Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FILARIASIS

(Dosen : Ns.Hansen. M. Su, S.Kep.M.Kep)

Disusun Olen Kelompok II

1. HASMINA HAMUNA
2. FERDINANDA B. KAPITARAUW
3. BENEDIKTUS B. LAMADOKEN
4. TRINCE F. JITMAU
5. ITA KLARCE M. WAMBRAUW
6. LENORA W A.TRAPEN

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) PAPUA SORONG
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang
berjudul” ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FILARIASIS”. Atas dukungan
moral dan materi yang di berikan dalam penyususnan makalah ini, maka kami mengucapkan
terimakasih Kepada :

1. Bapak Dosen Ns.Hansen. M. Su, S.Kep.M.Kep


2. Semua pihak yang kami tidak dapat sebutkan secara rinci satu per satu yang
telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat beberapa
kekuranagn, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca untuk penyermpurnaan makalah ini.

Manokwari, 17 Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. iii

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI PENYAKIT FILARIASIS……………………………………….. 4


B. KLASIFIKASI PENYAKIT FILARIASIS…………………………………. 4
C. ETIOLOGI PENYAKIT FILARIASIS………………………………………. 5
D. MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT FILARIASIS………………………… 6
E. KOMPLIKASI………………………………………………………………… 7
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK……………………………………………. 7
G. PATOFISIOLOGI PENYAKIT FILARIASIS……………………………….. 8
H. PENATALAKSANAAN PENYAKIT FILARIASIS…………………………. 9
1. Penatalaksanaan Medis……………………………………………………… 9
2. Penatalaksanaan keperawatan………………………………………………. 10
I. ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT FILARIASIS…………………….. 11
1. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas……………………………….
2. Rencana Keperawatan………………………………………………………..
3. Intervensi Keperawatan………………………………………………………
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI PENYAKIT FILARIASIS

Filariasi adalah suatu penyakit yang sering terjadi pada daerah subtropik dan
tropic, disebabkan oleh parasite nematode pada pembuluh limfe. (Witagama, dedi,
2009)
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik yang
disebabkan sumbatan cacing filarial di kelenjar/ saluran getah bening, menimbulkan
gejala klinis akut berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran getah bening,
edema dan gejala kronik berupa elefantiasis.
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi
cacing yang ditularkan oloeh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening,
penyakit ini bersifat menahun (kronis) bila tidak mendapatkan pengobatan dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki.(Witagama, dedi, 2009)

B. KLASIFIKASI PENYAKIT FILARIASIS


Limfedema pada filariasis bancrofti biasanya mengenai seluruh tungkai.
Limfedema tungkai ini dapat dibagi 4 tingkat, Yaitu :
a. Tingkat I
Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali normal bila tungkai
diangkat.
b. Tingkat 2
Pitting/ non pitting edema yang tidak dapat kembali normal bila tungkai
diangkat.
c. Tingkat 3
Edema non pitting, tidak dapat kembali normal bila tungkai diangkat, kulit
menjadi menebal.
d. Tingkat 4
Edema non pitting dengan jaringan fibrosis dan verukosa pada kulit.
(T. Pohan, Herdiman,2009)
Gambar 1.1 Filariasis (kaki gajah)

C. ETIOLOGI PENYAKIT FILARIASIS

Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti


Brugia Malayi dan Brugia Timori. Cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam
tubuh manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. Infeksi cacing ini
menyerang jaringan Viscera, parasit ini termasuk kedalam superfamili filaroide,
family onchorcercidae. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia
selama 4-6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan
jutaan anak cacing ( microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari.

Gambar 1.2
Cacing Filaria Betina & Jantan

Penyebarannya diseluruh Indonesia baik di pedesaan maupun diperkotaan.


Nyamuk merupakan vektor filariasis di Indonesia ada 23 spesies nyamuk yang di
ketahui bertindak sebagai vektor genus : mansonia, culex, anopheles, aedes, dan
amigeres.
a. bacrofiti perkotaan vektornya culex quinquefasciatus
b. W. bacrofiti pedesaaan : anopheles, aedes, armigeres
c. B. malay : mansonia spp, an.barbirostris
d. B timori: an.barbirostris.
Gambar 1.3
Nyamuk sebagai Vektor Penyebab Filariasisi

Ciri- ciri cacing dewasa atau makrofilaria :

a. Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam sistem limfe
b. Ukuran 55-100 mm x0,16 mm
c. Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm
d. Berkembang secara ovovipar

Mikrofilaria :

a. Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar jumlahnya puluhan ribu


b. Mempunyai sarung 200-600 X 8 um

Faktor yang mempengaruhi perkembangan makrofilaria :

a. Lingkungan fisik : Iklim, Geografis, Air dan lainnya.


b. Lingkungan biologic : lingkungan hayati yang mempengaruhi penularan,
hutan, reservoir, vector
c. Lingkungan social ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap dan perilaku,
adat
d. Istiadat, kebiasaan dsb
e. Ekonomi: Cara bertani, mencari rotan, Getah dsb

D. MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT FILARIASIS

Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada system
limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi
hipersensitivitas dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis.
Dalam proses perjalan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan
limfadenitis akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari
system limfatik. Perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke
stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi menjadi :
1. Masa Prepaten
Merupakan masa masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia
yang memerlukan waktu kira-kira 3-7 bulan. Hnaya sebagaian penduduk di
daeran endemic yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok
mikrofilaremik ini pun tidak semua kemudian menunjukkan gejalah klinis.
Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik baik
mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2. Masa Inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala
klinis yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan
3. Gejala Klinik Akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai
panas dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita
dengan gejala klinis akut dapat mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik
4. Gejala Menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setalah serangan akut pertama.
Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis masih
dapat terjadi. Gejala kronis ini menyebabkan terjadinya cacat yang
mengganggu aktivitas penderita serta membebani keluarganya.

E. KOMPLIKASI
a. Cacat menetap pada bagian tubuh yang terkena
b. Elephantiasis tungkai
c. Limfedema : Infeksi Wucheria mengenai kaki dan lengan, skrotum, penis,
vulva vagina dan payudara.
d. Hidrokel biasanya terjadi 40-50% kasus, adenolimfangitis pada saluran limfe
testis berulang.
e. Kiluria

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik.
b. Dignosis parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan di temukannya mikrofilaria pada
pemeriksaan darah kapiler jari pada malam hari.
c. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi(USG) pada skrotum dan kelenjar limfe
inguinal pada penderita yang akan memberikan gambaran cacing yang
bergerak-gerak.
d. Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi,
amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi
antibody dan atau antigen dengan cara immunodiagnosis diharapakan dapat
menujang diagnosis.

G. PATOFISIOLOGI PENYAKIT FILARIASIS

Parasit

Menuju Pem. Limfa

Perubahan dari larva stadium 3

Parasit Dewasa

Berkembang Biak Menyebabkan Menyebabkan antigen

Parasit
Kumpulan cacing filarial Dilatasi Pem. Limfa Mengaktifkan Sel T Dewasa

Penyebab Penyumbatan Mengangktifkan Ige berikatan

Pem. Limfa Pembengkakan Pem. Limfa

NYERI Kerusakakn Struktur Mediator Inflamasi

KERESUKAN Kelenjar getah bening


INTERGITAS
KULIT HIPERTERMI
Adanya inflamasi pada kulit

HARGA DIRI RENDAH

H. PENATALAKSANAAN PENYAKIT FILARIASIS


1. Penatalaksanaan Medis.
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik
untuk filariasis bancrofti maupun brugia, bersifat makroflarisidal. Obat ini
ampuh, aman, dan murah, tidak ada resisten obat, tetapi memberikan reaksi
samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara.
 Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam, berupa sakit kepala, sakit
pada berbagai bagian tubuh, persendian, pusing, anoreksia, kelemahan,
hematuria trasien, alergi, muntah dan serangan asma.
 Reaksi lokal dengan atau tanpa demam berupa limfadenitis, abses,
ulserasi, limfedema transien, hdrokel, funikulitis dan epididimitis.
Reaksi samping sistemik terjadi beberapa jam setelah dosis pertama,
hilang spontan 2-5 hari dan lebih sering terjadi pada penderita
mikrofilaremik. Rekasi samping lokal terjadi beberapa hari setelah
pemberi dosis pertama, hilang spontan setelah beberapa minggu dan
sering ditemukan pada penderita dengan gejalah klinis. Reaksi
samping ini dapat diatasi dengan obat simtomatik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan.
Kegiatan pemberantasan nyamuk Terdiri atas :
a. Pemberantasan nyamuk dewasa
 Anopheles : residual indoor spraying
 Aedes : aerial spraying
b. Pemberantasan jentik nyamuk
 Anopheles : Abate 1%
 Culex: minyak tanah
 Mansonia : melenyamkan tanaman air tempat perindukan,
mengeringkan rawa dan saluran air
c. Mencegah gigitan nyamuk
 Menggunakan kawat nyamuk/kelambu
 Menggunakan Repellent

Penyuluhan tentang penyakit filariasis dan penanggulangannya perlu


dilaksanakan sehingga terbentuk sikap dan perilaku yang baik untuk
menunjang penanggulangan filariasis. Sasaran penyuluhan adalah penderita
filariasis dengan gejala klinik filariasis segera memeriksakan diri ke
puskesmas, bersedia diperiksa darah kapiler jari dan minum obat DEC secata
lengkap dan teratus serta menghindarkan diri dari nyamuk.

Evaluasi hasil pemberantasan dilakukan setelah 5 tahun, dengan


melakukan pemeriksaan vektor dan pemeriksaan darah tepi untuk deteksi
mikrofilaria.
I. ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT FILARIASIS
1. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas.
2. Rencana Keperawatan.
3. Intervensi Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai