Anda di halaman 1dari 13

EKSISTENSI KASUS KORUPSI PEJABAT PUBLIK DI KABUPATEN

CIANJUR SERTA UPAYA MENANGGULANGINYA

ANALISIS POLA HUBUNGAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI


INDONESIA DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT

Disusun Oleh :

Fifta Hayu Ananda (102011133044)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Maraknya tindak pidana korupsi pada beberapa dekade terakhir menjadi
fenomena yang memprihatinkan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa
Indonesia. Nampaknya korupsi sudah menjadi permasalahan mendasar yang telah
mengakar kuat di berbagai sendi tatanan pemerintahan. Bahkan Fazzan (2015:
147) menyebutkan bahwa “korupsi, telah menempatkan Indonesia pada jajaran
negara terkorup di dunia”.
Korupsi merupakan salah satu masalah terbesar yang sangat sulit diberantas
di Indonesia. Padahal Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam.
Namun, Indonesia masih memiliki sumber daya manusia yang kurang berkarakter.
Selain itu, korupsi juga menjadi salah satu kendala mengapa Indonesia saat ini
belum menjadi negara maju. Pasalnya, kekayaan negara yang seharusnya
digunakan untuk kepentingan negara, justru oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab digunakan untuk kepentingan pribadi dan kelompok (Hubah,
dkk, 2020: 45).
Menjamurnya tindak pidana korupsi tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Hal ini dikarenakan dengan adanya tindak pidana korupsi maka kesejahteraan
rakyat menjadi terancam. Selain itu, masalah dan ancaman yang ditimbulkan oleh
korupsi tidak hanya berkenaan dengan kerugian keuangan negara. Namun,
menurut Waluyo (2014: 171) korupsi juga menjadi ancaman yang serius terhadap
stabilitas dan keamanan yang dapat melemahkan lembaga-lembaga dan nilai-nilai
demokrasi, nilai-nilai etika dan keadilan serta membahayakan pembangunan
berkelanjutan (suistanable development) dan penegakan supremasi hukum.
Operasionalisasi dalam pemberantasan korupsi harus dilakukan secara
komprehensif, integral, dan holistik. Selain itu, untuk mewujudkan penegakan
hukum yang adil, memberikan kepastian hukum, dan kemanfaatan bagi
masyarakat, maka para penegak hukum harus memiliki komitmen untuk
menjalankan penegakan hukum dengan tegas, konsisten, dan terpadu. Langkah-
langkah tersebut dapat ditempuh melalui pengenaan sanksi yang terberat bagi
pelaku korupsi, baik sanksi pidana, denda, uang pengganti, pembuktian terbalik
diakumulasikan dengan tindak pidana pencucian uang (TPPU), serta dibarengi
dengan pemberian sanksi sosial (Waluyo, 2014: 180).

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana eksistensi fenomena kasus korupsi di Indonesia?
b. Bagaimana hubungan kasus korupsi di Indonesia dengan kesejahteraan
rakyat?
c. Bagaimana upaya yang harus dilakukan dalam menanggulangi kasus
korupsi?

1.3 Tujuan Kegiatan


a. Untuk mengetahui bagaimana eksistensi kasus korupsi di Indonesia
b. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan hubungan kasus korupsi di
Indonesia dengan tingkat kesejahteraan rakyat
c. Untuk memaparkan upaya yang harus dilakukan dalam menanggulangi
kasus korupsi di Indonesia

1.4 Tujuan Substansi


Untuk mengetahui eksistensi atau fenomena tindak pidana korupsi yang
terjadi di Indonesia sehingga dapat menganalisis hubungan dari fenomena
tersebut dengan kesejahteraan rakyat, serta mengetahui upaya yang dapat
dilakukan dalam penanggulangan tindak pidana korupsi.
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Pendekatan Penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
penelitian kualitatif. Menurut Mulyadi (2011: 127) “penelitian kualitatif
merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham naturalistik
(fenomenologis)”. Dalam hal ini, pendekatan kualitatif menitikberatkan pada
makna dan pemahaman dari dalam (verstehen), penalaran, definisi suatu situasi
tertentu (dalam konteks tertentu), serta lebih banyak meneliti hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Moelong (dalam Sugianto, 2020) juga mengemukakan definisi dari
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan berbagai hal secara holistik, serta dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah serta
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Dalam artikel ilmiah ini, pendekatan penelitian kualitatif digunakan untuk
menganalisis fenomena tindak pidana korupsi yang ada di Indonesia serta
hubungan dari fenomena tersebut dengan tingkat kesejahteraan rakyat. Selain itu,
dengan mengetahui hal tersebut, maka dapat ditentukan upaya-upaya dalam
menanggulangi tindak pidana korupsi.

2.2 Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sekunder. Menurut Sugiyono (dalam Firdaus dan D. Widyasastrena, 2016: 23)
“sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca,
mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur,
buku-buku, serta dokumen”.
Dalam penelitian ini, acuan data yang mengangkat topik fenomena tindak
pidana korupsi di Indonesia di peroleh dari Journal of Low Politic and Humanities
Volume 1, Issue 1, September 2020. Ditulis oleh Sonia Vitania Hubah, Bernardus
Hanggara Setyananda, dan M. Hanif Roid Fauzi, dengan judul “Prevention Of
Criminal Acts Of Corruption In Indonesia”. Acuan data mengenai topik hubungan
tindak pidana korupsi dengan tingkat kesejahteraan rakyat diperoleh dari publikasi
ilmiah Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2017 yang ditulis oleh
Hartanto dengan judul “Korupsi Perbuatan Tak Bermoral Menjatuhkan Wibawa
Bangsa Dan Merampas Kesejahteraan Rakyat” serta skripsi yang ditulis oleh
Purwiyanti Septina Franciari dengan judul “Analisis Hubungan IPM, Kapasitas
Fiskal, Dan Korupsi Terhadap Kemiskinan Di Indonesia (Studi Kasus 38
Kabupaten/Kota Di Indonesia Tahun 2008 Dan 2010)”. Sedangkan acuan data
mengenai upaya pemberantasan tindak pidana korupsi diperoleh dari Jurnal
Legislasi Indonesia Volume 15, No. 3, November 2018, yang ditulis oleh Wicipto
Setiadi dengan judul “Korupsi di Indonesia (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan
Upaya Pemberantasan, serta Regulasi)”.

2.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pengumpulan data kepustakaan. Menurut Sarwono (dalam Mirzaqon T.
Dan B. Purwoko, 2018) penelitian kepustakaan adalah studi yang mempelajari
berbagai buku referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yang
berguna untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti.
Bahan pustaka yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah referensi yang
memiliki topik bahasan berupa fenomena tindak pidana korupsi di Indonesia,
hubungan kasus korupsi dengan tingkat kesejahteraan rakyat, serta upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan memberantas tindak pidana
korupsi.

2.4 Metode Analisis Data


Metode yang digunakan dalam menganalisis berbagai data pada artikel
ilmiah ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi serta situasi dari
data-data yang telah dikumpulkan. Data yang diperoleh dalam artikel ilmiah ini
merupakan data sekunder yang didapatkan dari berbagai media elektronik,
membaca literatur, hasil kajian dari peneliti terdahulu, catatan perkuliahan, serta
sumber-sumber lain yang relevan.
Setelah sumber data terkumpul, maka akan dilakukan analisis dan
pengolahan data dengan melakukan penyusunan data yang sistematis dan logis
sehingga memudahkan dalam proses analisis dan dapat menjadi landasan faktual
dalam penyusunan artikel ilmiah ini. Selain itu, kata kunci yang digunakan dalam
penelusuran sumber referensi untuk penulisan artikel ilmiah ini adalah korupsi,
kesejahteraan, dan rakyat.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Fenomena Tindak Pidana Korupsi di Indonesia

Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio. Dalam bahasa
Inggris adalah corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis disebut corruption
dan dalam bahasa Belanda disebut dengan coruptie, dari bahasa Belanda itulah
lahir kata korupsi dalam bahasa Indonesia, yakni korup yang berarti busuk, buruk;
suka menerima uang sogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan sendiri
dan sebagainya) (Setiadi, 2018: 250). Selain itu, Menurut Van Den Berg dan
Noorderhaven (dalam Hubah, dkk, 2020: 48) korupsi seringkali dipersepsikan
sebagai fenomena kompleks yang dapat dipahami sepenuhnya dengan
memperhatikan konteks sosial.
Hampir setiap hari kita masih membaca atau mendengar adanya berita
terkait korupsi, misalnya adalah berita mengenai operasi tangkap tangan (OTT)
terhadap pelaku korupsi. Salah satu kasus yang cukup menggemparkan adalah
tertangkap tangannya 41 dari 45 anggota DPRD Kota Malang oleh KPK. Selain
itu, tidak kalah menggemparkannya adalah berita mengenai tertangkap tangannya
anggota DPRD Kota Mataram yang melakukan pemerasan terkait dengan dana
bantuan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang terdampak bencana gempa bumi
Lombok, NTB (Setiadi, 2018: 250).
Korupsi di Indonesia terjadi di berbagai sektor. Sektor yang paling rawan
korupsi menurut data Indonesia Corruption Watch (ICW) selama 2018 adalah
anggaran desa. Terdapat 96 kasus korupsi anggaran desa yang melibatkan 133
tersangka dengan kerugian negara sebesar Rp 37,2 miliar (Hubah, dkk, 2020: 47).
Tindak pidana korupsi sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka hingga
masa reformasi. Fenomena ini dapat terjadi karena rendahnya akhlak dan
pendidikan moral bangsa Indonesia. Padahal korupsi berakibat sangat berbahaya
bagi kehidupan manusia, baik aspek kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi,
dan individu. Selain itu, korupsi menunjukkan pada perbuatan yang rusak, busuk,
bejat, tidak jujur yang disangkutpautkan dengan keuangan. Sehingga keberhasilan
pemberantasan korupsi membawa dampak positif yang meluas bagi rakyat,
bangsa dan negara (Waluyo, 2014: 171).

3.2 Hubungan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia dengan Tingkat


Kesejahteraan Rakyat

Korupsi seringkali dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi


panutan masyarakat karena mereka adalah tokoh yang dipilih dan terpilih, dari
kalangan terpelajar dan bahkan dari kalangan orang-orang yang berpendidikan,
serta telah disumpah menurut agama dan kepercayaannya sebelum memangku
jabatan. Membiarkan korupsi merajalela akan melahirkan krisis kepercayaan,
sikap putus asa serta kehilangan kepemimpinan publik sehingga negara akan mati
secara perlahan-Iahan (Ka’bah, 2007: 79).
Orang-orang yang melakukan tindak pidana korupsi merupakan orang-orang
yang telah diberi kewenangan untuk menjalankan roda pemerintahan dan
melakukan pengelolaan di berbagai bidang guna menciptakan kehidupan yang
baik dan menyejahterakan seluruh lapisan masyarakat. Namun, mereka tidak
mampu mengemban amanah yang diterimanya, sehingga melakukan
penyelewengan-penyelewengan. Penyelewengan ini pada hakikatnya merupakan
penyelewengan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana bagi kesejahteraan
rakyat yang berhubungan dengan penggunaan anggaran keuangan negara,
sehingga sebagian dari dana itu mereka gunakan untuk kepentingan pribadi atau
kelompoknya. Akibatnya sasaran untuk mensejahterakan rakyat tidak sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah diprogramkan. (Hartanto, 2017)
Setiadi (2018: 250) juga menyebutkan bahwa fakta empirik dari hasil
penelitian di banyak negara dan dukungan teoritik oleh para saintis sosial
menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap rasa keadilan sosial
dan kesetaraan sosial. Dalam hal ini korupsi menyebabkan perbedaan yang tajam
di antara kelompok sosial dan individu baik dalam hal pendapatan, prestis,
kekuasaan dan lain-lain. Itu sebabnya tidaklah mengherankan bilamana ada
hubungannya antara korupsi dengan pelanggaran HAM.
Menurut Maria Hartiningsih (dalam Franciari, 2012: 8) praktik korupsi yang
terjadi dianggap sebagai salah satu penyebab sulitnya menurunkan angka
kemiskinan di Indonesia. Keberadaan tindak pidana korupsi menyebabkan
anggaran dana yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan,
menyediakan fasilitas kesehatan, menyediakan infrastruktur dan memperluas
lapangan kerja justru disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab. Hal ini menyebabkan kondisi penduduk miskin makin terpuruk
Menurut Chetwynd, dkk (dalam Franciari, 2012: 53) korupsi berakibat pada
mengurangi efisiensi usaha peningkatan kesejahteraan, menciptakan
ketidakadilan, melemahkan demokrasi, membuat yang kaya menjadi lebih kaya
dan mendukung para diktator, menyebabkan berkurangnya investasi domestik dan
asing, berkurangnya penerimaan pajak dan melemahkan jiwa kewirausahaan,
berkurangnya pengeluaran pemerintah sehingga terjadi ketidaktepatan alokasi,
melemahkan pertumbuhan ekonomi, menghambat penyediaan barang publik, dan
mengganggu sistem jaminan sosial. Sehingga hal ini akan menyebabkan angka
kemiskinan meningkat.
Fakta tindak pidana korupsi yang berakibat buruk pada kesejahteraan rakyat
juga didukung oleh studi kasus yang dilakukan oleh Tika Widiastuti (dalam
Franciari, 2012: 52) tentang dampak korupsi terhadap kesejahteraan masyarakat
yang terjadi di negara-negara muslim anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam),
di mana studi kasus ini menghasilkan kesimpulan bahwa korupsi berdampak
buruk terhadap kesejahteraan masyarakat. Selain itu, tidak efisiennya pengeluaran
pemerintah karena adanya korupsi menyebabkan berkurangnya pengaruh positif
terhadap kesejahteraan.

3.3 Upaya Menanggulangi Tindak Pidana Korupsi di Indonesia

Tindak pidana korupsi terjadi pada berbagai sektor dan juga kekuasaan baik
eksekutif, legislatif, dan yudikatif juga sektor swasta (private sector). Oleh karena
itu, pemberantasan korupsi merupakan salah satu hal yang harus menjadi fokus
utama pemerintah dan bangsa Indonesia (Waluyo, 2014: 169). Menurut Setiadi
(2018: 253) ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk memberantas tindak
pidana korupsi, yaitu sebagai berikut :
a. Mendesain ulang pelayanan publik, terutama pada bidang-bidang yang
berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat sehari-
hari. Tujuannya adalah untuk memudahkan masyarakat luas mendapatkan
pelayanan publik yang profesional, berkualitas, tepat waktu dan tanpa dibebani
biaya ekstra atau pungutan liar.
b. Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada kegiatan-kegiatan
pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia.
c. Meningkatkan pemberdayaan perangkat-perangkat pendukung dalam
pencegahan korupsi. Tujuannya adalah untuk menegakan prinsip “rule of law,”
memperkuat budaya hukum dan memberdayakan masyarakat dalam proses
pemberantasan korupsi.
d. Adanya ketentuan untuk mengumumkan putusan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap atas kasus korupsi melalui media masa. Ketentuan ini
selain untuk memberikan informasi kepada publik juga sekaligus sebagai
sanksi moral kepada pelaku tindak pidana korupsi.
e. Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi juga harus dilakukan
secara terpadu dan terintegrasi dengan satu tujuan, yaitu untuk memberantas
korupsi.
Korupsi sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka hingga masa reformasi
saat ini. Tindak pidana korupsi dapat terjadi karena rendahnya akhlak dan
pendidikan moral bangsa Indonesia. Sehingga dalam upaya mewujudkan
Indonesia yang bebas dari tindak pidana korupsi perlu adanya kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat. Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan hukum
terhadap penyelenggara negara dan memberikan sanksi bagi pelaku korupsi.
Selain itu, masyarakat juga perlu berperan serta dalam pencegahan atau
pemberantasan korupsi dengan tidak terlibat korupsi, melaporkan segala sesuatu
yang berkaitan dengan korupsi kepada pihak berwenang serta mempercayai dan
mendukung program pemerintah yang mengarah pada terwujudnya Indonesia
yang bebas korupsi (Hubah, dkk, 2020: 48)
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Korupsi menyebabkan berkurangnya kualitas pelayanan pemerintah
sehingga menjadi salah satu penghambat terbesar dalam pembangunan ekonomi
dan manusia. Selain itu, korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan
dasar negara dan hukum Indonesia serta merugikan negara dan menghilangkan
kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, upaya pemberantasan tindak pidana korupsi
harus dilaksanakan dengan maksimal dan komprehensif agar dapat mengatasi
permasalahan korupsi hingga ke akarnya.
Indonesia harus bisa meningkatkan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi. Jika pencegahan korupsi dilakukan dengan baik, maka Indonesia tidak
akan mengalami kerugian yang lebih besar dibandingkan ketika tindak pidana
korupsi terjadi. Upaya pencegahan tindak pidana korupsi dapat dilakukan dengan
pencegahan pada sektor pemberdayaan publik, sosial, dan masyarakat. Melalui
upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi kerugian negara dan mewujudkan
kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.

4.2 Saran
Untuk tercapainya salah satu tujuan dalam penyusunan artikel ilmiah ini,
yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia yang bebas dari tindak pidana
korupsi, maka penulis merekomendasikan beberapa saran bagi peneliti berikutnya.
Yang pertama adalah mengadakan penelitian lanjutan mengenai fenomena tindak
pidana korupsi serta upaya pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia.
Yang kedua adalah mengimplementasikan pendidikan anti korupsi sejak dini di
seluruh penjuru Nusantara untuk menciptakan nilai-nilai karakter anti korupsi
pada bangsa Indonesia. Dengan melakukan hal ini, diharapkan dapat terwujud
Indonesia yang lebih bersih dan tercapai kesejahteraan bagi seluruh lapisan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Fazzan. 2015. “Korupsi Di Indonesia Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam”.


Jurnal Ilmiah Islam Futura, 14 (2), 146 – 165, (https://jurnal.
arraniry.ac.id/index.php/islamfutura/article/download/327/305, diakses 16
Desember 2020)
Firdaus, D. W. dan D. Widyasastrena. 2016. “Kajian Pertumbuhan Minat dan
Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) Provinsi Jawa Barat (Lokasi dan Sektor
Usaha)”. Jurnal Riset Akuntansi, 8 (2), 19 – 27, (https://ojs.unikom.ac.
id/index.php/jira/article/view/525/368, diakses 28 Desember 2020)
Franciari, P. S. 2012. “Analisis Hubungan IPM, Kapasitas Fiskal, Dan Korupsi
Terhadap Kemiskinan di Indonesia (Studi Kasus 38 Kabupaten/Kota Di
Indonesia Tahun 2008 Dan 2010)”. Semarang: Skripsi Prodi Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro
Hartanto. 2017. “Korupsi Perbuatan Tak Bermoral Menjatuhkan Wibawa Bangsa
Dan Merampas Kesejahteraan Rakyat” [Online],
(https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/9543/HARTAN
TO.pdf?sequence=1&isAllowed=y, diakses 22 Desember 2020)
Hubah, dkk. 2020. “Prevention Of Criminal Acts Of Corruption In Indonesia”.
Journal of Low Politic and Humanities, 1 (1), 45 – 58 (https://bone.go.id
/2017/05/01/fungsi-tugas-wewenang-dan-hak-dprd/, diakses 17 Desember
2020)
Ka’bah, R. 2007. “Korupsi di Indonesia”. Jurnal Hukum dan Pembangunan
Tahun Ke – 37, 1, 78 – 89, (http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/ar
ticle/download/144/82, diakses 22 Desember 2020)
Mirzaqon T, A. dan B. Purwoko. 2018 “Studi Kepustakaan Mengenai Landasan
Teori dan Praktik Konseling Expressive Writing”. Jurnal BK UNESA, 8
(1), 1 – 8, (https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index. php/jurnal-bk-
unesa/article/view/22037/20201, diakses 28 Desember 2020)
Mulyadi, M. 2011. “Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar
Menggabungkannya”. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 15 (1), 127 –
138. (https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pen
dekatan+penelitian+kualitatif&btnG=, diakses 26 Desember 2020)
Setiadi, W. 2018. “Korupsi Di Indonesia (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan
Upaya Pemberantasan, Serta Regulasi)”. Jurnal Legislasi Indonesia, 15
(3), 249 – 262, (https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/
download/234/pdf, diakses 29 Desember 2020)
Sugianto, O. 2020. “Penelitian Kualitatif, Manfaat dan Alasan Penggunaan”
[Online], (https://binus.ac.id/bandung/2020/04/penelitian-kualitatif-
manfaat-dan-alasan-penggunaan/#:~:text=Tujuan%20penelitian%20kualit
atif%20adalah%20untuk,detail%20suatu%20data%20yang%20diteliti.&te
xt=Penelitian%20kualitatif%20tidak%20terlalu%20fokus%20kepada%20a
ngka%20atau%20nilai%20dalam%20pengukuran%20variabelnya, diakses
28 Desember 2020)
Waluyo, B. 2014. “Optimalisasi Pemberantasan Korupsi di Indonesia”. Jurnal
Yuridis, 1 (2), 169 – 182. (https://media.neliti.com/media/publications
/282159-optimalisasi-pemberantasan-korupsi-di-in-6faf3218.pdf, diakses
16 Desember 2020)

Anda mungkin juga menyukai