Anda di halaman 1dari 4

MANAJEMEN KOPERASI DAN UMKM

“Resume sejarah koperasi di Indonesia pada saat


kemerdekaan”

Dosen Pengampuh :

Dra. Christina Menuk Sri Handayani S.E, M.M.

Di susun oleh :

1. Dwi Ma’rufah (201500150)


2. Eka Fitriyatun Jannah (201500131)
3. Imamul Muqorrobyn (201500045)
4. Linda Friska Ayu Trisna (201500122)
5. Nala Syarifah (201500040)
6. Oktaviarna Dwi Wasisca (201500052)
7. Rena Febriyantin (201500128)
8. Sabrina Alifyanti Ramadhani (201500121)
9. Syarifuddin (201500046)

PROGAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA

2021
Koperasi adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum dan berlandaskan
berdasarkan asas kekeluargaan dan juga asas demokrasi ekonomi serta terdiri dari beberapa
anggota didalamnya. Koperasi merupakan salah satu kegiatan organisasi ekonomi yang
bekerja dalam bidang gerakan potensi sumber daya yang memiliki tujuan untuk
mensejahterakan anggotanya.

Sejarah Koperasi Pada Masa Kemerdekaan


Setelah tumbangnya penjajahan jepang dan soekarno-hatta memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia tahun 1945 maka terbukalah sejarah baru bagi bangsa yang berdaulat
untuk melaksanakan pembangunan bangsa dengan kemampuan bangsa sendiri. Untuk
mengisi masa kekosongan kemerdekaan dibuatlah landasan hukum UUD 1945 yang memuat
tentang koperasi pada pasal 33 UUD 1945. Dalam menanggapi pasal 33 pada tahun 1946
dimulailah pendaftaran kembali koperasi-koperasi yang masih ada ataupun baru didirikan.
Melihat keadaan ini banyak para pemimpin maupun pejuang yang menggunakan koperasi
sebagai alat perjuangan, sehingga prinsip-prinsip koperasi banyak yang diabaikan. Namun
dengan gejala yang kurang sehat ini, pemimpin koperasi bertekad untuk meluruskan jalannya
koperasi.

Di jawa barat pertumbuhan koperasi sangat pesat sekali, sehingga diperlukan kesatuan
dan persatuan diantara koperasi-koperasi. Akhirnya pada tahun 1946 diadakan konferensi di
ciparay yang bertujuan untuk pembentukan pusat koperasi priangan. Kongres tersebut
dilaksanakan pada tanggal 12 juli 1946 di tasikmalaya dan telah mengambil sikap yang tegas
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang timbul diantara gerakan koperasi pada waktu itu.
Kongres tasikmalaya menghasilkan beberapa keputusan-keputusan diantaranya :

1. Mendirikan SOKRI (Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia) yang


berkedudukan di tasikmalaya, sebagai wadah perjuangan gerakan koperasi seluruh
indonesia.
2. Menetapkan pada tanggal 12 juli sebagai hari koperasi dan harus pula diperingati oleh
segenap warga koperasi setiap tahunnya.
3. Menetapkan gotong royong sebagai asas koperasi.
4. Mengusahakan pendidikan koperasi dikalangan masyarakat pada umumnya dan pada
petugas koperasi khususnya.
5. Mendesak kepada pemerintah agar merealisasikan ketentuan didalam UUD 1945
pasal 33.
6. Mengusahakan terbentuknya koperasi desa sebagai dasar untuk memperkuat susunan
ekonomi bangsa.
7. Mengusahakan berdirinya bank koperasi yang merupakan badan untuk mengkoordinir
permodalan koperasi.

Perkembangan perkoperasian didorong oleh landasan yuridis dan keputusan kongres


tasikmalaya, juga sikap positif pemerintah terhadap perkoperasian di indonesia.Pada tahun
1951 untuk pertama kalinya bung hatta atas nama pemerintah mengadakan pidato kenegaraan
hari koperasi. Dimana peraturan perkoperasian yang berlaku saat itu ialah peraturan
perkoperasian tahun 1949 nomor 179 yang isinya sama dengan peraturan perkoperassian
tahun 1927 nomor 91.

Karena peraturan diatas tidak sejalan dengan kemerdekaan bangsa indonesia sehingga
pada tahun 1951 di ajukan rancangan undang-undang perkoperasian oleh para pemimpin
koperasi tetapi mengalami kemacetan pada saat dibicarakan dengan dewan perwakilan.
Karena kegagalan itu pemimpin koperai mengadakan pertemuan lagi. Pada tanggal 15-17 juli
1953 yang dihadiri oleh sekitar 2000 orang sebagai delegasi dari 83 pusat koperasi di seluruh
indonesia, gerakan koperasi mengadakan kongres besar yang kedua yang dinamakan “
Kongres Besar Koperasi Seluruh Indonesia II “ yang bertempat di bandung.

Pada kongres itu menetapkan dan mengangkat DR. Mohammad Hatta sebagai bapak
koperasi indonesia, merombak SOKRI menjadi DKI (Dewan Koperasi Indonesia) dan
mendesak pemerintah untuk :

1. Melaksanakan kebijakan pasal 33 UUD sementara

2. Menetapkan koperasi sebagai mata pelajaran di sekolah sekolah lanjutan

3. Menambahkan anggaran belanja bagi jawatan koperasi.

4. Mengeluarkan UU koperasi baru yang senafas dengan alam kemerdekaan.

Pada tahun 1958 gerakan koperasi indonesia mendapatkan undang-undang koperasi


sendiri yang sesuai dengan nafas kemerdekaan yaitu dengan diundangkanya UU No. 79 tahun
1958 tentang perkumpulan koperasi, sehingga gerakan koperasi indonesia telah mempunyai
landasan gerak yang bisa dipertanggungjawabkan sebagai peraturan pelaksanaan dari pasal
38 UUD sementara.
Sementara itu pada tahun 1959 suhu politik nasional terasa meningkat tajam. Kondisi
itu ditandai oleh adanya pergulatan partai-partai politik baik ditingkat pusat maupun di
daerah-daerah. Koperasi sering pola di politisir oleh partai-partai politik sehingga gerakan
perkoperasian menjadi terhenti dan lumpuh. Instabilitas pemerintahan dan roda khidupan
masyarakat makin meningkat. Konstituante yang ditugaskan membentuk undang-undang
dasar baru tidak mampu menjalankan tugasnya sama sekali. Akhirnya Ir. Soekarno selaku
presiden terpaksa mengeluarkan dekrit pada tanggal 5 juli 1959, yang mengembalikan
pemakaian UUD 1945 dan disusun kabinet baru.

Kemudian pada tanggal 17 agustus 1959, presiden mengucapkan pidato kenegaraan


yang kemudian dikenal dengan Manifesto Politik (MANIPOL) Republik Indonesia yang
sekaligus merupakan Garis Besar Haluan Negara.

Pada periode 1950-1960, ada gejala baru dalam pertumbuhan perkoperasian di


indonesia yang dikenal dalam bentuk koperasi fungsionil angkatan bersenjata yang belum
pernah dikenal pada tahun-tahun sebelumnya. Setelah tahun 1960 perkembangan
perkoperasian di indonesia tidak bisa dilepaskan, dengan dikeluarkannya manifesto politik
pada tahun 1958 yang di bidang perkoperasian pelaksanaannya adalah dengan dikeluarkanya
peraturan pemerintah nomor 6 tahun 1959. Dengan kedua landasan itu, maka gerak
perkoperasian di indonesia selalu diselarasskan dengan kedua peraturan tersebut, untuk
menjamin pertumbuhan perkoperasian yang lebih pesat lagi,pemerintah mengeluarkan dekrit
presiden nomor 2 tahun 1960 yang isinya menyebbutkan bahwa seluruh aparatur pemerintah
mempunyai tanggungjawab langsung terhadap pertumbuhan perkoperasian di indonesia
(BAPENKOP).

Dan gayung pun bersambut, perkembangan koperasi berjalan begitu cepat. Terutama
di perdesaan beberapa koperasi karet, kopra, yang bersifat aneka usaha pun dibangun. Tak
ketinggalan koperasi-koperasi konsumsi didirikan dalam rangka membantu mendistribusikan
barang-barang dari pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai