Anda di halaman 1dari 3

Nama : Khaerunnisa

Nim : 1827041030
Mata Kuliah : Toksikologi
Tugas 1

A. Ringkasan Materi
1. Toksikologi makanan
Umumnya bahan pangan yang bersifat mudah rusak umumnya mengandung bahaya
biologis karena mikroba. Resiko bahaya dari bahan pangan atau makanan tergantung
jenis dan tempat diperolehnya, dan pada peka tidaknya bahan pangan atau makanan itu
terhadap kerusakan, khususnya kerusakan karena mikroba.
2. Toksikologi nutrisi
Zat anti nutrisi dapat mempengaruhi senyawa makanan sebelum dimakan, selama
pencernaan dalam saluran pencernaan dan setelah penyerapan oleh tubuh. Pengaruh
negatif dari zat anti nutrisi tidak segera nampak sebagaimana senyawa toksik pada
makanan. Pengaruh yang nampak dari konsumsi zat anti nutrisi adalah kekurangan gizi
atau keadaan nutrisi marginal. Zat anti gizi dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
anti protein termsuk diantaranya adalah protease inhibitor, terdapat pada
kacangkacangan. Anti mineral termasuk didalamnya adalah asam fitat, asam oksalat,
glukosinolat, serat pangan, dan gosipol. Kelompok anti nutrisi berikutnya adalah anti
vitamin, termasuk didalamnya asam askorbat oksidase, anti tiamin, antipiridoksin.
Pada dasarnya banyak bahan pakan secara potensial mengandung satu atau beberapa
jenis antinutrisi. Hal ini berakibat terjadinya gangguan pertumbuhan, bahkan gangguan
kesehatan, apabila kandungan antinutrisi dalam bahan pakan yang dikonsumsinya
cukup tinggi. Pengetahuan tentang kandungan antinutrisi dalam berbagai bahan pakan
perlu perlu dimiliki oleh formulator pakan, termasuk para peternak yang mencampur
pakan sendiri. Langkah ini sangat penting sebagai strategi untuk meminimalkan
pengaruh-pengaruh yang merugikan dari antinutrisi. Telah dikembangkan metode-
metode prosesing, baik secara fisik, mekanik maupun kimiawi yang mungkin dapat
diterapkan guna memerangi dan menghilangkan antinutrisi dalam bahan pakan.
3. Bahan pangan seperti apa yang beresiko bahaya fisik, bahaya kimia dan mikrobiologis
a) Bahan Pangan Berisiko Bahaya Biologis
Umumnya bahan pangan yang mudah rusak beresiko mengandung bahaya biologis
karena tercemar mikroba. Bahan pangan yang bersifat mudah rusak umumnya
mengandung air dalam kadar yang tinggi sehingga mudah ditumbuhi bakteri. Dengan
demikian, bahan pangan atau makan di bawah ini beresiko mengandung bahaya
biologis: daging dan hasil olahnya, susu dan hasil olahnya, telur dan hasil olahnya, ikan
dan hasil olahnya, sayur dan hasil olahnya, buah-buahan yang rasanya tidak asam, dan
santan.
b) Bahan Pangan Beresiko Bahaya Fisik
Bahan pangan atau makanan yang kotor karena tercemar benda-benda asing seperti
pecahan gelas, potongan tulang, potongan kayu, kerikil, rambut, kuku, sisik dan
sebagainya. Makanan yang dibungkus plastik atau daun dengan menggunakan stapler
beresiko bahaya fisik, karena stapler yang terlepas dapat masuk ke dalam makanan
tanpa diketahui.
c) Bahan Pangan Beresiko Bahaya Kimia
Beberapa bahan pangan yang berisiko bahaya kimia adalah:
Bahan pangan atau makanan yang secara alami mengandung racun (singkong, racun,
ikan laut yang beracun, tempe bongkrek, dsb.) Bahan pangan atau makanan yang
tercemar pestisida, pupuk kimia, antibiotika, logam berbahaya, dan cemaran kimia
lainnya. Bahan tambahan yang terlarang atau bahan tambahan pangan yang melebihi
takaran maksimum yang diizinkan dalam penggunaannya. Bahan pangan atau makanan
yang tercemar racun kapang, misalnya biji-bijian atau kacang-kacangan yang disimpan
pada kondisi penyimpanan salah. Penyimpanan yang salah adalah penyimpanan pada
ruangan yang terlalu lembab dan hangat.
4. Cara menghindari bahaya terkontaminasi racun pada bahan pangan
a. Jangan membiarkan makanan dalam suhu ruang lebih dari 3 jam.
b. Unggas harus benar-benar matang.
c. Daging cincang juga perlu dimasak dengan benar.
d. Cuci bersih sayur dan buah.
e. Panaskan makanan yang sudah didiamkan selama 2 jam lebih.
B. Perbedaan antara gangguan kesehatan dan bahaya kesehatan akibat paaparan racun
Gangguan kesehatan yang disebabkan paparan pestisida bisa berupa kerusakan saraf,
iritasi kulit dan mata, hingga kanker. Pestisida merupakan zat kimia yang digunakan untuk
mengendalikan hama. Namun efek pestisida tidak hanya berpengaruh pada hama, tetapi
juga berbahaya bagi kesehatan manusia.
C. Prinsip umum toksikologi
a. Fase efek toksikologi
Pada fase eksposisi, toksikan dapat diubah melalui reaksi kimia menjadi senyawa yang
lebih toksik atau kurang toksik dari senyawa awal. Ketersediaan farmasetik yaitu
bagian dari dosis aktif yang tersedia untuk diabsorbsi. Fase eksposisi disebut juga fase
farmasetika
b. Hubungan antara dosis dan respon.
Hubungan dosis-respon menggambarkan suatu distribusi frekuensi individu yang
memberikan respons pada rentang dosis tertentu. Bila distribusi frekuensi tersebut
dibuat kumulatif maka akan diperoleh kurva berbentuk sigmoid yang umumnya disebut
kurva dosis-persen responder. Pada dasarnya kurva hubungan dosis-respon
menunjukkan variasi individual dari dosis yang diperlukan untuk minimbulkan suatu
efek tertentu.
Hubungan dosis-respon biasanya berciri kuantitatif dan hal tersebut yang
membedakan dengan paparan di alam di mana kita hanya mendapatkan kemungkinan
perkiraaan dosis. Suatu respon dari adanya paparan yang tidak mematikan (non-lethal
respone). Bahan kimia dengan tingkat toksisitas rendah memerlukan dosis besar untuk
menghasilkan efek keracuan dan bahan kimia sangat toksik biasanya memerlukan dosis
kecil untuk menghasilan efek keracunan. Pengujian bahan kimia dengan tolak ukur
kematian, realtif lebih mudah untuk ditangani. Tolak ukur kematian tersebut
merupakkan pengukuran kasar karena tidak mengandung informasi mengenai sesuatu
yang mendasarti toksisitas.

Anda mungkin juga menyukai