Anda di halaman 1dari 123

LAPORAN TUGAS BESAR

ILMU UKUR TANAH DAN PEMETAAN

Disusun Oleh :
RIFQY AKMAL FADHIL
205060400111062

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
MALANG
2020
KATA
PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan atas kehadirat Allah


SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan laporan Tugas Besar Ilmu Ukur Tanah dan Pengukuran
ini dengan baik.
Laporan tugas ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi mata
kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan. Dalam pembuatan laporan ini,
penyusun telah mendapat bantuan dari banyak pihak. Untuk itu tak
lupa penyusun menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Eng. Ir. Riyanto Hariwibowo, ST.,MT. dan Rahmah Dara
Lufira, ST., MT. Selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Ukur Tanah dan Pemetaan.
2. Teman-teman Teknik Pengairan 2020, Asisten dosen, dan juga
semua pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
terima kasih atas bantuan dan dukungannya sejak pertama
memulai hingga selesai.
Dengan rendah hati penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan
laporan ini masih banyak terdapat kekurangan yang dapat berupa,
ketidak-akuratan dalam perhitungan, kesalahan dalam penggunaan
bahasa dan lain-lain. Untuk itu penyusun mengharapkan adanya saran
dan kritik yang membangun.

Bandung , Mei 2021

Website : hmp.ub.ac.id | Email : hmpftub@gmail.com


Ketua Umum : +6285155123283 | D Website : hmp.ub.ac.id | Email : hmpftub@gmail.com
Ketua Umum : +6285155123283 | Divisi Hubungan Luar & Kerja Sama : +6283129125698
LEMBAR ASISTENSI
TUGAS BESAR ILMU UKUR TANAH DAN
PEMETAAN (TKP 62009)

Nama : Rifqy Akmal Fadhil


NIM : 205060400111062
Asisten : Zefanya Alovy Petra Denindya
No Tanggal Keterangan Paraf

1 26 Maret 2021 Responsi tugas besar, Post test, Bab


I - III

2 30 Maret 2021 Pengerjaan Bab IV (pembagian


data dan pengerjaan excel)

3 02 April 2021 Pengerjaan slope saluran dan


dimensi saluran

4 13 April 2021 Penggambaran potongan


melintang dan memanjang
saluran
5 16 April 2021 Revisi penggambaran potongan
melintang dan memanjang saluran,
coper iut

6 20 April 2021 Pengerjaan perhitungan pemetaan


(sampai beda tinggi)

7 23 April 2021 Melanjutkan pengerjaan


perhitungan pemetaan

8 27 April 2021 Perhitungan elevasi dan jarak


pada peta kontur

Website : hmp.ub.ac.id | Email : hmpftub@gmail.com


Ketua Umum : +6285155123283 | D Website : hmp.ub.ac.id | Email : hmpftub@gmail.com
Ketua Umum : +6285155123283 | Divisi Hubungan Luar & Kerja Sama : +6283129125698
No Tanggal Keterangan Paraf

9 30 April Penggambaran poligon dan gedung


2021 di autocad

10 04 Mei Penggambaran potongan A-A


2021

11 07 Mei Penyusunan coper


2021
pemetaan
12 18 Mei Penyusunan laporan tugas besar
2021
IUTP
KETENTUAN DALAM PENYELESAIAN TUGAS BESAR ILMU
UKUR TANAH DAN PEMETAAN (TKP 62009)

Penyelesaian Soal :
1. Pengerjaan soal disesuaikan dengan format tugas yang telah ditentukan.
2. Tugas dikerjakan pada kertas HVS 70 gram atau 80 gram ukuran A4.
3. Format penulisan sesuai dengan format penulisan skripsi yang berlaku.
4. Pengerjaan laporan disesuaikan dengan kerangka umum laporan praktikum.
5. Data yang belum lengkap dapat ditanyakan kepada masing – masing asisten.
6. Penggambaran diperbolehkan menggunakan bantuan software.
Penilaian :
1. Penilaian menggunakan nilai nominal.
2. Nilai akhir keseluruhan maksimal 85.
3. Tiap bab ada penilaian tersendiri dengan nilai tertinggi tiap bab 85.
4. Penilaian berdasarkan dengan kerapian, pemahaman dan penguasaan format
pengerjaan, ketepatan waktu dan hal – hal lain yang berhubungan dengan
pengerjaan tugas besar.
Sanksi :
1. Untuk asistan yang tidak datang pada saat responsi tanpa keterangan nilai
akhir dikurangi 5 poin.
2. Tidak mengikuti asistensi lebih dari 30% total kehadiran maka dinyatakan
gugur.
3. Apabila melebihi deadline yang ditentukan maka tugasnya dinyatakan gugur.
Catatan :
1. Tidak ada pelimpahan asistan ke Koordinator asisten
2. Ketentuan yang belum tercantum akan diumumkan kemudian.
3. Sebagai prasyarat mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS)
JADWAL PENYELESAIAN LAPORAN TUGAS BESAR ILMU UKUR
TANAH DAN PEMETAAN
April Mei
BAB
1 2 3 1 2 3

I - III
IV
V
ACC TUBES

BATAS PENYELESAIAN LAPORAN TUGAS ILMU UKUR TANAH DAN


PEMETAAN
Uraian Tanggal Paraf Asisten
BAB I – III 13 April 2021
BAB IV 18 Mei 2021

BAB V 21 Mei 2021


ACC TUBES 25 Mei 2021
PENILAIAN LAPORAN TUGAS BESAR
Bab I – Bab Jumlah Nilai
No Kriteria Bab IV Bab V
III Nilai Akhir
1 Keaktifan
Pemahaman dan
2
Penguasaan Materi
3 Kerapian Tugas
4 Kelengkapan Tugas
Ketepatan Waktu
5 Penyelesaian
Ketepatan Waktu
6
Asistensi

Malang, 23 Maret 2021


Koor. Asisten Tugas Besar

Muhammad Taufik Nurcahyo


NIM. 195060407111022

Kriteria Penilaian Laporan Tugas Besar

NO KRITERIA PENILAIAN

Rajin 85

1 Keaktifan Kurang Rajin 75

Tidak Rajin 65

Paham 85

2 Pemahaman Materi Kurang Paham 75

Tidak Paham 65

Rapi 85

3 Kerapian Tugas Kurang Rapi 75

Tidak Rapi 65

Lengkap 85

4 Kelengkapan Tugas Kurang Lengkap 75

Tidak Lengkap 65

Tepat 85

5 Ketepatan Penyelesaian Tugas Kurang Tepat 75

Tidak Tepat 65

Tepat Waktu 85
6 Ketepatan Waktu Asistensi Kurang Tepat
75
Waktu
Tidak Tepat Waktu 65
Parameter Penilaian:
1. Keaktifan
 Penilaian rajin apabila tingkat kehadiran asistan dalam mengikuti asistensi
keseluruhan minimal 10 kali kegiatan asistensi.
 Penilaian kurang rajin apabila tingkat kehadiran asistan dalam mengikuti
asistensi 6 – 8 kali dari keseluruhan kegiatan asistensi.
 Penilaian tidak rajin apabila tingkat kehadiran asistan dalam mengikuti
asistensi kurang dari 6 kali dari kali keseluruhan kegiatan asistensi dan
praktikum.

2. Pemahaman Materi
 Penilaian paham materi apabila dapat menjelaskan runtutan pengerjaan
Tugas Besar Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan dengan presentase lebih dari
80%
 Penilaian kurang paham materi apabila dapat menjelaskan runtutan
pengerjaan Tugas Besar Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan dengan
presentase antara 50% hingga 80%
 Penilaian tidak paham materi apabila dapat menjelaskan runtutan
pengerjaan Tugas Besar Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan dengan
presentase kurang dari 50%

3. Kerapian Tugas
 Penilaian rapi apabila hasil pengerjaan asistan sesuai dengan Panduan
Penulisan Skripsi (Proposal Skripsi, Skripsi, dan Artikel Ilmiah) Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya Tahun 2016
 Penilaian kurang rapi apabila hasil pengerjaan asistan belum sesuai
dengan Panduan Penulisan Skripsi (Proposal Skripsi, Skripsi, dan Artikel
Ilmiah) Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Tahun 2016

Website : hmp.ub.ac.id | Email : hmpftub@gmail.com


Ketua Umum : +6285155123283 | Divisi Hubungan Luar & Kerja Sama : +6283129125698
 Penilaian tidak rapi apabila hasil pengerjaan asistan tidak sesuai dengan
Panduan Penulisan Skripsi (Proposal Skripsi, Skripsi, dan Artikel Ilmiah)
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Tahun 2016.

4. Kelengkapan Tugas
 Penilaian lengkap apabila hasil pengerjaan gambar asistan sesuai dengan
Kriteria Perencanaan 07 tentang Standar Penggambaran.
 Penilaian kurang lengkap apabila hasil pengerjaan gambar asistan belum
sesuai dengan Kriteria Perencanaan 07 tentang Standar Penggambaran.
 Penilaian tidak lengkap apabila hasil pengerjaan gambar asistan tidak
sesuai dengan Kriteria Perencanaan 07 tentang Standar Penggambaran.

5. Ketepatan Penyelesaian Tugas


 Penilaian tepat jika asistan bisa menyelesaikan tugas sebelum deadline
atau tepat batas deadline terakhir yang telah ditentukan di format Tugas
Besar Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan.
 Penilaian kurang tepat jika asistan menyelesaikan tugas satu sampai
dengan dua hari setelah batas deadline terakhir yang telah ditentukan di
format Tugas Besar Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan.
 Penilaian tidak tepat jika asistan bisa menyelesaikan tugas lebih dari tiga
hari setelah batas deadline terakhir yang telah ditentukan di format Tugas
Besar Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan.

6. Ketepatan Waktu Asistensi


 Penilaian tepat waktu apabila waktu kehadiran sesuai dengan perjanjian
asistensi masing-masing. Dengan toleransi 10 kali asistensi.

 Penilaian kurang tepat waktu apabila waktu kehadiran terlambat 15 menit dari
perjanjian asistensi masing-masing. Dengan toleransi 8 kali asistensi.

Website : hmp.ub.ac.id | Email : hmpftub@gmail.com


Ketua Umum : +6285155123283 | Divisi Hubungan Luar & Kerja Sama : +6283129125698
 Penilaian tidak tepat waktu apabila waktu kehadiran terlambat lebih dari
15 menit dari perjanjian asistensi masing-masing. Dengan toleransi 5 kali
asistensi.
 Catatan : izin berlaku untuk sakit dengan surat, izin keluarga dengan surat
izin, dan hal-hal lainnya dengan izin yang jelas dan dapat dibuktikan.

Koordinator Asisten
Tugas Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan

Muhammad Taufik Nurcahyo


NIM. 195060407111022

Website : hmp.ub.ac.id | Email : hmpftub@gmail.com


Ketua Umum : +6285155123283 | Divisi Hubungan Luar & Kerja Sama : +6283129125698
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB IV PENGOLAHAN DATA


4.1 Data Hasil Pengukuran..................................................................................50
4.2 Perhitungan Jarak Rerata Antar Patok...........................................................55
4.3 Tabel Beda Tinggi Titik dan Elevasi Titik Pengukuran................................56
4.4 Perhitungan Elevasi Titik Detail...................................................................57
4.5 Perhitungan Slope Saluran Lama..................................................................58
4.6 Perhitungan Volume Galian dan Timbunan..................................................65
4.7 Hasil Pengukuran Poligon.............................................................................68
4.8 Perhitungan Jarak Titik Utama......................................................................71
4.9 Perhitungan Jarak Titik Detail.......................................................................73
4.10 Perhitungan Beda Tinggi Titik Utama................................................75
4.11 Perhitungan Elevasi Titik Utama........................................................76
4.12 Perhitungan Koordinat Titik Utama....................................................79
4.13 Perhitungan Koordinat Titik Detail.....................................................80
4.14 Perhitungan Jarak Kontur....................................................................82
4.15 Perhitungan Luas Poligon....................................................................89
4.16 Perhitungan Luas Gedung....................................................................90

DAFTAR GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bagian-bagian Waterpass......................................................................................9


2.2 Tampilan Benang Diafragma dalam Teropong...................................................10
2.3 Gambar Visir Horisontal.....................................................................................12
2.4 Penyimpangan sebesar W untuk jarak yang jauh................................................13
2.5 Kemungkinan Posisi Alat Pertama......................................................................13
2.6 Kemungkinan Posisi Alat
Kedua.........................................................................13
2.7 Skema Pemindahan.............................................................................................20
2.8 Bagian Theodolite...............................................................................................22
2.9 Poligon Tertutup..................................................................................................26
2.10 Poligon Tebuka..................................................................................................27
2.11 Poligon Tertutup................................................................................................28
2.12 Poligon Kombinasi............................................................................................28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat Ukur Waterpass...........................................................................................34
3.2 Bagan Alat Ukur Theodolite...............................................................................35
3.3 Statip atau Kaki Tiga...........................................................................................37
3.4 Patok....................................................................................................................38
3.5 Rol Meter.............................................................................................................38

Website : hmp.ub.ac.id | Email : hmpftub@gmail.com


Ketua Umum : +6285155123283 | Divisi Hubungan Luar & Kerja Sama : +6283129125698
3.6 Jalon.....................................................................................................................39
3.7 Rambu Ukur........................................................................................................39
3.8 Kompas................................................................................................................40
3.9 Unting-unting......................................................................................................40
3.10 Alat Tulis...........................................................................................................41
3.11 Payung...............................................................................................................41
3.12 Alat Sipat Datar di Stasiun yang sudah diketahu ketinggiannya.......................44
3.13 Alat Sipat Datar diletakkan diantara dua stasiun...............................................44
LAMPIRAN
1.1 Potongan Melintang Saluran A...........................................................................94
1.2 Potongan Melintang Saluran B...........................................................................95
1.3 Potongan Melintang Saluran C...........................................................................96
1.4 Potongan Melintang Saluran D...........................................................................97
1.5 Potongan Melintang Saluran E...........................................................................98
1.6 Potongan Memanjang Saluran A-E....................................................................99
1.7 Peta Poligon, Gedung, dan Garis Kontur..........................................................100
1.8 Potongan Melintang Situasi...............................................................................101

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Umum...................................................................................................................1
1.2. Latar Belakang Masalah.......................................................................................2
1.3. Batasan Masalah...................................................................................................4
1.4. Rumusan Masalah................................................................................................4
1.5. Maksud dan Tujuan..............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Sipat Datar.....................................................................................................6
2.1.1. Pengukuran Penyipat Datar (Waterpassing)...............................................8
2.1.2. Rumus Dasar Sipat Datar dan Perhitungan
Luas.........................................12
2.1.3. Langkah-Langkah Pengukuran Sipat Datar..............................................15
2.2. Teori Perhitungan Volume.................................................................................19
2.2.1. Menghitung Volume dengan Penampang Melintang................................19
2.2.2. Menghitung Volume dengan Waterpassing dan Penggalian....................20
2.3. Alat
Theodolit.....................................................................................................21
2.4. Poligon................................................................................................................24
2.4.1. Dasar Perhitungan Koordinat Titik..........................................................25
2.4.2. Cara Menentukan Koordinat Titik............................................................26

Website : hmp.ub.ac.id | Email : hmpftub@gmail.com


Ketua Umum : +6285155123283 | Divisi Hubungan Luar & Kerja Sama : +6283129125698
2.5. Garis
Kontur.......................................................................................................30
2.5.1 Sifat dan Karakteristik Garis Kontur......................................................31

2.5.2 Pemakaian Garis Kontur........................................................................32


2.5.3 Penggambaran Garis Kontur..................................................................32
2.5.4 Data Terkoreksi......................................................................................33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Peralatan Utama.................................................................................................34
3.1.1. Macam Peralatan Utama..........................................................................34
3.1.2. Bagian dan Fungsi Peralatan Utama........................................................34
3.2. Peralatan Bantu..................................................................................................38
3.2.1. Macam dan Fungsi Peralatan Bantu..38
3.3. Persiapan Pelaksanaan Ilmu Ukur Tanah..41
3.4. Membuat Skema Pengukuran dan Pemasangan Patok......................................43
3.5. Pengukuran Sipat Datar.....................................................................................44
3.6. Persiapan Pelaksanaan Pemetaan......................................................................45
3.6.1. Alat – alat yang digunakan......................................................................45
3.6.2. Formulir Pengukuran...............................................................................47
3.7. Pengukuran di Lapangan...................................................................................47
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Praktikum Long Cross.....................................................................50
4.2. Perhitungan-Perhitungan...................................................................................53
4.2.1. Perhitungan Jarak....................................................................................53
4.2.2. Perhitungan Beda Tinggi........................................................................55
4.2.3. Perhitungan Elevasi................................................................................56
4.2.4. Perhitungan Slope Dasar Saluran
4.3. Penggambaran...................................................................................................58
4.3.1. Perhitungan Potongan Memanjang Saluran
4.3.2. Perhitungan Potongan Melintang Saluran
4.4. Perhitungan Dimensi Saluran Rencana.............................................................58

Website : hmp.ub.ac.id | Email : hmpftub@gmail.com


Ketua Umum : +6285155123283 | Divisi Hubungan Luar & Kerja Sama : +6283129125698
4.5. Perhitungan Volume Tanah...............................................................................60
4.5.1 Perhitungan Luas Galian dan Timbunan

4.5.2Perhitungan Volume Galian dan Timbunan


4.6. Perhitungan Data Hasil Pratikum Situasi...........................................................67
4.6.1. Perhitungan Benang Tengah Rerata.........................................................67
4.6.2. Perhitungan Jarak Titik............................................................................70
4.6.2.1. Perhitungan Jarak Titik Utama...70
4.6.2.2. Perhitungan Jarak Titik Detail...72
4.6.3. Perhitungan Beda Tinggi Titik Utama...74
4.6.4. Perhitungan Elevasi Titik Utama..............................................................75
4.6.5. Perhitungan Koordinat Titik.....................................................................76
4.6.5.1. Perhitungan Koordinat Titik Utama............................................76
4.6.6. Perhitungan Jarak Kontur.........................................................................81
4.6.7. Perhitungan Garis Kontur........................................................................88
4.6.8. Perhitungan Luas Gedung........................................................................89
4.7. Penggambaran...................................................................................................90
4.7.1. Penggambaran Poligon, Gedung, dan Garis Kontur................................90
4.7.2. Penggambaran
Potongan..........................................................................90
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan........................................................................................................91
5.2. Saran..................................................................................................................92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Website : hmp.ub.ac.id | Email : hmpftub@gmail.com


Ketua Umum : +6285155123283 | Divisi Hubungan Luar & Kerja Sama : +6283129125698
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Umum
Ilmu Ukur Tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari
cara-cara pengukuran untuk menyatakan kedudukan suatu
titik/posisi di permukaan bumi. Ilmu ini merupakan bagian
dari ilmu yang lebih luas lagi disebut ilmu geodesi. Ilmu
geodesi memiliki dua maksud yaitu maksud ilmiah dan
maksud praktis. Maksud ilmiah yang berarti bertujuan untuk
menentukan bentuk permukaan bumi dan maksud praktis
yang berarti untuk membuat bayangan dari sebagian besar
atau kecil permukaan bumi. Dari segi Ilmu Ukur Tanah,
terbagi menjadi dua bagian penting, yaitu geodesi rendah
yang disebut Ilmu Ukur Tanah Plane Surveying dan geodesi
tinggi yang disebut Geodetical Surveying.
Dalam hal ini yang akan kita pelajari adalah ilmu
geodesi dengan maksud praktis. Jadi ilmu geodesi yang kita
pelajari adalah mengenai peta. Yang mana kita mencari tahu
bagaimana melakukan pengukuran di atas permukaan bumi
dengan kepemilikan karakteristik bentuk tidak beraturan
karena adanya perbedaan tinggi antara tempat yang satu
dengan yang lain.
Penempatan lokasi tempat secara astronomis
merupakan bagian dari geodesi tinggi, yang biasanya dipakai
untuk mengukur tanah yang luas sekali dan merupakan
bidang lengkung. Titik ukur di atas permukaan bumi ini
diproyeksikan pada sebuah referensi. Dikarenakan
penampang bumi tidak menentu, maka ketentuan-ketentuan
yang berlaku sebagai berikut :

1 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


1. Pada pengukuran suatu bidang dianggap datar bila memiliki ukuran lebih
kecil atau sama dengan 50 km.
2. Bidang bola bila bidang tersebut mempunyai ukuran terbesar 100 km.
3. Bidang elipsoide apabila daerah tersebut meliputi wilayah lebih dari 5500
km.
Selain itu, geodesi juga memiliki tujuan-tujuan
tertentu yaitu menentukan bentuk serta ukuran dari bumi yang
berhubungan dengan ilmu-ilmu lain. Dengan hasil tersebut,
geodesi dengan maksud praktis dapat melakukan pengukuran
di permukaan bumi, disertai perhitungan pengukuran yang
diperlukan untuk pemetaan yang teliti.
Peran peta amat penting dalam berbagai kepentingan
dan kebutuh manusia pada saat ini dan tuntutan untuk
memetakan suatu wilayah atau lahan semakin banyak dan
besar setiap waktunya. Peran peta tersebut bertujuan untuk
merencanakan atau merekayasa wilayah, pengolahan sumber
daya alam, perencanaan tata letak kota dan regional,
pengolahan lingkungan hidup, kontruksi bangunan,
pelestarian lingkungan, geologi, pertanian, dan beberapa
bidang lain yang berhubungan dengan kepentingan geografis.
Suatu peta dapat memberikan informasi mengenai topografi
suatu wilayah, batas-batas hak milik dan administrasi, jalur
lalu lintas transportasi, jenis-jenis tanah, lokasi sumber daya
alam, serta berbagai macam hal lainnya yang berkaitan
dengan bumi. Dalam pemetaan, tedapat tiga bagian utama
untuk dapat memetakan suatu wilayah atau lahan, yaitu
pengukuran, pengolahan data, dan penggambaran. Variabel-
variabel yang perlu diperhatikan saat melakukan pelaksanaan
pemetaan, yaitu sumber daya manusia, alam, dan alat yang
digunakan untuk pelaksanaan pemetaan. Sehingga, relasi dari
ketiga variable ini dituntut untuk sinkron agar mendapatkan

2 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


data yang valid dan sesuai dengan persyaratan pemetaan yang
sudah tersedia (Indra Sinaga, 1994:27).

1.2 Latar Belakang Masalah


Populasi yang semakin meningkat dan perkembangan
penduduk pada era globalisasi ini menuntut untuk
diadakannya peningkatan dan perkembangan dalam berbagai
sektor. Berbagai sektor tersebut tentu membutuhkan
pembangunan infrastruktur guna untuk mendukung aktivitas
tiap sektor tersebut. Salah satu infrastruktur yang sangat vital
di tiap daerah perkotaan, pedesaan atau perkampungan ialah
saluran drainase. Saluran drainase memiliki peran pentung
untuk mengalirkan, menguras, membuang, mengontrol, dan
mengalihkan aliran air dari proses peristiwa hujan, mata air,
dan aktivitas manusia.
Saluran drainase harus memiliki kondisi yang baik agar
aliran air yang melewatinya lancer. Penyumbatan saluran
drainase dan genangan diakibatkan ketidakmampuan saluran
drainase manampung air sehingga menyebabkan daerah
sekitar saluran drainase tersebut banjir. Secara umum, definisi
dari saluran drainase adalah suatu bangunan air/infrastruk air
yang secara teknis bertujun untuk mengurangi kelebihan air
agar suatu daerah tidak terganggu atau terjadi kerugian akibat
kelebihan air tersebut.
Daerah yang memilik pemeliharaan lahan yang kurang
baik menyebabkan tangkapan air pada daerah tersebut
berkurang dan limpasan air akan semakin besar ke drainse,
sehingga tingkat efisiensi dari drainase tersebut berkurang.
Hal ini dapat berakibat pada terjadinya malfungsi drainase,
contohnya yaitu adanya material yang menyangkut atau
menunpuk di saluran, adanya sedimen dasar saluran dan

3 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


dinding saluran, atau dinding saluran yang terkikis seiring
berjalannya waktu yang mengakibatkan saluran tersebut tidak
dapat bekerja secara optimal. Perubahan fungsi lahan akibat
peningkatan populasi manusia menyebabkan adanya
pembangunan-pembangunan infrastruktur baru. Hal tersebut
menyebabkan debit air yang mengalir akan meningkat dan
terjadinya luapan debit saat terjadi hujan deras. Ketika suatu
efisiensi suatu saluran sudah berkurang dan menyebabkan
fungsi saluran tersebut sangat minim, maka harus diadakan
evaluasi kinerja dan perancangan terhadap saluran tersebut
agar dapat memaksimalkan kinerja saluran tersebut.
Terdapat banyak saluran drainase yang saat ini
memiliki kinerja fungsi rendah, hal tersebut dapat dilihat dari
debit banjir yang tidak tertampung, yang kemudian akan
berdampak pada terjadinya banjir. Tindakan berupa
rehabilitasi sangat diperlukan untuk menyesuaikan debit yang
ada. Rehabilitasi yang dilakukan dapat berupa mendesain
ulang penanpang saluran drainase. Rehabilitasi atau
pendesainan ulang sauran drainase yang ada harus sesuai
dengan hasil pengukuran topografi yang telah dilakukan.
Posisi dan lokasi bangunan yang akan dilakukan
pengecekan perlu diketahui dalam proses studi lapanagan.
Penentuan posisi dan lokasi diperlukan untuk mengetahui luas
yang hendak dikelola yang dapat diperoleh dari hasil
pengukuran. Salah satu metode yang digunakan dalam ilmu
ukur wilayah adalah metode poligon. Metode poligon adalah
metode yang menggunakan sistem koordinat untuk
menentukan koordinat dan besar sudut yang diukur juga dapat
dijadikan sebagai kontrol jarak dan sudut, basis titik untuk
pengukuran selanjutnya, serta memudahkan perhitungan pada
plotting peta.

4 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


Dengan adanya praktikum ini mahasiswa teknik
pengairan diharapkan dapat mengaplikasikan ilmunya,
khususnya dalam bidang ilmu ukur tanah dan pemetaan agar
mendapatkan solusi yang tepat untuk mengatasi
permasalahan, khususnya pada bangunan air serta dapat
menentukan lokasi dan luas daerah cakupan dari tempat yang
akan dilakukan pengukuran.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan penjelasan batasan
masalah yang telah dikemukakan, adapun rumusan masalah
yang akan disampaikan penulis adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kelayakan kinerja saluran eksisting berdasarkan debit yang ada
pada kondisi di lapangan?
2. Berapa luas poligon dan luas gedung yang didapatkan dengan pengukuran
di lapangan?

1.4. Batasan masalah


Agar dapat lebih fokus, masalah yang akan dibahas
dalam laporan ini akan dibatasi pada:
1. Perhitungan jarak antar pesawat ukur (sipat datar dan theodolite) dengan
titik pengukuran.
2. Perhitungan beda tinggi antara titik pengukuran.
3. Perhitungan elevasi masing-masing titik pengukuran.
4. Perhitungan potongan memanjang dan melintang saluran.
5. Perencanaan dimensi saluran rencana.
6. Perhitungan volume galian dan timbunan akibat perencanaan saluran.
7. Perhitungan koordinat (titik utama dan titik detail).
8. Perhitungan kontur dan kontur bangunan.
9. Perhitungan luas (poligon dan gedung).
10. Penggambaran peta kontur dan potongannya.

5 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


Skema pengukuran titik-titik dilapangan berbentuk
poligon, yang akan kembali ke titik awal pengukuran. Batas
pengukuran dalam praktikum ini adalah pembacaan bak muka
belakang, dan pembacaan sudut horizontal titik utama dan
titik bantu. Spesifikasi alat yang digunakan adalah theodolite
meski daerah pengukurannya tergolong sempit.

1.5 Maksud dan Tujuan


Maksud dari pemberian tugas Laporan Tugas Besar
Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan ini adalah untuk memberikan
pemahaman yang lebih kepada mahasiswa Teknik Pengairan
mengenai hal-hal yang dipelajari dalam Ilmu Ukur Tanah dan
Pemetaan. Dengan demikian, mahasiswa Teknik Pengairan
diharapkan mampu menerapkan dan mengaplikasikan cara-
cara di lapangan secara implisit dan konkrit. Sedangkan,
tujuan dari pemberian tugas Laporan Tugas Besar Ilmu Ukur
Tanah dan Pemetaan, yaitu:
1. Asistan dapat melakukan evaluasi kinerja saluran dengan debit yang telah
direncanakan,
2. Asistan dapat menggambarkan posisi lapangan sesuai dengan luas poligon
dan luas gedung.

6 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Sipat Datar


Alat ukur penyipat datar atau waterpass merupakan
salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk mengukur
beda tinggi (elevasi) antara titik – titik permukaan bumi
yang saling berdekatan terhadap suatu bidang yang dianggap
ketinggian adalah nol, biasanya kita dapat menggunakan
muka air laut rata – rata atau Mean Sea Level (MSL) atau
tinggi lokal sebagai acuan pengukurannya. Pengukuran
elevasi pada alat sipat datar ditentukan dengan cara
membaca skala garis horizontal yang ditembakkan ke bak
ukur yang vertikal. Kegitatan pengukuran dengan waterpass
disebut dengan waterpassing atau levelling.
Dalam menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi,
tidak harus menggunakan acuan muka air rata – rata, tetapi
juga bisa dengan tinggi lokal yaitu dengan adanya titik –
titik tetap yang telah disediakan di sekitar lokasi pengukuran
seperti: Banch Mark dan Control Point. Umumnya Banch
Mark dan Control Point bentuk menyerupai tugu atau patok
beton yang mudah dikenali dan tidak mudah rusak. Hal ini
menjadi penting dikarenakan penggunaan acuan MSL dan
tinggi lokal memiliki peran yang sangat vital dalam
penentuan ketinggian suatu titik dalam bidang pengairan
yang menyangkut topografi suatu daerah seperti: irigasi dan
hidrologi. Selain itu, manfaat penting lainnya terkait
kegiatan perhitungan volume galian dan timbunan pada
tanah dalam suatu proyek.
Pengukuran sipat datar dibedakan menjadi dua yaitu,
pengukuran sipat datar profil memanjang (long section) dan

7 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


sipat datar profil melintang (cross section). Dalam
pengukuran sipat datar dikenal dengan adanya tingkat-
tingkat ketelitian sesuai dengan tujuan proyek yang
bersangkutan, dikarenakan pada setiap pengukuran pasti ada
kesalahan. Maka, fungsi tingkat ketelitian itu untuk batas
toleransi kesalahan. Kesalahan – kesalahan tersebut bisa
terjadi karena kesalahan dalam pembacaan karena sering
kali melakukan pembacaan dengan cara menaksir ketika
mata lelah, kesalahan menggunakan dengan satu mata pada
saat pengukuran, dan yang kurangnya pemahaman si
pembaca dalam pembacaan pada mistar – mistar dalam
menentukan berapa meter dan decimeter angka pembacaan.
Ada pula karena kesalahan sistematis, misalnya masuknya
lagi kaki tiga ke dalam tanah, perubahan garis arah nivo
karena terjadi tegangan akibat terkena panas matahari,
lengkungnya permukaan bumi, lengkungnya sinar matahari,
adanya perpindahan hawa panas dari permukaan bumi ke
atas sehingga bayangan dari mistar menjadi bergetar dan
adanya pengaruh kesalahan garis bidik seperti garis bidik
yang sejajar dengan garis arah nivo.
a. Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
Pada alat ukur waterpass, yang diperlukan adalah garis bidik mendatar.
Untuk mengetahui apakah garis bidik sudah betul-betul mendatar atau belum,
digunakan nivo tabung. Jika gelembung nivo seimbang, garis arah nivo pasti
mendatar. Dengan demikian, jika kita bisa membuat garis bidik sejajar dengan
garis arah nivo, garis arah nivo pasti mendatar. Jarak bidik optimum waterpass
berkisar antara 40-60 m.
b. Garis bidik arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
Pada alat ukur waterpass tipe semua tetap tanpa skrup
ungkit, syarat ini penting sekali. Namun pada alat dengan
skrup ungkir, syarat ini agak sedikit longgar karena apabila

8 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


ada sedikit pergeseran nivo dalam pengukuran dapat
diseimbangkan dengan skrup ungkir ini. Adapun maksud
dari persyaratan ini adalah apabila sumbu I telah dibuat
vertikal, kemana pun teropong diputar, gelembung nivo
akan tetap seimbang. Ini berarti garis bidik selalu mendatar
karena garis bidik telah dibuat sejajar dengan garis arah
nivo.
c. Garis mendatar diafragma (unting-unting) harus tegak lurus pada sumbu
kesatu.
Pada umumnya garis mendatar diafragma (benang silang mendatar) telah
dibuat tegak lurus sumbu I oleh pabrik yang memproduksi alat ukur.
Dalam pengukuran menggunakan waterpass mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan pengukuran waterpass adalah mampu melakukan
pengukuran beda tinggi dengan cepat, centering lebih cepat karena hanya
centering nivo kotak dan memiliki ketelitian yang tinggi. Sedangkan
kelemahannya adalah gerakan teropong sipat datar yang terbatas
mengakibatkan kurang mampunya membidik pada area yang curam (daerah
yang memiliki sudut).
Istilah-istilah sebelum mengenal sipat datar, sebagai berikut:
a) Sipat datar: merupakan suatu cara untuk mengukur beda antara dua titik
b) Bidang Persamaan Tinggi : suatu bidang lengkung dimana tiap-tiap titik
selalu tegak lurus terhadap bidang vertikal. Bidang persamaan ini
mendekati bentuk lengkung bumi. Untuk daerah yang kecil, bidang
persamaan tinggi ini dianggap sebagai bidang datar.
c) Datum : suatu bidang persamaan tinggi yang dipakai sebagai suatu
pedoman referensi untuk menentukan ketinggian suatu titik. Biasanya
untuk datum diambil permukaan laut rata-rata (Mean Sea Level).
d) Mean Sea Level : tinggi rata-rata dari permukaan air laut pasang dan air
laut surut berdasarkan pengamatan tiap-tiap jam dalam waktu yang
lama.

9 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


e) Elevasi : jarak vertikal suatu titik dihitung terhadap datum.
f) Bench Mark (BM) : suatu titik tetap yang telah diketahui duganya
terhadap datum. Titik ini dapat berupa patok, dll. Duga dari BM ini
dapat berupa duga yang sebenarnya (terhadap muka air laut) maupun
duga anggapan (duga lokal).

2.1.1 Pengukuran Penyipat Datar (Waterpassing)


Umumnya, alat sipat datar memiliki kontruksi mekanis
yang sama dengan theodolite. Namun, terdapat perbedaan,
yang mana alat sipat datar memiliki keterbatasan pada
gerakan bidang vertikal yang umumnya digunakan
untukmengukur daerah dengan kondisi curam. Berikut adalah
bagian – bagian alat sipat datar beserta fungsinya:

Gambar 2.1. Bagian – bagian Waterpass


1. Nivo
Nivo dibagi menjadi dua, yaitu nivo kotak dan nivo tabung. Nivo kotak digunakan
sebagai penunjuk sumbu satu dalam keadaan tegak atau tidak. Sumbu akan
dinyatakan tegak apabila nivo berada ditengah – tengah. Nivo tabung
digunakan sebagai penunjuk sejajar atau tidaknya garis bidik dengan garis
nivo, apabila gelembung nivo membentuk huruf U berarti garis bidik sudah

10 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


sejajar garis nivo.
2. Skrup pengatur halus horizontal
Alat ini digunakan untuk menempatkan bidikan benang diafragma tegak agar
tepat mengenai sasaran yang dibidik. Sumbu tegak berfungsi agar teropong
dapat diputar ke arah horizontal. Terdapat lubang pembaca sudut dan
pemokus bacaan sudut.
3. Tiga skrup penyetel
Bagian dari waterpass yang berfungsi untuk mengatur gelembung nivo kotak.
4. Dudukan alat
Bagian bawah waterpass yang berfungsi untuk menompang alat ukur waterpass atau
sipat datar pada saat melakukan pengukuran yang diletakan di atas staff kaki tiga.
5. Pengatur fokus difragma dan skrup pemokus bidikan
Digunakan untuk memperjelas keadaan benang diafragma dan mengatur fokus sasaran
yang akan dibidik. sehingga tingkat kejelasan dari mata pembaca dapat maksimal.
6. Teropong
Bagian dari waterpass yang digunakan sebagai alat pembidik bak ukur. Selain itu,
ada juga alat-alat yang digunakan sebagai pelengkap penggunaan waterpass,
yaitu:
1. Lup
Lensa dapat disetel menjadi alat pengamat untuk melakukan suatu
bidikan.
2. Payung
Alat ini berfungsi melindungi alat kontak langsung dengan sinar
matahari agar tidak terjadi kerusakan dan sebagai penghambat silau agar tidak
memepengaruhi ketelitiaan dalam pembacaan bak ukur.
3. Unting – unting
Umumnya alat ini berupa kait dan rantai yang berada ditengah – tengah
diantara staff kaki tiga dan diletakkan dengan cara digantung. Fungsinya untuk
menentukan titik utama sebagai patok pengukuran.
4. Staff kaki tiga

11 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


Alat ini berfungsi untuk menyangga alas waterpass dan menjaganya
agar tetap dalam keadaan stabil selama pengamatan. Kaki tiga ini mempunyai
dua baut yaitu baut pertama digunakan untuk menentukan sambungan kaki
dengan kepala sedangkan baut kedua digunakan untuk penyetelan kekerasan
penggerak engsel antara kaki tiga dengan kepalanya.
5. Bak ukur
Bak ukur adalah sebuah pita ukur yang ditopang vertikal dan digunakan
untuk mengukur jarak vertikal antara garis bidik dan sebuah titik tertentu yang
berada di atas maupun di bawah garis bidik semula. Rambu mistar biasanya
terbuat dari kayu atau aluminium dengan panjang kurang lebih 3 meter.
Pengukuran yang baik berarti penggunaan skalanya baik dan cara memegangnya
benar – benar vertikal.
● Cara Membaca Benang
Cara membaca benang difragma adalah sebagai berikut:
1. Baca benang atas yang menunjuk angka pada bak ukur.
2. Baca benang tengah dan juga benang bawah pada angka di bawah bak
ukur.
3. Apabila setengah dari jumlah pembacaan benang atas dan benang bawah
sama dengan pembacaan pada benang tengah, maka pembacaan
diafragma sudah benar.
● Cara Mengatur Alat
Garis arah nivo tegak lurus sumbu I, cara mengatur dengan ketiga sekrup
penyetel. Penyimpangan dapat dihilangkan dengan sekrup koreksi nivo.
Benang silang horizontal tegak lurus sumbu I, diperiksa dengan mengarah
ke suatu titik pada tembok dan ujung kiri benang silang dibuat berimpit
dengan titik ini. Jika benang silang ini tegak lurus sumbu I, maka alat ukur
ini akan selalu berimpit dengan titik tersebut, jika teropong diputar dengan
sumbu I sebagai sumbu putar.
Garis nivo sejajar dengan garis visir. Untuk memeriksa syarat ini,
diadakan penyelidikan terhadap beda tinggi antara dua titik.
Jenis benang silang:

12 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


1. V = benang vertikal
2. a = benang atas
3. b = benang bawah
4. t = benang tengah

Gambar 2.2. Tampilan Benang Diafragma dalam teropong

● Cara Membaca Benang Diafragma


Cara membaca benang difragma adalah sebagai berikut:
1. Baca benang atas yang menunjuk angka pada bak ukur.
2. Baca benang tengah dan juga benang bawah pada angka di bawah bak
ukur.
3. Apabila setengah dari jumlah pembacaan benang atas dan benang
bawah sama dengan pembacaan pada benang tengah, maka pembacaan
diafragma sudah benar.

2.1.2 Rumus Dasar Sipat Datar dan Perhitungan Luas

13 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


Dengan menggunakan pertolongan nivo, garis visir
yang dibuat horizontal lalu diarahkan ke dua bak atau rambu
yang didirikan tegak pada titik yang akan ditentukan selisih

atau beda tingginya seperti ilustasi di bawah.


Gambar 2.3. Garis visir horisontal terhadap bak ukur
Persamaan untuk menghitung beda tinggi:
𝐻𝐴𝐵 = 𝐻𝐴 − 𝐻𝐵…………………………………………………...….(1)
Keterangan:
HAB = Beda tinggi antara A dan B
HA = Pembacaan bak di A (bak belakang)
HB = Pembacaan bak di B (bak muka)

Untuk lebih mudahnya, dalam perhitungan beda tinggi


didapat dari pembacaan bak belakang dikurangi dengan bak
muka, yang selalu akan memili dua kemungkinan harga
hAB, yaitu:
1. Jika HA > HB maka hAB = positif (elevasinya naik)
2. Jika HA < HB maka hAB = negatif (elevasinya turun)

Terdapat kondisi dimana besar elevasi A sudah


diketahui biasanya melalui banch mark dan control point,
maka kita dapat menghitung besar elevasi B dengan
persamaan sebagai berikut:
𝐸𝐿𝐵 = 𝐸𝐿𝐴 + 𝐻𝐴𝐵.…………………………………………….………...(2)

14 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


Untuk suatu jarak yang cukup jauh, terdapat
penyimpangan sebesar W. Maka kita bisa menggunakan
persamaan sebagai berikut.
s2
W= ……………………………………………………………………..(3)
2R
Keterangan:
S = jarak alat dengan titik yang dituju
R = jari-jari bumi

Gambar 2.4. Terdapat penyimpangan sebesar W untuk


jarak yang jauh

● Berbagai Kemungkinan Posisi alat

Gambar 2.5. Kemungkinan posisi alat kesatu

Gambar 2.6. Kemungkinan posisi alat kedua


Keterangan:

15 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


HA = Pembacaan bak di A
HB = Tinggi alat di B, identik dengan pembacaan bak di B

● Penentuan Elevasi dengan Garis Bidik


Bila beda tinggi sudah diketahui, maka elevasi suatu titik dapat dicari
bila elevasi titik yang lain sudah tertentu pula. Cara lain untuk menentukan
elevasi suatu titik dengan cara cepat, yaitu dengan tinggi garis bidik. Tinggi
garis bidik dapat ditentukan sebagai berikut:
1. Alat di titik sudah diketahui elevasinya.
𝑇𝑔𝑏 = 𝐸𝑙. 𝐴 + ℎ𝐴 ........................................................................................(4)
Keterangan:
hA = Tinggi alat di A
Tgb = Tinggi garis bidik
2. Alat di luar titik yang diketahui.
𝑇𝑔𝑏 = 𝐸𝑙. 𝐴 +
ℎ𝐴 ...........................................................................................
(5)
Keterangan:
hA = Tinggi alat di A

Dengan diketahui Tgb dengan salah satu cara tadi, maka


dengan segera dapat
dicari pula elevasi di suatu titik x, yaitu:
𝑇𝑥 = 𝑇𝑔𝑏 −
ℎ𝑥 ..............................................................................................
....(6)
Keterangan:
Hx = Pembacaan bak di sembarang titik.
Tgb = Tinggi garis bidik

Penentuan elevasi dengan cara tinggi garis bidik ini, bila

16 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


harus menentukan
sejumlah elevasi titik dengan tepat.
Misalnya El. 1 tertentu
Maka,
El. 2: T gb=El .2+ h2
El. 3: T gb=El .3+ h3
El. 4: T gb=El .4 +h 4

● Sumber-sumber kesalahan Pengukuran beda tinggi


Adakalanya dalam melakukan pengukuran sering
terjadi suatu kesalahan, kesalahan itu antara lain disebabkan
oleh:
1. Kesalahan oleh pengukur (misal: penempatan jalon atau mistar tidak tegak
lurus, gelembung nivo tidak tepat di tengah-tengah)
a. Kesalahan pembacaan
b. Kesalahan pencatatan
c. Pengaturan instrument tidak sempurna
2. Kesalahan alami (misal: pengaruh sinar matahari, pengaruh lengkung bumi).
Untuk mengatasi atau meminimalkan terjadinya
kesalahan itu dapat dilakukan
dengan:
1. Pembacaan belakang dan muka dilakukan pada jarak yang sama.
2. Penggunaan Nivo agar jalon/mistardapat tegak lurus.
3. Melakukan pengontrolan terhadap perhitungan.

2.1.3 Langkah-Langkah Pengukuran Sipat Datar


Berdasarkan pengukuran sipat datar dibedakan menjadi:
A. Pengukuran Sipat Datar Memanjang
Pengukuran sipat datar memanjang merupakan
pengukuran beda tinggi diantara dua titik. Profil memanjang
digunakan untuk membuat jalan kereta api, jalan raya,

17 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


saluran air, dan pipa air minum. Jarak dan beda tinggi titik-
titik di permukaan bumi diperoleh irisan tegak yang
dinamakan profil memanjang pada sumbu proyek.
Melakukan pengukuran di lapangan dengan memasang
pancang-pancang dari kayu yang menyatakan sumbu
proyek. Pancang-pancang digunakan pada pengukuran
penyipat datar yang memanjang untuk mendapatkan profil
memanjang. Salah satu contoh jenis pengukuran sipat datar
memanjang adalah sipat datar memanjang pergi pulang.
Sipat datar biasanya digunakan apabila jarak antara dua
stasiun yang akan ditentukan beda tingginya sangat
berjauhan (berada di luar jangkauan jarak pandang).
Pengukuran sipat datar memanjang pergi pulang merupakan
salah satu jenis dari sekian banyak macam pengukuran sipat
datar memanjang. Pengukuran sipat datar memanjang
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, karena
dengan mengadakan dua kali pengukuran penggambaran
profil memanjang dengan menggunakan hasil.
Adapun prosedur pelaksanaan pekerjaan dari
pengukuran sipat datar profil memanjang sebagai berikut:
1. Menancapkan patok pada titik yang telah ditentukan (misal P3).
2. Menentukan jarak menggunakan meteran dari patok P1 – P5.
3. Mengukur dan menentukan titik tengah dari segmen P1 – P5 dan memberi
patok (P3), sehingga jarak dari patok P3 ke P2 sebesar 5 meter dan dari P3
ke P1 sebesar 10 meter.
4. Mengatur alat hingga siap digunakan pada titik P3.
5. Mendirikan rambu di titik P1 dan P5 (rambu harus benar-benar vertikal).
6. Mengarahkan waterpass ke arah rambu titik P1 (bacaan belakang),
kemudian melakukan pembacaan terhadap benang atas (Ba), benang tengah
(Bt), benang bawah (Bb), dan mencatat dalam formulir yang telah
disediakan.

18 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


7. Memutar waterpass secara horizontal dan arahkan ke rambu di titik P5
(bacaan muka), melakukan pembacaan terhadap benang atas (Ba), benang
tengah (Bt), dan benang bawah (Bb), dan mencatat dalam formulir yang
telah disediakan.
8. Menghitung beda tinggi masing-masing titik tengah dengan menggunakan
benang tengah (Bt) bacaan belakang dan benang tengah (Bt) bacaan muka.
9. Melakukan langkah-langkah di atas dengan memulai pengukuran yang
sebaliknya yaitu pengukuran dari titik P5 ke arah titik P1 (pengukuran
pulang).
10. Membandingkan hasil pengukuran pergi dan pulang, usahakan selisihnya
kurang dari batas maksimum yang telah ditetapkan.
11. Selisih pengukuran jauh lebih besar dari batas maksimum, maka harus
dilakukan pengukuran ulang dengan mengulangi langkah-langkah di atas.
12. Menggambarkan daerah yang diukur.

B. Pengukuran Sipat Datar Melintang


Dengan data ukuran jarak dan perbedaan tinggi titik-titik
diatas permukaan tanah dapat ditentukan irisan tegak
dilapangan yang dinamakan profil atau biasa pula disebut
penampang. Pada pekerjaan pekerjaan rekayasa seperti
perencanaan jalan raya, jalan kereta api, saluran irigasi,
lapangan udara, dll sangat dibutuhkan bentuk profil atau
tampang pada arah tertentu untuk perencanaan kemiringan
sumbu proyek, maupun hitungan volume galian atau timbunan
tanah dan lain-lain. Pengukuran profil umumnya dibedakan
atas profil memanjang searah dengan sumbu proyek dan profil
melintang dengan arah memotong tegak lurus sumbu proyek
pada interval jarak yang tertentu. (Basuki, S. 2006) Prinsip
pengukuran profil dilapangan adalah menggunakan cara TGB
untuk mengukur ketinggian titik-titik pada jalur pengukuran
dilapangan.
1. Mengambil satu segmen, misalkan mengambil sepanjang patok A dan B.

19 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


Mengukur jaraknya dalam arah melintang profil memanjang jalan pada titik-
titik yang sudah ditandai dengan patok.
2. Kedua ujungnya, praktikan menancapkan jalon pada ujung patok untuk
memberi tanda (misalnya A dan B).
3. Meletakkan alat pada salah satu titik searah dengan A dan B dengan bantuan
unting- unting (akan lebih mudah jika diletakkan pada patok yang sudah
ditentukan saat perhitungan profil memanjang).
4. Mengukur ketinggian alat (instrument).

5. Menancapkan patok bantu atau tanda sepanjang jarak antara instrument


dengan A pada titik-titik yang dianggap ekstrim dan perlu diukur.
6. Mendirikan rambu pada titik A (rambu harus benar-benar vertikal),
kemudian mengarahkan alat pada rambu, membaca dan mencatat nilai
benang atas (Ba), benang tengah (Bt), dan benang bawah (Bb) pada formulir
yang telah disediakan.
7. Memindahkan rambu mendekati alat dan mendirikan pada patok-patok
bantu yang sudah ditandai, membaca, dan mencatat nilai pembacaan Ba, Bt,
Bb, dan seterusnya.
8. Melakukan langkah No. 5 sampai No. 7 di atas untuk pengukuran sepanjang
jarak antara alat dengan B.
9. Mengulangi langkah-langkah di atas untuk titik-titik profil lain yang sudah
ditandai dengan patok.
10. Mencatat semua hasil pengukuran pada formulir yang telah disediakan.
11. Menggambarkan sketsa dari daerah yang telah diukur.

C. Pengukuran Sipat Datar Luas Pengukuran


Sipat datar luas adalah merupakan suatu cara yang dilakukan
untuk mendapatkan relief permukaan tanah pada wilayah
yang cukup luas. Gambaran lekukkan permukaan tanah
tersebut dibutuhkan untuk merencanakan pondasi bangunan,

20 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


pekerjaan pertanian dan perkebunan. Untuk
menggambarkan lekukan permukaan tanah digunakan garis
garis tinggi. Garis tinggi tersebut terbentuk dari titik-titik
yang memiliki ketinggian sama. Untuk dapat melukiskan
garis-garis tinggi dengan teliti pada suatu wilayah, maka
haruslah diketahui sebanyak mungkin ketinggian titik titik
pada seluruh wilayah yang di ukur tersebut. Agar
pengukuran dapat berjalan dengan mudah, cepat dan teliti
maka perlu di lakukan pengamatan di lapangan guna
penentuaan cara pengukuran dan letak kedudukan alat.
Prinsip pengukuran yang di gunakan pada pengukuran sipat
datar luas ini adalah cara tinggi garis bidik (TGB) adapun
cara pengukuran yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Cara polar atau radial, jika keadaan wilayah yang diukur merupakan
pemukiman sehingga jangkawan pengamatan menjadi terbatas.
b. Cara grid, jika keadaan wilayah yang di ukur tersebut terbuka atau kosong
yaitu membagi wilayah tersebut dalam kotak-kotak sehingga letak titik-titik
teratur.

2.2 Teori Perhitungan Volume


Suatu daerah atau lokasi akan ditentukan besarnya
pemindahan tanah, maka dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut :
a) Bagi daerah dalam bentuk-bentuk segiempat, segitiga, atau bentuk lainnya.
b) Mengukur tiap-tiap titik potong (sesuai elevasi muka tanah)
c) Membuat patok-patok referensi yang tidak terganggu selama pekerjaan
penggalian.
d) Setelah penggalian selesai, buat kembali patok-patok dalam susunan yang
sama dengan patok-patok semula.
e) Menghitung volume dengan prinsip :

21 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


V = Luas Alas * tinggi

2.2.1 Menghitung Volume dengan Penampang Melintang


Untuk menghitung volume tanah total yang
dipindahkan, saluran dibagi menjadi beberapa titik, dan
dihitung volume tiap-tiap bagian antara dua titik yang
berdekatan. Langkah awalnya adalah menggambar potongan
melintang dan menghitung luas penampang pada tiap titik.
Dari pengukuran beda tinggi pada titik-titik yang diperlukan,
elevasi dapat diketahui
Dari elevasi-elevasi dan lebar saluran, dimensi
penampang saluran dapat digambar, kemudian dihitung
luasnya. Menghitung luas penampang bisa secara biasa, yaitu
dengan mengurangi elevasi satu dengan yang lainnya, atau
dapat dengan koordinat.

2.2.2 Menghitung Volume dengan Waterpassing dan penggalian


Metode ini banyak dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan
penggalian yang besar. Langkah-langkah perhitungannya
adalah sebagai berikut : Suatu daerah (lokasi) seperti skema
di bawah ini untuk menentukan besarnya pemindahan tanah
dapat dilakukan dengan cara :

22 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


Gambar 2.7 skema untuk menentukan besarnya perpindahan
tanah
● Bagi daerah dalam bentuk segiempat, segitiga, dan lain-lain
disesuaikan dengan bentuk daerahnya.
● Ukur elevasi tiap titik potong sebagai elavasi tanah.
● Buat patok-patok referensi yang tidak terganggu selama penggalian.
● Setelah penggalian selelsai, buat lagi patok-patok dalam susunan
yang sama dengan patok-patok semula.
● Hitung volume dengan prinsip luas penampang kali tinggi.
Sebagai contoh diambil pias satu :
Luas = L x L1 = A
● Beda tinggi antara elevasi muka tanah dengan kedalaman galian
masing-masing h1, h2, hg, h10.
● Cari harga rata-rata kedalaman

maka volume (V) :

Bila pias sama, maka :

Keterangan :
▪ h1 = kedalaman yang mewakili satu pias
▪ h2 = kedalaman yang mewakili satu dua pias
▪ h3 = kedalaman yang mewakili satu tiga pias
▪ h4 = kedalaman yang mewakili satu empat pias

Ketelitian luas Penampang tergantung:


1. ketelitian pembuatan peta (kontur)
2. ketelitian pengukuran dengan planimeter, tergantung dari:

23 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


a. Tidak tepat terhimpitnya titik mula dan akhir sewaktu planimeter
berputar berkeliling.
b. Ketidaktelitian pembacaan tromel.
c. Ketidakteraturan perputaran tromel.
d. Ketidaktelitian dalam mengikuti batas dari pensil (kesalahan
perputaran keliling).

2.3 Alat Theodolite


Dalam bidang survei pemetaan dan pengukuran
tanah telah banyak dibuat alat yang bertujuan untuk
mengukur tinggi sebuah tanah. Alat yang sering kita jumpai
misalnya theodolite dan waterpass, keduanya memiliki
persamaan fungsi yakni sebagai alat ukur tanah. Yang
membedakan kedua alat ukur tersebut terletak pada
kemampuan mengukur dimana theodolite mampu
mengukur sudut mendatar dan tegak sedangkan waterpass
hanya mampu mengukur menentukan koordinat suatu titik
pada bidang horizontal/mendatar saja. Dengan kata lain,
theodolite bisa dibilang alat yang paling bagus dalam dunia
survei.
Theodolite adalah alat ukur digital yang berfungsi
untuk mengukur tinggi tanah dengan sudut mendatar
(horizontal) dan sudut tegak (vertikal), dan menentukan
elevasi pada bangunan, titik as bangunan, dan juga
menentukan sudut-sudut ruangan/lapangan. Dimana sudut –
sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar
dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan. Perlu
diketahui, tingkat akurasi yang dapat diukur oleh theodolite
mampu mencapai satuan detik. Biasanya alat Theodolite

24 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


digunakan pada awal pelaksaan proyek untuk menentukan
peil pada dasar bangunan. Theodolite juga bisa
menentukan as balok, kolom, plat lantai dan lain
sebagainya. Sekarang theodolit juga sudah digunakan dalam
bidang meteorologi dan teknologi peluncuran roket.
Sebelum menggunakan Theodolite, yang harus disiapkan
yakni tripod, prisma, bak ukur, meteran, pilox dan lakban
untuk melakukan marking/penandaan lahan yang ingin
diukur dan juga payung untuk melindungi alat dari panas
terik matahari maupun hujan yang sering datang dengan
tiba-tiba.
a. Bagian Theodolite dan fungsinya

Gambar 2.8 bagian theodolite


1. Tombol laser, berfungsi mengaktifkan laser
2. Klem pengunci vertikal, untuk mengunci teropong agar tidak dapat
digerakkan secara vertikal.
3. Penggerak halus vertikal, untuk menggerakkan teropong secara
vertikal ke arah rambu ukur (objek) secara halus.
4. Tempat baterai, berjumlah 4 buah dengan jenis baterai A2.
5. Klem pengunci lingkaran horizontal, untuk mengunci badan pesawat
agar tidak dapat diputar secara horizontal.
6. Penggerak halus lingkaran horizontal, untuk menggerakkan teropong
horizontal ke arah rambu ukur (objek) secara halus.

25 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


7. Sekrup pengatur nivo, untuk mengatur posisi gelembung nivo berada
pada titik tengah.
8. Handle, untuk pegangan tangan pada alat.
9. Pengatur laser, untuk memperbesar atau memperkecil laser agar
mempermudah pembacaan
10. Nivo tabung, untuk menyetel posisi sumbu II pesawat secara
horizontal, dan dapat diatur dengan 3 sekrup penyama rata.
11. Display dan papan tombol, untuk pembacaan skala lingkaran vertikal
dan horizontal.
12. Nivo kotak, berfungsi untuk menyetel posisi sumbu I berada pada
posisi vertikal.
13. Plat dasar, untuk bertumpunya pesawat theodolite.
14. Lensa verticalizing, untuk melihat dan memosisikan sumbu I berimpit
dengan titik berdiri pesawat atau titik tertentu di bumi.
15. Klem pengatur fokus benang, untuk memperjelas benang pada lensa
(benang atas, benang tengah, benang bawah).
b. Cara Pemakaian Theodolite
1. Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan
2. Tinggikan setinggi dada
3. Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan
4. Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
5. Kuatkan (injak) pedal kaki statif
6. Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar
7. Letakkan theodolite di tribar plat
8. Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite
9. Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar
tegak/vertical dengan menggerakkan secara beraturan sekrup
pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.

26 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


10. Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar
mendatar dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar /
kiap di tiga sisi alat ukur tersebut. 24
11. Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci
centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada
tengah-tengah titik ikat (BM), dilihat dari centering optic.
12. Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T
pada dinding.
13. Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran
dengan melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa
untuk mengetahui nilai kesalaha index tersebut.

2.4 Poligon
Poligon digunakan apabila titik - titik yang akan
dicari koordinatnya terletak memanjang sehingga terbentuk
segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan Poligon
merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka
dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh
koordinat planimetris (X,Y) titik - titik pengukuran.
Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu
metode penentuan titik diantara beberapa metode
penentuan titik yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak
terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan pilihan
yang sering di gunakan, karena cara tersebut dapat dengan
mudah menyesuaikan diti dengan keadaan daerah/lapangan.
Penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini membutuhkan,
Koordinat Awal : Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu,
haruslah dipilih koordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik triangulasi
atau titik - titik tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan

27 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


dipatokkan. Bila dipakai system koordinat lokal pilih salah satu titik, BM
kemudian beri harga koordinat tertentu dan tititk tersebut dipakai sebagai acuan
untuk titik - titik lainya. Koordinat Akhir : Koordinat titik ini di butuhkan untuk
memenuhi syarat Geometri hitungan koordinat dan tentunya harus di pilih titik
yang mempunyai sistem koordinat yang sama dengan koordinat awal. Azimuth
Awal : Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah
orientasi dari system koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat di
tempuh dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
a. Hasil hitungan dari koordinat titik - titik yang telah diketahui dan akan
dipakai sebagai tititk acuan system koordinatnya.
b. Hasil pengamatan astronomis (matahari).
Pada salah satu titik poligon sehingga didapatkan azimuth ke matahari dari
titik yang bersangkutan. Dan selanjutnya dihasilkan azimuth kesalah satu
poligon tersebut dengan ditambahkan ukuran sudut mendatar (azimuth
matahari).

2.4.1 Dasar Perhitungan Koordinat Titik


Kerangka dasar horisontal adalah sejumlah titik yang
diketahui koordinatnya dalam satu sistem koordinat
tertentu. Sistem koordinat yang dimaksudkan adalah sistem
koordinat kartesian bidang datar. Metode-metode yang
digunakan untuk menentukan posisi horisontal ini
dikelompokkan ke dalam metode penentuan titik tunggal
(satu titik) dan metode penentuan banyak titik. Metode yang
termasuk penentuan koordinat titik tunggal antara lain :
• Metode polar
• Metode perpotongan ke muka
• Metode perpotongan ke belakang
Sedangkan yang termasuk penentuan koordinat titik banyak antara lain :

28 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


• Metode polygon
• Metode triangulasi
• Metode trilaterasi
2.4.2 Cara Menentukan Koordinat Titik
Dalam penggambaran poligon titik-titik kontrol, metode-metode yang
dipakai untuk meletakkan posisi detail pada peta tergantung pada prosedur yang
dipakai untuk menentukan lokasinya, dan bentuk dimana data itu berada. Bila
catatan lapangan adalah sudut dan jarak, pusat batas dan titik-titik penting diatas
dimana pekerjaan konstruksi sudah terjadi tergantung padanya, digambar
dengan metode koordinat. Sedang untuk jarak digambar dengan skala dari
puncak, untuk menggambar detail jelasnya tentang cara-cara membuat detail
dengan busur. Hitung besar koreksi sudut
Pada ujung awal poligon diperlukan satu titik yang telah diketahui
koordinat dan sudut jurusannya. Karena untuk menentukan koordinat titik yang
lain diperlukan sudut mendatar dan jarak mendatar, maka pada pengukuran di
lapangan data yang diambil adalah data sudut mendatar dan jarak mendatar di
samping itu diperlukan juga penentuan sudut jurusan dan satu titik yang telah
diketahui koordinatnya.
Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antara dua titik kontrol
perlu diukur di lapangan. Data ukuran tersebut, harus bebas dari sistematis yang
terdapat (ada alat ukur) sedangkan salah sistematis dari orang atau pengamat
dan alam di usahakan sekecil mungkin
I. Poligon berdasarkan visualnya :
a. Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya
merupakan titik yang berlainan (tidak bertemu pada satu titik).

29 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


Gambar 2.9 poligon tertutup

Keterangan :
αap = sudut arah awal polygon
S0 s/d S3 = sudut terukur
d1 s/d d4 = panjang sisi polygon
αbq = sudut arah akhir polygon
Pada poligon ini, kesalahan pada pengukuran sudut maupun
jarak tidak dapat dikontrol atau dikoreksi. Koreksi hanya dilakukan
dengan cara pengukuran dalam arah yang berlawanan (dari F ke A)
b. Poligon Tertutup
Poligon tertutup atau kring adalah poligon yang titik awal dan titik
akhirnya bertemu pada satu titik yang sama. Pada poligon tertutup,
koreksi sudut dan koreksi koordinat tetap dapat dilakukan walaupun
tanpa titik ikat.

Gambar 2.10 poligon terbuka

30 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


Keterangan :
αap = sudut arah awal polygon
αaq = sudut
P = titik ikat awal
Q = titik ikat akhir
A = titik awal dan akhir poligon
S0 s/d S5 = sudut terukur
d0 s/d d5 = panjang sisi polygon
Titik awal dan titik akhir merupakan suatu titik yang sama.
Panjang garis dan sudut-sudut dapat diukur dan pengukuran tersebut
dilakukan searah jarum jam. Kita dapat melakukan kontrol atau
koreksi dari pengukuran karena diketahui jumlah sudut luar dari segi
banyak sama dengan (n+2)1800, dimana n adalah jumlah titik. Jadi
jumlah sudut pada gambar tersebut adalah (7 + 2)1800 = 1620.

c. Poligon Bercabang
Poligon cabang adalah suatu poligon yang dapat mempunyai satu atau
lebih titik simpul, yaitu titik dimana cabang itu terjadi.

Gambar 2.11 poligon bercabang


d. Poligon Kombinasi
Bentuk poligon kombinasi merupakan gabungan dua atau tiga dari
bentukbentuk poligon yang ada.

31 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


Gambar 2.12 poligon kombinasi

II. Poligon berdasarkan geometriknya


a. Poligon terikat sempurna
b. Poligon terikat sebagian
c. Poligon tidak terikat
Untuk mendapatkan nilai sudut - sudut dalam atau
sudut-sudut luar serta jarak-jarak mendatar antara titik-titik
poligon diperoleh atau diukur di lapangan menggunakan alat
pengukur jarak yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.
Poligon digunakan apabila titik - titik yang akan dicari
koordinatnya terletak memanjang sehingga membentuk segi
banyak (poligon). Metode poligon merupakan bentuk yang
paling baik di lakukan pada bangunan karena
memperhitungkaan bentuk kelengkungan bumi yang pada
prinsipnya cukup di tinjau dari bentuk fisik di lapangan dan
geometriknya.
Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk
menyesuaikan dengan berbagai bentuk medan pemetaan
dan keberadaan titik – titik rujukan maupun pemeriksa.
Tingkat ketelitian sistem koordinat yang diinginkan dan
kedaan medan lapangan pengukuran merupakan faktor -

32 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


faktor yang menentukan dalam menyusun ketentuan poligon
kerangka dasar. Tingkat ketelitian umum dikaitkan dengan
jenis dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan.
Sistem koordinat dikaitkan dengan keperluan
pengukuran pengikatan. Medan lapangan pengukuran
menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok sebagai
penanda titik di lapangan dan juga berkaitan dengan jarak
selang penempatan titik.

2.5 Garis Kontur


Peta topografi mempunyai unsur yang penting yaitu
informasi tentang tingginya suatu tempat terhadap rujukan
tertentu. Menyajikan variasi ketinggian suatu tempat pada
peta topografi menggunakan garis kontur (contour-line).
Garis kontur atau disebut dengan garis tranches, garis
tinggi, atau garis tinggi horizontal adalah garis imajiner pada
suatu wilayah atau area di atas peta yang menghubungkan
dan memperlihatkan beberapa titik pada peta yang memiliki
ketinggian yang sama. Garis kontur + 25 m, artinya adalah
garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian yang sama terhadap referensi tinggi
Garis kontur dapat membuat proyeksi (perkiraan) tegak garis-garis
perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar
peta. Karena pada umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis
kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta. Garis kontur dapat
dibedakan menjadi :
a. Interval kontur
Interval kontur menunjukkan perbedaan elavasi antar
dua garis kontur yang berdekatan. Pada peta topografi,

33 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


interval kontur dibuat sama, berbandung terbalik dengan
skala peta. Semakin besar skala peta, maka semakin banyak
informasi yang akan tersajikan, interval kontur semakin kecil.
● Rumus untuk menentukan interval kontur pada suatu peta topografi :
i = (25 / jumlah cm dalam 1 km) meter, atau
i = n log n tan a, dengan n= (0.01 S + 1)1/2 meter
Contoh :
Peta dibuat pada skala 1 : 5000, sehingga 20 cm = 1 km, maka i = 25/20 = 1.5
meter. Peta dibuat skala S = 1 : 5000 dan a = 45⁰, maka i = 6.0 meter.
b. Indeks kontur
Indeks kontur menunjukkan garis kontur dengan
kelipatan tertentu. Misalnya setiap kelipatan 1 meter, 5
meter, dan seterusnya. Dalam menentukan indeks kontur ini
maka dapat digunakan rumus penentuan indeks kontur
sebagai berikut: i = (25/panjang 1 km di peta) meter.
Contoh :
Pada peta dengan skala 1 : 1000, maka indeks kontur yang ditunjukkan dalam
peta adalah 1 km, pada peta dengan skala 1 : 1000 = (1 km/1000 cm) = (100000
cm/1000 cm) = 100 meter. Maka i = (25/100) = 0.25 meter.

2.5.1 Sifat dan Karakteristik Garis Kontur Kontur


Dalam menggambarkan bentuk permukaan tanah
atau membuat peta topografi dan ketinggian pada suatu
peta garis kontur sangat berguna untuk memproyeksikan
kedua pola tersebut. Menurut seorang ahli, garis kontur
memiliki sifat dan karakteristik sebagai berikut ini :

34 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


● Garis kontur yang menunjukkan tingkat kerapatan yang lebih besar
menandakan sudut kemiringan atau lereng yang sangat curam;
● Garis kontur yang disajikan selalu disesuaikan dengan skala peta yang
dibuat;
● Garis kontur memiliki sajian indeks yang berbeda-beda mengikuti posisi
topografi suatu wilayah;
● Garis kontur hanya diperuntukkan satu sudut ketinggian tertentu;
● Garis kontur yang bernilai lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang
bernilai lebih tinggi;
● Garis kontur yang bertanda huruf U selalu menunjukkan punggung
pegunungan atau gunung;
● Garis kontur yang bertanda huruf V selalu menandakan suatu lembah atau
jurang;
● Garis kontur yang tingkat kerapatannya jarang menandakan keadaan
permukaan tanah yang landau;
● Garis kontur selalu bersifat horizontal, tidak bercabang, dan tidak
berpotongan;
● Garis kontur selalu berkelok-kelok dan mengikuti sudut kemiringan atau
lereng dari suatu lembah;
● Garis kontur selalu tegak lurus terhadap aliran air yang mengalir di
permukaan tanah;
● Garis kontur berbentuk kurva tertutup;
● Garis kontur sellu menjorok ke hulu jika melewati aliran sungai;
● Garis kontur selalu menjorok ke arah jalan jika melewati permukaan jalan;
● Garis kontur tidak akan terlihat jika melewati suatu bangunan.

2.5.2 Pemakaian Garis


Selain menunjukkan bentuk ketinggian permukaan

35 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


tanah, garis kontur juga dapat digunakan untuk:
a. Menentukan profil tanah (profil memanjang, longitudinal sections) antara
dua tempat.
b. Menghitung luas daerah genangan dan volume suatu bendungan.
c. Menentukan route/trace suatu jalan atau saluran yang mempunyai
kemiringan tertentu.
d. Menentukan kemungkinan dua titik di lahan sama tinggi dan saling terlihat.

2.5.3 Penggambaran Garis Kontur


Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat
proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar
dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena
peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk
garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala
peta. Dengan memahami bentuk-bentuk tampilan garis
kontur pada peta, maka dapat diketahui bentuk ketinggian
permukaan tanah. Cara penggambaran garis kontur adalah
dengan cara :
• Garis kontur merupakan garis lengkungan yang tertutup dan tidak bercabang
atau terputus.
• Untuk daerah yang berbukit atau terjal, garis kontur makin rapat, bahkan
cenderung menjadi suatu garis tebal.
• Untuk daerah datar, maka garis kontur tampak menjadi jarang atau jaraknya
renggang.
• Garis kontur yang melewati sungai diarahkan pada nilai kontur yang lebih
tinggi ke arah hulu sungai.
• Garis kontur yang melewati bangunan gedung, maka garis mengelilingi
bangunan tersebut.

36 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


2.5.4 Data Terkoreksi
Beberapa hal yang perlu dikoreksi dalam analisa data yaitu:
• Kontrol tidak terkoreksi.
• Jarak titik kontrol terlalu besar.
• Titik-titik kontrol tidak dipilih.
• Pemilihan titik-titik untuk penggambaran kontur tidak baik.
• Kontur yang diambil tidak cukup.
• Kontur horizontal dan vertikal tidak cukup.

37 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Peralatan Utama


3.1.1 Macam Peralatan Utama
A. Waterpass
B. Theodolite
3.1.2 Bagian dan Fungsi Peralatan Utama
A. Waterpass

Gambar 3.1 Alat ukur waterpass

Tabel 3.1 Bagian-bagian waterpass dan fungsinya.

No Nama Fungsi

1. Teropong Untuk membidik objek.

Sekrup ABC Mengatur gelembung nivo agar berada di tenah


2.
lingkaran.

3. Nivo kotak Menentukan kedataran alat.

4. Pemutar fokus Memperjelas objek yang dibidik.

5. Cermin nivo Memantulkan bayangan nivo.

6. Vizler bidikan Mengarahkan arah bidikan teropong.

38 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


7. Sekrup fokus benang Memfokuskan benang bidikan.

Sekrup penggerak Menggerakkan secara halus arah bidikan horizontal


8.
horizontal teropong

9. Plat dasar Landasan alat ke tripod.

10. Body teropong Badan teropong

11. Rumah lensa depan Untuk tempat lensa depan.

Skala Gerakan sudut Mengetahui besar Gerakan sudut horizontal


12.
horizontal

B. Theodolite

Nivo alhidade vertical


Alhidade vertical
Mikroskop pembacaan lingkaran vertical
Lingkaran vertical
Teropong
Sumbu teropong (Sb. II)
Kaki penyangga sumbu teropong
Penggerak halus alhidade vertical
Nivo alhidade vertical
Alhidade horizontal
Lingkaran horizontal
Klem horizontal
Klem limbus
Klap/tribrach
Skrup pendatar/penyetel ABC
Plat dasar/tatakan

Gambar 3.2 Bagan alat ukur teodolit

39 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


Tabel 3.2 Bagian-bagian dan fungsi theodolite
Nama Fungsi
Bagian atas
Teropong Membidik atau mengamati benda yang jauh agar
terlihat dekat, jelas dan besar.
Lingkaran vertikal Adalah piringan dari metal atau kaca tempat skala
lingkaran.
Sumbu mendatar Adalah sumbu perputaran teropong yang disangga
oleh dua tiang penyangga kiri dan kanan.
Kelm teropong dan Klem teropong digunakan untuk mematikan gerakan
penggerak halus teropong, sedangkan skrup penggerak halus
digunakan untuk gerakan halus.
Alhidade vertikal dan nivo Alhidade vertikal berfungsi melindungi piringan
vertikal dan nivo alhidade vertikal digunakan untuk
mengatur mikroskop pembacaan lingkaran vertikal.
Nivo teropong Membuat garis bidik mendatar.
Bagian tengah
Kaki penyangga sumbu II Berisi prisma-prisma pemantul sinar pembacaan
lingkaran horizontal.
Alhidade horizontal Pemersatu dari kaki penyangga sumbu II dan
pelindung lingkaran horizontal.
Piringan lingkaran horizontal Merupakan tempat skala lingkaran horizontal.
Klem dan penggerak halus Klem digunakan untuk mematikan gerakan sumbu I
aalhidade horizontal (sumbu tegak), dan gerakan halus dilakukan dengan
memutar skrup penggerak halus alhidade horizontal.
Klem dan penggerak halus Mengatur keudukan piringan horizontal.
limbus
Nivo (tabung) alhidade Membuat sumbu I vertikal secara halus, setelah
horizontal dilakukan pendekatan dengan nivo kotak.
Mikroskop pembacaan Pada alat yang baru, mikroskop pembacaan lingkaran
lingkaran horizontal horizontal dijadikan satu dengan pembacaan

40 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


lingkaran vetikal.
Bagian bawah
Tribrach Merupakan tempat tumpuan dari sumbu I.
Nivo kotak Penolong dalam pengatiran sumbu I vertical secara
pendekatan.
Skrup penyetel ABC Mengatur sumbu I agar vertical. Bagian ini bisa juga
disebut levelling screw.
Plat dasar Menyatukan alat dengan statip.
Alat sentering optis (pada alat Pada alat lama piranti sentering berupa tempat
baru) penggantung tali untung-unting yang berada pada
baut instrument.
Statip Mendirikan alat di lapangan yang terdiri dari kepala
statip dan kaki tiga yang dapat disetel ketinggiannya.

3.2 Peralatan Bantu


3.2.1 Macam dan Fungsi Peralatan Bantu
a. Statip (kaki tiga)
Statip atau tripod digunakan sebagai penyangga waterpass atau theodolite
dengan ketiga kakinya tersebut dapat menyangga penempatan alat yang ada
pada masing-masing ujung yang runcing. Kaki statip ini dapat diatur tinggi
pendeknya dengan melonggarkan sekrup kaki.
b. Patok

Gambar 3.4 Patok

Gambar 3.3 Statip atau kaki tiga

41 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


Patok ini berfungsi sebagai tanda di lapangan untuk titik utama dalam
pengukuran.
c. Roll meter

Gambar 3.5 Roll meter

Alat ini digunakan untuk mengukur jarak antar titik dan juga untuk
mengukur tinggi alat.
d. Jalon

Gambar 3.6 Jalon

Alat ini berfungsi sebagai alat bantu memegang baak ukur.


e. Rambu ukur

42 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


Gambar 3.7 Rambu ukur

Alat ini berbentuk mistar yang besar dengan satuan panjang


terkecilnya adalah cm. Namun, ada juga yang skalanya 0,5 cm. Satu bagian
besarnya adalah 10 cm dan ditandai dengan dua bagian yang terpisah dengan
panjang 5 cm. dengan demikian, panjang terkecil yang terdapat pada rambu
ukur adalah 1 cm.

f. Kompas

Gambar 3.8 Kompas

Berguna dalam menentukan arah utara geografis agar memudahkan


mencari nilai sudut azimuth yang tepat.
g. Unting-unting

43 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


Gambar 3.8 Unting-unting
Unting-unting digantung menggunakan benang dan melekat di bawah
penyetel kaki statif. Alat ini berfungsi sebagai tolak ukur apakah waterpass
sudah berada tepat di atas patok.
h. Payung
Payung digunakan untuk melindungi pesawat dari sinar matahari
langsung dan hujan sebab lensa teropong pada pesawat sangat peka terhadap
sinar matahari dan juga jika lensa teropong basah dapat mengganggu dalam
pembacaan rambu ukur.

i. Alat tulis

Gambar 3.10 Alat tulis

Gambar 3.9 Payung


44 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106
Alat penunjang ini dipakai untuk memperlancar jalannya praktikum.

3.3 Persiapan Pelaksanaan Ilmu Ukur Tanah


Sebelum melakukan pelaksanaan, alangkah baiknya
jika mempersiapkan alat dan bahan yang diburuhkan
3.3.1 Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan untuk melaksanakan Ilmu Ukur
Tanah yaitu :
1. Alat Ukur Theodolit
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan
waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit
sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
2. Alat Ukur Sipat Datar
Berfungsi untuk mengukur beda tinggi antara dua titik, jarak antara dua titik,
dan sudut horizontal.
3. Statif (kaki tiga)
Statif atau bisa disebut tripot berfungsi sebagai tempat bertumpu alat utama.
Alat ini terbuat dari besi yang cukup ringan, sehingga mudah dibawa. Alat
ini mempunyai tiga kaki yang diatasnya dipasang kepala statif dengan
perantara baut dan mur sayap.
4. Jalon
Berfungsi sebagai alat bantu memegan baak ukur.
5. Patok
Berfungsi sebagai tanda di lapangan untuk memudahkan mencari suatu titik
(titik sementara).
6. Rol Meter
Berfungsi untuk mengukur jarak secara langsung di lapangan. Alat ini dapat
terbuat dari plat baja (meet veer)/ kain khusus (meet band) dengan panjang
30 m sampai 50 m. Sedapat mungkin selalu digulung setiap mengukur
jarak.

45 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


7. Meteran
Berfungsi untuk mengukur tinggi pesawat.
8. Unting-unting
Berfungsi untuk menempatkan sumbu I pada patok.
9. Kompas
Berfungsi untuk menunjukkan arah.
10. Payung
Berfungsi untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsung maupun
terpaan hujan.
11. Alat Tulis
3.4 Membuat Skema Pengukuran dan Pemasangan Patok

Mulai

Penentuan titik-titik
lokasi yang akan
diteliti

Pemasangan patok di
titik-titik tersebut

Persiapan alat

Pengukuran Long Cross Pengukuran Situasi

Perhitungan jarak Optis, Beda Tinggi,


Elevasi Titik Pengukuran, Jarak Rerata
Perhitungan Poligon, perhitungan,
antar Patok, perhitungan Beda Tinggi
Beda Tinggi, Elevasi Titik Utama,
dan Elevasi Rerata Titik Pengukuran,
Elevasi Titik Detail, Kontur, Kontur
Elevasi Titik Detail, Jarak Horizontal,
Bangunan, Luas Poligon, Luas
Slope Dasar Saluran Lama, dan Volume
Gedung
Galian/Timbunan

46 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106

Pembuatan Sketsa
Situasi
3.5 Pengukuran Sipat Datar
Pengukuran sipat datar dapat menentukan beda tinggi
antara dua titik atau lebih. Perbedaan tinggi antara titik-titik
dapat ditentukan oleh garis sumbu pada pesawat yang
ditunjukan pada rambu vertikal. Syarat pengukuran sipat
datar yaitu garis bidik sejajar dengan garis jurusan nuvo.
Gelembung nivo harus berada di tengah. Cara-cara
pengukuran sipat datar diantarnya:
1. Alat sipat datar ditempatkan di stasiun yang sudah diketahui
ketinggiannya.

Alat sipat datar yang diletakkan diantara dua stasiun

47 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


2. Alat sipat datar yang tidak ditempatkan diantara atau pada stasiun

3.6 Persiapan Pelaksanaan Pemetaan


Sebelum melakukan pelaksanaan, alangkah baiknya
jika mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
3.6.1 Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan untuk melaksanakan Ilmu Ukur

Gambar 3.13 Alat sipat datar yang tidak ditempatkan diantara atau pada
stasiun
Gambar 3.12 Alat sipat datar diletakkan diantara dua stasiun

Tanah yaitu :

48 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


1. Alat Ukur Theodolit
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan
waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit
sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
2. Alat Ukur Sipat Datar
Berfungsi untuk mengukur beda tinggi antara dua titik, jarak antara dua titik,
dan sudut horizontal.
3. Statif (kaki tiga)
Statif atau bisa disebut tripot berfungsi sebagai tempat bertumpu alat utama.
Alat ini terbuat dari besi yang cukup ringan, sehingga mudah dibawa. Alat
ini mempunyai tiga kaki yang diatasnya dipasang kepala statif dengan
perantara baut dan mur sayap.
4. Jalon
Berfungsi sebagai alat bantu memegan baak ukur.
5. Patok
Berfungsi sebagai tanda di lapangan untuk memudahkan mencari suatu titik
(titik sementara).
6. Rol Meter
Berfungsi untuk mengukur jarak secara langsung di lapangan. Alat ini dapat
terbuat dari plat baja (meet veer)/ kain khusus (meet band) dengan panjang
30 m sampai 50 m. Sedapat mungkin selalu digulung setiap mengukur
jarak.
7. Meteran
Berfungsi untuk mengukur tinggi pesawat.
8. Unting-unting
Berfungsi untuk menempatkan sumbu I pada patok.
9. Kompas
Berfungsi untuk menunjukkan arah.
10. Payung
Berfungsi untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsung maupun

49 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


terpaan hujan.
11. Alat Tulis

3.6.2 Formulir Pengukuran

3.7 Pengukuran di Lapangan


3.7.1 Pengukuran menggunakan waterpass
A. Pengukuran Waterpass Memanjang
1. Menentukan titik awal pengukuran serta titik tetap (Bench Mark) yang
digunakan.
2. Memberi tanda pada titik awal tersebut dengan menggunakan paku dan cat 
sebagai titik P1.
3. Menentukan titik-titik . Mendirikan tripod tepat diatas titik P1 dan meletakkan
alat ukur waterpass diatas tripod tersebut dengan menyekrup bagian
bawahnya.
4. Memasang Unting-unting dan mengusahakan agar unting-unting tersebut tepat
menunjuk ke titik P1.
5. Mengatur sekrup  pengungkit agar gelembung nivo terletak di tengah-tengah
tabung.
6. Setelah nivo dalam keadaan seimbang, bak diletakkan di titik BM kemudian
ditembak dari titik P1 tersebut (usahakan letak bak vertikal)
7. Kemudian benang horisontal dibaca oleh pengamat dan hasilnya dicatat oleh
pencatat secara teliti agar memenuhi dua rumus waterpass, yaitu :
d=100 x (BA−BB )dan2 x BT =BA +BB . Jika hasil pembacaan tidak
memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu ukur diulang kembali.
8. Setelah titik BM diukur, waterpas dipindahkan ke titik A kemudian titik P1
dan P2 ditembak/diukur. Setelah itu alat dipindahkan ke titik B untuk
penembakan/pengukuran ke titik P2 dan P3,dan seterusnya hingga titik
terakhir yaitu titik J dan melakukan penembakan kembali ketitik awal untuk
bacaan pulang hingga titik A.

50 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


9. Melakukan penghitungan dan kesalahan yang diperbolehkan. Jika selisih beda
tinggi antara pengukuran pergi dengan pengukuran pulang melampaui
kesalahan yang diizinkan, maka pengukuran harus diulang kembali.

B. Pengukuran Waterpass Melintang


1. Pesawaat didirikan tepat diatas titik P1 yang ditandai oleh cat.
2. Setelah unting-unting menunjuk tepat ke titik P1, sekrup pengungkit diatur
sampai gelembung nivo tepat berada di tengah-tengah
3. Menentukan titik-titik yang akan ditentukan ketinggiannya, lalu mengukur
jarak titik-tik tersebut dari pesawat. Titik-titik tersebut adalah titik yang akan
ditentukan.
4. Menyipat titik-titik yang telah ditentukan tersebut serta titik BM, sementara
pemegang rambu membetulkan posisi rambu ukur ( baak ) supaya tegak betul.
5.  Setelah letak rambu ukur vertikal, benang horisontal dibaca oleh pengamat
dan hasilnya dicatat oleh pencatat secara teliti agar memenuhi dua rumus
waterpass, yaitu :d=100 x ( BA−BB) dan2 x BT =BA +BB . Jika hasil
pembacaan tidak memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu ukur
diulang kembali.
6. Mengatur sekrup pengungkit agar gelembung nivo berada di tengah-tengah
tabung.
7. Setelah nivo dalam keadaan seimbang, bak diletakkan di titik BM kemudian
ditembak dari titik P1 tersebut dan usahakan letak bak vertikal.
8. Kemudian benang horizontal dibaca oleh pengamat dan hasilnya dicatat oleh
pencatat secara teliti agar memenuhi dua rumus waterpass, yaitu
:d=100 x ( BA−BB) dan2 x BT =BA +BB. Jika tidak memenuhi rumus diatas,
maka pembacaan harus diulang kembali.
9. Setlah titik BM diukur, waterpass dipindahkan ke titik A kemudian titik P1
dan P2 ditembak. Setelah itu, alat dipindahkan ke titik selanjutnya hingga titik
terakhir.
10. Melakukan penghitungan dan kesalahan yang dipebolehkan. Harus
diperhatikan, jika selisih beda tinggi antara pengukuran pergi dan pulangnya

51 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


melampaui kesalahan yang diizinkan, maka pengukuran dianggap gagal atau
harus diukur kembali.

3.7.2 Pengukuran Poligon


Untuk mengetahui kedudukan suatu titik dan sudut arah dengan melakukan
pengukuran sudut dan jarak dilapangan. Pengukuran dilakukan dengan langkah-
langkah berikut:
1. Menyetel alat dengan 3 sekrup penyetel lalu aturlah nivo horizontal sehingga
sumbu 2 horizontal, maka garis vizir akan sejajar dengan sumbu 2.
2. Membuat sumbu 1 vertikal dengan meletakkan unting-unting tepat diatas
patok / paku yang telah diberi tanda atau dengan melihat dengan teropong
pembidik unting-unting.
3. Lalu satukan dua sumbu diatas dan bentuklah sumbu 2 tegak lurus dengan
sumbu 1 yang ditunjukkan dengan setimbangnya nivo horizontal pada pesawat
( nivo tabung ).
4. Apabila nivo horizontal tersebut belum setimbang maka kedua hal tersebut
dilangi sampai mendapatkan hasil yang diinginkan.
5. Lalu ada tahapan menentukan Azimuth awal dan sudut horizontal yang
diawali oleh pelepasan klem horizontal dan juga klem bawah
6. Buat pembacaan sudut horizontal dengan posisi 0 0’ 0” dengan cara memutar
piringan hitam atau lingkaran graduasi.
7. Kemudian kunci klem horizontal.
8. Dengan menggunakan sekrup penggerak sudut halus, buat posisi pembacaan
tepat 359 59’60” atau 0 0’0” dan arahkan ke utara dengan menggunakan
kompas.
9. Kunci klem bawah lalu lepas klem atas.
10. Putar pesawat searah jarum mengarah ke titik CP1 secara kasar dan letakkan
yaloon ( patok ) di titik CP1 tersebut. Lalu, keraskan klem atas.
11. Dengan sekrup penggerak horizontal halus, teropong akan bergerak mendekati
patok dan akhirnya berimpit dengan benang silang. Hal ini dapat terlihat pada
bidang diafragma.

52 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


12. Catat pembacaan sudutnya.
13. Untuk pembacaan sudut horizontal pesawat dengan posisi pembacaan 0 0’0”
diarahkan putar searah jarum jam lalu arahkan pada titik sesudahnya ( titik
sesudah tempat pesawat )
14. Terakhir, catat pembacaan sudut horizontal.

