Anda di halaman 1dari 148

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Kehamilan merupakan suatu proses merantai yang

berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, pelepasan sel telur,

migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,

nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan

tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010;

Prawirohardjo, 2014).

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi (implantasi).

Dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan

normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu (10 bulan atau 9

bulan) menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3

trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke-27),

dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga minggu

ke-40) (Syaifuddin, 2009; Prawirohardjo, 2014).

10
11

b. Tanda-Tanda Kehamilan Trimester III

Tanda-tanda kehamilan Trimester III yaitu bunyi jantung

janin dapat terdengar dengan stetoskop janin, gerakan janin dapat

dipalpasi dan dilihat serta bagian janin dapat dipalpasi (Walsh,

2008; Marmi, 2011).

c. Perubahan fisiologis pada ibu hamil Trimester III

1) Uterus

Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol atau

beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia,

sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan

(Sulistyawati 2009; Manuaba 2010; Mochtar 2013).

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Menurut Penambahan per Tiga Jari

Usia kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)


28 minggu 3 jari di atas pusat
32 minggu Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
36 minggu 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)
40 minggu Pertengahan pusat- prosesus xiphoideus (px)
Sumber : Prawirohardjo (2014)

Antara minggu ke 38 dan 40, tinggi fundus akan berkurang

karena fetus mulai turun dan masuk ke panggul (lightening).

Secara umum lightening terjadi pada nulipara sekitar 2 minggu

sebelum persalinan, dan pada awal persalinan pada multipara

(Lowdermilk, 2013).

2) Serviks

Serviks akan menjadi lebih lunak (tanda goodel) dan

kebiruan (tanda chadwick). Perubahan ini terjadi akibat


12

penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh

serviks. Serviks didominasi jaringan ikat fibrosa terutama

kolagen (Fraser, 2011; Prawirohardjo, 2014).

3) Ovarium

Proses ovulasi berhenti dan terjadi penundaan pematangan

folikel baru. Di ovarium hanya terdapat satu korpus luteum.

Folikel ini berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal

kehamilan dan berperan sebagai penghasil progesteron dalam

jumlah yang relatif minimal (Prawirohardjo, 2014).

4) Vulva dan perineum

Selama kehamilan vulva dan perineum mengalami

peningkatan vaskularisasi dan menjadi hiperemia yang

menyebabkan timbulnya warna kebiruan (tanda Chadwick) dan

dinding vagina bertambah panjang. Tanda kebiruan ini

disebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat kerja hormon

progesterone (Rukiah 2014; Prawirohardjo, 2014).

5) Kulit

Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan

menyebabkan robeknya serabut elastis di bawah kulit. Kadang-

kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi di wajah

dan leher yang disebut dengan cloasma gravidarum (Manuaba

2010; Marmi 2011; Mochtar 2013; Sulistyawati 2013).


13

6) Payudara

Pada kehamilan setelah bulan pertama colostrum sudah

dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari kelenjat-kelenjar

asinus yang mulai bersekresi. Aerola lebih besar dan

kehitaman (Prawirohardjo, 2014).

7) Sistem urinaria

Perubahan yang terjadi pada sistem urinaria terjadi karena

pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada

hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering

berkemih. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih

cepat terasa penuh. Hemodelusi menyebabkan metabolisme air

makin lancar sehingga pembentukan urine akan bertambah

(Saifuddin, 2010; Manuaba, 2012; Prawirohardjo, 2014)

8) Sistem kardiovaskuler

Pada minggu ke-5 terjadi peningkatan cardiac output dan

denyut jantung. Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi

peningkatan volume plasma. Volume darah meningkat

progresif mulai minggu ke-6 sampai 8 dan minggu ke-32

sampai 34 dengan perubahan kecil tiap minggu

(Prawirohardjo, 2014).

9) Sistem respirasi
14

Pada 32 minggu keatas karena usus-usus tertekan uterus

yang membesar ke diafragma kurang leluasa bergerak

mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami derajat

kesulitan bernafas (Sulistyawati 2009; Mochtar 2013)

10) Sistem endokrin

Perubahan sistem endokrin terjadi pada kelenjar hipofisis

yang mengalami pembesaran mencapai ± 135%. Hormon

prolaktin meningkat 10× lipat pada kehamilan aterm. Kadar

hormon hipofise, prolaktin meningkat secara berangsur angsur

menjelang akhir kehamilan (Prawirohardjo, 2014).

11) Sistem muskuloskletal

Tulang punggung ibu mengalami lordosis akibat dari

pembesaran uterus ke posisi anterior. Sendi sakroiliaka,

sakrokoksigis, dan pubis akan meningkat mobilitasnya karena

pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan

perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan

tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir

kehamilan (Prawirohardjo, 2014).

d. Perubahan psikologis pada ibu hamil Trimester III

Trimester tiga sering disebut periode penantian. Dimana

sang ibu akan mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk

yang terpisah sehingga tidak sabar untuk menanti sang bayi. Ibu

sering merasa takut bayinya akan lahir sewaktu-waktu atau terlahir


15

tidak normal serta takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan

timbul waktu melahirkan. Rasa ketidaknyamanan akibat kehamilan

timbul kembali pada trimester ini dan banyak ibu merasa dirinya

aneh dan jelek. Di samping itu ibu mulai merasa sedih karena akan

berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang

diterima selama hamil (Varney, 2007; Walyani, 2015).

Adaptasi yang dialami oleh ayah pada trimester III yaitu

persiapan yang nyata terlihat untuk kelahiran bayinya, terlibat

dalam kelas bersama mendampingi istri saat memeriksakan

kehamilannya, timbul rasa takut dan timbul pertanyaan dalam

benak, “Seperti apa menjadi orang tua?” atau “Dapatkah ia

membantu istrinya selama proses persalinan? (Sulistyawati (2012).

e. Tanda bahaya dalam Kehamilan Trimester III

Pada umumnya kehamilan akan berlangsung normal namun

dapat juga menjadi patologis karena disertai dengan penyulit.

Tanda-tanda bahaya kehamilan pada trimester ke-III diantaranya

adalah :

1) Perdarahan Antepartum

Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada

trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan.

Pada kehamilan lanjut, perdarahan tidak normal adalah merah,

banyak, dan kadang – kadang tidak selalu disertai dengan rasa

nyeri. Jenis perdarahan antepartum yaitu :


16

a) Plasenta previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi

rendah sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium

uteri internum. Gejala perdarahan awal plasenta previa,

pada umumnya hanya berupa perdarahan bercak atau

ringan dan berhenti secara spontan. Salah satu

penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak

memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau

atrofi (Marmi, 2011; Prawiroharjo, 2014).

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen

bawah rahim belum diketahui dengan pasti. Teori lain

mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah

vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin

sebagai akibat dari paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim

misalnya bekas bedah sesar (Saifuddin,2010).

b) Solusio plasenta

Adalah pelepasan plasenta dari tempat

implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin

dilahirkan. Pengertian ini berlaku pada kehamilan dengan

masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500

gram. Sebab primer solusio plasenta belum diketahui,


17

namun ada beberapa keadaan patologik yang menyertai

yaitu usia ibu dan paritas yang tinggi beresiko lebih tinggi,

pernah solusio plasenta, ketuban pecah preterm,

hipertensi kronik, trauma abdomen kehamilan dll

(Saifuddin 2010; Marmi 2011).

2) Sakit kepala yang hebat

Pada dasarnya sakit kepala selama kehamilan adalah

hal yang umum, namun sakit kepala yang menunjukkan

masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang

menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Sakit kepala

yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-

eklampsia (Marmi, 2011; Sulistyawati, 2012).

3) Penglihatan kabur

Hal ini karena pengaruh hormon, ketajaman

penglihatan ibu dapat berubah selama proses kehamilan,

perubahan ringan adalah normal. Misalnya visual yang

mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah

perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan

yang kabur atau berbayang secara mendadak. Perubahan

penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat

dan mungkin merupakan gejala dari pre eklampsi

(Kusmiyati, 2010; Sulistyawati, 2012).

4) Bengkak di muka atau tangan


18

Bengkak bisa menunjukkan masalah serius jika

muncul pada wajah dan tangan, tidak hilang dengan

beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik lain. Hal ini

merupakan tanda tanda anemia, gagal jantung, dan pre-

eklamsia (Marmi 2011; Azhar 2012; Sulistyawati 2013)

5) Gerakan janin berkurang

Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali

dalam 1 jam). Gerakan janin normal minimal 10 kali dalam

12 jam. Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-

5 atau ke-6. Jika bayi tidak bergerak seperti biasa

dinamakan IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD adalah

tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin di dalam

kandungan (Kusmiyati, 2010; Marmi, 2011; Sulistyawati,

2012); Kemenkes RI (2010).

6) Ketuban pecah dini (KPD)

Ketuban Pecah Dini didefenisikan sebagai pecahnya

ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah

ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan.

Penyebab ketuban pecah dini antara lain: serviks

inkompeten, ketegangan rahim berlebihan (kehamilan

kembar, hidramnion), kemungkinan kesempitan panggul,

kelainan bawaan dari selaput ketuban, infeksi yang


19

menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput

ketuban (Manuaba, 2010).

f. Ketidaknyamanan dalam kehamilan Trimester III

1) Sesak napas

Sesak nafas, disebabkan karena uterus yang membesar

sehingga menekan diafragma. Intervensinya yaitu menjelaskan

penyebab fisiologis, latihan napas melalui senam hamil dan

posisi tidur menggunakan ekstra bantal (Kusmiyati 2008;

Astuti 2012; Sulistyawati 2013).

2) Kesulitan tidur

Hal ini disebabkan oleh gangguan tidur yang dicetuskan

oleh stessor psikologis (kekhawatiran, kecemasan, terlalu

gembira menyambut suatu cara untuk keesokan hari), frekuensi

berkemih, ketidaknyamanan fisik, kesulitan memilih posisi

yang nyaman, gerakan janin, dan perasaan sesak nafas.

Intervensi yang dapat diberikan yaitu memberikan anjuran dan

nasehat untuk mengupayakan rasa nyaman seperti melakukan

olahraga ringan setiap hari, menghindari kafein, kurangi asupan

cairan sebelum waktu tidur, tidur dengan jam teratur (Sinclair,

2010; Marmi, 2011; Astuti, 2012).

3) Nyeri punggung bawah


20

Disebabkan oleh progresteron dan relaksin (yang

melunakkan jaringan ikat) dan postur tubuh yang berubah yaitu

lordosis serta meningkatnya beban berat yang dibawa oleh

rahim sehingga terjadi penekanan terhadap akar syaraf.

Intervensi : lakukan counter presure, Gunakan body

mekanik yang baik untuk mengangkat benda sambil berdiri,

berlatih dengan cara mengangkat panggul, hindari

ketidaknyamanan pekerjaan dengan sepatu hak tinggi, dan

gunakan bantal saat tidur untuk meluruskan punggung (Walsh,

2008; Marmi, 2011; Sulistyawati, 2012).

4) Sering berkemih

Frekuensi berkemih pada trimester III terjadi akibat efek

lightening yaitu bagian terbawah janin masuk ke dalam

panggul yang menimbulkan tekanan pada kandung kemih.

Intervensi yang dilakukan dengan menjelaskan mengenai

penyebab terjadinya, kosongkan saat terasa ingin berkemih,

perbanyak minum pada siang hari, batasi minum bahan

diuretika seperti kopi, teh, dan minuman berkafein (Varney

2006; Kusmiyati 2010 Marmi 2011; Sulistyawati 2013).

5) Edema kaki sampai tungkai.

Aliran balik vena terganggu akibat berat uterus yang

membesar. Edema tangan bisa terjadi pada akhir kehamilan,

terutama pada pagi hari, dan paling mungkin postural. Edema


21

umum dapat menjadi tanda pre- eklamsia. Intervensi yang

dapat diberikan yaitu hindari posisi berbaring terlentang,

istirahat dengan berbaring miring ke kiri, kaki agak

ditinggikan, meminimalkan berdiri atau berjalan terlalu lama,

hindari kaos kaki yang ketat atau pita pada kaki, lakukan senam

hamil secara teratur (Marmi, 2011; Sulistyawati, 2012).

6) Konstipasi

Konstipasi disebabkan oleh penurunan kecepatan kerja

peristaltis usus, kurang asupan serat dan akibat dari suplemen

zat besi. Cara mengatasi konstipasi adalah dengan

meningkatkan asupan serat dan cairan, istirahat cukup,

anjurkan olahraga, membiasakan buang air besar secara teratur

(Kusmiyati 2010; Marmi 2011; Sulistyawati 2013)

7) Varises

Selama masa hamil hormon progresteron merelaksasi

dinding vena, dan aliran balik vena dari ekstremitas bawah

terganggu oleh uterus yang semakin membesar sehingga

system vena mendapat tekanan semakin besar dan akibatnnya

timbul varises.

Varises banyak terjadi di tungkai dan vulva saat kehamilan.

Intervensi : Tinggikan kaki sewaktu berbaring atau duduk

berbaring dengan kaki ditinggikan 90° beberapa kali sehari,

jaga agar kaki jangan bersilang, hindari berdiri atau duduk


22

terlalu lama, senam untuk memperlancar peredaran darah

(Kusmiyati, 2010; Sulistyawati, 2012).

8) Keputihan

Disebabkan sebagian oleh peningkatan produksi mukoid

kelenjar serviks yang terjadi selama hamil, jumlah glikogen

yang diubah lactobacillus acidophilus pada sel-sel epitel

meningkat, dan sekresi bersifat asam melindungi terhadap

infeksi selama hamil. Intervensi yang dapat dilakukan adalah

anjurkan memakai celana dalam yang mudah menyerap,

menghindari pemakaian pakaian dalam dari bahan nilon, dan

jaga kebersihan. (Kusmiyati 2010; Sulistyawati 2013).

9) Kontraksi Braxton Hicks

Kontraksi Braxton Hicks meningkat pada satu atau dua

minggu sebelum persalinan, hal ini erat kaitannya dengan

meningkatnya jumlah reseptor oksitosin (akromiosin) dan gap

junction diantara sel – sel miometrium yang akan menyebabkan

rasa tidak nyaman dan dianggap sebagai persalinan palsu. Pada

bulan terakhir kehamilan, kontraksi Braxton Hicks dapat terjadi

setiap 10-20 menit dan dapat menimbulkan rasa tidak enak.

Cara mengatasi: istirahat, teknik pernapasan saat kontraksi

(Saifuddin, 2010; Cunningham, 2013; Prawirohardjo, 2014).


23

10) Hemoroid

Hemoroid disebabkan oleh hormon progesteron yang

mempercepat relaksasi otot polos sehingga terjadi kelemahan

pada pembuluh darah, tekanan rahim terhadap vena disekeliling

rektum dan anus menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan

konstipasi. Konstipasi karena feses keras juga merupakan factor

terjadinya haemoroid. (Sulistyawati, 2013).

g. Kebutuhan psikologis ibu hamil Trimester III

Agar proses psikologis dalam kehamilan berjalan normal

dan baik maka ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dan

kenyamanan dalam psikologisnya. Kebutuhan psikologis ibu hamil

trimester III yaitu:

1) Support keluarga

Kadang ibu dihadapkan pada suatu situasi yang dia sendiri

mengalami ketakutan dan kesendirian. Kekhawatiran tidak

disayang kadang muncul setelah bayi lahir. Tugas keluarga

yang saling melengkapi dan dapat menghindari konflik dengan

cara pasangan merencanakan untuk kedatangan anaknya,

mencari informasi bagaimana menjadi ibu dan ayah (Marmi,

2011; Sulistyawati, 2012).

2) Support dari tenaga kesehatan

Bagi seorang ibu hamil, tenaga kesehatan khususnya bidan

mempunyai tempat tersendiri dalam dirinya. Harapan pasien


24

adalah bidan dapat dijadikan sebagai teman terdekat dimana ia

dapat mencurahkan isi hati dan kesulitannya dalam

menghadapi kehamilan dan persalinan (Marmi, 2011;

Sulistyawati, 2013).

3) Rasa aman dan nyaman selama kehamilan

Peran keluarga khususnya suami, sangat diperlukan bagi

ibu hamil. Keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami

kepada kehamilan akan memperkuat hubungan antara ayah

anak dan suami istri. Dukungan yang diperoleh akan membuat

ibu hamil merasa lebih tenang dan nyaman dalam

kehamilannya (Walyani, 2015)

4) Persiapan sibling

Kehadiran seorang adik yang baru merupakan krisis utama

bagi seorang anak. Anak sering mengalami perasaan

kehilangan atau merasa cemburu karena digantikan oleh bayi

yang baru. Beberapa faktor yang mempengaruhi respon

seorang anak adalah umur, sikap orang tua, peran ayah, lama

waktu berpisah dengan ibu, peraturan kunjungan di rumah sakit

dan bagaimana anak itu dipersiapkan untuk suatu perubahan.

(Sulistyawati, 2013).

h. Kebutuhan fisiologis ibu hamil Trimester III

1) Nutrisi bagi ibu hamil


25

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang bergizi

tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal. Gizi pada

waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori per hari, ibu

hamil harusnya mengkonsumsi yang mengandung protein, zat

besi, dan minum cukup cairan (menu seimbang). Di trimester

ke III, ibu hamil butuh bekal energy yang memadai.

Pertumbuhan otak janin akan terjadi cepat sekali pada dua

bulan terakhir menjelang persalinan (Walyani, 2015)

2) Oksigen

Kebutuhan oksigen meningkat kira – kira 20%. Pada

kehamilan 32 minggu atau lebih, usus – usus tertekan oleh

uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga biasanya ibu

mengalami sesak napas (Kusmiyati, 2010; Mochtar, 2013).

3) Personal Hygiene

Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali, karena diperlukan

untuk kebersihan terutama untuk perawatan kulit karena fungsi

ekskresi dan keringat bertambah. Ibu dianjurkan untuk

menggunakan sabun lembut atau ringan. Sebaiknya ibu hamil

gosok gigi dan ganti pakaian minimal 2 kali sehari (Mochtar,

2013).

4) Perawatan Payudara

Payudara merupakan aset penting karena sebagai persiapan

laktasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan


26

payudara adalah yaitu : menghindari pemakaian bra yang

terlalu ketat dan menggunakan busa, karena dapat menggangu

penyerapan keringat; mengunakan bra yang menyokong

payudara; hindari membersihkan puting susu menggunakan

sabun dikarenakan menyebabkan iritasi (Marmi, 2011;

Sulistyawati, 2012; Mochtar, 2013).

5) Eliminasi

Masalah eliminasi tidak mengalami kesulitan, bahkan

cukup lancar. Karena adanya perubahan hormonal sehingga

menyebabkan daerah kelamin menjadi basah dan menjadi gatal.

Dianjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat kelamin

(Manuaba, 2010).

6) Pakaian

Pakaian sebaiknya hendaknya yang longgar dan mudah

dipakai serta bahan yang mudah menyerap keringat. Ada dua

hal yang harus diperhatikan yaitu: 1) sabuk dan stoking yang

terlalu ketat karena akan mengganggu aliran balik. 2) sepatu

dengan hak tinggi, akan menambah lordosis sehingga sakit

pinggang akan bertambah. Menggunakan BH yang dapat

menopang payudara (Rukiyah, 2009; Walyani, 2015).

7) Seksual

Tidak dilarang selama hamil berhubungan seksual selama

tidak ada riwayat abortus dan kelahiran prematur, perdarahan


27

pervaginam, koitus dilakukan dengan hati-hati, dan koitus

dilarang bila ketuban sudah pecah karena dapat menyebabkan

infeksi (Walyani, 2015).

8) Istirahat

Istirahat dan tidur sangat penting bagi ibu hamil.

Normalnya istirahat malam 6-8 jam. Terkadang ibu kesulitan

untuk menentukan posisi tidur yang paling baik dan nyaman,

sehingga posisi tidur yang dianjurkan adalah miring ke kiri,

kaki lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan

bantal dan untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal

dengan bantal pada perut bawah sebelah kiri. (Mochtar 2011).

9) Mobilisasi / Body Mekanik

Berhubungan dengan system muskulo skeletal: persendian

sakroiliaka, sakro-koksigia, dan public yang akan

menyebabkan adanya keretakan, pusat gravitasi berubah

sehingga postur tubuh berubah. Terjadi perubahan postur tubuh

menjadi lordosis fisiologis. Penekanan pada ligament dan

pelvic, cara baring, duduk, berjalan dan berdiri dihindari jangan

sampai mengakibatkan injuri karena jatuh (Rukiah, 2014)

10) Senam hamil

Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk

mempersiapkan ibu hamil, secara fisik ataupun mental, pada


28

persalinan cepat, aman dan spontan.Tujuan dari senam hamil

yaitu untuk menjaga kondisi otot-otot dan persendian yang

berperan dalam proses mekanisme persalinan, meningkatkan

kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan pada diri sendiri

dan penolong dalam menghadapi persalinan (Rukiah, 2014).

11) Persiapan persalinan

Memastikan bahwa ibu memahami tentang siapa yang akan

menolong persalinan, dimana akan melahirkan, siapa yang

akan membantu dan menemani dalam persalinan, kemungkinan

kesiapan donor darah, metode trasportasi,dukungan biaya,

perlengkapan persalinan (baju ibu, baju bayi, serta

perlengkapan ibu dan bayi (Astuti, 2012; Sulistyawati, 2012)

i. Asuhan Antenatal

1) Pengertian

Asuhan antenatal adalah serangkaian upaya preventif

program pelayanan kebidanan untuk optimalisasi cakupan

pelayanan maternal dan neonatal dengan kegiatan pamantauan

rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2010).

2) Tujuan

Menurut Rukiah (2014) tujuan asuhan antenatal sebagai

berikut:

a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.


29

b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,

mental dan sosial ibu dan bayi.

c) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk

riwayat penyakit secara umum, kebidahan dan

pembedahan

d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan

dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma

seminimal mungkin.

e) Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan

baik dalam memelihara bayi agardapat tumbuh kembang

secara normal.

3) Penatalaksanaan dalam Kehamilan

Kunjungan selama periode Antenatal Care (ANC)

dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu: satu

kali kunjungan selama trimester kesatu (0–12 minggu), satu

kali kunjungan selama trimester kedua (13– 27 minggu), dua

kali kunjungan selama trimester ketiga (28 –40 minggu)

(Prawirohardjo 2010; Manuaba 2010)

4) Standar ANC

Standar ANC terdiri dari 10 T yang meliputi :

a) Timbang berat badan dan tinggi berat badan


30

Penimbangan dilakukan setiap kali kunjungan

antenatal untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan

janin. Adapun tinggi badan menentukan panggul ibu,

ukuran normal yang baik untuk ibu hamil yaitu ≥ 145 cm

(Prawirohardjo, 2014).

b) Ukur tekanan darah

Dilakukan setiap kali kunjungan untuk mendeteksi

adanya hipertensi (kenaikan sistole 20 mmHg dan diastole

15 mmHg)

c) Ukur LiLA

Dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu

hamil beresiko kurang energi kronis (KEK). LiLA dianggap

KEK bila kurang dari 23,5 cm.

d) Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin

sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Apabila usia

kehamilan dibawah 24 minggu pengukuran dilakukan

dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24 minggu

memakai Mc.Donald

e) Tentukan presentasi janin dan DJJ.

Penentuan posisi janin dilakukan pada akhir

trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.

Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui letak janin.


31

Hitung Denyut Jantung Janin (DJJ), dilakukan mulai akhir

trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.

DJJ normal yaitu 120-160 kali per menit dengan irama

teratur. Gawat janin ditunjukkan apabila DJJ lambat <120

kali per menit atau >160 kali per menit.

f) Berikan imunisasi TT

Imunisasi TT berguna untuk mencegah terjadinya

tetanus neonatorum, ibu harus mendapat imunisasi TT

sebanyak 2 kali atau maksimal 5 kali seumur hidup

(Manuaba, 2012).

Tabel 2.2 Pemberian Imunisasi TT

Antigen Interval Lama perlindungan % perlindungan


TT 1 Kunjungan pertama - -
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun 99
Keterangan : * artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut

melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus

Neoatorum (Prawirohardjo, 2014)

g) Beri tablet zat besi (tablet Fe)

Pemberian tablet Fe berguna untuk mencegah

anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan zat

besi minimal 90 tablet (60 mg) selama kehamilan diberikan

sejak kontak pertama (Prawirohardjo, 2014).

h) Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus).


32

(1) Pemeriksaan golongan darah, untuk mengetahui

golongan darah dan mempersiapkan calon pendonor

sewaktu-waktu bila terjadi kegawatdaruratan.

(2) Pemeriksaan kadar Hb, pemeriksaan dilakukan untuk

megetahui apakah ibu menderita anemia atau tidak.

Klasifikasi Hb pada ibu hamil yaitu tidak anemia jika

Hb >11 gr%, anemia ringan jika Hb 9-10 gr% , anemia

sedang jika Hb 7-8 gr% dan anemia berat jika Hb <7 gr

%. Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan

dengan suplementasi besi dan asam folat (Walsh, 2008).

(3) Pemeriksaan protein dalam urin, untuk mengetahui

adanya proteinuria pada ibu hamil sebagai indikator

pre-eklampsia.

(4) Pemeriksaan kadar gula darah, dilakukan pada ibu

hamil yang dicurigai menderita diabetes.

(5) Pemeriksaan darah malaria, semua ibu hamil didaerah

endemis malaria dilakukan pemeriksaan.

(6) Pemeriksaan HbsAg untuk mengetahui atau mendeteksi

adanya virus hepatitis B pada ibu hamil. Dilakukan

pada saat ibu positif hamil dan apabila sudah terdeteksi

virus hepatitis B harus segera dilakukan vaksinasi

sesegera mungkin karena penularan ke bayi dapat


33

terjadi pada saat pelahiran melalui kontak dengan ibu

yang terinfeksi (Varney, 2007).

(7) Pemeriksaan tes Sifilis, dilakukan didaerah dengan

resiko tinggi dan ibu hamil yang diduga sifilis serta

sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

(8) Pemeriksaan Human Immunodeficiency Virus (HIV),

ibu dengan resiko tinggi dan diduga menderita HIV.

(9) Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA), dilakukan pada

ibu hamil yang dicurigai menderita Tuberkulosis.

i) Tatalaksana atau penanganan kasus

Dalam memberikan asuhan kebidanan yang

berkesinambugan, upaya-upaya yang dapat dilakukan bidan

yaitu melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan

(preventif), penyembuhan (Kuratif) dan pemulihan

(rehabilitatif). (Mufdlilah, 2012)

j) Temu wicara (konseling)

Termasuk Perencanaan Pesalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan. Temu wicara

atau koseling dilakukan pada setiap kunjungan ANC yang

meliputi: kesehatan ibu, meliputi kesehatan sekarang,

kesehatan ibu dahulu, dan kesehatan keluarga; PHBS; peran

suami/atau keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan; tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan


34

nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi; asupan gizi

seimbang; gejala penyakit menular dan tidak menular;

penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV di

daerah terkonsentrasi HIV / bumil risiko tinggi terinfeksi

HIV; Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI

eksklusif; KB paska persalinan; imunisasi.

2. Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan

Manajemen asuhan kebidanan sesuai dengan KEPMENKES

Nomor938/menkes/SK/VIII/2007 yang meliputi :

a. Standart I: Pengkajian

Tanggal/Jam untuk mengetahui tanggal dan waktu melakukan

pengkajian.

Data Subyektif (S):

1) Identitas

Nama untuk mengenal klien; umur untuk mengetahui

apakah umur ibu beresiko. Usia reproduksi sehat seorang

wanita 20-35 tahun; agama untuk memberikan motivasi sesuai

dengan agama yang dianut oleh klien; Suku/Bangsa untuk

menentukan faktor pembawa genetika klien; pendidikan untuk

menyesuaikan dalam menentukan pengetahuan kesehatan;

pekerjaan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi; alamat

untuk mengetahui tempat tinggal serta mempermudah saat

melakukan pengkajian maupun kunjungan (Walyani, 2015)


35

2) Keluhan utama

Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke

tempat bidan. Dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan

oleh klien serta menanyakan sejak kapan hal tersebut

dikeluhkan (Walsh, 2007; Walyani, 2015)

3) Data kebidanan

Riwayat menstruasi, untuk mengetahui tentang fungsi

reproduksi serta gangguan yang terjadi. Adapun hal yang

dikaji adalah menarche untuk mengetahui umur klien saat

mengalami menstruasi pertama kali (normalnya usia 9-13

tahun); siklus : normalnya 25-35 hari (± 28 hari); lamanya

menstruasi untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pada

lamanya waktu menstruasi pada klien. Lama menstruasi

normal umumnya 3-8 hari; banyaknya untuk mengetahui ada

tidaknya gangguan pada jumlah perdarahan menstruasi pada

klien (normalnya 2-3 kali ganti pembalut/hari); dismenore

untuk mengetahui ada tidaknya nyeri saat menstruasi pada

klien.

Riwayat perkawinan untuk mendapatkan gambaran

mengenai suasana rumah tangga pasangan, antara lain sebagai

berikut : berapa tahun umur ibu saat pertama kali menikah,

status perkawinan sah atau tidak, lama pernikahan, dan ini

suami yang ke berapa (Manuaba, 2010; Sulistyawati, 2012).


36

Riwayat kehamilan sekarang untuk mendeteksi komplikasi,

beberapa ketidaknyamanan, dan setiap keluhan seputar

kehamilan diantaranya menentukan hari pertama haid terakhir

(HPHT) berfungsi untuk menentukan taksiran persalinan

dengan rumus Naegle yaitu HPL= hari HT+7, bulan HT-3,

tahun HT+1, jumlah kunjungan ulang serta keluhan tiap

trimester, dan penggunaan obat selama kehamilan. Gerakan

janin yang biasanya dirasakan pada usia kehamilan 18 – 20

minggu, pada primipara akan dirasakan sekitar umur

kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada 16

minggu. Serta mengetahui status TT ibu (Manuaba, 2010;

Mochtar, 2013; Prawirohardjo, 2014; Varney, 2007).

Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu ntuk

mengetahui gravida atau jumlah kehamilan yang pernah

dialami wanita, tidak bergantung dari jumlah bayinya. Para

atau jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi

atau bayi telah mencapai titik mampu bertahan hidup (Varney,

2007; Manuaba, 2010; Mochtar, 2013; Prawiroharjo, 2014).

Riwayat penyakit yang lalu, sedang diderita serta riwayat

keluarga untuk mendeteksi ada tidaknya masalah

kardiovaskuler, hipertensi, diabetes, malaria, penyakit

menular seksual, HIV/AIDS. Riwayat kesehatan tersebut

membantu bidan mengidentifikasi kondisi kesehatan yang


37

dapat memengaruhi kehamilan atau bayi baru lahir.

(Manuaba, 2010; Prawiroharjo, 2014).

Riwayat KB untuk mengetahui jenis kontrasepsi yang

pernah digunakan, lama pemakaian, keluhan, alasan pasang

dan alasan lepas (Varney,2007; Kusmiyati, 2010).

4) Data kebiasaan sehari-hari

Hal-hal yang perlu dikaji mengenai kebiasaan sehari-hari

meliputi : nutrisi, tanyakan pada klien jenis, kesukaan,

pantangan, intake untuk mengetahui pemenuhan nutrisi

selama hamil; eliminasi, tanyakan pada klien perubahan yang

terjadi baik BAB maupun BAK selama hamil; aktivitas dan

latihan, tanyakan ada gangguan atau tidak; Istirahat (tidur),

tanyakan tentang pola tidur, lama tidur, dan gangguan tidur

baik pada waktu siang maupun malam; seksualitas, untuk

mengetahui bagaimana pola hubungan seksual ibu

(Prawirohardjo, 2014).

5) Data psikologis dan psikososial

Untuk mengetahui apakah ibu mengalami kekhawatiran

khusus dalam kehamilannya. Bagaimana peran dan dukungan

yang diberikan pasangan atau keluarga serta apakah ada

kebiasaan budaya atau adat istiadat yang mempengaruhi

kehamilan ibu (Varney, 2007).

Data objektif (O):


38

1) Pemeriksaan umum

Keadaan umum baik, jika kesadaran penuh, TTV normal,

dan pemenuhan kebutuhan mandiri seperti makan tanpa

disuapi dan eliminasi sendiri tanpa bantuan. KU sedang, jika

kesadaran penuh sampai dengan apatis, TTV tidak normal,

dan pemenuhan kebutuhan dibantu sebagian sampai

seluruhnya. KU lemah, jika kesadaran penuh sampai dengan

somnolen, TTV tidak normal, memakai alat bantu organ vital,

memerlukan tindakan pengobatan dan perawatan intensif,

pemenuhan kebutuhan dibantu seluruhnya (Rukiyah, 2013).

Kesadaran composmentis, jika sadar penuh. Apatis, sikap

acuh tak acuh, apabila ditanya tidak segera merespon.

Delirium, kesadaran menurun disertai dengan kekacauan

mental dan motorik. Somnolen, kesadaran menurun dengan

respon psikomotor yang lambat. Stupor, tingkat kesadaran

seperti tertidur lelap, tetapi masih ada respon terhadap nyeri.

Koma, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun

(Rukiyrah, 2013).

Menimbang berat badan ibu hamil yang tujuannya adalah

mengetahui berat badan ibu naik/turun.


39

Tabel 2.3 Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan


berdasarkan indeks masa tubuh

Kategori IMT Rekomendasi (kg)


Rendah < 19,8 12,5-18
Normal 19,8-26 11,5-16
Tinggi 26-29 7-11,5
Obesitas >29 >7
Gemeli 16-20,5
Sumber: Cunningham (2005)

Batas ambang IMT


Kurus :< 17
Normal :18,5 – 25
Gemuk : 25 - 27
Menurut Kemenkes (2015) Tinggi badan normalnya lebih

dari 145 cm, bila kurang dari itu dicurigai beresiko

kesempitan panggul. LiLA normalnya adalah 23,5 cm. Jika

ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka interpretasinya

adalah Kurang Energi Kronis (KEK) (Kusmiyati, 2008;

Prawirohardjo, 2014).

Tanda-tanda Vital, tekanan darah normal yaitu 120/80

mmHg. Pada ibu hamil tekanan darah tidak boleh melebihi

140/90 mmHg karena memungkinkan terjadinya pre-

eklamsia. Suhu tubuh normal yaitu 36,5°C – 37,5°C, nadi

normal adalah 60-100 kali/menit, pernafasan normal yaitu 16-

20 kali/menit (Saifuddin 2011).

2) Pemeriksaaan fisik

Pemeriksaan fisik pada kepala untuk mengetahui ada

tidaknya odema sebagai deteksi dini terhadap pre eklamsia,


40

pucat/tidak (jika pucat mengarah ke anemis, terdapat cloasma

atau tidak (menandakan terjadi perubahan hormon

dikarenakan kehamilannya sekarang); mata, konjungtiva pucat

/ tidak (jika pucat mengarah ke anemis), sklera kuning / tidak

(jika kuning menandakan adanya masalah pada hati); hidung

ada polip atau tidak; mulut pucat pada bibir, pecah – pecah,

stomatitis, ginggivitis, gigi tanggal, gigi berlubang, caries

gigi, dan bau mulut.

Pemeriksaan pada leher untuk mengetahui ada tidaknya

pembesaran kelenjar tiroid (jika ada maka menunjukkan ibu

kekurangan yodium), adakah pembesaran kelenjar limfe (jika

ada maka menunjukan adanya infeksi), adakah pembesaran

kelenjar parotis.

Pada pemeriksaan payudara perhatikan dan periksa adanya

kemungkinan benjolan yang tidak normal, perhatikan ukuran

payuda simetris/tidak, puting payudara (menonjol,

datar/masuk), apabila putting susu datar yang harus dilakukan

yaitu cubit areola disisi putting dengan ibu jari dan jari

telunjuk, tekan kedalam lalu kemudian tarik keluar perlahan,

laukan rutin setiap hari. Keluarnya kolostrum/cairan lain,

hiperpigmentasi areola mamae dan kebersihannya, perhatikan

retraksi dada dan adanya kemungkinan massa/nodul pada

aksila. (Manuaba, 2010; Cunningham, 2013).


41

Pada pemeriksaan abdomen, dilihat pembesaran

abdomennya, adanya striae gravidarum atau linea nigra, dan

adanya luka bekas operasi (Varney, 2006). Palpasi abdomen

meliputi:

a) Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri, dan

bagian dalam fundus. Pada fundus teraba bulat, lunak,

tidak melenting adalah bokong, bila teraba keras

melenting adalah kepala.

b) Leopold II untuk menentukan batas kanan dan kiri rahim,

menentukan letak punggung janin. Bagian yang teraba

memanjang seperti papan, ada tahanan dan keras adalah

punggung, sedangkan bagian yang teraba kecil-kecil,

banyak adalah ekstremitas.

c) Leopold III untuk menentukan bagian terendah janin,

teraba bulat, keras, melenting adalah kepala, sedangkan

bila lunak tidak melenting adalah bokong, dan

menentukan bagian terendah janin dan apakah bagian

terendah sudah masuk pintu atas panggul atau belum.

(Rohani, 2011).

d) Leopold IV untuk menentukan seberapa jauh bagian

terbawah janin masuk panggul (Manuaba, 2010).

Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari

(perlimaan) adalah sebagai berikut :


42

5/5 : Semua bagian kepala belum masuk PAP

sehingga mudah digerakkan.

4/5 : 4 bagian kepala belum masuk PAP dan sulit

digerakkan bila teraba.

3/5 : 3 bagian kepala belum masuk PAP.

2/5 : 3 bagian kepala sudah masuk PAP.

1/5 : Kepala berada di dasar panggul.

0/5 : Kepala sudah di vulva.

TBJ dapat dihitung dengan rumus (TFU-12) x 155 jika

belum masuk panggul.(TFU-11) x 155 jika sudah masuk

panggul. Frekuensi denyut jantung janin normal 120-160

kali/menit (Prawirohardjo, 2014).

Pemerikaan genetalia untuk menilai vulva vagina (ada

tidaknya oedem, varises, pembesaran kelenjar Bartholini

serta kelenjar Skene, jika terdapat varises maka akan beresiko

pecahnya pembuluh darah dan mengakibatkan perdarahan),

anus (Untuk mengetahui ada atau tidaknya hemoroid pada

ibu, jika ada maka akan beresiko pecah saat ibu mengejan

dan menimbulkan perdarahan saat persalinan).

Pemeriksaan ekstermitas dilakukan untuk menilai ada atau

tidak refleks pattela pada ekstremitas kanan dan kiri, jika

pada ibu bersalin reaksi refleks patella negatif, kemungkinan

ibu tersebut mengalami kekurangan vitamin B1 dan


43

menunjukan ada masalah pada tulang belakang. Adakah

odema serta varises pada ektremitas, dan sianosis pada kuku-

kuku. Oedema pada ektermitas mengarah pada preeklamsi.

Sianosis pada kuku menunjukan ibu anemis (Prawirohardjo,

2014).

3) Pemeriksaan penunjang

Dilakukan untuk melakukan deteksi dini adanya penyulit

atau masalah. Pada ibu hamil trimester III pemeriksaan

penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan kadar

hemoglobin; pemeriksaan protein urin , jika hasil pemeriksaan

urine jernih maka negatif, ada kekeruhan (+) 1, kekeruhan

mudah dilihat dan ada endapan (++) 2, urine lebih keruh dan

endapan yang lebih jelas (+++) 3, urine sangat keruh dan

disertai endapan yang menggumpal (++++) 4 (Rukiyah,

2013); Pemeriksaan HIV; pemeriksaan HbsAg; Pemeriksaan

USG jika diperlukan untuk mendeteksi adanya kelainan janin

(Prawirohardjo, 2014).

b. Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Diagnosa ditegakkan bidan dalam lingkup praktik

kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis

kebidanan. Gravida atau jumlah kehamilan yang pernah dialami

wanita, tidak tergantung dari jumlah bayinya. Para atau jumlah

kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi telah


44

mencapai titik mampu bertahan hidup. (Varney, 2007). Abortus

adalah kehamilan yang berakhir pada usia kehamilan < 24

minggu atau berat janin <500 gram, contoh penulisan diagnosa

misalnya :

Ny. … umur … tahun G…P…A… usia kehamilan … minggu,

janin tunggal hidup, intrauterin, punggung kanan, presentasi

kepala, penurunan kepala 4/5 bagian.

Masalah, dirumuskan sesuai kondisi klien (sesuai dengan

keluhan klien). Kebutuhan bagi ibu hamil trimester III adalah hal-

hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam

diagnosa dan masalah didapatkan dengan analisa data. Adapaun

kebutuhan ibu hamil trimester III meliputi kebutuhan fisiologis

dan psikologis. (Sulistyawati, 2012; Mochtar, 2013;

Prawirohardjo, 2014).

c. Standar III : Perencanaan

Perencanaan asuhan kebidanan disusun berdasarkan diagnosa dan

masalah yang telah ditegakkan. Perencanaan asuhan pada ibu

hamil trimester III antara lain :

1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan.

2) Beri informasi tentang gizi ibu hamil

3) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup.

4) Beri informasi tentang ketidaknyamanan TM III

5) Beri informasi tentang tanda bahaya TM III


45

6) Beri informasi tentang body mekanik

7) Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan Hb.

8) Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG.

9) Lakukan teknik counterpresure untuk pengurangan nyeri

punggung bagian bawah

10) Berikan senam hamil

11) Berikan informasi tentang tanda-tanda persalinan.

12) Berikan informasi tentang persiapan persalinan.

13) Berikan informasi tentang ASI Eksklusif

14) Berikan informasi kepada keluarga untuk memberi dukungan

pada ibu.

15) Berikan informasi agar ibu melakukan kunjungan ulang tiap

1 bulan, 2 minggu atau segera jika ada keluhan.

(Astuti 2012; Pantikawati 2013; Sulistyawati 2013)

d. Standar IV : Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan.

e. Standar V : Evaluasi

1) Ibu mengerti hasil pemeriksaan meliputi tanda-tanda vital,

palpasi, auskultasi, dan inspeksi.

2) Ibu telah mengetahui tentang kebutuhan gizi yang dibutuhkan

selama kehamilan dan mampu memenuhi asupan gizi yang

diperlukan.
46

3) Ibu telah istirahat cukup yaitu istirahat malam normalnya 6-8

jam, sedangkan untuk tidur siang tidak semua wanita

mempunyai kebiasaan tidur siang

4) Ibu telah mengetahui informasi tentang tanda bahaya

trimester III yaitu tekanan darah tinggi, pusing, keluar cairan

dari jalan lahir, penglihatan kabur

5) Ibu telah mengetahui tanda-tanda bahaya TM III dan segera

ke pelayanan kesehatan bila menemukan tanda-tanda

tersebut.

6) Ibu telah mengetahui bagaimana posisi tubuh yang

dianjurkan selama hamil.

7) Ibu telah melakukan pemeriksaan Hb di bidan maupun di

puskesmas dan Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya.

8) Ibu telah melakukan USG untuk mendeteksi adanya kelainan

janin

9) Ibu telah melakukan teknik counterpresure untuk

pengurangan nyeri punggung bagian bawah

10) Ibu telah melakukan senam hamil secara mandiri.

11) Ibu telah mengetahui tanda-tanda persalinan dengan mampu

menjawab pertanyaan dari bidan.

12) Ibu mampu menjelaskan tentang persiapan persalinannya.

13) Ibu telah mengetahui pengertian ASI Eksklusif dan mampu

menjelaskan kembali.
47

14) Keluarga telah mengetahui tentang bentuk dukungan untuk

ibu selama kehamilan.

15) Ibu melakukan kunjungan kehamilan setiap 1 bulan, dua

minggu dan bila ada keluhan. (Astuti 2012; Pantikawati

2013; Sulistyawati 2013)

f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan

sesuai dengan standar yang berlaku (SOAP) pada formulir yang

tersedia (rekam medis/KMS/status klien/buku KIA).

B. Asuhan Kebidanan Persalinan

1. Konsep dasar

a. Pengertian

Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin,

plasenta, dan membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir.

Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai

akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan

yang teratur. Mula-mula kekuatan kecil hingga pada puncaknya

pembukaan serviks lengkap untuk mengeluarkan janin dalam

rahim (Rohani dkk, 2013)

Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 –

42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang


48

berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun

janin. (Sumarah, 2010; Manuaba, 2012; Prawirohardjo, 2014).

b. Tanda-tanda persalinan

Ada beberapa tanda persalinan yaitu:

1) Tanda permulaan persalinan

a) Lightening atau setting yaitu kepala turun memasuki pintu

atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara

tidak begitu kentara.

b) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

c) Perasaan sering atau susah kencing karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terbawah janin.

d) False labor pains yaitu perasaan sakit di perut dan

dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari

uterus.

e) Serviks menjadi lembek mulai mendatar dan sekresinya

bertambah bisa bercampur darah (bloody show)

(Kuswanti dkk, 2013)

2) Tanda In-Partu

Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi

dan menyebabkan perubahan pada servik (membuka dan

menipis), berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

Pada ibu yang belum inpartu, kontraksi uterus tidak


49

mengakibatkan perubahan pada servik. Ada beberapa tanda dan

gejala inpartu.

Tanda gejala yang pertama yaitu timbul rasa sakit oleh

adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. Adanya

his dalam persalinan membuat adanya perubahan serviks yang

menyebabkan pendataran dan pembukaan. Sifat his persalinan

yaitu pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan, sifatnya

teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar,

mempunyai pengaruh terhadap pembukaan servik, makin

beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah (Cunningham,

2006; Fraser, 2011; Manuaba, 2010).

Tanda gejala inpartu yang kedua yaitu keluar lendir

bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena

robekan kecil pada servik. Sumbatan mucus yang berasal dari

sekresi servikal dari proliferasi kelenjar mukosa servikal pada

awal kehamilan, berperan sebagai barier protektif dan menutup

servikal selama kehamilan. Bloody show adalah pengeluaran

dari mucus. Lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas

disebabkan karena pembukaan serta perdarahan terjadi karena

kapiler pembuluh darah pecah.

Tanda inpartu yang ketiga yaitu terdapat pembukaan

serviks/ dilatasi serviks. Pada nulipara biasanya sebelum

persalinan, servik menipis sekitar 50-60% dan pembukaan


50

sampai 1 cm, dan dengan dimulainya persalinan, biasanya ibu

nulipara mengalami penipisan servik 50-100%, kemudian

mulai terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara sering kali

servik tidak menipis pada awal persalinan, tetapi hanya

membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara servik akan

membuka kemudian diteruskan dengan penipisan.

Tanda inpartu yang keempat yaitu terkadang ketuban pecah

dengan sendirinya. Pemecahan membran yang normal terjadi

pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12% wanita, dan

lebih dari 80% wanita akan memulai persalinan secara spontan

dalam 24 jam.

Tanda inpartu kelima yaitu setelah pembukaan lengkap,

ketuban pecah sehingga fleksus frankenhausen terangsang

untuk menimbulkan reflek mengejan serta pulsasi pengeluaran

oksitosin semakin frekuen. Gerak kepala janin akan mengikuti

jalan lahir secara optimal. Setelah kepala janin mencapai dasar

panggul, terjadi proses ekstensi diikuti dengan penipisan

perineum ibu dan anus membuka sehingga timbul keinginan ibu

untuk BAB (Manuaba, 2007).

c. Penyebab mulainya persalinan

1) Teori penurunan hormone

Satu sampai dua minggu sebelum persalinan, mulai terjadi

penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron


51

bekerja sebagai penegang otot-otot polos rahim. Karena itu,

akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his

jika kadar progesteron turun.

2) Teori plasenta menjadi tua

Penuaan plasenta akan menyababkan turunnya kadar

estrogen dan progesteron sehingga terjadi kekejangan

pembuluh darah. Hal tersebut akan menimbulkan kontraksi

rahim.

3) Teori keregangan

Ukuran uterus yang semakin membesar dan mengalami

penegangan akan mengakibatkan otot – otot uterus mengalami

iskemia sehingga mungkin dapat menjadi faktor yang dapat

mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada akhirnya

membuat plasenta mengalami degenerasi.

4) Teori induksi partus (induction of labour)

Partus dapat pula ditimbulkan dengan cara: memasukkan

beberapa gagang laminaria dalam kanalis servikalis dengan

tujuan merangsang pleksus frankenhauser; melalui amniotomi

(pemecahan ketuban); pemberian oksitosin melalui tetesan per

infus.

5) Teori iritasi mekanik

Di belakang serviks, terletak ganglion servikale (pleksus

frankenhauser). Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan,


52

misalnya oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi uterus.

6) Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan

15 minggu, yang dikeluarkan oleh desisua. Pemberian

prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot

rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin

dianggap dapat menurunkan pemicu terjadinya persalinan.

7) Teori oksitosin

Pada akhir kehamilan hormone oksiton bertambah sehingga

dapat menimbulkan his (Manuaba, 2010; Rohani, 2011).

d. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses persalinan

1) Power (kekuatan)

Dibagi menjadi dua yaitu: kontraksi uterus involunter atau

kekuatan primer menandai mulainya persalinan dan kontraksi

volunter atau kekuatan sekunder, saat serviks berdilatasi

terdapat usaha untuk mendorong.

2) Passage (jalan lahir)

Passage atau jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian

tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus.

3) Passanger (janin dan plasenta)

Janin yang bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat

interaksi beberapa faktor, yakni: ukuran kepala janin,


53

presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Plasenta juga

menyertai janin untuk melalui jalan lahir.

4) Penolong

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan

menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan

janin, dalam hal ini bergantung kepada kemampuan dan

kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

5) Psikologis

Kondisi psikis ibu dapat mempengaruhi proses persalinan. Ibu

bersalin yang didampingi oleh suami dan orang yang

dicintainya cenderung mengalami proses persalinan yang lebih

lancar dibandingkan tanpa pendamping (Lowdermilk, 2013).

e. Mekanisme persalinan

1) Penurunan Kepala

Masuknya kepala dalam PAP atau engagement pada

primigravida terjadi dibulan akhir kehamilan sedangkan pada

multigravida biasanya terjadi pada awal persalinan. Majunya

kepala terjadi setelah kepala masuk ke rongga panggul dan

biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara majunya

kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi

secara bersamaan. Majunya kepala bersamaan dengan gerakan

fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi. Majunya kepala

disebabkan oleh tingkat cairan intra uterin, tekanan langsung


54

oleh fundus pada bokong, kekuatan mengejan, melurusnya

badan janin oleh pelurusan bentuk rahim (Fraser 2009; Risma

2009; Oxorn 2010; Lowdernmilk 2014)

2) Fleksi

Ketika kepala janin menemui tahanan struktural tulang

pelvis dan otot pelvis, Kepala dipaksa masuk dengan sikap

lebih fleksi. Fleksi kepala terhadap toraks mungkin terjadi

karena dagu dan mandibula janin biasanya sangat kecil dalam

kaitannya dengan aspek lain wajah dan dapat lebih mudah

terdorong ke belakang dan karena relaksin dapat meningkatkan

fleski vertebrata servikalis lebih besar dari pada yang

memungkinkan setelah kelahiran Asinklitismus anterior

(Naegle) di promotorium (Chunningham 2006; Walsh 2008;

Varney 2009; Lowdermilk 2013)

3) Putaran Paksi Dalam

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan

sedemikian rupa hingga bagian terendah dari bagian depan

janin memutar ke depan ke bawah simfisis. Pada presentasi

belakang kepala,bagian terendah ialah daerah ubun – ubun kecil

dan bagian inilah yang akan memutar ke depan ke arah simfisis.

Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan karena

merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala


55

dengan bentuk jalan lahir khususnya bidan tengah dan pintu

bawah panggul (Chunningham 2006; Walsh 2008)

4) Ekstensi

Saat kepala janin mencapai perinium, kepala akan defleksi

ke arah anterior oleh perinium. Mula – mula oksiput melewati

permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala muncul

akibat ekstensi : pertama – tama oksiput, kemudian wajah, dan

akhirnya dagu. Ketika kepala janin muncul melalui introitus,

banyak faktor mendorongnya dari fleksi sampai ekstensi.

Dorongan kontraski mendorong janin ke bawah sementara

tahanan otot pelvis mendorongnya anterior mengikuti

lengkungan normal jalan lahir (Varney 2009;Oxorn 2010)

5) Restitusi

Kepala janin memutar kembali ke arah punggung anak

untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena

putaran paksi dalam (Rohani dkk, 2013). Ketika kepala

dilahirkan, kurangnya tahanan memungkinkan untuk berotasi

spontan 45 derajat ke kiri, sehingga menempatkannya ke dalam

kesejajaran dengan tubuh. (Walsh 2008; Varney 2009).

6) Putaran paksi luar

Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam

rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk

panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul setelah


56

kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam di mana

ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam

diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan

dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran sehingga

belakang kepala berhadapan dengan tuber iskiadikum sepihak

(Walsh 2008; Varney 2009; Fraser 2009)

7) Ekspulsi

Ketika bahu dilahirkan, seluruh tubuh dilahirkan dengan

cepat. Kelahiran tubuh terjadi karena fleksi lateral, yang

mengikuti lengkung normal jalan lahir (Walsh 2008; Varney,

2009; Fraser, 2009; Lowdermilk, 2013)

f. Partograf

1) Pengertian

Partograf adalah alat yang digunakan untuk mencatat

informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan pemeriksaan

fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting untuk membuat

keputusan klinik selama kala I (Prawirohardjo, 2014).

2) Tujuan

Tujuan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan

kemajuan persalinan dengan memeriksa dilatasi servik saat

pemeriksan dalam dan mendeteksi apakah proses persalinan

berjalan dengan normal dan bidan membuat deteksi dini

kemungkinan terjadinya partus lama (Prawirohardjo, 2014).


57

3) Penggunaan Partograf

a) Semua ibu fase aktif kala I persalinan sampai dengan

kelahiran bayi.

b) Semua tempat pelayanan persalinan (rumah, puskesmas,

Bidan Praktek Swasta (BPS), rumah sakit, dan lain-lain)

c) Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan

kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (spesialis

obgyn, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa

kedokteran) (Prawirohardjo, 2011).

4) Pencatatan partograf

Menurut Prawirohardjo (2010) pada partograf petugas harus

mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut:

a) DJJ

Penilaian DJJ dilakukan setiap 30 menit. Skala angka di

sebelah kolom paling kiri menunjukkan jumlah DJJ. Catat

DJJ dengan memberi tanda titik pada garis dengan angka

yang sesuai kemudian menghubungkan titik satu dengan

yang lainnya dengan garis yang tidak terputus. DJJ normal

antara 120-160 kali per menit. Waspada jika DJJ mengarah

di bawah 120 per menit (bradicardi) atau diatas 160

permenit (tachikardi). (Nurasiah, 2012)

b) Warna dan adanya air ketuban

U : Ketuban utuh belum pecah


58

J : Selaput ketuban pecah, air ketuban jernih

M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

meconium

D : Ketuban sudah pecah dan bercampur darah

K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada ketuban (kering)

c) Molase (penyusupan kepala)

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura mudah

dipalpasi

1 : tulang-tulang kepala janin saling bersentuhan

2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,

tetapi masih bisa dipisahkan

3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan.

d) Pembukaan mulut Rahim (serviks), dinilai setiap 4 jam dan

diberi tanda silang (X)

e) Penurunan mengacu pada bagian kepala (dibagi menjadi 5

bagian) yang teraba (pemeriksaan bimanual) diatas simfisis;

catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan

dalam. Pada posisi 0/5 belum terjadi penurunan bagian

terendah (kepala).

f) Bagian jam dan waktu terdapat di bagian bawah partograf

(pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak


59

yang diberi angka 1-16, setiap kotak menyatakan waktu 1

jam sejak dimulainya fase aktif persalinan

g) Kontraksi. Catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan

lamanya tiap-tiap kontraksi dengan hitungan detik.

(1) Kurang dari 20 detik : .

(2) Antara 20-40 detik : /

(3) Lebih dari 40 detik :

h) Obat dan cairan yang diberikan dapat dituliskan pada di

bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur

kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obatan lainnya dan

cairan IV

i) Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan ditandai dengan

sebuah titik besar (•).

j) Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan ditandai dengan

anak panah.

k) Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam.

l) Protein, aseton dan volume urin. Catatlah setiap kali ibu

berkemih.

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk

mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan


60

kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan

sejak kala satu hingga kala empat dan bayi baru lahir

Berbeda dengan pengisian halaman depan (harus

segera di isi setiap akhir pemeriksaan), pengisian data di

lembar belakang partograf baru dilengkapi setelah seluruh

proses persalinan selesai. Informasi yang dicatat di halaman

belakang partograf akan meliputi unsur-unsur berikut ini:

1) Data dasar atau informasi umum

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat

persalinan, alamat tempat persalinan, catatan dan

alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada

saat merujuk.

2) Kala I

Kala satu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang

partograf saat melewati garis waspada, masalah-

masalah lain yang timbul, penatalaksanaan dan hasil

penatalaksanaan tersebut.

3) Kala II

Data untuk kala dua terdiri dari pendamping

persalinan, dilakukan atau tidaknya tindakan

episiotomi, ada tidaknya distosia bahu, ada tidaknya

masalah lain, dan penatalaksanaan masalah dan

hasilnya.
61

4) Kala III

Data untuk kala tiga terdiri dari lamanya kala tiga,

pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali,

retensio plasenta yang >30 menit, laserasi, atonia

uteri, jumlah perdarahan, masalah lain,

penatalaksanaan dan hasilnya.

5) Kala IV

Kala empat berisi data tentang tekanan darah ibu,

nadi, temperatur, tinggi fundus, kontraksi uterus,

kandung kemih dan perdarahan. Bila timbul masalah

selama kala empat, tuliskan jenis dan cara menangani

masalah tersebut.

Pemantauan kala empat dilakukan setiap lima belas

menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit

pada 1 jam berikutnya. Isikan hasil pemeriksaan pada

kolom atau ruang yang sesuai pada tabel pemantauan.

Bagian yang digelapkan (dihitamkan) tidak perlu

diisi.

Informasi yang perlu diperoleh dari bagian bayi

baru lahir adalah berat dan panjang badan, jenis

kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI,

masalah lain dan hasilnya


62

g. Tahapan persalinan

Menurut Varney, 2007; Saiffudin, 2009; Prawirohardjo, 2014

persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu :

1) Kala I

Kala I persalinan dimulai sejak adanya his yang teratur dan

meningkat (frekuensi dan kekuatannya) yang menyebabkan

pembukaan, sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini

terbagi menjadi 2 fase yaitu :

a) Fase laten

Fase yang dimulai pada pembukaan serviks 0 dan

berakhir sampai pembukaan serviks mencapai 3 cm. Pada

fase ini terjadi peningkatan frekuensi, durasi, dan

intensitas dari mulai terjadi setiap 10-20 menit,

berlangsung selama 15-20 detik, dengan intensitas ringan

hingga kontraksi dengan intensitas sedang yang terjadi

setiap 5-7 menit dan berlangsung 30-40 detik.

b) Fase aktif

Fase aktif berlangsung pada pembukaan 4 cm

sampai dengan 10 cm. Menurut Manuaba (2007)

penambahan pembukaan pada primigravida dalam waktu

1 jam adalah 1 cm dan pada muligravida 1 jam adalah 2

cm. Fase aktif bisa dibagi menjadi 3 subfase, yaitu (1)

Fase akselerasi yang terjadi dalam waktu 2 jam dari


63

pembukaan 3 cm menjadi 4 cm. (2) Fase dilatasi

maksimal, terjadi dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. (3)

Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat kembali.

Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm

atau lengkap (Prawirohardjo, 2014).

2) Kala II

Kala II dimulai ketika pembukaan lengkap (10 cm) dan

berakhir dengan lahirnya bayi. Pada primigravida berlangsung

selama 2 jam dan multigravida 1 jam. Diagnosis kala II dapat

ditegakan atas dasar pemeriksan dalam yang menujukkan : His

semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit sekali; Ibu

merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi;

Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan

atau vagina; Perineum menonjol; Vulva vagina dan sfingter ani

terlihat membuka; peningkatan pengeluaran lendir dan darah;

tanda pasti kala II yaitu pembukaa serviks telah lengkap atau

terlihatnya bagian terendah janin di introitus vagina. (Sumarah,

2010; Sulistyawati, 2012; Cunningham, 2013; Mochtar, 2013;

Prawirohardjo, 2014).

3) Kala III

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Lepasnya


64

plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan

tanda-tanda sebagai berikut: Uterus menjadi bentuk bundar;

Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen

bawah Rahim; Tali pusat bertambah panjang; Terjadi

perdarahan (Manuaba, 2010)

Asuhan yang dapat diterapkan pada kala III yaitu dengan

melakukan Manajemen Aktif Kala III (MAK III). Terdiri dari 3

langkah utama yaitu : pemberian oksitosin dalam 1 menit

pertama setelah bayi lahir, 10 unit IM pada 1/3 bagian atas

paha bagian luar (aspektus lateralis), melakukan peregangan

tali pusat terkendali (PTT) dan massase fundus uteri.

Setelah placenta lahir maka dilakukan pemeriksaan

placenta dengan memperhatikan hal-hal berikut : (1) Pastikan

jumlah pembuluh darah 2 arteri 1 vena, (2) Pastikan membrane

lengkap, (3) Inspeksi pada sisi maternal untuk memeriksa

kelengkapan plasenta, klasifikasi, infart, tumor atau kista,

edema, warna, plasenta multiple, (4) Inspeksi sisi janin untuk

memeriksa insersi tali pusat, kista, atau adanya meconium, (5)

Kotiledon berjumlah 20 buah, (6) Plasenta berbentuk oval serta

ukuran diameter 15-20 cm, tebal 2-3 cm dan berat ±500 gram.

Panjang tali pusat 30-50 cm (Varney, 2009; Sumarah, 2010;

Mochtar, 2013; Prawirohardjo, 2014).


65

4) Kala IV

Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam

setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada

kala IV antara lain : tingkat kesadaran; pemeriksaan tanda-

tanda vital, TFU (setelah bayi lahir setinggi pusat, setelah

placenta lahir 2 jari di bawah pusat), kontraksi uterus harus

keras, cek tanda-tanda perdarahan yang mungkin terjadi dari

luka laserasi perineum, kandung kemih dikosongkan karena

dapat mengganggu kontraksi rahim; terjadinya perdarahan,

perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak

melebihi 400-500 cc (Fraser, 2012; Cunningham, 2013;

Lowdermilk, 2013; Prawirohardjo, 2014).

h. Perubahan fisiologis pada masa persalinan

1) Tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus, systole

meningkat 10 – 20 mmHg dan diastole meningkat 5– 10

mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah kembali normal seperti

sebelum persalinan. Peningkatan tekanan darah dapat

disebabkan oleh rasa takut dan khawatir. (Varney, 2009;

Fraser, 2011; Lowdermilk, 2013; Prawirohardjo, 2014).

2) Detak jantung

Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung

secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak


66

jantung meningkat dibandingkan sebelum persalinan. Pada

setiap kontraksi 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan

masuk kedalam sistem vaskuler ibu. Hal ini menyebabkan

peningkatan curah jantung sebesar 10 – 15% (Varney 2009;

Prawirohardjo 2010; Rohani dkk, 2013; Lowdermilk 2013)

3) System reproduksi wanita

Diantaranya adalah Segmen Atas Rahim (SAR) dan

Segmen Bawah Rahim (SBR). Sejak kehamilan lanjut, uterus

terbagi menjadi 2 yaitu segmen atas rahim yang terbentuk oleh

korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terbentuk dari

isthmus uteri. SAR memegang peranan yang aktif karena

berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal seiring majunya

persalinan. Sebaliknya SBR memegang peranan pasif, akan

makin tipis dengan majunya persalinan karena diregang.

4) Perubahan bentuk rahim

Kontraksi uterus bertanggung jawab atas penipisan dan

pembukaan serviks, serta pengeluaran bayi dalam

Persalinan(Rohani dkk, 2013)

5) Perubahan pada serviks

Persalinan dimulai dari munculnya kontraksi persalinan

yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan

diakhiri dengan pembukaan serviks lengkap(Rohani dkk, 2013).


67

6) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Ketuban ikut merenggangkan bagian atas vagina yang sejak

kehamilan mengalami perubahan sehingga dapat dilalui oleh

janin. Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada

dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan janin. Oleh

bagian depan yang maju itu, dasar panggul direnggang menjadi

saluran dengan dinding – dinding tipis. (Sumarah 2009; Rohani

2013).

7) System pencernan

Metabolisme karbohidrat aerob maupun anaerob akan

meningkat secara terus – menerus. Kenaikan ini sebagian besar

disebabkan oleh kecemasan dan kegiatan otot tubuh. Mortilitas

lambung dan penyerapan makanan padat secara substansial

berkurang sangat banyak selama persalinan. Persalinan

mempengaruhi system saluran cerna wanita (Lowdermilk,

2013, Rohani dkk, 2013).

8) Suhu tubuh

Suhu tubuh selama persalinan akan meningkat, hal ini

terjadi karena terjadinya peningkatan metabolisme.

Peningkatan suhu tubuh tidak boleh melebihi 1 – 2 ºF (0,5 –1

ºC) (Rohani dkk, 2013).


68

9) System pernapasan

Kenaikan sedikit dalam jumlah pernapasan adalah normal

selama persalinan dan hal ini mencerminkan kenaikan

metabolisme yang terjadi. Hyperventilasi yang lama merupakan

kondisi tidak normal dan bias menyebabkan alkalosis (Fraser,

2011; Lowdermilk, 2013).

10) Sitem perkemihan

a) Proteinuri yang sedikit (+1) dianggap normal dalam

persalinan

b) Selama persalianan wanita dapat mengalami kesulitan untuk

berkemih secara spontan akibat berbagai alasan: edema

jaringan akibat tekanan baian presentasi, rasa tidak nyaman,

rasa malu. Proteinuria +1 dikatakan normal dan hasil ini

merupakan respons rusaknria +1 dikatakan normal dan hasil

ini merupakan respons rusaknya jaringan otot akibat kerja

fisik selama persalinan

c) Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin

disebabkan oleh peningkatan curah jantung, peningkatan

filtrasi dalam glomerulus, dan peningkatan aliran plasma

ginjal. Proteinuria yang sedikit dianggap normal dalam

persalinan (Rohani dkk, 2013).


69

11) System endokrin

Sistem endokrin akan diaktifkan selama persalinan di mana

terjadi penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar

estrogen, prostaglandin, dan oksitosin (Nurasiah, 2012;

Lowdermilk, 2013; Rohani dkk, 2013).

12) System integument

Adaptasi sistem integumen khususnya distensibilitas yang

besar pada introitus vagina yang terbuka. Derajat distensibilitas

bervariasi pada ibu yang melahirkan. Walaupun tanpa

episiotomy atau laserasi, robekan kecil pada kulit sekitar

introitus vagina mungkin terjadi (Rohani dkk, 2013)

13) System musculoskeletal

Perubahan metabolisme dapat mengubah keseimbangan

asam basa, cairan tubuh, dan darah sehingga menambah

terjadinya kram pada kaki. System muskuluskeletal mengalami

stres selama persalinan. Diaphoresis, keletihan, proteinuria

(+1) dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai

peningkatan aktivitas otot yang menyolok (Lowdermilk, 2013),

Rohani dkk, 2013).

i. Perubahan psikologis pada masa persalinan

Pada ibu bersalin terjadi beberapa perubahan psikologis

diantaranya : rasa cemas pada bayinya yang akan lahir, kesakitan

saat kontraksi dan ketakutan melihat darah (Rukiyah,2011)


70

Terdapat beberapa sumber yang membagi perubahan psikologis

dalam setiap kala seperti pada :

1) Kala I

a) Fase laten

Pada fase ini, biasanya ibu merasa lega dan bahagia karena

masa kehamilannya segera berakhir. Namun pada awal

persalinan biasanya ibu merasa gelisah, gugup, cemas, dan

khawatir berhubungan dengan rasa tidak nyaman karena

kontraksi.

b) Fase aktif

Begitu persalinan maju, ibu tidak punya keinginan lagi

untuk makan atau mengobrol, dan ia menjadi pendiam dan

bertindak lebih didasari naluri. Ketika persalinan semakin

kuat, ibu menjadi kurang mobilitas memegang sesuatu saat

kontraksi, berdiri mengangkan dan menggerakkan

pinggulnya (Rohani dkk, 2013)

2) Kala II

Pada kala II, his terkoordinasi kuat, cepat, dan lebih lama.

Kira-kira 2–3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk

ke ruang panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa

ingin meneran karena tekanan rectum, ibu merasa seperti mau

buang air besar dengan tanda anus membuka (Rohani 2013)


71

3) Kala III

Ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk bayinya. Ibu

merasa gembira, lega dan bangga akan dirinya, juga merasa

sangat lelah. Ibu memusatkan diri dan kerap bertanya apakah

vaginanya perlu dijahit. Ibu menaruh perhatian terhadap

plasenta (Rohani 2013)

4) Kala IV

Pada masa ini ibu membutuhkan pantauan khusus

karena pada masa 1–2 jam persalinan ini merupakan masa yang

memerlukan pengawasan yang benar–benar ketat oleh bidan

untuk menghindari komplikasi yang terjadi baik pada ibu

maupun pada bayi (Rohani 2013).

j. Kebutuhan dasar ibu bersalin

1) Kebutuhan fisik

a) Memberikan cairan dan nutrisi

Hal-hal yang dibutuhkan ibu selama persalinan adalah

energi yang terkandung dalam karbohidrat. Makanan rendah

lemak, misalnya roti, sereal, biskuit, dan teh yang mudah

dicerna. Cairan tidak dibatasi, meskipun ibu cenderung

mengurangi minum selama kemajuan persalinan (Fraser

2009; Sinclair 2010).


72

b) Pola eliminasi

Selama persalinan, ibu harus dianjurkan untuk berkemih

setiap 1-2 jam. Urine yang berada dalam kandung kemih

merupakan massa yang tidak dapat ditekan sehingga dapat

menggangu penurunan bagian presentasi janin, mengurangi

kapasitas uterus berkontraksi (Fraser,2009; Nursiah,2013)

c) Pola istirahat

Istirahat sangat dibutuhkan ibu dalam menghadapi

persalinan, agar ibu dapat kuat dan tidak lelah menghadapi

persalinan nanti (Lowdermilk 2013; Rohani 2013)

d) Personal hyigeine

Personal hygeine merupakan hal penting bagi ibu

pendampingnya. Ibu harus dianjurkan untuk mandi dan

membasuh diri sesuai keinginannya untuk mempertahankan

kesegaran diri (Rohani 2013; Nurasiah 2014)

2) Kehadiaran seorang pendamping

Seorang bidan harus menghargai keinginan ibu untuk

menghadirkan teman atau saudara yang khusus menemaninya.

Adapun dukungan yang dapat diberikan oleh pendamping

adalah sebagai berikut : mengusap keringat, menemani atau

membimbing ibu jalan – jalan, memberikan minum, mengubah

posisi, dan memijat punggung (Fraser, 2011; Nurasiah, 2012).


73

3) Penerimaan terhadap prilaku dan tingkah lakunya

Wanita biasanya membutuhkan perhatian lebih dari suami

dan keluarganya bahkan bidan sebagai penolong persalinan.

Asuhan yang harus diberikan adalah selain pemberian

dukungan mental juga penjelasan kepada ibu bahwa rasa sakit

yang ia alami selama persalinan merupakan suatu proses yang

harus dilalui dan diharapkan ibu tenang menghadapi

persalinannya (Fraser, 2012; Rohani, 2011; Nurasiah, 2012).

4) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman

Setiap ibu bersalin selalu ingin mengetahui apa yang terjadi

pada tubuhnya yaitu penjelasan tentang proses perkembangan

dan persalinan, jelaskan semua hasil pemeriksaan, pengurangan

rasa takut akan menurunkan nyeri akibat ketegangan dari rasa

takut dan penjelasan tentang prosedur serta adanya pembatasan

(Fraser 2009; Sumarah 2009; Rohani 2013; Nurasiah 2014).

5) Pengurangan rasa nyeri

Metode persalinan secara alami dirancang untuk

mengurangi ketakutan dan mengontrol rasa sakit yang

berhubungan saat persalinan. Menggunakan latihan peregangan

otot dan teknik relaksasi merupakan metode untuk menyiapkan

ibu untuk melahirkan. Teknik relaksasi digunakan untuk

membantu memberikan rasa nyaman ibu. Pada proses bersalin,


74

terdapat beberapa jenis latihan relaksasi yang dapat membantu

wanita bersalin, yaitu relaksasi progresif, relaksasi terkendali

serta mengambil dan mengeluarkan nafas (Fraser 2009;

Sumarah 2009; Sinclair 2012; Lowdermilk 2013; Rohani, 2013;

Nurasiah 2014)

k. Asuhan Persalinan

1) Prinsip umum dalam persalinan

Menurut Prawirohardjio (2014), Salah satu prinsip dasar

asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan

keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan sebagai berikut :

a) Panggil ibu sesuai namanya, hargai, dan perlakukan ibu

sesuai martabatnya.

b) Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada

ibu sebelum memulai asuhan tersebut.

c) Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya.

d) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut

atau khawatir

e) Berikan dukungan, besarkan hatinya, dan tenteramkan

perasaan ibu beserta anggota keluarga lainnya.

f) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan anggota keluarga

yang lain.
75

g) Lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan

konsisten.

h) Hargai privasi ibu.

i) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama

persalinan dan kelahiran bayi.

j) Hindari tindakan berlebihan dan membahayakan.

k) Membantu memulai pemberian ASI sedini mungkin

l) Siapkan rencana rujukan.

m) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan

baik.

2) Tujuan asuhan persalinan secara umum

Tujuan asuhan persalinan secara normal adalah

mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat

kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai

upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal

sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga

pada tingkat yang optimal. (Prawirohardjo 2014)

3) Asuhan Persalinan Kala I

Pada dasarnya asuhan persalinan kala I adalah memberikan

rasa aman dan nyaman pada ibu bersalin dan memantau

kemajuan persalinan.

Pengurangan rasa nyeri pada persalinan kala I bisa dengan

penerapan asuhan komplementer terapi seperti


76

counterpressure, acupressure, double hip squeeze atau

menggunakan teknik relaksasi nafas dalam. Sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Baikum dan Syaifudin (2015) dengan

judul “Pengaruh Pijat Counter Pressure Terhadap Tingkat

Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Di BPM Ellok Ekaria

Safitri Gedongkiwo Yogyakarta” dengan hasil ada pengaruh

pijat counter pressure terhadap tingkat nyeri ibu bersalin kala I

fase aktif.

Menurut penelitian tersebut, pijat dapat merangsang tubuh

melepaskan senyawa endhorphin yang merupakan pereda sakit

secara alami. Endhorphin juga dapat menciptakan perasaan

nyaman dan enak, selain itu dengan menekan daerah

lumbal/sakral dari tulang belakang nyeri dapat dihambat. Hal

ini di dasari oleh gate control teory yaitu ketika sentuhan dan

nyeri dirangsang bersama, sensasi sentuhan berjalan ke otak

menutup pintu gerbang nyeri menuju otak sehingga terjadi

teknik blockade nyeri, yang menyebabkkan nyeri dapat

dihambat.

Menurut penelitian yang dilakukan Sari (2009) tentang

dukungan suami terhadap lama persalinan kala I dan II pada

primigravida di RSUD Kota Surakarta menyimpulkan bahwa

ada pengaruh dukungan suami terhadap lama persalinan.

Menurut penelitian tersebut, ibu bersalin yang ditemani seorang


77

pendamping menunjukkan proses persalinan berjalan lebih

singkat. Selain itu kehadiran seorang pendamping secara terus-

menerus selama persalinan dan kelahiran akan menghasilkan

lamanya persalinan yang semakin pendek.

a) Menurut Medforth, dkk (2013) Memberikan rasa aman dan

nyaman dilakukan dengan pereda nyeri yang dapat

diberikan dengan:

(1) Massage

Massage dapat meningkatkan sirkulasi, merelaksasi

otot, untuk mengekspresikan rasa sayang kepada ibu.

Massage dapat dilakukan di sepanjang titik meridian

tubuh atau garis aliran energi.

(2) Pengobatan homeopati

Pengobatan homeopati yaitu penanganan penyakit

dengan memberikan sejumlah zat yang sangat encer

agar menghasilkan zat yang serupa. Pengobatan

homeopati memungkinkan seorang wanita memiliki

kekuatan untuk melalui peristiwa fisiologis tanpa

menggunakan obat- obatan kimia dan tanpa

mendapatkan intervensi yang tidak perlu (Dutton,

2012).

(3) Hipnosis dan visualisasi


78

Hipnosis dan visualisasi bertujuan untuk membekali

wanita dengan teknik suportif yang akan membantunya

mempersiapkan dan menghadapi persalinan dan

melahirkan. Kelompok wanita yang telah dipersiapkan

secara hypnosis akan mengalami :

(a) Penurunan rasa nyeri

(b) Persalinan kala I lebih singkat

(c) Pengobatan lebih sedikit

(d) Skor apgar lebih tinggi

(e) Insiden pelahiran spontan lebih tinggi

(4) Aromaterapi

Membantu meredakan nyeri, meredakan stress dan

ansietas, membantu memfungsikan uterus secara

efisien, mencegah keletihan

(5) Akupunktur pada persalinan

Menenangkan dan merelaksasi, pelepasan

emosional, menyembuhkan sakit kepala dan membantu

konsentrasi, meredakan keletihan, merangsang

kontraksi, mendukung fungsi kandung kemih, mengatur

perdarahan.

(6) Counter Presure

Counter Presure dilakukan didaerah lumbal dimana

saraf sensorik Rahim dan mulut Rahim berjalan


79

bersama saraf simpasis Rahim memasuki sumsum

tulang belakang melalui saraf torakal 10-11-12 sampai

lumbal 1. Dengan begitu impus rasa sakit ini dapat di

blok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf

yang berdiameter besar yang menyebabkan gate

control akan tertutup dan rangsangan sakit tidak dapat

diteruskan ke konteks serebral (Mander, 2003)

(7) Abdominal lifting

Abdominal lifting dilakukan dengan cara

memberikan usapan berlawanan kea rah puncak perut

tanpa menekan. Hal tersebut dapat merangsang sel saraf

besar meningkatkan mekanisme aktifitas

substansiagelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya

pintu mekanisme sehingga aktifitas sel terhambat dan

menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat dan

nyeri tidak akan diantar ke korteks serebi (Hidayat

2006)

b) Memantau kemajuan persalinan dapat menggunakan

partograf

4) Asuhan Persalinan Kala II dan Kala III

Berikut 60 langkah Asuhan Persalinan Normal (APN) menurut

Prawirohardjo (2009)

a) Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua


80

(1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua

(a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

(b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada

rektum dan/atau vaginanya.

(c) Perineum menonjol.

(d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

b) Menyiapkan Pertolongan Persalinan

(2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan

esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10

unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai

di dalam partus set.

(3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang

bersih.

(4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah

siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih

yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk

satu kali pakai/pribadi yang bersih.

(5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk

semua pemeriksaan dalam.

(6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik

(dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi

atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah


81

disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa

mengkontaminasi tabung suntik)

c) Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

(7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya

dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan

menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air

disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum

atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara

menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau

kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.

Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.

(8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa

pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban

belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,

lakukan amniotomi.

(9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan yang masih memakai sarung

tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan

kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta


82

merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).

(10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah

kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam

batas normal ( 100 – 180 kali / menit ).

(a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak

normal.

(b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,

DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan

lainnya pada partograf.

d) Menyiapkan Ibu & Keluarga untuk Membantu Proses

Pimpinan Meneran

(11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi

yang nyaman sesuai keinginannya.

(a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk

meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan

kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman

persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-

temuan.

(b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana

mereka dapat mendukung dan memberi semangat

kepada ibu saat ibu mulai meneran.


83

(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

utuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi

setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

(13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai

dorongan yang kuat untuk meneran :

(a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu

mempunyai keinganan untuk meneran

(b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu

untuk meneran.

(c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman

sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring

terlentang).

(d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara

kontraksi.

(e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan

memberi semangat pada ibu.

(f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

(g) Menilai DJJ setiap lima menit.

(h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera dalam waktu 120menit (2 jam)

meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam)

untuk ibu multipara, merujuk segera.

Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran


84

(a) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin

meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk

mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi

tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.

(b) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera setalah 60 menit meneran, merujuk

ibu dengan segera.

e) Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

(14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter

5-6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu

untuk mengeringkan bayi.

(15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di

bawah bokong ibu.

(16) Membuka partus set.

(17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua

tangan.

f) Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya kepala

(18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6

cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan

lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat


85

pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-

lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan

atau bernapas cepat saat kepala lahir.

(a) Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera

hisap mulut dan hidung setelah kepala lahir

menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi

tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap

yang baru dan bersih.

(19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi

dengan kain atau kasa yang bersih.

(20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian

meneruskan segera proses kelahiran bayi :

(a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,

lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

(b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,

mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

(21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi

luar secara spontan.

Lahir bahu

(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan

kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi.

Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi


86

berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah

dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di

bawah arkuspubis dan kemudian dengan lembut

menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan

bahu posterior.

Lahir badan dan tungkai

(23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan

mulai kepala bayi yang berada dibagian bawah ke arah

perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan

posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan

kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum,

gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh

bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior

(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan

anterior bayi saat keduanya lahir.

(24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan

yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki

bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir.

Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati

membantu kelahiran kaki.

g) Penanganan Bayi Baru Lahir

(25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi

di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih


87

rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,

meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).

(26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan

badan bayi kecuali bagian pusat.

(27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm

dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai

dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm

dari klem pertama (ke arah ibu).

(28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi

bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua

klem tersebut.

(29) Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi

dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,

menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.

Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil

tindakan yang sesuai.

(30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu

untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI

jika ibu menghendakinya.

h) Oksitosin

(31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan

palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan

adanya bayi kedua.


88

(32) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

(33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi,

memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di1/3 paha

kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya

terlebih dahulu.

i) Penegangan Tali Pusat Terkendali

(34) Memindahkan klem pada tali pusat

(35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut

ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan

ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan

uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan

yang lain.

(36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian

melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat

dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah

pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus

ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-

hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio

uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,

menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu

hingga kontraksi berikut mulai.


89

(a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau

seorang anggota keluarga untuk melakukan

ransangan puting susu.

j) Mengeluarkan Plasenta

(37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran

sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian

ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil

meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

(a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.

(b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan

penegangan tali pusat selama 15 menit :

i. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

ii. Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik

aseptik jika perlu.

iii. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

iv. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15

menit berikutnya.

v. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu

30 menit sejak kelahiran bayi.

(38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan

kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.


90

Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan

hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin.

Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban

tersebut.

(a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan

disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa

vagina dan serviks ibu dengan seksama.

Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps

disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan

bagian selaput yang tertinggal.

k) Pemijatan Uterus

(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di

fundus dan melakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi

(fundus menjadi keras).

l) Menilai Perdarahan

(40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke

ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk

memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.

Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau

tempat khusus.
91

(a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan

masase selam 15 detik mengambil tindakan yang

sesuai.

(41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan

perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami

perdarahan aktif.

m) Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

(42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi

dengan baik. Mengevaluasi perdarahan persalinan

vagina.

(43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung

tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua

tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air

disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan

kain yang bersih dan kering.

(44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi

atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi

dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm

dari pusat.

(45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

(46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam

larutan klorin 0,5 %.


92

(47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian

kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau

kering.

(48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

(49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan

perdarahan pervaginam :

(a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

(b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca

persalinan.

(c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca

persalinan.

(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,

melaksanakan perawatan yang sesuai untuk

menatalaksana atonia uteri. Jika ditemukan laserasi

yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan

dengan anestesi lokal dan menggunakan teknik yang

sesuai.

(50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan

masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

(51) Mengevaluasi kehilangan darah.

(52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung

kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca


93

persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca

persalinan.

(a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam

selama dua jam pertama pasca persalinan.

(b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang

tidak normal.

n) Kebersihan dan Keamanan

(53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan

membilas peralatan setelah dekontaminasi

(54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam

tempat sampah yang sesuai.

(55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi

tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan

darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan

kering.

(56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu

memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan ibu minuman dan makanan yang

diinginkan.

(57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk

melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas

dengan air bersih.


94

(58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan

klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

(59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

o) Dokumentasi

(60) Melengkapi partograf

5) Asuhan Persalinan Kala IV

Asuhan kala IV terutama observasi ketat karena bahaya

perdarahan primer postpartum terjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan:

a) Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi,

pernapasan, dan suhu, kontraksi rahim yang keras; perdarahan

yang mungkin terjadi dari plasenta rest, luka episiotomi,

perlukaan pada servik, kandung kemih yang kosong, karena

dapat menganggu kontraksi.

b) Bayi yang telah dibersihkan diletakkan di samping ibunya

agar dapat memulai pemberian ASI.

c) Observasi dikalukan selama 2 jam dengan interval

pemeriksaan setiap jam. Bila keadaan baik, pasien

dipindahkan ke ruang inap bersama dengan bayinya

(Manuaba, 2010).
95

2. Menejemen Asuhan Persalinan

Manejemen Asuhan Kebidanan yang digunakan mengacu pada

KEPMENKES NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang standar

asuhan kebidanan yang meliputi:

a. Asuhan kebidanan persalinan kala I

Standar I : Pengkajian

Tanggal/Jam masuk untuk mengetahui tanggal dan waktu

melakukan pengkajian.

1) Data Subjektif

a) Keluhan utama

Adanya his yang semakin kuat dan teratur,adanya

pengeluaran lendir darah ketuban kadang pecah dengan

sendirinya (Mochtar2011).

b) Data kebiasaan sehari-hari

Data berisi kapan makan dan minum terakhir untuk

mengetahui kecukupan energi ibu dalam persalinan, kapan

BAB dan BAK terakhir untuk mengetahui adanya

hambatan dalam proses penurunan kepala dalam

persalinan dan kapan tidur terakhir untuk megetahui

kebutuhan istirahat ibu selama proses persalinan.

2) Data Objektif

a) Pemeriksaan umum
96

Keadaan umum diisi sesuai kondisi pasien dan

kesadaran composmentis jika pasien dalam kesadaran

penuh dan memberi respon cukup terhadap rangsangan

yang diberikan,apatis jika pasien mengalami acuh tak acuh

terhadap keadaan sekitarnya, somnolen jika pasien

memiliki keasadaran lebih rendah tapi memberikan respon

terhadap rangsangan kuat, spoor jika pasien tidak

memberikan respon ringan maupun sedang dan masih ada

reflek pupil terhadap cahaya, koma jika pasien tidak dapat

bereaksi dengan rangsangan apapun.

Tekanan darah tidak boleh lebih dari 140/90 mmHg

(perubahan sistole <30 mmHg dan diastole <15 mmHg),

suhu normal diantara 36,5-37,5oC, pernapasan normal

antara 16–20 x/menit, nadi normal antara 80-100 x/menit

(Prawirohardjo, 2014).

b) Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi bekas luka operasi, adanya linea nigra dan

alba, striae gravidarum, pemeriksaan palpasi.

c) Auskultasi DJJ dalam batas normal 120–160 x/menit.

Punctum maximum berada pada kanan atau kiri dibawah

pusat (Prawirohardjo 2010).

d) Kontraksi : Pada permulaan kala I dan frekuensi his

menjadi 2 – 4 x dalam 10 menit. Durasi his meningkat dari


97

20 detik pada permulaan partus sampai 60-90 detik pada

akhir kala I atau pada permulaan kala II (Prawirohardjo

2009).

e) Periksaan dalam/VT serviks mendatar dan telah ada

pembukaan. Keluar lendir bercampur darah yang lebih

banyak karena robekan– robekan kecil pada serviks. Dapat

disertai ketuban pecah dini Bagian terendah janin sudah

masuk panggul/bidang Hodge.

f) Pemeriksaan penunjang, dilakukan pemeriksaan cairan

ketuban dengan kertas lakmus (tes Nitrazin), jika kertas

lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya

air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5 darah dan

infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu

Standar II : Perumusan diagnosa atau masalah

1) Diagnosa ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan

dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan.

Gravida atau jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita,

tidak tergantung dari jumlah bayinya. Para atau jumlah

kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi

telah mencapai titik mampu bertahan hidup. (Varney, 2007).

Abortus adalah kehamilan yang berakhir pada usia kehamilan

< 24 minggu atau berat janin <500 gram,contoh penulisan

diagnosa :
98

Ny. … umur … tahun G…P…A… usia kehamilan …

minggu, janin tunggal hidup, intrauterin, presentasi kepala,

punggung kanan, penurunan kepala di Hodge III, tidak ada

molase, STLD (+), inpartu kala I fase aktif, parsalinan telah

berlangsung selama … jam … menit.

2) Masalah dirumuskan sesuai kondisi klien, sesuai keluhan

pasien antara lain nyeri saat persalinan, serta perasaan cemas

menghadapi persalinan.

3) Kebutuhan ibu bersalin meliputi, kebersihan tubuh ibu saat

persalinan, pendampingan persalinan, pengurangan rasa nyeri,

penerimaan sikap dan perilaku serta informasi dan pemastian

hasil akhir aman, istirahat yang cukup, pemerian nutrisi untuk

persiapan proses persalinan (Varney, 2007).

Standar III : Perencanaan

1) Perencanaan kala I fase laten:

a) Informasikan hasil pemeriksaan agar ibu mengetahui

kondisinya dan janin.

b) Observasi pembukaan dan TTV tiap 4 jam dan suhu tiap 2

jam.

c) Penuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan menganjurkan ibu

untuk makan dengan tekstur lembut dan minum manis

disela-sela kontraksi untuk menambah energi.


99

d) Ajarkan ibu teknik relaksasi pernapasan untuk mengurangi

nyeri kontraksi dan dapat mengatur pernapasan.

e) Anjurkan ibu untuk merubah posisi dan ambulasi seperti

miring kiri atau posisi senyaman ibu kecuali posisi

terlentang.

f) Anjurkan ibu untuk kencing bila kandung kemih penuh

agar tidak mengganggu kontraksi.

g) Anjurkan keluarga agar memberikan dukungan dan

mendampingi ibu selama persalinan agar ibu

merasanyaman.

h) Lakukan teknik conterpressure dan abdominal lifting

untuk mengurangi nyeri.

2) Perencanaan Kala I fase aktif :

a) Penuhi kebutuhan dasar ibu bersalin pada kala I

b) Lakukan pemantauan kemajuan persalinan menggunakan

partograf meliputi DJJ setiap 30 menit, kontraksi uterus

setiap 30 menit dihitung selama 10 menit, nadi setiap 30-

60 menittekanan darah setiap 4 jam, suhu setiap 2 jam dan

pemeriksaan dalam setiap 4 jam atau bila ada indikasi

seperti : ketuban pecah, perineum menonjol, vulva

membuka, anus membuka (Saifuddin 2009).

c) Ajarkan ibu teknik relaksasi pernapasan untuk mengurangi

nyeri kontraksi dan dapat mengatur pernapasan


100

d) Lakukan teknik conterpressure dan abdominal lifting

untuk mengurangi nyeri.

e) Siapkan partus set dan alat resusitasi

Standar IV : Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan.

Standar V : Evaluasi

1) Kala I fase laten :

a) Ibu sudah mengetahui kondisi dirinya, berupa TTV

normal, hasil pemeriksaan VT (pembukaan, penipisan

serviks, porsio, penurunan kepala, selaput ketuban) dan

DJJ janinnya normal.

b) Ibu sudah mengetahui dan mengerti perkembangan

pembukaan dan TTV tiap 4 jam dan suhu tiap 2 jam.

c) Ibu sudah memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan makan

yang bertekstur lunak dan minum manis disela-sela

kontraksi untuk menambah energi.

d) Ibu mampu menerapkan teknik relaksasi pernapasan untuk

mengurangi nyeri kontraksi dan dapat mengatur

pernapasan.

e) Ibu mau untuk merubah posisi dan ambulasi seperti miring

kiri atau posisi senyaman ibu kecuali posisi terlentang.


101

f) Ibu telah kencing untuk mengosongkan kandung kemih.

g) Keluarga telah memberikan dukungan dan mendampingi

ibu selama persalinan agar ibu merasa nyaman.

h) Ibu telah melakukan teknik counterpressure dan

abdominal lifting untuk mengurangi nyeri.

2) Kala I Fase aktif

a) Telah dilakukan pemenuhan kebutuhan dasar pada ibu

bersalin.

b) Telah dilakukan pemantauan kemajuan persalinan

menggunakan partograf meliputi DJJ tiap 30 menit,

kontraksi uterus tiap 30 menit dihitung selama 10 menit,

tekanan darah tiap 4 jam, suhu tiap 2 jam dan pemeriksaan

dalam tiap 4 jam (Saifuddin, 2009).

c) Ibu mengerti tentang teknik relaksasi pernapasan untuk

mengurangi nyeri kontraksi dan dapat mengatur

pernapasan.

d) Telah dilakukan teknik counter pressure untuk

mengurangi nyeri.

e) Telah disiapkan partus set dan alat resusitasi.

Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir yang tersedia (Rekam medis/Status pasien/buku KIA).

Ditulis
102

dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

b. Asuhan kebidanan persalinan kala II

Hari,Tanggal/Jam :……………….

Standar I : Pengkajian

1) Data Subjektif

Ibu mengatakan mules, sering dan ingin meneran.

2) Data Objektif

a) Tanda kala II :

Vulva membuka, anus menonjol, vulva membuka.

b) Pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan

dengan menilai pembukaan serviks, penipisan serviks,

penurunan bagian terendah, selaput ketuban, molase

(Prawirohardjo, 2014).

c) His semakin lama dan teratur.

d) Denjut Jantung Janin (DJJ), normalnya 120-140 x/ menit.

Standar II : Perumusan diagnose

Analisa adalah untuk mencatat diagnose dan masalah

kebidanan. Masalah atau diagnose ditegakkan berdasarkan data

subyektif atau obyektif yang telah di kaji. Diagnosa:

Ny...umur...tahun G..P..A.. hamil...minggu inpartu kala II.

Standar III: Perencanaan


103

1) Jelaskan pada ibu tentang kondisinya bahwa pembukaan

sudah lengkap agar ibu dapat kooperatif dalam setiap tindakan

yang akan diberikan

2) Pimpin ibu untuk meneran saat ada his

3) Penuhi kebutuhan energi cairan ibu dengan menganjurkan ibu

untuk minum manis diantara his

4) Lakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standar

Asuhan Persalinan Normal (APN)

Standar IV: Pelaksanaan

Melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan

Standar V: Evaluasi

1) Ibu mengetahui tentang kondisinya bahwa pembukaan sudah

lengkap dan ibu kooperatif dalam setiap tindakan yang

diberikan.

2) Ibu dapat menerapkan cara meneran yang benar.

3) Kebutuhan energi cairan ibu terpenuhi setelah menganjurkan

ibu untuk minum manis diantara his.

4) Ibu mampu meneran saat ada his.

5) Telah dilakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standar

APN.

Standar VI : Pencatatan
104

Dilakukan segera setelah melakukan pelaksanaan. Catatan dibuat

pada formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/status pasien).

Ditulis dalam bentuk SOAP

c. Asuhan kebidanan persalinan kala III

Hari, Tanggal/ Jam :………………..

Standar I : Pengkajian

1) Data Subjektif

Ibu tampak senang dengan kelahiran bayinya, dan perut ibu

terasa mules.

2) Data Objektif

Lakukan pengkajian pada tanda-tanda vital, TFU, kontraksi

uterus keras/ lembek, pantau perdarahan, tanda – tanda

pelapasan plasenta yaitu ada semburan darah, tali pusat

bertambah panjang, bentuk uetrus globuler.

Standar II: Perumusan diagnose

Analisa digunakan untuk mencatat diagnose dan masalah

kebidanan. Masalah atau diagnosa ditegakkan berdasarkan data

subyektif atau obyektif yang telah dikaji. Diagnosa :

Ny...umur...tahun.P...A...inpartu kala III. Persalinan telah

berlangsung selama… jam

Standar III : Perencanaan

1) Lakukan pemeriksaan palpasi abdomen untuk mengetahui ada

janin kedua atau tidak.


105

2) Lakukan Manajemen Aktif Kala III/MAK III (suntik oksitosin

10 IU secara IM anterolateral, melakukan peregangan tali

pusat terkendali).

3) Observasi tanda pelepasan plasenta (ada semburan darah,

perubahan uterus dari diskoid menjadi globular, tali pusat

memanjang).

4) Lahirkan plasenta. Setelah placenta lahir, periksa kelengkapan

plasenta

5) Lakukan masase uterus untuk mempertahankan kontraksi

uterus tetap keras

Standar IV: Pelaksanaan

Melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan

Standar V: Evaluasi

1) Telah dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen untuk

mengetahui ada janin kedua atau tidak.

2) Telah dilakukan Manajemen Aktif Kala III/MAK III (suntik

oksitosin 10 IU secara IM anterolateral, melakukan

peregangan tali pusat terkendali.

3) Telah dilakukan observasi tanda pelepasan plasenta(ada

semburan darah, perubahan uterus dari diskoid menjadi

globular, tali pusat memanjang).

4) Plasenta telah dilahirkan. Plasenta terdiri atas 10-40 kotiledon,

atau lobus yang terbagi-bagi oleh septum atau alur. Biasanya


106

ketebalan 1,5–3cm, rata-rata placenta 480 gr. Tali pusat rata-

rata sepanjang 45-50 cm.

5) Telah dilakukan massase uterus untuk mempertahankan

kontraksi uterus tetap keras.

Standar VI: Pencatatan

Dilakukan segera setelah melakukan pelaksanaan. Catatan dibuat

pada formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/status pasien).

Ditulis dalam bentuk SOAP.

d. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala IV

Standar I: Pengkajian

1) Data subjektif

Ibu tampak senang dengan kelahiran bayinya.

2) Data objektif

Menilai tanda-tanda vital, kontraksi uterus, normalnya

Tinggi Fundus Uteri 2 jari diatas pusat dan menilai adanya

leserasi perineum. Menurut Prawirohardjo (2014) laserasi

perineum dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:

Derajat I : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum,

sehingga tidak perlu dilakukan penjahitan.

Derajat II : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit

perineum, otot perineum.

Derajat III: mukosa vagina, fauchette posterior,kulit

perineum,otot perineum, otot sfingter ani eksterna.


107

Derajat IV: mukosa vagina, fauchette posterior, kulit

perineum, otot perineum,otot sfingter ani eksterna, dinding

rectum anterior.

Standar II: Perumusan diagnose

Analisa adalah untuk mencatat diagnose dan masalah kebidanan.

Diagnosa : Ny...umur...tahun..P...A.... inpartu kala IV. Masalah

atau diagnose ditegakkan berdasarkan data subyektif atau obyektif

yang telah dikaji.

Standar III: Perencanaan

1) Observasi KU, VS, TFU, kontraksi uterus dan perdarahan

setiap 15 menit pada 1 jam pertama setelah kelahiran, dan

setiap 30 menit pada jam berikutnya untuk memantau kondisi

ibu.

2) Lakukan penjahitan bila ada laserasi pada perineum.

3) Bersihkan ibu agar ibu nyaman.

4) Bereskan alat dengan direndam dalam larutan klorin sebelum

dicuci dengan sabun dan disterilkan kembali.

5) Penuhi kebutuhan nutrisi ibu. Ibu boleh makan atau minum

setelah melahirkan untuk mengembalikan tenaga.

Standar IV: Pelaksanaan

Melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan


108

Standar V: Evaluasi

1) Telah dilakukan observasi KU, VS, TFU, kontraksi uterus dan

perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama setelah

kelahiran, dan setiap 30 menit pada jam berikutnya untuk

memantau kondisi ibu.

2) Telah dilakukan pemeriksaan adanya robekan jalan lahir untuk

mengetahui perlu tidaknya dilakukan penjahitan pada

perineum.

3) Ibu telah dibersihkan agar ibu nyaman

4) Alat telah direndam dalam larutan klorin sebelum dicuci

dengan sabun dan disterilkan kembali.

5) Ibu telah memenuhi kebutuhan nutrisi ibu yaitu makan dan

minum setelah melahirkan untuk mengembalikan tenaga.

Standar VI: Pencatatan

Pencatatan dilakukan segera setelah melakukan pelaksanaan.

Catatan dibuat pada formulir yang tersedia (rekam

medis/KMS/status pasien). Ditulis dalam bentuk SOAP.

C. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir (BBL)

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu – 42 minggu dan berat lahir 2500 gram –

4000 gram (Kemenkes RI,2016).


109

Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami

proses kelahiran, berusia 0-28 hari (Manuaba, 2012; Dorland,

2012).

b. Perubahan Fisiologis Bayi Segera Setelah Lahir

1) Termoregulasi

Menurut Walsh (2007), Suhu aksila normal adalah 36,5 o

sampai 37,5o C. Suhu kulit abdomen adalah 36o sampai 36,5o C.

Mekanisme hilangnya panas tubuh:

a) Konduksi

Kehilangan panas dari permukaan tubuh ke

permukaan yang lebih dingin melalui kontak langsung satu

sama lain. Contoh: menimbang bayi tanpa alas timbangan.

b) Konveksi

Aliran panas dari permukaan tubuh ke udara yang

lebih dingin. Contoh: menempatkan bayi baru lahir dekat

jendela, dan membiarkannya terbuka.

c) Radiasi

Kehilangan panas dari permukaan tubuh ke

permukaan padat lain yang lebih dingin tanpa kontak

langsung satu sama lain, tetapi dalam kontak yang relatif

dekat. Contoh: bayi baru lahir dibiarkan dalam keadaan

telanjang.
110

d) Evaporasi

Kehilangan panas yang terjadi saat cairan berubah

menjadi gas. Contoh: bayi baru lahir dibiarkan dalam suhu

kamar 25oC.

2) Sistem Pernafasan

Pada saat lahir, sistem pernapasan bayi masih belum

berkembang sempurna, pertumbuhan alveoli baru terus

berlangsung hingga beberapa tahun. Bayi normal memiliki

frekuensi pernapasan 30-60 kali per menit, pernapasan

diafragma, dada dan perut naik dan turun secara bersamaan

(Fraser, 2009).

3) Sistem Pencernaan

Pada saat lahir, usus bayi steril dan fungsinya imatur.

Bising usus normalnya mulai setelah kira-kira 30 menit.

Kapasitas lambung bayi baru lahir cukup bulan kira-kira 30 ml.

Selama 2 minggu pertama bayi mengonsumsi 30-60 ml setiap 2

sampai 4 jam. (Walsh, 2007; Elmeida, 2015),

4) Sistem Kardiovaskuler dan Darah

Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 120-160kali/menit.

Tekanan darah berkisar antara 50-55/25-30 mmHg hingga

80/50 mmHg pada 10 hari pertama kelahiran. Volume sirkulasi

total darah mencapai 80 ml/kg berat badan(Cunningham, 2013)


111

5) Metabolisme Glukosa

Metabolisme glukosa berubah setelah bayi lahir. Setelah

lahir, aktivitas insulin menurun. Kadar asam lemak meningkat

dengan cepat dalam 3 jam setelah lahir sebagai akibat lipolisis.

Rata-rata kadar glukosa pada bayi baru lahir adalah 60-70

mg/dl. Penurunan dibawah 40 mg/dl perlu diwaspadai (Marmi,

2011).

6) Sistem Ginjal

Ginjal bayi baru lahir belum berfungsi sempurna. Urin

pertama dikeluarkan saat lahir atau dalam 24 jam pertama dan

semakin meningkat seiring bertambahnya asupan cairan. Urin

encer, warna kuning dan tidak berbau (Bobak, 2010;

Cunningham, 2013; Marmi, 2011).

c. Pertolongan pada Bayi Baru Lahir

1) Melakukan pemeriksaan sepintas

Pemeriksaan terdiri dari : observasi warna, tonus, dan

upaya pernapasan (Walsh, 2008; Lissauer, 2008; Oxfort, 2013).

2) Pemeriksaan APGAR Score

Dilakukan pada menit pertama setelah lahir dengan

penilaian sebagai berikut : 7–10 (beradaptasi baik), 4 – 6

(asfiksia ringan hingga sedang) dan 0 – 3 (asfiksia berat),

kemudian penilaian selanjutnya dilakukan setelah 5 menit dan


112

dapat diulang jika skor masih rendah (Cunningham, 2013;

Oxfort, 2013).

Perhitungan nilai Apgar dilakukan pada waktu 1 menit

pertama dan 5 menit kedua. Pada bayi normal nilai Apgar 1

menit pertama sudah mencapai 8-10 menit. Apabila terjadi

penyimpangan nilai Apgar, segera konsultasi dengan dokter

anak atau dirujuk.

Tabel 2.4 Nilai Apgar

Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2


Appearance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(Warna Kulit) seluruh tubuh ekstremitas biru kemerahan
Pulse (Denyut Tidak ada <100 >100
Jantung)
Grimace (Tonus Tidak ada Sedikit gerak Menangis,
Otot) batuk/bersin
Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
(Aktivitas) sedikit fleksi
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis kuat
(Pernafasan) teratur
Sumber : Manuaba (2010)

3) Mengeringkan bayi (Benson, 2013; Elmeida, 2015)

4) Membersihkan jalan nafas

Mulai melakukan pembersihan lendir pada saat kepala

keluar, yaitu dengan membersihkan mulut, hidung dan mata

dengan kapas atau kassa steril (Cunningham, 2013; Walsh,

2008; Saifuddin, 2010; Benson, 2013).

5) Memotong dan merawat tali pusat

Apabila bayi lahir tidak menangis maka tali pusat segera

dipotong untuk memudahkaan melakukan tindakan resusitasi


113

pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi

dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril

(Prawirohardjo, 2014; Elyzabeth, 2014).

Pemotongan tali pusat dilakukan dengan prinsip steril dan

melakukan perawatan tali pusat sesuai teori Prawiroharjo

(2014), perawatan tali pusat dilakukan dengan tujuan agar tali

pusat tetap bersih dan kering sehingga terhindar dari infeksi.

6) Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilitas

pernafasan bayi, kehangatan bayi sehingga bisa tidur nyenyak

dan berat badan bayi cepat meningkat, mengendalikan suhu

tubuh yang baik, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk

bayi dan mencegah infeksi nosocomial (Prawirohardjo, 2014)

7) Memberi salep mata

Pemberian antibiotik profilaksis pada mata dapat

menyebabkan terjadinya konjungtivitis. Konjungtivitis pada

bayi baru lahir sering terjadi terutama pada bayi dengan ibu

yang menderita penyakit menular seksual. Konjungtivitis ini

muncul pada 2 minggu pertama setelah kelahiran.

Memberikan obat salep mata eritromisin 0,5% atau

Chlorampenicol 1% pada kedua mata, digunakan untuk

pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular


114

seksual). Salep mata ini diberikan setelah satu jam kelahiran

bayi (Lowdermilk, 2013; Walsh, 2008; Saifuddin, 2010).

8) Memberi vitamin K1

Semua bayi baru lahir harus diberi suntikan vitamin K1 1

mg intramuskuler di paha kiri anterolateral segera setelah

pemberian salep mata. Suntikan vitamin K1 untuk mencegah

perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K (Lowdermilk,

2013; Walsh, 2008; Benson, 2009; Prawirohardjo, 2014).

9) Memberi imunisasi Hb-0

Imunisasi HB-0 diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin

K1 dengan dosis 0,5 ml intramuskuler dipaha kanan

anterolateral. Imunisasi HB-0 untuk mencegah infeksi

Hepatitis B terhadap bayi. Pada usia dibawah 1 tahun

pemberian HB-0 dimulai dari usia 0-7 hari (Mochtar, 2011)

d. Pertolongan pada Bayi Baru Lahir Setelah 2 Jam

1) Pengukuran antropometri

Pengukuran berat badan bayi normalnya 2500 gram sampai

4000 gram. Bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram

diklasifikasikan sebagai berat badan rendah dan bayi dengan

berat badan kurang dari 1500 gram dipertimbangkan berat

badan sangat rendah (Bobak, 2005; Walsh, 2008).

Pengukuran panjang badan dengan menggunakan pita ukur

tidak akurat. Ukuran Normal panjang badan bayi, yaitu 48 – 52


115

cm. Bayi dengan panjang badan kurang bisa disebabkan karena

BBLR, IUGR dan lain-lain (Kemenkes, 2007)

Lingkar kepala, ukuran normal lingkar kepala bayi , yaitu

32-38 cm. Lingkar kepala melebihi lingkar abdomen sampai

usia kehamilan 32-36 minggu, kemudian akan lebih kecil.

Kepala yang berukuran sangat besar bisa mengindikasikan

hidrocepalus. Lingkar dada, ukuran Normal lingkar dada bayi,

yaitu 30-36 cm. Lingkar dada lebih kecil dari lingkar kepala

1-2 cm (Kemenkes, 2007)

2) Menjaga kehangatan bayi

Cara untuk menstabilkan temperatur tubuh bayi baru lahir

diantaranya dengan metode kanguru (kontak kulit ke kulit), dan

menyelimutinya dengan selimut hangat, menjaga suhu

lingkungan pada kamar perawatan bayi pada suhu 220 C hingga

260 C. (Prawiroharjo, 2010; Elyzabeth, 2014).

3) Monitoring keadaan umum bayi

a) Melakukan pemeriksaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum dan kesadaran bayi,

berikut klasifikasi dari keadaan umum bayi : Baik, jika

kesadaran penuh, TTV stabil. Sedang, jika kesadaran penuh

sampai dengan apatis, TTV stabilLemah, jika kesadaran

penuh sampai dengan somnolen, TTV tidak stabil,


116

memakai alat bantu organ vital, memerlukan tindakan

pengobatan dan perawatan intensif.

b) Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital

(1) Suhu

Suhu normalnya 36,5-37,5°C. Untuk menilai

kondisi metabolisme di dalam tubuh bayi, dimana tubuh

menghasilkan panas secara kimiawi melalui

metabolisme darah dan mengetahui adanya hipotermi

atau hipertermi pada bayi (Bobak, 2005; Walsh, 2008;

Marmi, 2011; Lowdermilk, 2013).

(2) Pernapasan

Pernapasan normalnya 40-60 kali/menit (Manuaba,

2012; Elyzabeth, 2014). Menurut (Walsh, 2008;

Lowdermilk, 2013) pernafasan normal pada bayi baru

lahir berkisar antara 30-60 kali/menit. Untuk menilai

adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi,

serta untuk menilai proses pengambilan oksigen dan

pengeluaran karbondioksida.

(3) Denyut Jantung

Menurut Elyzabeth (2014) denyut jantung normal

bayi baru lahir 120-150 kali/menit. Menurut Walsh


117

(2008), Marmi (2011) denyut jantung normal bayi baru

lahir 120-160 kali/menit.

c) Melakukan pemeriksaan fisik

(1) Kepala

Pada bagian kepala periksa kontur tulang tengkorak

dan merasakan untuk ubun – ubun dan sutura,

normalnya teraba berdenyut, tidak ada molase. Hal ini

bertujuan memeriksa apakah ada trauma akibat jalan

lahir (Walsh, 2008; Benson, 2009; Lowdermilk, 2013).

(2) Muka

Muka bayi tampak normal, raut wajah tampak

sesuai letak proporsional, dan simetris. (Walsh, 2008).

Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini

dikarenakan posisi bayi di intrauterine. Perhatikan

kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau

sindrom piere robin (Marmi, 2011; Lissauer, 2008).

(3) Mata

Periksa mata untuk mengetahui kelainan konginetal

pada bayi. Mata yang terpisah jauh dapat dihubungkan

dengan kelainan konginetal. Pemeriksaan sklera pada

kondisi putih dan kekuningan pada kondisi ikterik,

hemoragik akibat trauma lahir, konjungtiva normalnya

berwarna merah muda, periksa tanda-tanda infeksi


118

yakni keluarnya pus pada mata (Bobak, 2010; Walsh,

2008; Marmi, 2011; Elmeida, 2015).

(4) Mulut

Mulut simetris, tidak terdapat palatoschisis, bibir

kemerahan dan tidak ada labioschisis (Manuaba, 2012;

Prawirohardjo, 2014; Elmeida, 2015).

(5) Hidung

Hidung simetris / tidak (menilai adakah kelainan

bentuk), pola pernafasan (bila bayi bernafas lewat mulut

kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan nafas),

ada / tidak pernafasan cuping hidung (menunjukan

gangguan paru), ada/ tidak sekret (menunjukkan adanya

kelainan kongenital) (Marmi, 2011; Lowdermilk, 2013;

Mochtar, 2013; Elmeida, 2015).

(6) Telinga

Telinga berhubungan dengan letak mata dan kepala

(jika telinga tidak sejajar dengan mata, maka

kemungkinan ini merupakan tanda dari sindrom down)

(Bobak, 2010; Marmi, 2011; Elmeida, 2015).

(7) Leher

Leher berbentuk simetris/pendek (untuk memeriksa

apakah ada kelainan pada leher bayi atau tidak),

pembengkakan/benjolan (untuk memeriksa adanya


119

cedera akibat persalinan atau tidak) (Saifuddin, 2010;

Walsh, 2008; Marmi, 2011; Elmeida, 2015).

(8) Dada

Dada hampir bulat, berbentuk tong, ujung sternum

menonjol, puting susu menonjol sudah terbentuk

dengan baik dan letaknya simetris (Marmi, 2011;

Lowdermilk, 2013; Elmeida, 2015).

(9) Abdomen

Pada abdomen batas antara tali pusat dan kulit jelas,

palpasi normalnya abdomen harus simetris, lunak dan

bulat, auskultasi pada keempat kuadran dengan

stetoskop harus mengidentifikasi bising usus (Bobak,

2010; Walsh, 2008; Marmi, 2011).

Tali pusat umumnya akan berubah warna menjadi

putih dalam 24 jam pertama dan kemudian berangsur-

angsur mengkerut dan mengering dalam 7-14 hari.

Dalam melakukan perawatan tali pusat sebaiknya tali

pusat hanya dibungkus dengan kassa steril tanpa

menambahkan povidon iodine 10% (Lowdermilk, 2013;

Walsh (2007).

Kulit dalam keadaan normal kulit berwarna

kemerahan. Waspada timbulnya kulit dengan warna

yang tak rata (cutis marmorata), telapak tangan, telapak


120

kaki, atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat

atau kuning. Bercak – bercak besar biru yang sering

terdapat di sekitar bokong (mongolian spot) akan

menghilang pada umur 1-5 tahun.

Ikterus dapat terjadi pada bayi karena fungsi hati

belum sempurna untuk menguraikan bilirubin. Hal ini

normal bila muncul setelah 24 jam kelahiran dan

menghilang pada hari ke 7 (Saifuddin, 2010; Marmi,

2011).

(10) Genetalia

Genetalia pada laki-laki : panjang penis 3-4 cm,

lebar 1- 1,3 cm, memeriksa ada tidaknya lubang uretra,

memeriksa ada tidaknya hipospadia dan epispadia,

palpasi skrotum untuk mengetahui posisi testis ada dua,

namun testis harus terdapat di dalam skrotum pada 98%

anak laki-laki cukup bulan (Marmi, 2011;Walsh, 2008).

Genetalia pada perempuan : ukuran labia mayora

pada bayi perempuan akan ditentukan berdasarkan usia

gestasional. Pada usia cukup bulan ukuran labia harus

secara komplit menutupi labia minora, klitoris memiliki

ukuran beragam. Pada bayi prematur, klitoris menonjol

dan labia mayora kecil dan terbuka (Elmeida, 2015;

Marmi, 2011)
121

(11) Ekstremitas

Ekstremitas atas : dalam kondisi normal terdapat 5

jari pada setiap tangan, kedua tangan simetris, periksa

ada tidaknya kuku di setiap jari. Dalam kondisi

abnormal jari-jari memiliki selaput jala, sindaktili,

polidaktili atau trisomi 21 (Marmi, 2011;

Elmeida,2015).

Ekstermitas bawah : dalam kondisi normal tungkai

simetris, terdapat 5 jari pada setiap kaki, femur harus

utuh, lapisan lemak pada telapak kaki terlihat kaki

terlihat datar (Marmi, 2011; Elmeida, 2015).

(12) Refleks

(a) Refleks moro adalah reflek terkejut, refleks yang

dimulai dengan mengejutkan bayi dengan

menopang bayi dalam posisi telentang di bagian

kepala dan lengan bawahnya. Lengan bayi akan

melakukan gerakan abduksi disertain fleksi pada

siku, tangan tetap menggenggam (Saifuddin, 2010).

(b) Refleks grasping yaitu apabila telapak tangan

disentuh dengan jari makan bayi akan berusaha

untuk menggenggam jari (Lowdermilk, 2013).


122

(c) Refleks rooting yaitu apabila bayi menoleh ke arah

benda yang menyentuh pipi (Saifuddin, 2010).

(d) Refleks sucking yaitu apabila reflek menghisap saat

pangkal mulut bayi disentuhkan dengan jari yang

bersih bayi secara spontan akan mulai menghisap

(Bobak,2010).

(e) Refleks tonic neck yaitu saat bayi berbaring datar,

saat kepala bayi miring ke salah satu sisi, salah satu

kaki dan lengan mengalami ekstensi disisi yang

searah dengan kepala bayi. Lengan dan tungkai

disisi lain akan berada di posisi fleksi (Marmi,

2011).

(f) Refleks babinski dengan mengusap telapak kaki dari

tumit sampai jari akan membuat jari kaki bayi

melebar seperti kipas dan kaki mengarah ke arah

dalam. Refleks ini terjadi sampai usia 2 tahun

(Lowdermilk, 2013; Marmi, 2011).

(g) Refleks glabella yaitu ketuk dahi, batang hidung,

atau maksila bayi baru lahir yang matanya sedang

terbuka. Bayi baru lahir akan mengejapkan mata

pada 4-5 ketukan pertama (Lowdermilk, 2013;

Marmi, 2011).
123

(h) Refleks ekstrusi yaitu reflek menjulurkan lidah,

sentuh atau ujung lidah bayi baru lahir mendorong

lidah keluar, respon menghilang pada bulan

keempat kehidupan (Saifuddin, 2010; Lowdermilk,

2013; Marmi, 2011).

(13) Eliminasi

BAK : dalam 24 jam pertama bayi dapat BAK

dengan volume 20-30 ml per hari. Sebelum menyusui

bayi BAK ± 5 selama 1 hari, setelah menyusu 8-10 kali

dalam 1 hari (Saifuddin, 2010; Marmi, 2011). Menurut

Elmeida (2015) dan Bobak (2010) sebagian besar bayi

baryu lahir berkemih 2-10 kali/hari pada 1-2 hari

pertama.

BAB : meconium dibentuk selama kehidupan janin

dari cairan amnion dan konstituennya, sekresi usus

(meliputi bilirubin), dan sel-sel (yang luruh dari

mukosa). Mekonium berwarna hitam kehijauan dan

kental serta mengandung darah samar mayoritas bayi

matur yang sehat mengeluarkan mekonium dalam 12

hingga 24 jam pertama kehidupan, dan hampir semua

bayi mengalaminya dalam 48 jam pertama

(Cunningham, 2013;Lowdernilk, 2013; Elmeida, 2015).

e. Pelayanan Kesehatan Neonatus


124

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan

sesuai standart yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0

sampai 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun

melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan kesehatan neonatus menurut Kepmenkes (2014)

adalah :

1) Kunjungan Neonatal ke-I (KN I)

Dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir. Untuk

bayi yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan dapat

dilaksanakan sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan (≥24

jam). Untuk bayi yang lahir di rumah, bila bidan meninggalkan

bayi sebelum 24 jam, maka pelayanan dilaksanakan pada 6 –

24 jam setelah lahir. Hal yang dilaksanakan yaitu : jaga

kehangatan tubuh bayi, berikan asi eksklusif, cegah infeksi, dan

rawat tali pusat.

2) Kunjungan Neonatal ke-II (KN II)

Dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai hari ke 7

setelah lahir. Asuhan yang diberikan yaitu periksa ada / tidak

tanda bahaya dan atau gejala sakit, jaga kehangatan tubuh, beri

ASI eksklusif, rawat tali pusat, dan pencegahan infeksi.

3) Kunjungan Neonatal ke-III (KN III)


125

Dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari

ke 28 setelah lahir. Asuhan yang diberikan yaitu periksa ada /

tidak tanda bahaya dan atau gejala sakit, jaga kehangatan

tubuh, beri ASI eksklusif dan pencegahan infeksi.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses

neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui

sedini mungkin bila terdapat kelainan kesehatan pada neonatus.

2. Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Manajemen standar asuhan kebidanan sesuai dengan KEPMENKES

Nomor938/menkes/SK/VIII/2007 yang meliputi :

a. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Segera Setelah Lahir

1) Standart I : Pengkajian

Melakukan pemeriksaan sepintas terdiri dari : observasi

warna, tonus, dan upaya pernapasan (Lissauer, 2008; Oxfort,

2013)

Menurut buku keperawatan maternias Johnson (2015),

penilaian bayi segera setelah lahir berfokus pada skor apgar,

stabilitas temperatur, tingkat reaktivitas, usia kehamilan, dan

sikap kasih sayang/kedekatan harus dilakukan. Penilaian

pendekatan sistem terjadi secara langsung setelah kelahiran.

2) Standart II : Perumusan Diagnosa/Analisa

a) Merumuskan diagnosa dan atau masalah dari pengkajian

yang sudah dilakukan. Bayi baru lahir normal bila lahir


126

cukup bulan sesuai masa kehamilan. Diagnosa sesuai

dengan nomenlaktur kebidanan.

b) Kebutuhan : membersihkan jalan napas, memotong tali

pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi dan

pencegahan infeksi (Walsh, 2008; Prawirohardjo, 2010;

Marmi, 2012)

3) Standar III : Perencanaan

a) Bersihkan jalan napas bayi jika tidak langsung menangis

spontan.

b) Potong dan rawat tali pusat dengan pengikat/klem steril.

c) Pengeringan bayi segera dan pertahankan suhu tubuh bayi

dengan kontak langsung kulit ibu melalui IMD.

d) Berikan vitamin K untuk mencegah perdarahan dan

salep/tetes mata untuk mencegah infeksi pada mata.

e) Berikan suntikan Hb 0 pada paha kanan bayi bagian

anterolateral.

(Saifuddin, 2010, Prawirohardjo, 2010, Walsh, 2007,

Johnson, 2015)

4) Standart IV : Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan.

5) Standart V : Evaluasi

Evaluasi pada bayi baru lahir antara lain :

a) Bayi sudah dalam keadaan kering


127

b) Jalan napas pada bayi telah dibersihkan dan bayi dapat

menangis kuat.

c) Tali pusat telah dipotong dan di klem dengan klem steril.

d) Bayi tidak megalami hipotermi karena dijaga

kehangatannya dengan kontak langsung kulit ibu melalui

IMD.

e) Telah diberikan vitamin K 1 mg IM untuk mencegah

perdarahan dan salep/tetes mata eritromicyn 0,5 % untuk

mencegah infeksi pada mata.

f) Bayi sudah diberikan suntikan Hb 0 pada paha kanan

bagian anterolateral.

6) Standart VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan

pada formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/status

pasien/buku KIA). Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan

SOAP.

b. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir setelah 2 jam

1) Standart I : Pengkajian

Tanggal / jam masuk : untuk mengetahui tanggal dan waktu

melakukan pengkajian.

Data Subjektif

a) Identitas

Identitas Bayi
128

(1) Nama Bayi : untuk menghindari kekeliruan

(2) Tanggal lahir : untuk mengetahui usia neonatus

(3) Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin

bayi dan memberikan informasi pada ibu dan keluarga

serta memfokuskan saat pemeriksaan genetalia.

(4) Alamat : untuk memudahkan saat kunjungan

rumah.

Data Objektif

a) Pemeriksaan APGAR score

Dilakukan pada menit pertama setelah lahir,

kemudian penilaian selanjutnya 5 menit kedua, dan 10

menit ketiga.

b) Pemeriksaan umum

Kesadaran untuk mengetahui apakah bayi letargis

atau tidak dengan cara melihat respon bayi ketika diberi

rangsangan. Suhu menurut Walsh (2008), Bayi baru lahir

suhu aksila normal adalah 36,50C sampai 37,50C. Suhu

kulit abdomen adalah 360C sampai 36,50C. Pernapasan :

Bayi normal memiliki frekuensi pernapasan 30-60 kali per

menit, pernapasan diafragma, dada dan perut naik dan

turun secara bersamaan Denyut jantung: Frekuensi denyut

jantung bayi rata-rata 120-160 kali/ menit (Mayles, 2009).

c) Pemeriksaan Antopometri
129

Pemeriksaan antopometri meliputi:

(1) pengukuran panjang badan: (48-52)

(2) lingkar kepala: (32-38 cm)

(3) lingkar dada: (30-36 cm)

(4) berat badan: (2500-4000 gr)

(5) LILA: (10-11)

d) Pemeriksaan Fisik

(1) Kepala

Pada bagian kepala raba sepanjang garis sutura dan

fontanel. Perhatikan ukuran dan ketegangannya.

Periksa adanya trauma kelahiran misalnya: caput

suksedaneum,cephal hematoma, perdarahan

subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak. Perihatikan

adanya kelainan congenital seperti:

anensefali,mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya.

(2) Muka

Bayi tampak normal, raut wajah tampak sesuai,

letak proporsional, dan simetris.

(3) Mata

Periksa mata untuk mengetahui kelaianan

konginetal pada bayi. Pemeriksaan sclera pada

kondisi putih, dan konjungtiva normalnya berwarna

merah muda (Marmi, 2012)


130

(4) Telinga

Periksa telinga pada kesimetrisan letak telinga

dan lihat adakah pengeluaran cairan dari telinga.

(5) Hidung

Periksa hidung untuk mengetahui ada tidaknya

kelainan bentuk. Simetris/tidak, pola pernafasan,

ada/tidak secret.

(6) Mulut

Bibir dan langitan, periksa adanya sumbing,

refleks hisap dinilai dengan mengamati bayi pada saat

menyusu.

(7) Leher

Periksa leher adakah pembengkakan kelenjar dan

pembesaran vena jugularis (Myles, 2009).

(8) Dada

Periksa kesimetrisan bentuk dada untuk

mengetahui adanya kelainan kongenital atau tidak.

Periksa pernapasan bayi, normalnya tidak ada tarikan

dinding dada saat bernapas.

(9) Abdomen

Periksa abdomen apakah ada kelainan pada

abodomen bayi. Periksa adakah pembengkakan atau

cekungan punggung bayi. Periksa juga bentuk


131

punggung bayi untuk mengetahui kelainan bawaan

bayi.

Genetalia pada bayi laki-laki pemeriksaan terhadap

testis apakah berada dalam skrotum, penis berlubang pada

ujung, atau pada bayi perempuan vaigina berlubang,

apakah labia mayora labia mayora menutupi labia minora.

Periksa apakah anus berlubang atau tidak. Jangan

lakukan colok dubur karena dapat menyakiti bayi.

Mekonium harus sudah keluar sekitar 24 jam setelah lahir,

apabila tidak keluar maka harus waspada terhadap atresia

ani, selain itu urin juga harus keluar dalam 24 jam, bila

tidak maka harus diwaspadai terjadinya obstruksi saluran

kemih.

Periksa jumlah jari, lengkap atau tidak. Periksa

kesimetrisan tangan dan kaki, adakah cacat bawaan atau

tidak. Bayi normalnya bergerak aktif. Lihat adakah verniks,

lihat pula warna kulit, periksa pembengkakan atau bercak –

bercak hitam, tanda – tanda lahir (Myles, 2009).

e) Pemeriksaan Reflek Neurologis

Pemeriksaan reflek pada bayi, diantaranya yaitu:

Morro, Grasping, Rooting, Sucking, Tonic neck, dan

Babynski Reflek.
132

2) Standart II : Perumusan Diagnosa/Analisa

Merumuskan diagnosa dan atau masalah dari pengkajian

yang sudah dilakukan. Bayi baru lahir normal bila lahir cukup

bulan sesuai masa kehamilan. Diagnosa sesuai dengan

nomenklatur kebidanan yaitu :

Bayi Ny. X usia 0 hari lahir normal cukup bulan sesuai masa

kehamilan.

Kebutuhan seperti membersihkan jalan napas, memotong

dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi,

identifikasi dan pencegahan infeksi (Manuaba, 2012;

Prawirohardjo, 2014; Marmi, 2011).

3) Standar III : Perencanaan

Rencana asuhan pada bayi baru lahir, antara lain:

a) Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital bayi

untuk mengetahui kondisi kesehatan bayi.

b) Beri bayi kehangatan dengan membungkus/menyelimuti

tubuh bayi dengan metode kanguru, selimut/kain untuk

mencegah bayi dari hipotermi.

c) Anjurkan Ibu untuk mengganti popok atau baju bayi bila

basah untuk mencegah terjadinya hipotermi dan ruam

popok.
133

d) Ajarkan Ibu untuk mengganti pembungkus tali pusat setiap

kali basah/kotor untuk menghindarkan bayi dari infeksi tali

pusat.

4) Standart IV : Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan.

5) Standart V : Evaluasi

a) