Disusun Oleh :
RIFQY AKMAL FADHIL
205060400111062
Penyelesaian Soal :
1. Pengerjaan soal disesuaikan dengan format tugas yang telah ditentukan.
2. Tugas dikerjakan pada kertas HVS 70 gram atau 80 gram ukuran A4.
3. Format penulisan sesuai dengan format penulisan skripsi yang berlaku.
4. Pengerjaan laporan disesuaikan dengan kerangka umum laporan praktikum.
5. Data yang belum lengkap dapat ditanyakan kepada masing – masing asisten.
6. Penggambaran diperbolehkan menggunakan bantuan software.
Penilaian :
1. Penilaian menggunakan nilai nominal.
2. Nilai akhir keseluruhan maksimal 85.
3. Tiap bab ada penilaian tersendiri dengan nilai tertinggi tiap bab 85.
4. Penilaian berdasarkan dengan kerapian, pemahaman dan penguasaan format
pengerjaan, ketepatan waktu dan hal – hal lain yang berhubungan dengan
pengerjaan tugas besar.
Sanksi :
1. Untuk asistan yang tidak datang pada saat responsi tanpa keterangan nilai
akhir dikurangi 5 poin.
2. Tidak mengikuti asistensi lebih dari 30% total kehadiran maka dinyatakan
gugur.
3. Apabila melebihi deadline yang ditentukan maka tugasnya dinyatakan gugur.
Catatan :
1. Tidak ada pelimpahan asistan ke Koordinator asisten
2. Ketentuan yang belum tercantum akan diumumkan kemudian.
3. Sebagai prasyarat mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS)
JADWAL PENYELESAIAN LAPORAN TUGAS BESAR ILMU UKUR
TANAH DAN PEMETAAN
April Mei
BAB
1 2 3 1 2 3
I - III
IV
V
ACC TUBES
NO KRITERIA PENILAIAN
Rajin 85
Tidak Rajin 65
Paham 85
Tidak Paham 65
Rapi 85
Tidak Rapi 65
Lengkap 85
Tidak Lengkap 65
Tepat 85
Tidak Tepat 65
Tepat Waktu 85
6 Ketepatan Waktu Asistensi Kurang Tepat
75
Waktu
Tidak Tepat Waktu 65
Parameter Penilaian:
1. Keaktifan
Penilaian rajin apabila tingkat kehadiran asistan dalam mengikuti asistensi
keseluruhan minimal 10 kali kegiatan asistensi.
Penilaian kurang rajin apabila tingkat kehadiran asistan dalam mengikuti
asistensi 6 – 8 kali dari keseluruhan kegiatan asistensi.
Penilaian tidak rajin apabila tingkat kehadiran asistan dalam mengikuti
asistensi kurang dari 6 kali dari kali keseluruhan kegiatan asistensi dan
praktikum.
2. Pemahaman Materi
Penilaian paham materi apabila dapat menjelaskan runtutan pengerjaan
Tugas Besar Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan dengan presentase lebih dari
80%
Penilaian kurang paham materi apabila dapat menjelaskan runtutan
pengerjaan Tugas Besar Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan dengan
presentase antara 50% hingga 80%
Penilaian tidak paham materi apabila dapat menjelaskan runtutan
pengerjaan Tugas Besar Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan dengan
presentase kurang dari 50%
3. Kerapian Tugas
Penilaian rapi apabila hasil pengerjaan asistan sesuai dengan Panduan
Penulisan Skripsi (Proposal Skripsi, Skripsi, dan Artikel Ilmiah) Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya Tahun 2016
Penilaian kurang rapi apabila hasil pengerjaan asistan belum sesuai
dengan Panduan Penulisan Skripsi (Proposal Skripsi, Skripsi, dan Artikel
Ilmiah) Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Tahun 2016
4. Kelengkapan Tugas
Penilaian lengkap apabila hasil pengerjaan gambar asistan sesuai dengan
Kriteria Perencanaan 07 tentang Standar Penggambaran.
Penilaian kurang lengkap apabila hasil pengerjaan gambar asistan belum
sesuai dengan Kriteria Perencanaan 07 tentang Standar Penggambaran.