53 | Rifqy Akmal Fadhil. 20506040011106


BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Hasil Pengukuran
Tabel 4.1. Pembacaan Stand I
Pembacaan Bak Ukur (cm) Jarak Tinggi
Titik Metris Alat
Alat
yang Belakang Muka (m) (m)
di
diarah
ba bt bb ba bt bb
PEMBACAAN STAND
A1 197,000 191,750 186,700      
A2 218,800 213,750 208,700      
A3 180,950 174,000 169,100      
A4 157,500 152,500 147,500      
A5 153,000 147,700 142,250       10,000
A6 168,400 162,000 155,500      
A7 181,500 176,950 170,400      
A8 283,800 278,200 270,600      
A9 185,950 178,300 170,550      
P1 1,525
B1       176,300 171,200 166,100
B2       215,500 210,300 205,100
B3       177,100 171,900 166,600
B4       163,400 158,400 153,400
B5       156,600 151,100 145,600 10,000
B6       170,400 163,900 157,500
B7       181,800 175,100 168,400
B8       280,500 273,600 266,800
B9       181,300 174,100 167,000
B1 167,400 162,500 157,500      
B2 207,000 202,000 197,000      
B3 167,900 163,100 158,300      
B4 154,000 149,200 144,500      
B5 147,500 142,400 137,200       10,000
B6 161,300 155,000 148,700      
B7 172,700 166,300 160,000      
B8 271,700 265,000 258,400      
B9 173,000 166,200 159,400      
P2 1,440
C1       170,900 165,700 160,500
C2       209,300 204,000 198,700
C3       169,600 164,500 159,300
C4       150,000 144,800 139,750
C5       142,250 136,750 131,250 10,000
C6       160,500 153,375 146,250
C7       163,250 156,500 149,750
C8       264,100 257,150 250,150
1

C9       166,125 159,100 152,000

51 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


C1 172,600 167,700 162,700      
C2 210,500 205,500 200,500      
C3 171,600 166,600 161,600      
C4 151,750 146,750 141,750      
C5 143,750 138,500 133,250       10,000
C6 158,750 152,500 146,250      
C7 166,000 159,500 153,000      
C8 265,600 259,000 252,400      
C9 169,000 162,000 155,000      
P3 1,440
D1       175,850 170,800 165,750
D2       205,400 200,200 195,100
D3       166,050 161,150 156,250
D4       155,750 151,000 146,250
D5       147,000 141,700 136,250 10,000
D6       155,750 149,200 142,500
D7       164,500 157,750 151,000
D8       264,500 257,500 250,600
D9       168,600 161,500 154,400
D1 173,000 168,100 163,200      
D2 202,700 197,500 192,200      
D3 164,100 159,200 154,300      
D4 154,500 150,000 144,600      
D5 144,200 139,100 134,000       10,000
D6 154,800 148,100 141,500      
D7 162,000 155,500 149,100      
D8 261,600 254,800 248,100      
D9 165,600 158,300 151,000      
P4 1,440
E1       166,100 161,100 156,100
E2       201,000 196,000 191,000
E3       163,000 158,000 153,000
E4       152,300 147,200 142,200
E5       141,600 136,200 130,900 10,000
E6       155,000 148,100 141,300
E7       159,500 152,900 146,100
E8       264,600 257,700 250,800
E9       166,500 159,300 152,000

Soal dan tabulasi data:


Untuk perhitungan elevasi, diketahui elevasi di titik A adalah

52 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


+424,000
Untuk perhitungan dimensi saluran rencana diketahui :
Debit rencana ( Q ) = 0,75 m3/dt
 b/h =1m
 n = 0,018
 m = 0,333
 S = 0,0023

4.2 Perhitungan-Perhitungan Perhitungan Jarak


Pengukuran jarak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Pengukuran secara manual di lapangan (dengan rollmeter)
2. Pengukuran secara optis di lapangan (dengan pembacaan bak ukur)

4.2.1.1 Jarak Optis


Merupakan jarak pesawat ketitik pengukuran, Rumus yang
digunakan adalah “RUMUS REINCHEN BOCK”, yaitu :
D = (ba-bb) x 100

Dengan : D = jarak antara dua titik


ba = bacaan benang atas
bb = bacaan benang bawah
Contoh Perhitungan :
Data pergi diketahui bak A (belakang) : ba = 1,970 m
bt = 1,917 m
bb = 1,867 m
Jarak = (ba-bb) x 100
= (1,970 – 1,867)
= 0,103 x 100
= 10,3 m
Data pulang diketahui baak B (muka) : ba = 1,674 m
bt = 1,625m
bb = 1,575 m

53 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Jarak = (ba-bb)
= (1,674-1,575)
= 0,1 x 100
` = 10 m
→Sehingga jarak antara patok A dan patok B
= 10,3 + 10
= 20,3 meter

4.2.1.2 Jarak Rerata


Adalah jumlah antara Rollmeter, jarak optis pergi, jarak
optis pulang dibagi tiga.
Jarak Rerata = 1/3 (jarak rollmeter +jarak optis stand
I+jarak optis stand II).
Contoh Perhitungan :
 Diketahui :
Jarak Optis dari Slag A-B : pergi = 20 m
Jarak Rollmeter = 20,00 m
 Jarak Rerata =

Jarak OptisA −B+ Jarak MetrisA −B


2
20,3+20
=
2
= 20,15 m
 Jarak Komulatif = Penjumlahan komulatif antar Jarak
Rerata
Jarak Komulatif = Jarak Rerata A-B + Jarak Rerata B-C
= 20,15 + 20
= 40,15 m

Jarak (m)
Interval
Optis Metris
Titik Rerata Komulatif
STAND
A-B 20,00 20 20,00 20,00
B-C 19,75 20 19,875 39,88
C-D 19,50 20 19,75 59,625
D-E 20,00 20 54 | Rifqy Akmal
20,00 Fadhil. 205060400111062
79,63
         
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.2. Perhitungan Jarak Rerata Antar Patok (Titik Pengukuran )

4.2.2 Perhitungan Beda Tinggi ( belum ganti )


Perhitungan beda tinggi pada dua titik menggunakan
data benang tengah (belakang ) suatu titik dan benang
tengah (muka) titik yang lalu.
Contoh perhitungan :
Perhitungan beda tinggi titik A dan B pada pembacaan
pergi.
Diketahui bt A (belakang ) = 1,426 m
bt B (muka) = 1, 375 m
Maka beda tinggi A-B = bt A – bt B
= 1,426 – 1,375
= -0,044
Karena hasilnya negatif (-) maka diletakkan pada kolom
beda tinggi yang negatif dan jika hasilnya positif (+) maka
hasilnya diletakkan pada kolom positif

4.2.3 Perhitungan Elevasi


Perhitungan elevasi antara dua titik menggunakan data beda
tinggi antara titik –titik tersebut. Untuk beda tinggi dengan hasil :
( - ) maka elevasi titik sebelumnya dikurangi dengan beda tinggi
antara titik tersebut.
( + ) maka elevasi titik sebelumnya dijumlah dengan beda tinggi
antara dua titik tersebut.

Contoh perhitungan :
Pada perhitungan pergi
Diketahui elevasi titik A = +424,000
Elevasi titik B = Elevasi D + beda tinggi

55 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


= 424,000 + (-0,059)
= 423.941
Tabel 4.3. Tabel Beda Tinggi Titik Beda Tinggi dan Elevasi Titik
Pengukuran
Titik Pembacaan Bak Ukur (cm) Jarak Jarak Jarak
Ala yang Belakang Muka Optis Metri Rerata
t di diara
ba bt bb ba bt bb (m) s (m) (m)
h
PEMBACAAN STAND
A4 157,5 152,5 147,5       10 10 10
P1
B4       163,4 158,4 153,4 10 10 10
B4 154 149,2 144,5       9,5 10 9,75
P2 139,7 10,2 10,12
C4       10
150 144,8 5 5 5
146,7
C4       10 10 10
151,75 5 141,75
P3
146,2
D4       9,5 10 9,75
155,75 151 5
D4 154,5 150 144,6       9,9 10 9,95
P4
E4       152,3 147,2 142,2 10,1 10 10,05

Sumber : Data Perhitungan 2020

4.2.3.1 Elevasi titik detail


Perhitungan elevasi pada titik –titik detail menggunakan Tinggi
Garis Bidik (TGB). TGB diperoleh dari penjumlahan elevasi
akhir / elevasi rata – rata dengan benang tengah pada titik –titik
utama.

TGB = Elx + hx h = benang tengah

Contoh perhitungan :
TGB pada titik B pada pembacaan stand I:
Diketahui : Elevasi pada titik A4 = +424,000
Benang tengah A4 = 1,525 m
Maka TGB di B = 424,000 + 1,525
= 425,525 m
Cara di atas berlaku juga untuk mencari TGB di titik – titik yang
lain. Jika TGB telah diketahui maka kita dapat mencari elevasi

56 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


titik – titik detail dengan :

h = benang tengah
E
Contoh perhitungan :
Mencari titk detail di B1 - B9
Diketahui TGB di B = + 425,525
h.B1 = 1,712 m h.B6 = 1,639 m
h.B2 = 2,103 m h.B7 = 1,751 m
h.B3 = 1,719 m h.B8 = 2,736 m
h.B4 = 1,584 m h.B9 = 1,741 m
h.B5 = 1,511 m
Maka elevasi di :
B1 = TGB – h.B1
= 425,525– 1,712
= + 423,813
B2 = TGB – h.B2
= 425,525– 2,103
= + 423,422
B3 = TGB – h.B3
= 425,525– 1,719
= + 423,806
B4 = TGB – h.B4
= 425,525– 1,584
= + 423,941
B5 = TGB – h.B5
= 425,525– 1,511
= + 423,014
B6 = TGB – h.B6
= 425,525– 1,639
= + 423,886
B7 = TGB – h.B7
= 425,525– 1,751

57 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


= + 423,774
B8 = TGB – h.B8
= 425,525– 2,736
= + 422,789
B9 = TGB – h.B9
= 425,525– 1,741
= + 423,784

58 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Tabel 4.4. Perhitungan Elevasi Titik Detail

Titik Benang
Alat di yang Tengah TGB Elevasi Sketsa Saluran
diarah (bt)(m)
A1 1,918 423,703
A2 2,138 423,483
A3 1,740 423,880
A4 1,525 424,000
425,62
A A5 1,477 424,143
0
A6 1,620 424,000
A7 1,770 423,851
A8 2,782 422,838  
A9 1,783 423,837
B1 1,712 423,813
B2 2,103 423,422
B3 1,719 423,806
B4 1,584 423,941
425,52
B B5 1,511 424,014
5
B6 1,639 423,886
B7 1,751 423,774
B8 2,736 422,789  
B9 1,741 423,784
C1 1,657 423,776
C2 2,040 423,393
C3 1,645 423,788
C4 1,448 423,985
425,43
C C5 1,368 424,066
3
C6 1,534 423,899
C7 1,565 423,868
C8 2,572 422,862
 
C9 1,591 423,842
D1 1,708 423,745
D2 2,002 423,451
D3 1,612 423,842
425,45
D D4 1,510 423,943
3
D5 1,417 424,036
D6 1,492 423,961
 
D7 1,578 423,876
9 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062
D8 2,575 422,878
D9 1,615 423,838
E1 1,611 423,832
E2 1,960 423,483
E3 1,580 423,863
E4 1,472 423,971
425,44
E E5 1,362 424,081
3
E6 1,481 423,962
E7 1,529 423,914
E8 2,577 422,866
 
E9 1,593 423,850

4.2.3 Pehitungan Slope Dasar Saluran Lama


Δh
S = ΔL
0,03
=
20,10
= 0,0082
Tabel 5.5. Perhitungan Slope Saluran Lama
Elevasi Beda Jarak
Dasar Tinggi Rerata Slope
Saluran (m) (m)
A2 423,483
0,06 20,000 0,0030
B2 423,422
0,03 19,875 0,0015

C2 423,393
0,06 19,750 0,0029

D2 423,451
0,03 20,000 0,0016
E2 423,483
Rata-
Sumber : Hasil Perhitungan 0,0023
Rata

10 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


4.3 Penggambaran
4.3.1 Penggambaran Potongan Memanjang Saluran.
(lihat pada lampiran)

4.3.2 Penggambaran Potongan Melintang Saluran.


(lihat pada lampiran)

4.4 Perhitungan Dimensi Saluran Rencana.


Diketahui : Q = 0,75 m3/dt
b/h =1
n = 0,018
m = 0,333
S = 0,0023
Tanggul rencana = 1 h

1. Luas Basah Saluran


A = (b + mh)h
= (1h + 0,33.h)h
= 1,33h2
2. Keliling Basah Saluran

P = b+ 2h √1+m2

= 1h + 2h √ 1+0,1089
= 1h + 2h √ 1,1089
= 3,108 h
3. Jari – jari Hidrolis Saluran
A
R = P

11 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


1,33 h ²
=
3,108 h
= 0,429 h
4. Kecepatan Aliran dalam Saluran
2 1
1 3
R x S2
V = n
1
= x (0,429h) 2/3 x (0.002)1/2
0,018
= 1,501 h2/3
5. Tinggi Muka Air
Q = VxA
0,75 = 2 h2/3 x 1,33h2
h8/3 = 0,37
h = 0,692 m
6. Lebar Dasar Saluran
b = 1h
= 1 x 0,553
= 0,553 m
7. Tinggi Jagaan
1
h
W = 3
1
= 3 x 0,692 = 0,231 m
8. Tinggi Total Rencana Saluran
F = h+W
= 0,692 + 0,231
= 0,923 m
9. Luas Penampang Basah
2
A = 1,33h
2
= 1,33.(0,692)

12 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


= 0,636 m
10. Keliling Basah Saluran
P = 3,108h
= 3,108 (0,692) = 2,150 m
11. Kecepatan Aliran dalam Saluran
2/3
V = 2,633 h
2/3
= 2,633 .(0,692) = 1,174 m
12. R = 0,429 h
= 0,429 . 0,692 = 0,297 m
13. Kontrol
R = A/P
0,408
= = 0,189 m
2,150

5.5 Perhitungan volume tanah

Luas Penampang A

Perhitungan Luas Galian dan Timbunan Penampang A


Total galian = 0,776 m2

13 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Total timbunan = 0,0303 m²

Luas Penampang B

Perhitungan Luas Galian dan Timbunan Penampang B


Total galian = 0,6745 m2
Total timbunan = 0,0 m2

Luas Penampang C

Perhitungan Luas Galian dan Timbunan Penampang C


Total galian = 0,660 m2

14 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Total timbunan = 0,0 m2

Luas Penampang D

Perhitungan Luas Galian dan Timbunan Penampang D


Total galian = 1.197 m2
Total timbunan = 0.0465 m2

Luas Penampang E

15 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Perhitungan Luas Galian dan Timbunan Penampang E
Total galian = 0,8215 m2
Total timbunan = 0,00 m2

Perhitungan Volume Tanah


1. Slag A – B
Diketahui jarak A – B = 20,00 m
Volume rerata galian penampang A – B
 V = ( luas galian A + luas galian B) x jarak A – B
2
0,776+0,6745
=( ) x 20
2
= 14,505 m3
Volume rerata timbunan penampang A – B
 V = ( luas timbunan A + luas timbunan B) x jarak A – B
2

= ( 0,0303+0
2 ) x 20
= 0,303 m3
Volume rerata timbunan penampang A – B
2. Slag B – C
Diketahui jarak B – C =19,875 m
16 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062
Volume rerata galian penampang B – C
 V = ( luas galian B + luas galian C) x jarak B – C
2

= ( 0,6745+0,666
2 ) x 19,875
= 13,321 m3
Volume rerata timbunan penampang B - C
 V = ( luas timbunan B + luas timbunan C) x jarak B – C
2

= ( 0+02 ) x 19,875
= 0 m3
3. Slag C - D
Diketahui jarak C - D = 19,750 m
Volume rerata galian penampang C - D
 V = ( luas galian C + luas galian D) x jarak C - D
2

= ( 0,666+1,1970
2 ) x 19,750
= 18,397 m3
Volume rerata timbunan penampang C - D
 V = ( luas timbunan C + luas timbunan D) x jarak C - D
2
= (0 + 0,465) x 19,750
2
= 0,4592 m3
4. Slag D - E
Diketahui jarak D – E = 20 m
Volume rerata galian penampang D - E
 V = ( luas galian D + luas galian E) x jarak D - E

17 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


2

( 1,1970+0,8215
2 ) x 20
= 20,185 m3
Volume rerata timbunan penampang D – E
 V = ( luas timbunan D + luas timbunan E) x jarak D - E
2
= ( 0,0465 + 0,0) x 20
2
= 0,4650 m3

Tabel 4.6. Perhitungan Volume Galian dan Timbunan

Luas Penampang
Jarak Volume (m3)
Interva (m2)
Titik Rerata
l Timbuna Timbuna
Galian (m) Galian
n n
A 0,7760 0,0303 14,50
A-B 20,00 0,3030
B 0,6745 0 5
B 0,6745 0 13,32
B-C 19,875 0,0000
C 0,6660 0,0000 1
C 0,6660 0,0000 18,39
C-D 19,750 0,4592
D 1,1970 0,0465 7
D 1,1970 0,0465 20,18
D-E 20,000 0,4650
E 0,8215 0,0000 5
Sumber : Hasil
Perhitungan Jumlah 66,4083 1,2272

Kesimpulan
:
Jumlah total volume galian saluran rencana =
66, 4083 m3
Jumlah total volume timbunan saluran rencana =
1,2272 m3

18 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


19 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062
4.6. Perhitungan Data Hasil Praktikum Situasi
Praktikum (Pengambilan Data) Pemetaan kelompok ini Kelompok 9 dilakukan pada lokasi
gedung Kampus 2 Universitas Brawijaya menggunakan Theodolit jenis TOPCON DT – 209 L.

Setiap penembakan awal dari tiap titik (A, B, C, D, E) sudut horisontal diset 00°00'00" dan sudut
vertikal 90°00'00". Sebagai acuan awal pengukuran adalah arah utara (U) azimut bumi. Arah pengukuran
adalah searah jarum jam.

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan seperti yang ditabelkan pada Tabel.
4.6.1. Perhitungan Jarak Titik

Contoh perhitungan :
Alat di titik A ( titik bidik di B )
Diketahui :
 ba = 0,794 m
 bt = 0,729 m
 bb = 0,665 m

( ba+bb )

 Benang tengah rerata (Btr) di B =


{ 2
2
+bt
}
( 0,794+0 , 665 )

=
{ 2
2
+0 , 729
}
= 0,729 m
Alat di titik B,( titik bidik di A )
Diketahui :
 ba = 2,218 m
 bt = 2,154 m
 bb = 2,089 m

20 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


( ba+bb )

 Benang tengah rerata (Btr) di A =


{ 2
2
+bt
}
( 2,218+2,089 )

=
{ 2
2
+2, 154
}
= 2,154 m
Perhitungan selanjutnya akan ditabelkan

Tabel 4.7. Tablel Hasil Pengukuran Poligon

Pembacaan Sudut Pembacaan Bak (cm) Jarak


Horizont Vertika
Letak Alat Metri BTr
Titik al l
& Tinggi Horizontal Vertikal s
Bidik o o BA BB BT
Alat (m) '
' '' ' '
A Utara 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,000 0
4 5 9 168,5 163,1 165,8
1,555 P 71 0 0 5,60 1,66 2
7 5 0 0 0 0 71,871
4 4 9 160,7 152,4 156,6
Q 195 0 0 8,45 1,57 2
9 5 0 0 0 0 196,106
3 5 9 125,0 112,0 118,5
E 237 0 0 13,20 1,19 2
8 5 0 0 0 0 237,708
5 9 113,4 106,5
A1 258 8 0 0 99,60 13,68 1,07 2
5 0 0 0 258,162
1 3 9
I 269 0 0 90,20 76,50 83,40 13,80 0,83 2
7 5 0 269,502
 
3 9 128,2 122,8 125,5
A2 289 0 0 0 5,40 1,26 2
0 0 0 0 0 289,017
4 1 9
II 316 0 0 89,20 75,80 82,50 13,70 0,83 2
7 5 0 319,150
3 1 9 114,8 104,8 109,8
A3 327 0 0 10,50 1,10 2
3 5 0 0 0 0 329,217
1 1 9
B 344 0 0 90,30 75,80 85,80 14,55 0,84 2
6 5 0 345,083
 
9 226,4 212,1 219,2
B A 0 0 0 0 0 14,55 2,19 2
0 0 0 5 0,000
1 9 221,0 206,7 213,8
1,50 B1 11 5 0 0 14,40 2,14 2
8 0 0 0 5 11,301
I 50 2 2 9 0 0 157,4 140,4 148,9 17,20 1,49 50,489 2
 
9 0 0 0 0 0

21 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


3 9 181,7 174,4 178,0
B2 51 2 0 0 7,50 1,78 2
5 0 0 0 5 51,043
2 1 9 150,4 143,8 147,1
II 69 0 0 6,80 1,47 2
1 0 0 0 0 0 69,353
3 2 9 157,5 147,7 152,6
B3 113 0 0 9,90 1,53 2
6 5 0 0 0 0 113,607
5 5 9 157,5 134,9 146,0
III 113 0 0 22,50 1,46 2
3 0 0 0 0 5 113,897
3 5 9 166,2 142,8 154,5
C 129 0 0 23,70 1,55 2
2 0 0 0 0 5 129,547

 
9 157,1 134,1 145,8
C B 0 0 0 0 0 23,70 1,46 2
0 0 0 5 0,000
1 5 9 158,8 139,0 148,9
1,49 C1 7 0 0 19,60 1,49 2
9 0 0 0 0 0 7,331
5 9 153,5 132,5 143,0
II 16 7 0 0 21,05 1,43 2
0 0 0 0 0 16,131
3 5 9 149,5 137,0 143,2
C2 17 0 0 12,40 1,43 2
4 5 0 0 0 5 17,582
1 4 9 143,0 136,6 139,8
III 71 0 0 6,40 1,40 2
6 5 0 0 0 0 71,279
 
1 5 9 152,0 134,0 143,4
IV 82 0 0 17,20 1,43 2
6 5 0 0 0 0 82,282
4 9 121,7 101,9 111,8
C3 89 0 0 0 19,80 1,12 2
8 0 0 0 0 89,800
5 9 125,7 104,4 115,0
D 93 5 0 0 21,40 1,15 2
0 0 0 0 5 93,097
 
9 201,0 179,9 190,3
D C 0 0 0 0 0 21,40 1,90 2
0 0 0 5 0,000
4 9 210,1 193,8 185,5
1,57 D1 4 5 0 0 16,70 1,94 2
7 0 5 5 0 4,785
3 4 9 196,6 181,1 173,4
III 8 0 0 15,65 1,81 2
6 5 0 0 0 0 8,613
5 4 9 188,1 182,7 180,0
IV 35 0 0 5,55 1,83 2
8 0 0 0 0 0 35,978
3 5 9 194,8 185,6 181,0
D2 71 0 0 9,30 1,86 2
2 0 0 0 0 0 71,547
 
5 2 9 205,6 183,5 172,5
I 74 0 0 22,00 1,84 2
1 0 0 0 0 0 74,856
2 3 9 231,3 210,0 199,2
D3 84 0 0 21,20 2,10 2
5 5 0 5 5 0 84,426
3 9 232,5 205,5 219,0
E 88 5 0 0 26,90 2,19 2
9 0 0 0 0 88,651
 
9 101,0
E D 0 0 0 0 0 74,20 87,60 26,9 0,88 2
0 0 0,000
4 5 9 142,6 118,9 106,9
1,555 IV 10 0 0 23,8 1,19 2
1 0 0 0 0 0 10,697
  4 2 9 128,5 104,8
E1 4 0 0 92,90 23,8 1,05 2
5 5 0 0 0 4,757
I 43 3 3 9 0 0 127,4 119,7 116,0 7,4 1,20 43,542 2
2 0 0 0 0 0

22 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


5 9 132,9 118,6 111,3
E2 8 5 0 0 14,5 1,19 2
6 0 0 0 0 8,935
2 1 9 137,3 119,9 111,3
II 70 0 0 17,1 1,20 2
0 5 0 0 0 0 70,338
5 3 9 177,9 167,4 161,9
E3 98 0 0 10,3 1,67 2
4 5 0 0 0 0 98,910
3 2 9 197,9 184,8 191,4
A 121 0 0 13,2 1,91 2
4 5 0 0 0 0 121,574
 

Sumber: Data Pengukuran 2021

4.6.2 Perhitungan Jarak Titik


Dalam praktikum pemetaan ini, jarak ditinjau secara optis dan melalui pengukuran. Baik titik utama
maupun titk bantu, pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan Theodolit. Jarak yang digunakan
dalam perhitungan adalah jarak rata-rata.

Rumus perhitungan jarak secara optis yaitu :


jarak metris + jarak optis
Jarak rata−rata=
2
dimana:

Jarak Metris = jarak pada pembacaan rollmeter


Jarak Optis = jarak bidikan theodolit
= (benang atas - benang bawah)

4.6.2.1 Perhitungan Jarak Titik Utama


Contoh perhitungan :
Diketahui :
Alat di titik A ( Titik bidik di B )
ba = 90,300
bt = 75,800
bb = 85,800
dukur (Jarak metris ) = 14,55 m

23 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


 doptis (Jarak optik) = (ba - bb)
= (90,300 – 85,800)
= 4.5 m
Diketahui :
Alat di titik B ( Titik bidik di A )
ba = 226,40
bt = 212,10
bb = 219,25
dukur ( Jarak metris ) = 14,55 m
 doptis (Jarak optik ) = (ba - bb)
= (226,40 – 212,10)
= 14,30 m
doptisB− A+ dukurB−A +doptisA−B+dukurA −B
 Drata-rata = 4
= (14,30 + 14,55 + 14,30 + 14,55) : 4
= 14,475 m
Perhitungan selanjutnya akan ditabelkan

Tabel 4.8. Tabel Perhitungan Jarak Titik Utama

24 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Letak Pembacaan Baak Jarak Vertikal Jarak
Titik Bidik Jarak Rerata
Alat BA BB BT Optis Ukur Rata-rata o
' '' Horizontal

A B 90,300 75,800 85,800 14,500 14,550 14,525 90,000 0,000 0,000 14,525
14,475
B A 226,400 212,100 219,250 14,300 14,550 14,425 90,000 0,000 0,000 14,425

B C 166,200 142,800 154,550 23,400 23,700 23,550 90,000 0,000 0,000 23,550
23,450
C B 157,100 134,100 145,850 23,000 23,700 23,350 90,000 0,000 0,000 23,350

C D 125,700 104,400 115,050 21,300 21,400 21,350 90,000 0,000 0,000 21,350
21,300
D C 201,000 179,900 190,350 21,100 21,400 21,250 90,000 0,000 0,000 21,250

D E 232,500 205,500 219,000 27,000 26,900 26,950 90 0 0 26,950


26,900
E D 101,000 74,200 87,600 26,800 26,900 26,850 90 0 0 26,850

E A 197,900 184,800 191,400 13,100 13,200 13,150 90 0 0 13,150


13,125
A E 125,000 112,000 118,500 13,000 13,200 13,100 90 0 0 13,100

A P 168,500 163,100 165,800 5,400 5,600 5,500 90 0 0 5,500


6,938
A Q 160,700 152,400 156,600 8,300 8,450 8,375 90 0 0 8,375

Sumber
: Hasil Perhitungan 2021

4.6.2.2 Perhitungan Jarak Titik Detail


Contoh perhitungan :
Alat di titik A( Titik bidik di I )
ba = 113,40
bb = 99,60
bt = 106,50
dukur = 13,68
♥ d0ptis = (ba - bb) x 100
= (113,40-99,60 )
= 13,80 m

doptis+dukur
♥ Drata-rata = 2
= (13,68 + 13,80) : 2

25 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


= 13,74
Perhitungan selanjutnya akan ditabel

Tabel 4.9. Perhitungan Jarak Titik Detail

26 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Pembacaan Bak Jarak Vertikal Jarak Jarak
Letak Alat Titik Bidik o
BA BB BT Optis Ukur Rata-rata ' '' Horizontal Rerata
A P 168,50 163,10 165,80 5,40 5,60 5,50 90 0 0 5,50 5,50
Q 160,70 152,40 156,60 8,30 8,45 8,37 90 0 0 8,37 8,37
A1 125,00 112,00 118,50 13,00 13,20 13,10 90 0 0 13,10 13,10
I 113,40 99,60 106,50 13,80 13,68 13,74 90 0 0 13,74 13,74
A2 90,20 76,50 83,40 13,70 13,80 13,75 90 0 0 13,75 13,75
II 128,20 122,80 125,50 5,40 5,40 5,40 90 0 0 5,40 5,40
A3 89,20 75,80 82,50 13,40 13,70 13,55 90 0 0 13,55 13,55

B B1 221,000 206,700 213,850 14,30 14,400 14,35 90 0 0 14,35 14,35


I 157,400 140,400 148,900 17,00 17,200 17,10 90 0 0 17,10 17,10
B2 181,700 174,400 178,050 7,30 7,500 7,40 90 0 0 7,40 7,40
II 150,400 143,800 147,100 6,60 6,800 6,70 90 0 0 6,70 6,70
B3 157,500 147,700 152,600 9,80 9,900 9,85 90 0 0 9,85 9,85
III 157,500 134,900 146,050 22,60 22,500 22,55 90 0 0 22,55 22,55

C C1 158,800 139,000 148,900 19,80 23,700 21,75 90 0 0 21,75 21,75


II 153,500 132,500 143,000 21,00 19,600 20,30 90 0 0 20,30 20,30
C2 149,500 137,000 143,250 12,50 21,050 16,78 90 0 0 16,78 16,78
III 143,000 136,600 139,800 6,40 12,400 9,40 90 0 0 9,40 9,40
IV 152,000 134,000 143,400 18,00 6,400 12,20 90 0 0 12,20 12,20
C3 121,700 101,900 111,800 19,80 17,200 18,50 90 0 0 18,50 18,50

D D1 210,150 193,850 185,500 16,30 16,700 16,50 90 0 0 16,50 16,50


III 196,600 181,100 173,400 15,50 15,650 15,58 90 0 0 15,58 15,58
IV 188,100 182,700 180,000 5,40 5,550 5,48 90 0 0 5,48 5,48
D2 194,800 185,600 181,000 9,20 9,300 9,25 90 0 0 9,25 9,25
I 205,600 183,500 172,500 22,10 22,000 22,05 90 0 0 22,05 22,05
D3 231,350 210,050 199,200 21,30 21,200 21,25 90 0 0 21,25 21,25

E IV 142,600 118,900 106,900 23,70 23,800 23,75 90 0 0 23,75 23,75


E1 128,500 104,800 92,900 23,70 23,800 23,75 90 0 0 23,75 23,75
I 127,400 119,700 116,000 7,70 7,400 7,55 90 0 0 7,55 7,55
E2 132,900 118,600 111,300 14,30 14,500 14,40 90 0 0 14,40 14,40
II 137,300 119,900 111,300 17,40 17,100 17,25 90 0 0 17,25 17,25
E3 177,900 167,400 161,900 10,50 10,300 10,40 90 0 0 10,40 10,40

Sumber : Hasil Perhitungan 2021

27 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


4.6.3 Perhitungan Beda Tinggi Titik Utama
Data yang diperlukan untuk menentukan beda tinggi antara titik adalah sebagai berikut :
- Tinggi alat
- Benang tengah rata-rata = Btr
Contoh perhitungan :
Mencari beda tinggi dari A ke B
*Tinggi alat di A = 1,56 m
Benang tengah rata-rata (btr) dititik B = 0,844
*Tinggi alat di B = 1,50 m
Benang tengah rata – rata (btr) ditik A = 2,193
Beda tinggi A – B = Tinggi alat di A – Btr di B
= 1,56 – 0,844
= 0,7108 m
Beda tinggi B – A = Tinggi alat di B – Btr di B
= 1,50 – 2,193
= -0,6925 m
( Beda Tinggi A−B ) + ( Beda Tinggi B− A )
=
Beda tinggi rata-rata 2
= ( 0,7108 + (-0,6925)) : 2
= -0,0091
Beda tinggi = beda tinggi rata-rata + koreksi
= (-0,0091) + (-0,0135)
= -0,0226 m

Tabel 4.10. Perhitungan Beda Tinggi Titik Utama


28 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062
Vertikal Beda Tinggi
Alat di Titik Bidik Tinggi Alat BTr Jarak Rerata (m) dm Cos a Beda Tinggi
o ' '' Rerata Terkoreksi
A B 1,56 0,844 14,53 90 0 0 0,0000 0,7108
0,0091 -0,0135
-0,0226
B A 1,50 2,193 14,43 90 0 0 0,0000 -0,6925
B C 1,50 1,545 23,55 90 0 0 0,0000 -0,0452
-0,3689 -0,3756
-0,0067
C B 1,49 1,457 23,35 90 0 0 0,0000 0,0318
C D 1,49 1,151 21,35 90 0 0 0,0000 0,3385
0,0125 0,1976
0,1851
D C 1,57 1,904 21,25 90 0 0 0,0000 -0,3390
D E 1,57 2,190 26,95 90 0 0 0,0000 -0,6250
-0,0769 -0,5589
-0,4820
E D 1,555 0,876 26,85 90 0 0 0,0000 0,6790
E A 1,555 1,914 13,15 90 0 0 0,0000 -0,3587
0,0985 0,2586
0,1601
A E 1,56 1,185 13,10 90 0 0 0,0000 0,3700
Jumlah 0,2651 -0,4918

Sumber: Data Pengukuran 2021

4.6.4 Perhitungan Elevasi Titik Utama


Data yang digunakan adalah perhitungan beda tinggi titik utama.
Contoh perhitungan :
Diketahui :
Elevasi di D = +460,000
Beda tinggi D-E= 0,0201
Maka :
Elevasi di E= +460,000+0,0201
= 460,020

Tabel 4.11. Perhitungan Elevasi Titik Utama

29 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Titik Beda Tinggi Elevasi

A 460,019
0,0022
B 460,021
-0,0137
C 460,007
-0,0072
D 460,000
0,0201
E 460,020
-0,0013
A 460,019
Sumber: Data Pengukuran 2021

4.6.5 Perhitungan Koordinat Titik


4.6.5.1 Perhitungan Koordinat Titik Utama
Dari data dihitung So, S1, S2, S3, S4, S5
Dari data dihitung S0, S1, S2, S3, S4, S5
 Titik A
0o S0 = 87o 31’ 40”
P
270o 90o
B
180o

 Titik B
0o S1 = 230o 27’ 10”
A
o
270 90o

180o C

 Titik C

30 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


B 0o S2 = 271o 20’ 55”
D
270o 90o

180o
 Titik D
E 0o S3 = 238o 25’ 35”

270o 90o
C
180o

 Titik E
0o S4 = 238o 25’ 35”
A
270o 90o
D
o
180

 Titik A
0o Q S5 = 41o 49’ 10”

270o 90o
E
180o

 BAE= 106o37 '20"

 Menghitung α akhir :
 akhir =  awal + S0 + BAE + S5

31 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


= 40o 30' 20"+ 87o 31 '40" + 106o 37' 20"+ 41 o 49’ 10"
= 276 28' 30"
α awal = 40o 30' 20"
α akhir = 276 28' 30"
 Faktor Koreksi = ( akhir -  awal) + (n x 180) -
= (276 28' 30"- 40o 30' 20") + (5 x 180) – 2340 00' 00"
= 1204 2' 10"
 Menentukan sudut arah ( α )
 A =  awal + (S0 + f α )
= 40o 30' 20" + ((87o 31’ 40”)+(540 0' 0"))

= 667 61' 60"


 Menentukan koreksi jarak
Dalam perhitungan didapat :
∑d Sin α = 0,181
∑d Cos α = 0,286
 Pembagian faktor koreksi jarak:
d i . Σ fx
fx i=
Σd
d i . Σ fy
fy i=
Σd

 Perhitungan koordinat
Jika diketahui koordinat titik D (Xc , Yc) = (108 ; 60 )
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel

Tabel 4.12. Perhitungan Koordinat Titik Utama


32 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062
Sudut Terukur Sudut Arah Koordinat
Titik o o Jarak d sin a d cos a
' '' ' '' X Y

P a awal 40 30 20 5,50 3,572 4,182 120,999 98,335

A 87 31 40 128 8 6 14,475 11,385 -8,939 117,426 94,154


0 6 6 -0,036 -0,057
B 230 27 10 178 41 22 23,450 0,536 -23,444 128,776 85,158
0 6 6 -0,036 -0,057
C 266 54 10 265 41 38 21,300 -21,240 -1,599 129,276 61,657
0 6 6 -0,036 -0,057
D 271 20 55 357 8 39 26,900 -1,340 26,867 108,000 60,000
0 6 6 -0,036 -0,057
E 238 25 35 415 40 20 13,125 10,839 7,402 106,624 86,809
0 6 6 -0,036 -0,057
A 41 49 10 637 35 36 6,938 -6,877 0,917 117,426 94,154
0 6 6

Q a akhir 276 28 30 8,37 -8,322 0,944 109,105 95,098

SS 1800,000 0 0 360,000 0 0 0,181 0,286


∑ 2340,000 0 0 1260,000 0 0 99,25 0,000 0,000
fa 540,000 0 0 900,000 0 0 -0,181 -0,286
Sumber: Data Pengukuran 2021

33 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Tabel 4.13. Perhitungan Koordinat Titik Detail

