
SR 80%
d
Jumlah
a yang ditebar 2500 ekor
t
Ukuran 20 g/ekor

Totaltbenih yang ditebar 50.000 g = 50 kg


= jumlah
e yang harus ditebar x ukuran
b
P = 2,5 m Luas kolam
a
L=2m =pxl
r
T = 1,2 m = 2,5 m x 2 m
= 5 m²
=

= = 10 kg/m²
²

3.1.2 Pola Tebar


Terlampir

3.1.3 Siklus Produksi


Empat siklus per tahun, satu siklus 3 bulan.

3.1.3 FCR

Diketahui :
26

 Pemberian pakan diberikan 2% dari bobot per ekor ikan.


 Pakan diberikan dua kali sehari (pagi dan sore).
 ∑ = FR x bobot ikan/ekor

= 2% x 20 g/ekor

= 0,4 g/ekor x 2500 ekor

= 1000 g

= 1 kg x 2 kali makan

selisih jumlah pakan


minggu mortalitas N W Biomassa FCR
Biomassa (gr)

0 0 2500 20 50000 0 14000


1 95 2405 23 55315 5315 15488,2 2,91
2 87 2318 27 62586 7271 17524,08 2,41
3 80 2238 32 71616 9030 20052,48 2,22
4 70 2168 38 82384 10768 23067,52 2,14
5 65 2103 46 96738 14354 27086,64 1,89
6 45 2058 56 115248 18510 32269,44 1,74
7 31 2027 68 137836 22588 38594,08 1,71
8 13 2014 82 165148 27312 46241,44 1,69
9 7 2007 104 208728 43580 58443,84 1,34
10 5 2002 139 278278 69550 77917,84 1,12
11 2 2000 186 372000 93722 104160 1,11
12 0 2000 250 500000 128000 140000 1,09
500 614845,56 1,78
= 2 kg/hari

Artinya, untuk memproduksi 1 kg daging ikan maka dibutuhkan 1,78kg pakan.


27

3.1.4 SR (Tingkat Kelangsungan Hidup)

SR = x 100 %

= x 100 %

= 80 %

3.1.5 Tenaga Kerja

No. Komponen Jumlah Harga Biaya


Satuan pertahun
(Rp)
1. Gaji karyawan 2 3.500.000 84.000.000

2. Gaji supervisor 1 5.000.000 60.000.000

3. Gaji manajer 1 12.000.000 144.000.000


utama
4. Gaji manajer 2 8.500.000 204.000.000
- Manajer
keuangan
- Manajer
pemasaran
Total 492.000.000

3.2 Input Produksi

a. Biaya investasi

No. Komponen Spesifikasi Satuan Jumlah


1. Lahan 400 m Unit 400
2. Bangunan Set 1
3. Kolam beton 2,5m x 2m x 1,2m Unit 12
4. Pompa Unit 4
28

5. Instalasi listrik Set 1


6. Instalasi air Set 1
7. Tabung oksigen 40 liter Unit 1
8. Ember 5 liter Unit 10
9. Serokan 30cm x 40cm Unit 5
10. Feeding tray 75cm x 75cm Unit 12
11. Mobil Daihatsu 1300 cc Unit 1
12. Timbangan Yukata 100 kg Unit 1
13. Hiblow unit 4
14. Sepatu boots AP Indonesia unit 5
15. Sikat 3
16. Sand filter NANOTEC-1054 unit 3
liter

b. Biaya tetap
No. Komponen Satuan Jumlah

1. Biaya listrik Unit 1

2. Biaya perawatan Unit 1

3. PBB Unit 1

4. Gaji karyawan Orang 2

5. Gaji supervisor Orang 1

6. Gaji manajer utama Orang 1

7. Gaji manajer Orang 2

c. Biaya variable
No. Komponen Satuan Jumlah

1. Benih ikan Kg 600


29

2. Labas feed Kg 1566

3. Karet Kg 2

4. Plastik Unit 277

5. Tabung oksigen Unit 3

6. Lakban Unit 3

7. Styrofoam Unit 138

8. Bensin Liter 1200

9. Garam ikan Kg 436,2

10. Isi ulang oksigen 4


30

4. ANALISIS USAHA

a.) Biaya Tetap


No. Komponen Satuan Jumlah Harga Biaya
satuan pertahun
(Rp)
1. Biaya listrik Unit 1 1.770.750 21.249.000

2. Biaya Unit 1 100.000 1.200.000


perawatan
3. PBB Unit 1 - 231.000

4. Gaji karyawan Orang 2 3.500.000 84.000.000

5. Gaji kepala Orang 1 5.000.000 60.000.000


stasion
6. Gaji manajer Orang 1 12.000.000 144.000.000
utama
7. Gaji manajer Orang 2 8.500.000 204.000.000

8. Penyusutan - - - 71.723.332

Total pertahun 586.403.332

Total persiklus 146.600.833

b.) Biaya Variabel


No Komponen Satuan Jumlah Harga Biaya per Biaya per
. satuan siklus (Rp) tahun (Rp)
(Rp)
1. Benih ikan Kg 600 140.0 84.000.000 336.000.0
00 00