Penilaian tidak lengkap apabila hasil pengerjaan gambar asistan tidak
sesuai dengan Kriteria Perencanaan 07 tentang Standar Penggambaran.
Penilaian kurang tepat waktu apabila waktu kehadiran terlambat 15 menit dari
perjanjian asistensi masing-masing. Dengan toleransi 8 kali asistensi.
Koordinator Asisten
Tugas Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Umum...................................................................................................................1
1.2. Latar Belakang Masalah.......................................................................................2
1.3. Batasan Masalah...................................................................................................4
1.4. Rumusan Masalah................................................................................................4
1.5. Maksud dan Tujuan..............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Sipat Datar.....................................................................................................6
2.1.1. Pengukuran Penyipat Datar (Waterpassing)...............................................8
2.1.2. Rumus Dasar Sipat Datar dan Perhitungan
Luas.........................................12
2.1.3. Langkah-Langkah Pengukuran Sipat Datar..............................................15
2.2. Teori Perhitungan Volume.................................................................................19
2.2.1. Menghitung Volume dengan Penampang Melintang................................19
2.2.2. Menghitung Volume dengan Waterpassing dan Penggalian....................20
2.3. Alat
Theodolit.....................................................................................................21
2.4. Poligon................................................................................................................24
2.4.1. Dasar Perhitungan Koordinat Titik..........................................................25
2.4.2. Cara Menentukan Koordinat Titik............................................................26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.1 Umum
Ilmu Ukur Tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari
cara-cara pengukuran untuk menyatakan kedudukan suatu
titik/posisi di permukaan bumi. Ilmu ini merupakan bagian
dari ilmu yang lebih luas lagi disebut ilmu geodesi. Ilmu
geodesi memiliki dua maksud yaitu maksud ilmiah dan
maksud praktis. Maksud ilmiah yang berarti bertujuan untuk
menentukan bentuk permukaan bumi dan maksud praktis
yang berarti untuk membuat bayangan dari sebagian besar
atau kecil permukaan bumi. Dari segi Ilmu Ukur Tanah,
terbagi menjadi dua bagian penting, yaitu geodesi rendah
yang disebut Ilmu Ukur Tanah Plane Surveying dan geodesi
tinggi yang disebut Geodetical Surveying.
Dalam hal ini yang akan kita pelajari adalah ilmu
geodesi dengan maksud praktis. Jadi ilmu geodesi yang kita
pelajari adalah mengenai peta. Yang mana kita mencari tahu
bagaimana melakukan pengukuran di atas permukaan bumi
dengan kepemilikan karakteristik bentuk tidak beraturan
karena adanya perbedaan tinggi antara tempat yang satu
dengan yang lain.
Penempatan lokasi tempat secara astronomis
merupakan bagian dari geodesi tinggi, yang biasanya dipakai
untuk mengukur tanah yang luas sekali dan merupakan
bidang lengkung. Titik ukur di atas permukaan bumi ini
diproyeksikan pada sebuah referensi. Dikarenakan
penampang bumi tidak menentu, maka ketentuan-ketentuan
yang berlaku sebagai berikut :
Keterangan :
▪ h1 = kedalaman yang mewakili satu pias
▪ h2 = kedalaman yang mewakili satu dua pias
▪ h3 = kedalaman yang mewakili satu tiga pias
▪ h4 = kedalaman yang mewakili satu empat pias
2.4 Poligon
Poligon digunakan apabila titik - titik yang akan
dicari koordinatnya terletak memanjang sehingga terbentuk
segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan Poligon
merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka
dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh
koordinat planimetris (X,Y) titik - titik pengukuran.
Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu
metode penentuan titik diantara beberapa metode
penentuan titik yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak
terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan pilihan
yang sering di gunakan, karena cara tersebut dapat dengan
mudah menyesuaikan diti dengan keadaan daerah/lapangan.
Penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini membutuhkan,
Koordinat Awal : Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu,
haruslah dipilih koordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik triangulasi
atau titik - titik tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan
Keterangan :
αap = sudut arah awal polygon
S0 s/d S3 = sudut terukur
d1 s/d d4 = panjang sisi polygon
αbq = sudut arah akhir polygon
Pada poligon ini, kesalahan pada pengukuran sudut maupun
jarak tidak dapat dikontrol atau dikoreksi. Koreksi hanya dilakukan
dengan cara pengukuran dalam arah yang berlawanan (dari F ke A)
b. Poligon Tertutup
Poligon tertutup atau kring adalah poligon yang titik awal dan titik
akhirnya bertemu pada satu titik yang sama. Pada poligon tertutup,
koreksi sudut dan koreksi koordinat tetap dapat dilakukan walaupun
tanpa titik ikat.
c. Poligon Bercabang
Poligon cabang adalah suatu poligon yang dapat mempunyai satu atau
lebih titik simpul, yaitu titik dimana cabang itu terjadi.
No Nama Fungsi
B. Theodolite
Alat ini digunakan untuk mengukur jarak antar titik dan juga untuk
mengukur tinggi alat.
d. Jalon
f. Kompas
i. Alat tulis
Mulai
Penentuan titik-titik
lokasi yang akan
diteliti
Pemasangan patok di
titik-titik tersebut
Persiapan alat
Pembuatan Sketsa
Situasi
3.5 Pengukuran Sipat Datar
Pengukuran sipat datar dapat menentukan beda tinggi
antara dua titik atau lebih. Perbedaan tinggi antara titik-titik
dapat ditentukan oleh garis sumbu pada pesawat yang
ditunjukan pada rambu vertikal. Syarat pengukuran sipat
datar yaitu garis bidik sejajar dengan garis jurusan nuvo.
Gelembung nivo harus berada di tengah. Cara-cara
pengukuran sipat datar diantarnya:
1. Alat sipat datar ditempatkan di stasiun yang sudah diketahui
ketinggiannya.
Gambar 3.13 Alat sipat datar yang tidak ditempatkan diantara atau pada
stasiun
Gambar 3.12 Alat sipat datar diletakkan diantara dua stasiun
Tanah yaitu :
Jarak (m)
Interval
Optis Metris
Titik Rerata Komulatif
STAND
A-B 20,00 20 20,00 20,00
B-C 19,75 20 19,875 39,88
C-D 19,50 20 19,75 59,625
D-E 20,00 20 54 | Rifqy Akmal
20,00 Fadhil. 205060400111062
79,63
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.2. Perhitungan Jarak Rerata Antar Patok (Titik Pengukuran )
Contoh perhitungan :
Pada perhitungan pergi
Diketahui elevasi titik A = +424,000
Elevasi titik B = Elevasi D + beda tinggi
Contoh perhitungan :
TGB pada titik B pada pembacaan stand I:
Diketahui : Elevasi pada titik A4 = +424,000
Benang tengah A4 = 1,525 m
Maka TGB di B = 424,000 + 1,525
= 425,525 m
Cara di atas berlaku juga untuk mencari TGB di titik – titik yang
lain. Jika TGB telah diketahui maka kita dapat mencari elevasi
h = benang tengah
E
Contoh perhitungan :
Mencari titk detail di B1 - B9
Diketahui TGB di B = + 425,525
h.B1 = 1,712 m h.B6 = 1,639 m
h.B2 = 2,103 m h.B7 = 1,751 m
h.B3 = 1,719 m h.B8 = 2,736 m
h.B4 = 1,584 m h.B9 = 1,741 m
h.B5 = 1,511 m
Maka elevasi di :
B1 = TGB – h.B1
= 425,525– 1,712
= + 423,813
B2 = TGB – h.B2
= 425,525– 2,103
= + 423,422
B3 = TGB – h.B3
= 425,525– 1,719
= + 423,806
B4 = TGB – h.B4
= 425,525– 1,584
= + 423,941
