Anda di halaman 1dari 27

MATERI MODUL

1. Hak Pasien
1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah sakit;
2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi;
4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional;
5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi;
6) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapat;
7) Memilih dokter, dokter gigi, dan kelas perawatan sesuai keinginan dan
peraturanyang berlaku di Rumah Sakit;
8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang diderita kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik didalam maupun diluar
Rumah Sakit;
9) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data medisnya;
10) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan , risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi , dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan Tenaga Kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
12) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak menganggu pasien lainnya;
14) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit;
15) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit
terhadap dirinya;
16) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya;
17) Mengugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana; dan
18) Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.

2. Kewajiban Pasien
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Menggunakan fasikitas Rumah Sakit secara bertanggungjawab;
3. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga
Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit;
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap, dan akurat sesuai
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan financial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan di Rumah Sakit dan disetujui oleh pasien yang
bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk
menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh
Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau masalah
kesehatannya;
8. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterim

3. Peraturan dan Tata Tertib


1. Jam Berkunjung :
SENIN – JUM’AT
SORE : JAM 16.00 s/d 18.00 WIB
SABTU, MINGGU & HARI LIBUR
PAGI : JAM 11.00 s/d 13.00 WIB
SORE : JAM 16.00 s/d 18.00 WIB
2. Tidak diperkenankan membawa anak di bawah usia 12 tahun ke ruang
perawatan pasien untuk mencegah penularan penyakit
3. Seluruh pasien (dan keluarga pasien) yang sedang di rawat inap/ ICU/
NICU/PICU dilarang membawa atau menyimpan barang berharga di
ruang perawatan
4. Pengenalan Ruang Inap Lantai 3
Lokasi dan Denah/Setting Ruangan

Utara Berbatasan dengan Gedung Fakultas Keperawatan UNAIR


Timur Berbatasan dengan Poli Geriatri
Barat Berbatasan dengan Ruang Terbuka
Selatan Berbatasan dengan Ruang Terbuka

Gambar 1. Denah Irna Lt.3 RS UNAIR Surabaya


Ruang Irna Lt.3 RS UNAIR merupakan ruang rawat inap pasien khusus untuk pasien
dengan penyakit bedah. Pembagian ruang yang ada di Irna Lt.3 RS UNAIR dibagi
menurut kelas 1, 2, dan 3. Kelas 1 terdiri dari 8 ruangan, kelas 2 terdiri dari 3 ruangan,
dan kelas 3 terdiri dari 3 ruangan.

Sumber :
Permenkes nomor 4 tahun 2018 tentang kewajiban rumah sakit dan kewajiban
pasien
UU no 44 th 2009 tentang Rumah Sakit tentang Hak & Kewajiban Pasien SK
Direktur RS UNAIR
5. Cuci Tangan
5 Waktu Mencuci Tangan
1. Sebelum kontak dengan pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien.
4. Setelah kontak dengan pasien.
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

6 Langkah Cuci Tangan:


1. Ratakan sabun atau hand rub pada telapak tangan
2. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari (Lakukan pada kedua
tangan)
3. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari (Lakukan pada kedua
tangan)
4. Gosok kedua punggung jari kedua tangan dengan posisi kedua tangan
saling mengunci
5. Gosok ibu jari dengan diputar dalam genggaman tangan kanan
(Lakukan pada tangan satunya)
6. Usapkan ujung kuku tangan kanan dengan diputar di telapak tangan
kiri (Lakukan juga pada tangan lainnya)

Cara Cuci tangan


1. Jika menggunakan sabun dan air mengalir, cuci tangan dilakukan
selama 40 – 60 detik.
2. Jika menggunakan hand rub (cairan berbahan dasar alcohol), cuci tangan
dilakukan selama 20 – 30 detik.

Sumber:
WHO.2021. WHO SAVES LIVES: Clean your hands in the context of COVID-
19. Diakses pada tanggal 04 Mei 2021. Available from:
https://www.who.int/
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Waktu Mencuci Tangan. Diakses pada tanggal
04 Mei 2021. Available from: https://promkes.kemkes.go.id/
Tim PPI Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
6. Etika Batuk
1. Tutup mulut dan hidung menggunakanlengan atas bagian dalam
2. Tutup mulut dan hidung dengan menggunakan tisu
3. Buang tisu yang sudah digunakan ke tempat sampah
4. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci
tangan berbasis alcohol
5. Saat anda flu atau batuk gunakan masker agar orang lain tidak tertular

Sumber:
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Jangan asal bersin dan batuk kenali etika bersin
dan batuk agar tidak menularkan penyakit. Diakses pada tanggal 04 Mei
2021. Available from: https://promkes.kemkes.go.id/
Tim PPI Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya

7. Cara Memakai Masker yang Benar


1. Menutup mulut, hidung dan dagu anda. Pastikan bagian masker yang
berwarna berada di sebelah depan
2. Tekan bagian atas masker supaya mengikuti bentuk hidung Anda dan
tarik ke belakang ke bagian bawah dagu.
3. Lepas masker yang telah digunakan dengan hanya memegang tali dan
langsung buang ke tempat sampah tertutup
4. Ganti masker anda secara rutin apabila kotor atau basah.
5. Cuci tangan pakai sabun setelah membuang masker yang telah
digunakan ke dalam tempat sampah.

Sumber:
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Cara memakai masker yang benar. Diakses
pada tanggal 04 Mei 2021. Available from: https://promkes.kemkes.go.id/
Tim PPI Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
8. Konsep penyakit fraktur kolum femur
1. Pengertian fraktur kolum femur
Fraktur kolum femur adalah patah tulang pada bagian leher tulang
paha.

Gambar 1 tulang paha


2. Klasifikasi Fraktur Kolum Femur
Klasifikasi fraktur kolum femur menurut Garden:
- Tipe I : tidak komplit
- Tipe II : komplit, tanpa pergeseran
- Tipe III : komplit, pergerakan sebagian
- Tipe IV : pergeseran komplit

Gambar 2 klasifikasi fraktur kolum femur menurut Garden

3. Penyebab Fraktur Kolum Femur


a. Jatuh (terpeleset)
b. Kanker
c. Osteoporosis
4. Tanda dan Gejala
a. Tidak bisa berdiri atau berjalan
b. Nyeri
c. Kaki panjang sebelah / bisa memendek atau bengkok
d. Bengkak, disertai memar
5. Komplikasi
Jika pasien tidak melakukan operasi maka bisa berakibat cacat (tidak
bisa berjalan)
6. Tatalaksana
Operasi bertujuan untuk mencegah kecacatan serta mengembalikan
fungsi anggota gerak sebagaimana mestinya. Terapi operasi meliputi
fiksasi internal, salah satunya yaitu bipolar arthroplasty. bipolar
arthroplasty adalah pengangkatan kepala (caput) tulang paha dan
sebagian besar leher (collum) tulang paha termasuk bagian tulang
yang patah dan menggantinya dengan pen (prosthesis) yang
ukurannya sesuai, dengan ukuran mangkuk sendi (Hutagalung et al.,
2019).

Gambar 3 alat prothesis atau pen (Guyen, 2019)


Gambar 4 setelah pemasangan pen (Guyen, 2019)

Prosedur Bipolar Arthroplasty (James Roland, 2018)


- Sebelum operasi
Bipolar arthroplasty biasanya dilakukan segera setelah terjatuh
atau cedera lain yang menyebabkan patah tulang pinggul. Prosedur
ini membutuhkan rawat inap di rumah sakit setidaknya selama
beberapa hari.
- Saat Operasi
1) Dilakukan anastesi atau pembiusan
2) Operasi dimulai dengan sayatan di sisi panggul yang patah.
3) kepala tulang paha dikeluarkan dari mangkuknya.
4) Bagian dalam tulang paha dibersihkan sebagai tempat pen atau
batang logam
5) Kepala tulang paha tiruan dipasang dengan aman
6) Sayatan kemudian dijahit dan dibalut.
- Setelah operasi
1) Mendapatkan obat anti nyeri
2) Mobilisasi secara bertahap
3) Terkadang terpasang drainase sebagai tempat pengeluaran sisa
darah operasi

Sumber:
Guyen, O. (2019). Hemiarthroplasty or total hip arthroplasty in recent femoral
neck fractures? Orthopaedics and Traumatology: Surgery and Research,
105(1), S95–S101. https://doi.org/10.1016/j.otsr.2018.04.034
Hutagalung, M. B. Z., Rahman, S., & Azharuddin, A. (2019). Correlation
Between Harris Hip Score (Hhs) and Body Mass Index (Bmi) in Patients
With Femoral Neck Fracture After Hemiarthroplasty. (JOINTS) Journal
Orthopaedi and Traumatology Surabaya, 7(1), 12.
https://doi.org/10.20473/joints.v7i1.2018.12-19
James Roland. (2018, September 18). Hemiarthroplasty: Procedure, Recovery,
Complications, and More.
https://www.healthline.com/health/hemiarthroplasty#procedure

9. Persiapan Pasien Pre operasi;


Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai pre operasi
(pre bedah), intra operasi (bedah), dan post operasi (pasca bedah). Pre bedah merupakan
masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan
dan berakhir sampai pasien di meja bedah (Kurniawan et al., 2018). Intra bedah
merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat
pasien dibawa ke ruang pemulihan (Report, 2013). Pasca bedah merupakan masa setelah
dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
1. Penandaan Sebelum Operasi

Site Marking adalah tindakan pemberian tanda identifikasi khusus untuk


penandaan sisi kanan atau kiri pada pasien yang akan dilakukan tindakan
operasi dengan prosedur yang tepat dan benar (Kurniawan et al., 2018). Site
Marking dilakukan oleh dokter operator yang melakukan prosedur, saat
dilakukan marking pasien kondisi sadar, harus masih terlihat jelas setelah
pasien sadar, pada semua kasus lokasi tempat operasi harus diberi tanda,
termasuk sisi lateral, daerah struktur multiple, jari tangan, jari kaki, lesi, tulang
belakang, atau daerah yang akan dioperasi. Prosedur site marking harus
dilakukan oleh dokter operator dengan penandaan sebagai berikut:
1) Melakukan identifikasi nama atau tanggal lahir
2) Dokter operator memberikan tanda pada area yang akan dioperasi dengan
melibatkan pasien serta keluarga dan didampingi perawat
penanggungjawab

3) Menjelaskan diagnosa penyakit dan rencana tindakan yang akan dilakukan

4) Memberikan informasi pemberian tanda operasi/ Site Marking

5) Pastikan lokasi yang akan diinsisi atau dilakukan pembedahan

6) Menggunakan spidol permanen yang tidak mudah terhapus saat terkena


air/alcohol/betadine dalam penandaan lokasi operasi

7) Memberikan tanda;

a. Tanda silang (X) dengan diameter 2-3cm pada permukaan kulit di


daerah yang akan dilakukan operasi

b. Lingkar (O) pada batas tepi luka tertentu misalnya pada luka operasi
tumor, dll

c. Tanda lain yang tidak spesifik misalnya pada operasi debridement


luka, amputasi, luka bakar

d. Tanda “X” pada catatan radiografi pasien, misalnya pada operasi


gigi

8) Melakukan evaluasi terhadap pemberian penandaan yang dilakukan

9) Penandaan lokasi operasi di bagian panggul sisi yang sakit

10) Beberapa prosedur tidak memerlukan penandaan; kasus organ tunggal,


kasus intervensi/ penatalaksanaan, kasus yang melibatkan gigi, prosedur
yang melibatkan bayi premature
Gambar 1. Ilustrasi Site Marking

2. Mandi dan Ganti Pakaian

Mandi dan keramas dengan sabun (antimikroba atau non-antimikroba)


sebelum operasi dinilai bermanfaat sebelum pembedahan dilakukan (Rahman,
2019). Mandi sebelum operasi dengan menggunakan sabun dapat mengurangi
kolonisasi/ perkumpulan bakteri pada kulit. Disarankan untuk melakukan
mandi setidaknya dua kali sebelum operasi dilaksanakan.

3. Puasa

Puasa pre-operasi pada pasien yang akan menjalani operasi bersifat elektif
merupakan suatu keharusan sebelum tindakan operatif, hal ini berguna untuk
mengurangi volume dan keasaman lambung serta mengurangi risiko tersedak
selama anestesi terutama pada saat mulai dibius ( et al., 2016). Puasa
preoperatif pada pasien pembedahan elektif bertujuan untuk mengurangi
volume lambung tanpa menyebabkan rasa haus apalagi dehidrasi (American
Society of Anesthesiologists, 2017).
Informasi puasa sebelum operasi (Rk.Irna 3, 2021)
Jenis Makanan Minimal waktu Keterangan
puasa
Cairan Jernih 2 Jam Air putih, sari buah (saring),
minuman bersoda, dan teh
Susu Formula atau 6 Jam Susu yang bukan ASI akan
Susu Segar Hewani mengalami pencernaan seperti
makanan ringan
Makanan Ringan 6 Jam Makanan ringan seperti roti atau
Makanan Berat/Padat 6-8 Jam
kue, sedangkan makanan
berat/padat seperti nasi dan lauk
pauk

Sumber:
American Society of Anesthesiologists. (2017). Practice Guidelines for
Preoperative Fasting and the Use of Pharmacologic Agents to Reduce the
Risk of Pulmonary Aspiration. Anesthesiology, 126(3), 376–393.
Hartanto, B., Suwarman, & Sitanggang, R. H. (2016). Hubungan antara Durasi
Puasa Preoperatif dan Kadar Gula Darah Sebelum Induksi pada Pasien
Operasi Elektif di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi
Perioperatif, 4(2), 87–94. https://doi.org/10.15851/jap.v4n2.822
Kurniawan, A., Kurnia, E., & Triyoga, A. (2018). Pengetahuan Pasien Pre Operasi
Dalam Persiapan Pembedahan. Jurnal Penelitian Keperawatan, 4(2).
https://doi.org/10.32660/jurnal.v4i2.325
Rahman, S. (2019). Efektivitas Mandi Chlorhexidine Sebelum Operasi Elektif
Ortopedi Dalam Mencegah Infeksi Daerah Operasi Di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala,
19(1), 42–44. https://doi.org/10.24815/jks.v19i1.18050
Report, M. (2013). Marker pen p / surgery and needle p / breast biopsy. 1–2.

10. Pelepasan Aksesoris


Persiapan pasca operasi : pelepasan perhiasan dan aksesoris pelepasan perhiasan dan
aksesoris terkesan sangat merepotkan. Tim tenaga Kesehatan memiliki tujuan dalam
pelepasan aksesoris pada pasien seperti:
a. menghindari komplikasi yang memungkinkan akibat penggunaan perhiasan
b. dapat menghalangi prosedur pembedahan
c. dapat menghalangi pencitraan seperti rontgen, MRI
d. dapat menyebabkan cedera pada pasien

11. Batuk Efektif


Batuk efektif adalah batuk untuk mengeluarkan secret (dahak) yang terkumpul dan
menganggu di saluran pernafasan dengan cara dibatukkan.
Tujuan :
a. Membebaskan jalan napas dan kumpulan dahak
b. Mengeluarkan dahak untuk pemeriksaan diagnostik
c. Mengurangi sesak napas akibat kumpulan dahak
Peralatan :
a. Kertas tissue
b. Bak kecil untuk membuang dahak
c. Perlak/pengalas
d. bak besar berisi desinfektan (jika ada)
e. Air minum hangat

Langkah-langkah :
a. Cuci tangan
b. Atur posisi yang dirasa enak oleh klien (semi fowler/tidur setengah duduk)
dengan lutut ditekuk
c. minum air hangat untuk mengencerkan dahak
d. letakkan satu tangan di dada dan satu tangan di perut untuk menambah
kekuatan dan tahanan pada otot perut
e. Latih pasien melakukan pernapasan perut (perintahkan klien untuk
menarik
f. napas dalam melalui hidung dengan mulut ditutup hingga 3 hitungan)
g. Tetap rileks, jangan melengkungkan punggung dan konsentrasi
h. Menahan napas hingga 3 hitungan.
i. Mengerutkan bibir seperti sedang bersiul dan mengeluarkan udara
dengan pelan dan tenang hingga 3 hitungan.
j. Mengempisnya abdomen dan kontraksi otot.
k. Pasang perlak/pengalas dan bak kecil di dekat pasien
l. Lakukan napas dalam seperti di atas dua kali, dan yang ke tiga, saat
menarik napas, tahan napas dan batukkan dengan kuat menggunakan
kekuatan otot abdomen.
m. Cuci tangan
(Rahayu & Harnanto, 2016)

12. Tranfusi Darah


Transfusi darah adalah Tindakan medik yang bertujuan mengganti komponen darah
yang berkurang (Klau, 2015)
macam-macam komonen darah:
1. Darah utuh (Whole Blood)
2. Darah endap
3. darah merah cuci (WRC Washed Red Cells)
4. trombosit konsentrat (TC/ Trombocyte Concentrates)
5. Fresh Frozen Plasma (FFP)
6. Cryoprecipiate

Kapan membutuhkan transfuse darah?


1. Kekurangan darah karena perdarahan
2. Pengganti sel darah merah pada anemia (PRC)
3. Pendarahan akibat gangguan fungsi trombosit (TC)
4. Gangguan sumsum tulang (TC)
5. Kekurangan faktor koagulasi (pembekuan darah) FFP

Waktu transfusi: bergantung pada jenis dan kondisi pasien (rata-rata


maksimal 4-6 jam)

Hal yang tidak diinginkan saat tranfusi:


1. kejang
2. demam tinggi
3. alergi
Apa yang harus dilakukan?
1. Stop Transfusi
2. Periksa kultur dan sampel jika diperlukan
3. Evaluasi keadaan pasien
(New Zealand Blood Service, 2016)
Sumber:
Jennifer Whitlock, RN, MSN, F. (2019). Why You Remove Piercings and Jewelry
Before Surgery, 1–5.
Klau, R. O. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91
Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah. Ekp, 13.
New Zealand Blood Service. (2016). A Guide to the Clinical Use of Blood
Components, Blood Products and Blood Transfusion Procedures in New
Zealand. Transfusion Medicine Handbook 3rd Edition, 1–171.
Rahayu, S., & Harnanto, addi mardi. (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan :
Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia 2, 68–70.

13. Manajemen Nyeri


Pengalaman sensorik dan emosional yang akibatkan adanya kerusakan
jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan
jaringan
Nyeri bisa dirasakan seperti :
1. Tajam/ ditikam/ ditusuk atau seperti ditekan
2. Sakit, berdenyut / cekot – cekot
3. Rasa perih sekali
4. Rasa ditarik
5. Rasa terjepit
6. Rasa seperti diremas
7. Rasa terbakar
8. Rasa matirasa/ kebas
9. Kaku pada sendi
10. Rasa tidak nyaman

Penyebab/ Stimulus Nyeri :


1. Trauma / Cedera
2. Gangguan pada jaringan tubuh ex: edema (pembengkakan)
3. Tumor
4. Kanker
5. Iskemia jaringan (penyumbatan jaringan)
6. Spasme otot (kram)

Cara mengurangi nyeri (Wardani, 2014) :


a. Modalitas fisik

Latihan fisik, pijatan, Kompres hangat atau dingin, vibrasi, stimulasi kutan
(TENS), tusuk jarum (akupuntur), perbaikan posisi, imobilisasi, dan
mengubah pola hidup.
b. Modalitas kognitif-behavioral

Relaksasi, distraksi kognitif, edukasi pasien, dan pendekatan spiritual.


c. Modalitas Invasif

Pendekatan radioterapi, pembedahan, dan tindakan blok saraf.


d. Modalitas Psikoterapi

Dilakukan secara terstruktur dan terencana, khususnya bagi merreka yang


mengalami depresi dan berpikir ke arah bunuh diri
e. Modalitas Farmakoterapi
Mengikuti ”WHO Three-Step Analgesic Ladder” (Vergne-salle, 2015)
(‘World Health Organization (WHO) Analgesic Ladder’, 2006)

1. First step Nyeri ringan: analgesik non-opioid seperti obat anti-inflamasi


nonsteroid (NSAID) atau acetaminophen dengan atau tanpa ajudan

2. Second step Nyeri sedang: opioid lemah (hidrokodon, codeine, tramadol)


dengan atau tanpa analgesik non-opioid, dan dengan atau tanpa ajudan

3. Third step. Nyeri parah dan persisten: opioid ampuh (morfin, methadone,
fentanil, oxycodone, buprenorphine, tapentadol, hydromorphone,
oxymorphone) dengan atau tanpa analgesik non-opioid, dan dengan atau
tanpa adjuvants
Daftar Indikasi dan Dosis obat farmakoterapi nyeri berdasarkan derajat nyeri
(Wardani, 2014)
Sumber :
Vergne-salle, P. (2015) ‘WHO Analgesic Ladder : Is It Appropriate for Joint
Pain? From NSAIDS to Opioids’, Iasp, (18), pp. 2015–2017. Available at:
https://s3.amazonaws.com/rdcms-
iasp/files/production/public/Content/ContentFolders/GlobalYearAgainstPai
n2/2016/FactSheets/English/18. WHO Analgesic Ladder.pdf.
Wardani, N. P. (2014) ‘Manajemen Nyeri Akut’, Manajemen Nyeri Akut, pp. 57–
69. Available at:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/7a7e6ab189e88b456
637b8a831bdec07.pdf.
World Health Organization (WHO) Analgesic Ladder’ (2006) Encyclopedia of
Pain, pp. 2671–2671. doi: 10.1007/978-3-540-29805-2_4887.
Anekar AA, Cascella M. WHO Analgesic Ladder. 2020 May 17. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan–. PMID:
32119322.

14. Distraksi music


Mendengarkan musik dengan penuh rileksasi dapat mengurangi nyeri karena
merangsang keluarnya hormnon endorphin dari dalam tubuh sebagai morphin alami
sehingga menunjukkan bahwa terdapat bukti, bahwa musik memiliki pengaruh yang
positif pada pemulihan pasca operasi, terutama pada nyeri pasca operasi dan kegelisahan
(van der Wal- Huisman, Dons, Smilde, Heineman, & van Leeuwen, 2018). Dengan
mendengarkan musik adalah sebagai terapi komplementer yang layak dalam
pengendalian nyeri tersebut dapat sebagai penyembuh alami, penyeimbang produksi
hormon tubuh dan penyegaran pikiran dari kecemasan yang dapat menyebabkan
meningkatnya rasa nyeri dari tubuh (Schneider, 2016). Pada penelitian (Lin, Hwang,
Jiang, & Hsiung, 2020). Pengaruh terapi musik pada nyeri setelah bedah ortopedi
sangatlah memiliki pengaruh positif dan hasil penelitian sangat signifikan dalam
mengurangi nyeri, apalagi musik dipilih oleh peserta atau pasien. Pada umumnya musik
juga sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari dan akrab terdengar oleh telinga
manusia, musik juga dapat mengekspresikan perasaan dan dapat mengalihkan perhatian
yang terfokus. Musik juga sangat berperan dalam kesehatan yaitu sebagai media distraksi
untuk terapi seperti nyeri, kecemasan dan lainnya (Kavak Akelma, Altınsoy, Arslan, &
Ergil, 2020). Dapat disimpulkan bahwa musik dapat mempengaruhi otak, hubungan ini
saling mempengaruhi terutama diproses oleh komponen otak yang terletak ditengah otak
bernama limbik. Inilah pusat emosi dari seluruh makhluk yang memungkinkan
seseorang. Sehingga pengaruh terapi dalam bentuk mendengarkan musik pada saat
merasakan sensasi nyeri berpengaruh atau dapat mengurangi sensasi nyeri yang
dirasakan.

Sumber :

Kavak Akelma, F., Altınsoy, S., Arslan, M. T., & Ergil, J. (2020). Effect of
favorite music on postoperative anxiety and pain. Anaesthesist, 69(3), 198–
204. https://doi.org/10.1007/s00101-020-00731-8
Lin, C. L., Hwang, S. L., Jiang, P., & Hsiung, N. H. (2020). Effect of Music
Therapy on Pain After Orthopedic Surgery—A Systematic Review and
Meta-Analysis. Pain Practice, 20(4), 422–436.
https://doi.org/10.1111/papr.12864
Schneider, M. A. (2016). The Effect of Listening to Music on Postoperative Pain
in Adult Orthopedic Patients, 1–10.
van der Wal- Huisman, H., Dons, K. S. K., Smilde, R., Heineman, E., & van
Leeuwen, B. L. (2018). The effect of music on postoperative recovery in
older patients: A systematic review. Journal of Geriatric Oncology, 9(6),
550–559. https://doi.org/10.1016/j.jgo.2018.03.010

15. Mobilisasi post operasi


Langsung latihan gerak setelah operasi banyak manfaatnya seperti memperlancar
pergerakan usus, mencegah dahak tertinggal di tenggorokan yang dapat menyebabkan
infeksi paru (pneumonia). Latihan gerak habis operasi patah tulang panggul lebih bagus
bila dimulai segera mungkin sejak hari pertama setelah operasi dengan bantuan
fisioterapis dan alat bantu seperti walker, tongkat (Buecking et al., 2015). Latihan gerak
pada hari pertama setelah operasi juga mencegah terjadinya sumbatan pada aliran balik
pembuluh darah (tromboemboli vena), infeksi saluran kencing, demam, mengurangi lama
tinggal/opname di rumah sakit (Chua et al., 2017), menambah kuat otot kaki dan
keseimbangan badan, memperbaiki fungsi usus dan paru paru serta mencegah komplikasi
(Morris et al., 2010), menambah stress karena hilangnya kendali pribadi terhadap fungsi
tubuh seperti berjalan (Chatterley, 2017).

Pada hari pertama setelah operasi latihan gerak di tempat tidur (dibantu) latihan
gerak setelah operasi dimulai di tempat tidur secara bertahap dimulai dengan:
1) Latihan menarik nafas panjang untuk menguatkan paru paru.
2) Latihan menggerakkan pergelangan kaki ditekuk keatas atau kebawah
sekitar 10 detik,dapat diulang beberapa kali.
3) Latihan menggerakkan pergelangan kaki kea rah dalam dan luar
4) Latihan menekan lutut pakai bantal atau meletakkan bantal di bawah
lutut
5) Latihan mengangkat kaki ke atas (tidak boleh terlalu tinggi).
6) Latihan setengah duduk dengan bersandar di tempat tidur
7) Saat berbaring kedua mata kaki direnggangkan (letakkan bantal
diantara kedua kaki)
Pada hari kedua setelah dilakukan operasi :
1) Latihan seperti hari pertama (no 1 sampai no 6)
2) Tidur miring ke sisi kaki yang sehat dengan cara letakkan bantal
ditengah kedua kaki.
3) Cara duduk di pinggir tempat tidur: setelah mengatur posisi miring
seperti pada poin 2, kaki pada sisi yang dioperasi dibantu bergeser
mengikuti gerakan kaki yang sehat sambil membantu badan untuk
bangun.
4) Latihan berdiri dipinggir tempat tidur: lakukan gerakan poin 2 dan 3
kemudian berdiri perlahan di samping tempat tidur dengan cara
majukan walker terlebih dulu diikuti kaki yang sakit kemudian
menginjakkan kaki yang sehat (sebagai tumpuan).
5) Gunakan walker PWB untuk latihan berjalan disekitar kamar atau ke
kamar mandi.

Posisi yang harus di hindari setelah dilakukan operasi :

1) Jongkok (gunakan closed duduk)


2) Menggendong pasien dengan kaki ditekuk ke perut
3) Kaki disilang saat duduk.

Sumber :
Buecking, B., Bohl, K., Eschbach, D., Bliemel, C., Aigner, R., Balzer-Geldsetzer,
M., Dodel, R., Ruchholtz, S., & Debus, F. (2015). Factors influencing the
progress of mobilization in hip fracture patients during the early postsurgical
period?-A prospective observational study. Archives of Gerontology and
Geriatrics, 60(3), 457–463. https://doi.org/10.1016/j.archger.2015.01.017
Chatterley, L. (2017). Improving nurse knowledge and attitudes of early
mobilization of the postoperative patient.
Chua, M. J., Hart, A. J., Mittal, R., Harris, I. A., Xuan, W., & Naylor, J. M.
(2017). Early mobilisation after total hip or knee arthroplasty: A multicentre
prospective observational study. PLoS ONE, 12(6), 1–15.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0179820
Morris, B. A., Benetti, M., Marro, H., & Rosenthal, C. K. (2010). Clinical practice
guidelines for early mobilization hours after surgery. Orthopaedic Nursing,
29(5), 290–316. https://doi.org/10.1097/NOR.0b013e3181ef7a5d

16. Diet Pasca Bedah


1. Definisi

Diet yang diberikan kepada pasien setelah proses pembedahan untuk


membantu meningkatkan pemulihan pasien, mengurangi lama rawat inap
dan mencegah risiko infeksi serta komplikasi pasien pasca bedah (Kim et
al., 2018).

2. Tujuan Diet

Untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk
mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh
pasien. Syarat diet pasca operasi adalah memberikan makanan secara
bertahap mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa dengan cara :

1) Memenuhi kebutuhan dasar (cairan, energi, protein).

2) Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan lain-lain.


3) Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.

4) memberikan asupan kalori melalui mulut dalam waktu 24 jam pasca-


operasi (Bisch et al., 2019).

3. Syarat Diet

Diberikan secara bertahap, cair, saring, lunak, biasa.

4. Macam Diet dan Pemberian Diet Pasca Bedah


1) Pasca Bedah hari I :

Diet awal pasca operasi terlepas dari kentut pasca operasi diberikan 6 jam
setelah pembedahan, berupa cairan jernih sebagai pemberian energi berupa
glukosa dengan segera. Makanan yang diberikan dalam bentuk cair kental,
berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan pudding rata-rata 8-10
kali sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan
tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan
Makanan Parenteral bila diperlukan.

2) Pasca Bedah hari II :

Diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena zat gizinya


kurang.

3) Pasca Bedah hari III :

Perpindahan dari DPB (Diet Pasca Bedah) II, diberikan tidak lebih dari
2000 ml/hari, diberi makanan parenteral bila perlu.

4)    Pasca Bedah hari IV :

Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3 kali


makanan lengkap dan 1 kali makanan selingan.. (Kemenkes, 2018).

5.  Jenis diet

Jenis diet yang diberikan Rumah Sakit untuk pasien pasca bedah ialah diet
TETP (Tinggi Energi Tinggi Protein). Diet Rendah Garam jika terjadi
peningkatan tekanan darah terjadi pada pasien. Jenis , diet protein tinggi
pasca operasi dapat mengurangi tingkat komplikasi, pedoman perawatan
akut merekomendasikan 2,0 g protein / kg / hari dan 25-30 kkal / kg / hari.
Tingkat nutrisi ini didukung oleh American Society for Enhanced
Recovery dan pedoman Kualitas Perioperatif (Bisch et al., 2019).
Jenis diet yang harus dihindari :    Makanan / minuman yang mengandung
tinggi gas / karbondioksida dan makanan berbumbu tajam.

17. Manajemen Mual Dan Muntah


Mengidentifikasi, mencegah dan mengelola reflex pengeluaran isi
lambung Tindakan :

1. Obsevasi :
 Identifikasi karakteristik muntah (Misalnya; warna,konsistensi, adanya
darah,waktu, frekuensi dan durasi)
 Periksa volume muntah
 Identifikasi riwayat diet
 Identifikasi factor penyebab muntah (Misalnya pengobatan dan
prosedur)
 Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh
 Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Terapeutik :
 Kontrol factor lingkungan penyebab muntah (Misalnya; bau tidak
sedap, suara dan stimulasi visual yang tidak menyenangkan)
 Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah (Misalnya;
kecemasan, ketakutan)
 Atur posisi untuk mencegah aspirasi
 Bersihkan mulut dan hidung
 Berikan dukungan fisik saat muntah (Misalnya; membantu pasien
menundukkan kepala atau membungkuk)
 Berikan kenyamanan selama muntah (Misalnya; kompres dingin di dahi
atau sediakan pakaian bersih dan kering)
 Berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi minimal 30 menit
setelah muntah
1) Edukasi :
 Anjurkan membawa kantong plastic untuk menampung
muntah
 Anjurkan memperbanyak istirahat
 Ajarkan penggunaan tehnik nonfarmakologi untuk
mengatasi mual (Misalnya;relaksasi, terapi music,
akupresur)
2) Kolaborasi pemberian antiemetic

Sumber :
Bisch, S., Nelson, G., & Altman, A. (2019). Impact of Nutrition on Enhanced
Recovery After Surgery ( ERAS ) in Gynecologic Oncology. 1–9.

Kim, J. Y., Wie, G. A., Cho, Y. A., Kim, S. Y., Sohn, D. K., Kim, S. K., & Jun,
M. D. (2018). Diet Modification Based on the Enhanced Recovery After
Surgery Program ( ERAS ) in Patients Undergoing Laparoscopic Colorectal
Resection. 7(4), 297–302.

Kemenkes, R. (2018) ‘Dietetik Penyakit Tidak Menular Ri 2018’, Infodantin


Gizi
PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) (2018) Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: PPNI
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2018) Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan.)

18. Rawat Luka


1. Luka merupakan bagian dari cedera yang terjadi akibat suatu kecelakaan,
baik ringan maupun berat.

Merawat luka/ mengganti balutan luka adalah adalah suatu tindakan


keperawatan untuk mengganti balutan dalam perawatan luka untuk
mencegah infeksi, membunuh atau menghambat pertumbuhan
kuman/bakteri dengan cara menjaga agar luka tetap dalam keadaan bersih.

2. Tujuan Tindakan dan rawat luka


a. Membersihkan luka dari benda asing
b. Mencegah timbulnya infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam
kulit
c. Mencegah kerusakan jaringan
d. Mempercepat penyembuhan
e. Mencegah perdarahan
f. Meningkatkan kenyamanan.
3. Langkah-langkah rawat luka
a. Mencuci tangan dengan sabun
b. Menggunakan sarung tangan
c. Membuka balutan dengan hati-hati
d. Membersihkan luka dengan larutan NaCl
e. Oleskan obat antiseptic (betadine)
f. Menutup luka dengan kassa

4. Prinsip Dalam perawatan luka


a. Gunakan tehnik aseptic
b. Ganti balutan pagi dan sore
c. Jaga luka agar tidak lembab
d. Kenali tanda tanda infeksi

Sumber:
Marcarelli, M., Trovato, L., Novarese, E., Riccio, M., & Graziano, A. (2017).
Rigenera protocol in the treatment of surgical wound dehiscence.
International Wound Journal, 14(1), 277–281.
https://doi.org/10.1111/iwj.12601
Inoue Y, Hasegawa M, Maekawa T, Le PA, Asano Y, Abe M, et al. The
wound/burn guidelines - 1: wounds in general. J Dermatol. 2016
Apr;43(4):357–75. [PubMed]

19. Infeksi

1. Infeksi adalah proses masuk dan berkembangnya mikroorganisme (bakteri


virus,jamur) ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan penyakit.

Infeksi luka operasi adalah infeksi yang terjadi pada daerah yang telah
dilakukan tindakan pembedahan atau operasi.

2. Kenali tanda- tanda infeksi


a. Rasa Nyeri (Dolor)
b. Rasa Panas (Kolor)
c. Kemerahan (Rubor)
d. Pembengkakan (Tumor)
e. Perubahan fungsi (Fungsio laesa)

Sumber:
Prevention and management of wound infection: Guidance from WHO’s
department of violence and injury prevention and disability and the
department of essential health technologies. Geneva (CH): World Health
Organization; 2017. Available
from: http://www.who.int/hac/techguidance/tools/guidelines_prevention
_and_management_wound_infection.pdf

Anda mungkin juga menyukai