2. Pakan Kg 30.000 35.00 262.500.000 1.050.000.


31

0 000

3. Karet Kg 2 13.00 26.000 104.000


0
4. Plastik Unit 277 8.000 2.216.000 8.864.000

5. Tabung Unit 3 80.00 240.000 960.000


oksigen 0

6. Lakban Unit 3 8.000 24.000 96.000

7. Styrofoam Unit 138 75.00 10.350.000 41.400.00


0 0

8. Bensin Liter 1200 7.500 9.000.000 36.000.00


0

9. Garam Kg 436,2 2.600 1.134.120 4.536.480


ikan
10. Isi ulang 4 30.00 30.000 120.000
oksigen 0
Total 399.490.120 1.597.960.
480

c.) Investasi

No Komponen Spesif Satu Jumlah Harga Harga Umur Nilai Penyu


. ikasi an satuan total teknis sisa sutan
1. Lahan 400 m Unit 400 300.000 120.000 0 0 0
.000
2. Bangunan Set 1 600.000. 600.000 10 100.0 50.000.
000 .000 00.00 000
0
3. Kolam 2,5m Unit 12 3.000 36.000 5 10.00 5.200.0
32

beton x 2m .000 .000 0 00


x .000
1,2m
4. Pompa Unit 4 1.500. 6.000 3 1.000 1.600.0
000 .000 .000 00
5. Instalasi Set 1 1.500 1.500. 3 100 466.66
listrik .000 000 .000 6
6. Instalasi air Set 1 1.500 1.500 3 100 466.66
.000 .000 .000 6
7. Tabung 40 Unit 1 2.500 2.500 5 1.750 150.00
oksigen liter .000 .000 .000 0

8. Ember 5 liter Unit 10 10.000 100.000 4 0 25.000


9. Serokan 30cm Unit 5 20.000 100.000 4 0 25.000
x
40cm
10. Feeding 75cm Unit 12 50.000 600.000 5 0 120.00
tray x 0
75cm
11. Mobil Daiha Unit 1 140.000. 140.000 6 70.00 11.600.
t 000 .000 0.000 000
su
1300
cc
12. Timbang Yukat Unit 1 1.000. 1.000. 4 200. 50.000
An a 100 000 000 000
kg
13. Hiblow watt unit 4 1.500.00 6.000.0 3 2.400 1.200.0
0 00 .000 00
14. Sepatu AP unit 5 60.000 300.000 5 0 60.000
boots Indon
esia
33

15. Sikat 3 10.000 30.000 3 0 10.000


16. Sand filter NAN unit 3 3.000.00 9.000.0 4 6.000 750.00
OTEC 0 00 .000 0
-1054
liter
Total biaya investasi 924.630.000 71.723.332

4.1 Total Biaya

= biaya variable + biaya tetap


= Rp. 399.490.120 + Rp. 146.600.833
= Rp. 546.090.953

4.2 Total Penerimaan

=P.Q
= Rp 140.000 . 500 kg . 12 kali
= Rp 840.000.000

4.3 Keuntungan

= TR – TC
= Rp 840.000.000- Rp 546.090.953
= Rp293.909.047

4.4 R/C

=
. .
= = Rp 1,53
546.090.953

Artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkam akan mendapatkan keuntungan


sebesar Rp 0,53.
34

4.5 Payback Period

. .
=
. .
= 3,1
= ± 3 siklus
= ± 9,5 bulan
Artinya, waktu yang diperlukan agar modal kembali minimal 9,5bulan

4.6 BEP

4.6.1 BEP unit



=

146.600.833
= 399.490.120
.
.

146.600.833
=
. . ,
146.600.833
= = ± 1997 kg
. ,

4.6.2 BEP rupiah



=

146.600.833
= . ,
.

146.600.833
= . ,

.

146.600.833
=
,

=Rp 276.605.345
35

5. KESIMPULAN

Ikan Sidat merupakan ikan konsumsi budi daya yang memiliki


peluang pasar menjanjikan. Selain itu ikan sidat memiliki kandungan
protein yang sangat tinggi dibandingkan ikan lainnya. Ikan ini juga
merupakan komoditas ekspor yang sangat diminati negara asing. Budi
daya ikan sidat sudah mulai berkembang di Indonesia. Namun masih ada
beberapa kendala dalam pelaksanaannya terutama dalam penyediaan benih
ikan sidat. Subsistem agribisnis on farm budi daya ikan sidat meliputi tiga
tahapan penting yaitu pendederan 1, pendederan 2, dan pembesaran.
Kendala dalam budi daya ikan sidat on farm yaitu waktu yang lama dalam
proses pembesaran yaitu sekitar 3-4 bulan. Dalam usaha budidaya ini
sangat menggiurkan karena untung yang diperoleh cukup lumayan besar
sebanding dengan perjuangan yang dilakukan saat pembesaran
berlangsung.
36

DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, Rizky. N. 2015. Pendederan dan Pembesaran Ikan Sidat Anguilla Bicolor
di PT. Jawa Suisan Indah Palabuhan Ratu. Karya Tulis Ilmiah

Anda mungkin juga menyukai