B5 = TGB – h.B5
= 425,525– 1,511
= + 423,014
B6 = TGB – h.B6
= 425,525– 1,639
= + 423,886
B7 = TGB – h.B7
= 425,525– 1,751
Titik Benang
Alat di yang Tengah TGB Elevasi Sketsa Saluran
diarah (bt)(m)
A1 1,918 423,703
A2 2,138 423,483
A3 1,740 423,880
A4 1,525 424,000
425,62
A A5 1,477 424,143
0
A6 1,620 424,000
A7 1,770 423,851
A8 2,782 422,838
A9 1,783 423,837
B1 1,712 423,813
B2 2,103 423,422
B3 1,719 423,806
B4 1,584 423,941
425,52
B B5 1,511 424,014
5
B6 1,639 423,886
B7 1,751 423,774
B8 2,736 422,789
B9 1,741 423,784
C1 1,657 423,776
C2 2,040 423,393
C3 1,645 423,788
C4 1,448 423,985
425,43
C C5 1,368 424,066
3
C6 1,534 423,899
C7 1,565 423,868
C8 2,572 422,862
C9 1,591 423,842
D1 1,708 423,745
D2 2,002 423,451
D3 1,612 423,842
425,45
D D4 1,510 423,943
3
D5 1,417 424,036
D6 1,492 423,961
D7 1,578 423,876
9 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062
D8 2,575 422,878
D9 1,615 423,838
E1 1,611 423,832
E2 1,960 423,483
E3 1,580 423,863
E4 1,472 423,971
425,44
E E5 1,362 424,081
3
E6 1,481 423,962
E7 1,529 423,914
E8 2,577 422,866
E9 1,593 423,850
C2 423,393
0,06 19,750 0,0029
D2 423,451
0,03 20,000 0,0016
E2 423,483
Rata-
Sumber : Hasil Perhitungan 0,0023
Rata
P = b+ 2h √1+m2
= 1h + 2h √ 1+0,1089
= 1h + 2h √ 1,1089
= 3,108 h
3. Jari – jari Hidrolis Saluran
A
R = P
Luas Penampang A
Luas Penampang B
Luas Penampang C
Luas Penampang D
Luas Penampang E
= ( 0,0303+0
2 ) x 20
= 0,303 m3
Volume rerata timbunan penampang A – B
2. Slag B – C
Diketahui jarak B – C =19,875 m
16 | Rifqy Akmal Fadhil. 205060400111062
Volume rerata galian penampang B – C
V = ( luas galian B + luas galian C) x jarak B – C
2
= ( 0,6745+0,666
2 ) x 19,875
= 13,321 m3
Volume rerata timbunan penampang B - C
V = ( luas timbunan B + luas timbunan C) x jarak B – C
2
= ( 0+02 ) x 19,875
= 0 m3
3. Slag C - D
Diketahui jarak C - D = 19,750 m
Volume rerata galian penampang C - D
V = ( luas galian C + luas galian D) x jarak C - D
2
= ( 0,666+1,1970
2 ) x 19,750
= 18,397 m3
Volume rerata timbunan penampang C - D
V = ( luas timbunan C + luas timbunan D) x jarak C - D
2
= (0 + 0,465) x 19,750
2
= 0,4592 m3
4. Slag D - E
Diketahui jarak D – E = 20 m
Volume rerata galian penampang D - E
V = ( luas galian D + luas galian E) x jarak D - E
( 1,1970+0,8215
2 ) x 20
= 20,185 m3
Volume rerata timbunan penampang D – E
V = ( luas timbunan D + luas timbunan E) x jarak D - E
2
= ( 0,0465 + 0,0) x 20
2
= 0,4650 m3
Luas Penampang
Jarak Volume (m3)
Interva (m2)
Titik Rerata
l Timbuna Timbuna
Galian (m) Galian
n n
A 0,7760 0,0303 14,50
A-B 20,00 0,3030
B 0,6745 0 5
B 0,6745 0 13,32
B-C 19,875 0,0000
C 0,6660 0,0000 1
C 0,6660 0,0000 18,39
C-D 19,750 0,4592
D 1,1970 0,0465 7
D 1,1970 0,0465 20,18
D-E 20,000 0,4650
E 0,8215 0,0000 5
Sumber : Hasil
Perhitungan Jumlah 66,4083 1,2272
Kesimpulan
:
Jumlah total volume galian saluran rencana =
66, 4083 m3
Jumlah total volume timbunan saluran rencana =
1,2272 m3
Setiap penembakan awal dari tiap titik (A, B, C, D, E) sudut horisontal diset 00°00'00" dan sudut
vertikal 90°00'00". Sebagai acuan awal pengukuran adalah arah utara (U) azimut bumi. Arah pengukuran
adalah searah jarum jam.