Sudut Terukur Sudut Arah Koordinat


Titik Jarak d sin a d cos a
o ' '' o ' '' x y

A a AB 128 8 6 117,426 94,154


A1 86 7 20 214 15 26 13,68 -7,701 -11,307 109,726 82,847
I 74 58 40 203 6 46 13,80 -5,417 -12,692 112,009 81,461
A2 55 15 45 183 23 51 5,40 -0,320 -5,391 117,106 88,763
II 27 28 60 155 37 6 13,70 5,656 -12,478 123,082 81,675
A3 16 42 60 144 51 6 10,50 6,045 -8,585 123,471 85,568
-1,737
B a BC 178 41 22 128,776 85,158
B1 118 14 45 296 56 7 14,40 -12,838 6,523 115,938 91,681
I 79 3 30 257 44 52 17,20 -16,808 -3,650 111,968 81,508
B2 78 30 15 257 11 37 7,50 -7,313 -1,662 121,462 83,495
II 60 11 40 238 53 2 6,80 -5,822 -3,514 122,954 81,644
B3 15 56 25 194 37 47 9,90 -2,500 -9,579 126,275 75,579
III 15 38 60 194 20 22 22,50 -5,572 -21,799 123,203 63,359
-50,854
C a CD 265,000 41 38 129,276 61,657
C1 85 45 60 171 27 38 19,60 2,910 -19,383 126,366 81,039
II 76 57 60 162 39 38 21,05 6,274 -20,093 123,002 81,750
C2 75 30 55 161 12 33 12,40 3,994 -11,739 125,282 73,396
III 21 49 5 107 30 43 6,40 6,103 -1,926 123,173 63,582
IV 10 48 55 96 30 33 17,20 17,089 -1,950 112,187 63,606
C3 3 17 50 88 59 28 19,80 19,797 0,349 109,479 61,308
56,168
D a DE 357 8 39 108,000 60,000
D1 83 51 60 261 0 39 16,70 -16,495 -2,609 124,495 62,609
III 80 2 20 257 10 59 15,65 -15,260 -3,472 123,260 63,472
IV 52 40 25 229 49 4 5,55 -4,240 -3,581 112,240 63,581
D2 17 6 15 194 14 54 9,30 -2,289 -9,014 110,289 69,014
I 13 47 45 190 56 24 22,00 -4,175 -21,600 112,175 81,600
D3 4 13 30 181 22 9 21,20 -0,507 -21,194 108,507 81,194
-43,383
E a EA 415 40 20 106,624 86,809
E1 116 48 60 352 29 20 23,80 -3,111 23,596 109,735 63,214
E2 112 38 20 348 18 40 14,50 -2,938 14,199 109,561 72,610
IV 110 52 35 346 32 55 23,80 -5,536 23,147 112,160 63,662
I 78 1 55 313 42 15 7,40 -5,350 5,113 111,973 81,696
II 51 14 10 286 54 30 17,10 -16,361 4,973 122,984 81,836
E3 22 39 50 258 20 10 10,30 -10,087 -2,082 116,711 88,892

Sumber: Data Perhitungan, 2021

34 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


4.6.6 Perhitungan Jarak Kontur
Adapun rumus yang digunakan adalah :
(Jarak A−B) x(beda tinggi kontur dengan titik awal )
Jarak kontur = (beda tinggi A−B )
Contoh perhitungan :
Diketahui : Elevasi di A = +460,019
Elevasi di B = +460,021
Jarak A – B = 14,525 m
Beda tinggi A – B = 460,019– 460,021
= -0,002
Karena dengan interval 0,5 m maka sebagai contoh diambil 1 elevasi kontur yaitu : 460,050
Mencari jarak kontur = 0,6 m
Perhitungan selanjutnya akan ditabelkan
Tabel 4.14. Perhitungan Jarak Kontur

35 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Beda Elevasi Titik Jarak
Titik Seksi Elevasi I Elevasi II Jarak
Tinggi Kontur Awal Kontur
 
A-P 460,019 459,916 0,103 5,500 460,000 A 1,0
          459,950   3,7
A-Q 460,019 460,008 0,011 8,375 460,008 A 8,4
A-E 460,019 460,389 0,370 13,125 460,050 A 1,1
          460,100   2,9
          460,150   4,7
          460,200   6,4
          460,250   8,2
          460,300   10,0
          460,350   11,8
A-A1 460,019 460,509 0,490 13,740 460,050 A 0,9
          460,100   2,3
          460,150   3,7
          460,200   5,1
          460,250   6,5
          460,300   7,9
          460,350   9,3
          460,400   10,7
A           460,450   12,1
          460,500   13,5
A-I 460,019 460,740 0,721 13,750 460,050 A 0,6
          460,100   1,5
          460,150   2,5
          460,200   3,5
          460,250   4,4
          460,300   5,4
          460,350   6,3
          460,400   7,3
          460,450   8,2
          460,500   9,2
          460,550   10,1
          460,600   11,1
          460,650   12,0
          460,700   13,0
A-A2 460,019 460,319 0,300 5,400 460,050 A 0,6
          460,100   1,5
          460,150   2,4

36 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


          460,200   3,3
          460,250   4,2
          460,300   5,1
460,7487
A-II 460,019 0,73 13,550 460,050 A 0,6
3
          460,100   1,5
          460,150   2,4
          460,200   3,4
          460,250   4,3
          460,300   5,2
          460,350   6,1
          460,400   7,1
          460,450   8,0
          460,500   8,9
          460,550   9,9
          460,600   10,8
          460,650   11,7
          460,700   12,6
A-A3 460,019 460,476 0,457 10,250 460,050 A 0,7
          460,100   1,8
          460,150   2,9
          460,200   4,1
          460,250   5,2
          460,300   6,3
          460,350   7,4
          460,400   8,6
          460,450   9,7
A-B 460,019 460,729 0,711 14,475 460,050 A 0,6
            460,100   1,7
          460,150   2,7
          460,200   3,7
          460,250   4,7
          460,300   5,7
          460,350   6,7
          460,400   7,8
          460,450   8,8
          460,500   9,8
          460,550   10,8
          460,600   11,8
          460,650   12,9
          460,700   13,9
                 

37 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


B-A 460,021 459,328 0,692 14,475 460,000 B 0,4
          459,950   1,5
          459,900   2,5
          459,850   3,6
          459,800   4,6
          459,750   5,7
          459,700   6,7
          459,650   7,8
          459,600   8,8
          459,550   9,8
          459,500   10,9
          459,450   11,9
          459,400   13,0
          459,350   14,0
B-B1 460,021 459,382 0,639 14,350 460,000 B 0,5
          459,950   1,6
          459,900   2,7
          459,850   3,8
          459,800   5,0
B
          459,750   6,1
          459,700   7,2
          459,650   8,3
          459,600   9,5
          459,550   10,6
          459,500   11,7
          459,450   12,8
          459,400   14,0
B-I 460,021 460,032 0,011 17,100 460,021 B 0,2
B-B2 460,021 459,740 0,281 7,400 460,000 B 0,6
          459,950   1,9
          459,900   3,2
          459,850   4,5
          459,800   5,8
          459,750   7,1
B-II 460,021 460,050 0,029 6,700 460,021 B 0,0
B-B3 460,021 459,995 0,026 9,850 460,000 B 7,9
B-III 460,021 460,060 0,039 22,550 460,050 B 16,9
B-C 460,021 459,976 0,045 23,450 460,000 B 10,9
                 
C-B 460,007 460,039 0,032 23,450 460,007 C 0,1
C
C-C1 460,007 460,007 0,000 19,700 460,007 C #DIV/0!

38 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


C-II 460,007 460,066 0,059 21,025 460,050 C 15,3
C-C2 460,007 460,064 0,056 12,450 460,050 C 9,4
C-III 460,007 460,098 0,091 6,400 460,050 C 3,0
C-IV 460,007 460,064 0,057 17,600 460,050 C 13,2
C-C3 460,007 460,378 0,371 19,800 460,050 C 2,3
          460,100   5,0
          460,150   7,6
          460,200   10,3
          460,250   13,0
          460,300   15,6
          460,350   18,3
C-D 460,007 460,346 0,339 21,300 460,050 C 2,7
          460,100   5,8
          460,150   9,0
          460,200   12,1
          460,250   15,3
          460,300   18,4
                 
D-C 460,000 459,661 0,339 21,300 459,950 D 3,1
          459,900   6,3
          459,850   9,4
          459,800   12,6
          459,750   15,7
          459,700   18,8
D-D1 460,000 459,628 0,373 16,500 459,950 D 2,2
          459,900   6,3
          459,850   9,4
          459,800   12,6
          459,750   15,7
D           459,700   18,8
          459,650   22,0
D-III 460,000 459,754 0,246 15,575 459,950 D 3,2
          459,900   6,3
          459,850   9,5
          459,800   12,6
D-IV 460,000 459,738 0,262 5,475 459,950 D 1,0
          459,900   2,1
          459,850   3,1
          459,800   4,2
          459,750   5,2
D-D2 460,000 459,709 0,291 9,250 459,950 D 1,6

39 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


          459,900   3,2
          459,850   4,8
          459,800   6,4
          459,750   7,9
D-I 460,000 459,730 0,270 22,050 459,950 D 4,1
            459,900   8,2
          459,850   12,2
          459,800   16,3
          459,750   20,4
D-D3 460,000 459,466 0,534 21,250 459,950 D 2,0
          459,900   4,0
          459,850   6,0
          459,800   8,0
          459,750   9,9
          459,700   11,9
          459,650   13,9
          459,600   15,9
          459,550   17,9
          459,500   19,9
D-E 460,000 459,375 0,625 26,900 459,950 D 2,2
          459,900   4,3
          459,850   6,5
          459,800   8,6
          459,750   10,8
          459,700   12,9
          459,650   15,1
          459,600   17,2
          459,550   19,4
          459,500   21,5
          459,450   23,7
          459,400   25,8
                 
E-D 460,020 460,699 0,679 26,900 460,050   1,2
          460,100   3,2
          460,150   5,1
          460,200   7,1
E           460,250   9,1
          460,300   11,1
          460,350   13,1
          460,400   15,1
          460,450   17,0

40 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


          460,500   19,0
          460,550   21,0
          460,600   23,0
          460,650   25,0
E-IV 460,020 460,387 0,367 23,750 460,050   1,9
          460,100   5,2
          460,150   8,4
          460,200   11,7
          460,250   14,9
          460,300   18,1
            460,350   21,4
E-E1 460,020 460,5273 0,50725 23,750 460,050   1,4
          460,100   3,7
          460,150   6,1
          460,200   8,4
          460,250   10,8
          460,300   13,1
          460,350   15,4
          460,400   17,8
          460,450   20,1
          460,500   22,5
E-I 460,020 460,377 0,357 7,550 460,050   0,6
          460,100   1,7
          460,150   2,7
          460,200   3,8
          460,250   4,9
          460,300   5,9
          460,350   7,0
E-E2 460,020 460,390 0,370 14,400 460,050   1,2
          460,100   3,1
          460,150   5,1
          460,200   7,0
          460,250   9,0
          460,300   10,9
          460,350   12,8
E-II 460,020 460,3756 0,3555 17,250 460,050   0,6
          460,100   1,7
          460,150   2,7
          460,200   3,8
          460,250   4,9
          460,300   5,9

41 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


          460,350   7,0
E-E3 460,020 459,902 0,118 10,400 460,000   1,8
          459,950   6,2
E-A 460,020 459,661 0,359 13,125 459,950   2,6
          459,900   4,4
          459,850   6,2
          459,800   8,1
          459,750   9,9
          459,700   11,7
Tabel 4.14. Perhitungan Jarak Kontur
Sumber: Data Perhitungan, 2021

4.6.7 Perhitungan Luas Poligon

Data yang diperlukan adalah koordinat titik gedung :


A = (117,4265; 94,1536)
B = (128,7758; 85,1577)
C = (129,2760; 61,6566)
D = (108,0000; 60,0000)
E = (106,6236; 86,8093)
A = (117,4265; 94,1536)
Rumus yang digunakan adalah :

∑ [ X n . Y n+1−X n+1 .Y n]
Luas Poligon =
2
Dari perhitungan didapat

Tabel 4.15. Perhitungan Luas poligon

42 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Koordinat
Titik Xn.Yn+1 - Yn.Xn+1
x y

A 117,4265 94,1536
2124,926
B 128,7758 85,1577
3068,976
C 129,2760 61,6566
1097,648
D 108,0000 60,0000
3122,997
E 106,6236 86,8093
154,715
A 117,4265 94,1536

Total 9414,547
Sumber: Data Perhitungan,2021

4.6.8 Perhitungan Luas Gedung


Data yang diperlukan adalah koordinat titik gedung :
I = (112,031 ; 81,566)
II = (123,006 ; 81,726)
III = (123,212 ; 63,471)
IV = (112,196 ; 63,617)
I = (112,031 ; 81,566)
Rumus yang digunakan adalah :

∑ [ X n .Y n+1−X n+1 . Y n ]
Luas Gedung =
2
Dari perhitungan didapat

Tabel 4.16. Perhitungan Luas Gedung


43 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062
Koordinat
Titik Xn.Yn+1-Yn.Xn+1
X Y

I 112,031 81,566
877,2311596
II 123,006 81,726
2262,361451
III 123,212 63,471
717,1530064
IV 112,196 63,617
2024,348569
I 112,031 81,566

Total 5881,094
Sumber: Data Perhitungan,2021

4.7 Penggambaran

4.7.1. Penggambaran Poligon, Gedung dan Garis Kontur


(lihat pada lampiran)
4.7.2. Penggambaran Potongan
(lihat pada lampiran)

44 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah dengan menggunakan Sipat Datar (Water Pass) yang
dilaksanakan di Kampus II Universitas Brawijaya (Dieng), dapat disimpulkan bahwa:
1. Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah kami lakukan, maka dapat diperoleh data sebagai
berikut :
Total volume galian : 66,4083 m3
Total volume timbunan : 1,2272 m3
Dari perencanaan ini dapat diketahui bahwa galian cukup besar dan tidak terlalu banyak
membutuhkan timbunan, yang nantinya dapat dipergunakan untuk proyek-proyek pekerjaan lainnya
yang memerlukan tanah untuk penimbunan.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan berkurangnya ketepatan data ini adalah karena faktor
kesalahan yang tidak dapat dihindari dalam pembuatan data ini. Faktor kesalahan itu antara lain :
 Kesalahan pada alat yang digunakan.

 Ini disebabkan pada pengaturan alat bidik yang sudah berubah. Hal ini terjadi pada bak ukur.
 Kesalahan pengamatan.

 Kesalahan ini sangat tergantung pada individu dan kemampuan menggunakan alat, seperti menyetel
nivo, pembacaan garis bidik, serta cara meletakkan bak ukur.

 Kesalahan faktor alam

2. Pratikum Pemetaan
Dengan menggunakan sudut dan jarak di lapangan kita dapat menentukan rangkaian titik-titik
koordinat yang membentuk suatu rangkaian kerangka peta (poligon).
Kerangka peta suatu daerah tertentu, sangat dipengaruhi oleh pembacaan besar sudut jurusan
atau azimuth. Dan sudut jurusan itu selanjutnya untuk menentukan koordinat titik-titik poligon. Dari

45 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


sini diperoleh angka-angka koreksi dari kesalahan yang ditemukan dalam perhitungan baik untuk
menentukan sudut azimut maupun titik utama poligon.
Berdasarkan elevasi yang diketahui dapat dihitung elevasi titik-titik yang lain, baik titik utama
poligon maupun titik bantunya. Sehingga kemudian dapat dihitung elevasi kontur yang sangat
diperlukan untuk penggambaran peta kontur yang berguna untuk melengkapi daerah poligon
pengukuran.
Luas daerah pengukuran dapat dihitung berdasarkan titik utama poligon maupun dengan cara
pengukuran luas yang menggunakan alat yang disebut Planimeter. Kemungkinan sedikit terjadi
perbedaan hasil antara kedua metode tersebut, hasil ini disebabkan adanya faktor koreksi untuk
kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat perhitungan luas baik dengan metode perhitungan
berdasarkan koordinat maupun dengan Planimeter.
Dari praktikum pemetaan ini, ternyata ada sedikit penyimpangan gambar yang hasilnya tidak
sesuai dengan keadaaan sebenarnya. Hal ini menunjukkan kesalahan yang terjadi baik dalam
pelaksanaan praktikum maupun dalam pengolahan data, kesalahan yang tejadi dan tidak dapat
dihindari antara lain :
 Pembacaan sudut/ ketelitian pembacaan baak
 Pembulatan angka dalam perhitungan yang mungkin cukup mempengaruhi dalam hasil akhir.
 Kurangnya ketelitian dalam penggambaran
Dari hasil perhitungan didapat ;
Luas poligon : 9414,547 m
Luas gedung : 5881,094 m2
Elevasi tertinggi : + 461,575
Elevasi terendah : + 459,382
5.2. Saran
Saran diberikan kepada penyusun laporan sebaiknya melakukan perhitungan dengan hati-hati dan
teliti serta memastikan bahwa data yang diperoleh sudah benar. Penyusun juga harus saling bekerja
sama dalam penyusunan laporan ini. Selain perhitungan, dalam pengukuran juga diperlukan ketelitian
dan hati-hati agar tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran.

46 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


DAFTAR PUSTAKA

Basuki, S.  (2012). Ilmu Ukur Tanah (Edisi Revisi). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Frick, H. (1979). Ilmu dan alat ukur Tanah. Kanisius.
Syaifullah, Arif. 2014. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.
Wolf, Paul R. 2000. Dasar-dasar Pengukuran Tanah (Surveying). Jakarta: Erlangga

47 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


LAMPIRAN

Gambar 1.1 Potongan Melintang Saluran A

48 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Gambar 1.2 Potongan Melintang Saluran B

49 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Gambar 1.3 Potongan Melintang Saluran C

50 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Gambar 1.4 Potongan Melintang Saluran D

51 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Gambar 1.5 Potongan Melintang Saluran E

52 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Gambar 1.6 Potongan Memanjang Saluran A-E

53 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Gambar 1.7 Peta Poligon, Gedung, dan Garis Kontur

54 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062


Gambar 1.8 Potongan Melintang Situasi

55 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062

Anda mungkin juga menyukai