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan seperti yang ditabelkan pada Tabel.
4.6.1. Perhitungan Jarak Titik
Contoh perhitungan :
Alat di titik A ( titik bidik di B )
Diketahui :
ba = 0,794 m
bt = 0,729 m
bb = 0,665 m
( ba+bb )
=
{ 2
2
+0 , 729
}
= 0,729 m
Alat di titik B,( titik bidik di A )
Diketahui :
ba = 2,218 m
bt = 2,154 m
bb = 2,089 m
=
{ 2
2
+2, 154
}
= 2,154 m
Perhitungan selanjutnya akan ditabelkan
9 157,1 134,1 145,8
C B 0 0 0 0 0 23,70 1,46 2
0 0 0 5 0,000
1 5 9 158,8 139,0 148,9
1,49 C1 7 0 0 19,60 1,49 2
9 0 0 0 0 0 7,331
5 9 153,5 132,5 143,0
II 16 7 0 0 21,05 1,43 2
0 0 0 0 0 16,131
3 5 9 149,5 137,0 143,2
C2 17 0 0 12,40 1,43 2
4 5 0 0 0 5 17,582
1 4 9 143,0 136,6 139,8
III 71 0 0 6,40 1,40 2
6 5 0 0 0 0 71,279
1 5 9 152,0 134,0 143,4
IV 82 0 0 17,20 1,43 2
6 5 0 0 0 0 82,282
4 9 121,7 101,9 111,8
C3 89 0 0 0 19,80 1,12 2
8 0 0 0 0 89,800
5 9 125,7 104,4 115,0
D 93 5 0 0 21,40 1,15 2
0 0 0 0 5 93,097
9 201,0 179,9 190,3
D C 0 0 0 0 0 21,40 1,90 2
0 0 0 5 0,000
4 9 210,1 193,8 185,5
1,57 D1 4 5 0 0 16,70 1,94 2
7 0 5 5 0 4,785
3 4 9 196,6 181,1 173,4
III 8 0 0 15,65 1,81 2
6 5 0 0 0 0 8,613
5 4 9 188,1 182,7 180,0
IV 35 0 0 5,55 1,83 2
8 0 0 0 0 0 35,978
3 5 9 194,8 185,6 181,0
D2 71 0 0 9,30 1,86 2
2 0 0 0 0 0 71,547
5 2 9 205,6 183,5 172,5
I 74 0 0 22,00 1,84 2
1 0 0 0 0 0 74,856
2 3 9 231,3 210,0 199,2
D3 84 0 0 21,20 2,10 2
5 5 0 5 5 0 84,426
3 9 232,5 205,5 219,0
E 88 5 0 0 26,90 2,19 2
9 0 0 0 0 88,651
9 101,0
E D 0 0 0 0 0 74,20 87,60 26,9 0,88 2
0 0 0,000
4 5 9 142,6 118,9 106,9
1,555 IV 10 0 0 23,8 1,19 2
1 0 0 0 0 0 10,697
4 2 9 128,5 104,8
E1 4 0 0 92,90 23,8 1,05 2
5 5 0 0 0 4,757
I 43 3 3 9 0 0 127,4 119,7 116,0 7,4 1,20 43,542 2
2 0 0 0 0 0
A B 90,300 75,800 85,800 14,500 14,550 14,525 90,000 0,000 0,000 14,525
14,475
B A 226,400 212,100 219,250 14,300 14,550 14,425 90,000 0,000 0,000 14,425
B C 166,200 142,800 154,550 23,400 23,700 23,550 90,000 0,000 0,000 23,550
23,450
C B 157,100 134,100 145,850 23,000 23,700 23,350 90,000 0,000 0,000 23,350
C D 125,700 104,400 115,050 21,300 21,400 21,350 90,000 0,000 0,000 21,350
21,300
D C 201,000 179,900 190,350 21,100 21,400 21,250 90,000 0,000 0,000 21,250
Sumber
: Hasil Perhitungan 2021
doptis+dukur
♥ Drata-rata = 2
= (13,68 + 13,80) : 2
A 460,019
0,0022
B 460,021
-0,0137
C 460,007
-0,0072
D 460,000
0,0201
E 460,020
-0,0013
A 460,019
Sumber: Data Pengukuran 2021
Titik B
0o S1 = 230o 27’ 10”
A
o
270 90o
180o C
Titik C
180o
Titik D
E 0o S3 = 238o 25’ 35”
270o 90o
C
180o
Titik E
0o S4 = 238o 25’ 35”
A
270o 90o
D
o
180
Titik A
0o Q S5 = 41o 49’ 10”
270o 90o
E
180o
Menghitung α akhir :
akhir = awal + S0 + BAE + S5
Perhitungan koordinat
Jika diketahui koordinat titik D (Xc , Yc) = (108 ; 60 )
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel
∑ [ X n . Y n+1−X n+1 .Y n]
Luas Poligon =
2
Dari perhitungan didapat
A 117,4265 94,1536
2124,926
B 128,7758 85,1577
3068,976
C 129,2760 61,6566
1097,648
D 108,0000 60,0000
3122,997
E 106,6236 86,8093
154,715
A 117,4265 94,1536
Total 9414,547
Sumber: Data Perhitungan,2021
∑ [ X n .Y n+1−X n+1 . Y n ]
Luas Gedung =
2
Dari perhitungan didapat
I 112,031 81,566
877,2311596
II 123,006 81,726
2262,361451
III 123,212 63,471
717,1530064
IV 112,196 63,617
2024,348569
I 112,031 81,566
Total 5881,094
Sumber: Data Perhitungan,2021
4.7 Penggambaran
5.1. Kesimpulan
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah dengan menggunakan Sipat Datar (Water Pass) yang
dilaksanakan di Kampus II Universitas Brawijaya (Dieng), dapat disimpulkan bahwa:
1. Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah kami lakukan, maka dapat diperoleh data sebagai
berikut :
Total volume galian : 66,4083 m3
Total volume timbunan : 1,2272 m3
Dari perencanaan ini dapat diketahui bahwa galian cukup besar dan tidak terlalu banyak
membutuhkan timbunan, yang nantinya dapat dipergunakan untuk proyek-proyek pekerjaan lainnya
yang memerlukan tanah untuk penimbunan.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan berkurangnya ketepatan data ini adalah karena faktor
kesalahan yang tidak dapat dihindari dalam pembuatan data ini. Faktor kesalahan itu antara lain :
Kesalahan pada alat yang digunakan.
Ini disebabkan pada pengaturan alat bidik yang sudah berubah. Hal ini terjadi pada bak ukur.
Kesalahan pengamatan.
Kesalahan ini sangat tergantung pada individu dan kemampuan menggunakan alat, seperti menyetel
nivo, pembacaan garis bidik, serta cara meletakkan bak ukur.
2. Pratikum Pemetaan
Dengan menggunakan sudut dan jarak di lapangan kita dapat menentukan rangkaian titik-titik
koordinat yang membentuk suatu rangkaian kerangka peta (poligon).
Kerangka peta suatu daerah tertentu, sangat dipengaruhi oleh pembacaan besar sudut jurusan
atau azimuth. Dan sudut jurusan itu selanjutnya untuk menentukan koordinat titik-titik poligon. Dari
Basuki, S. (2012). Ilmu Ukur Tanah (Edisi Revisi). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Frick, H. (1979). Ilmu dan alat ukur Tanah. Kanisius.
Syaifullah, Arif. 2014. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.
Wolf, Paul R. 2000. Dasar-dasar Pengukuran Tanah (Surveying). Jakarta: Erlangga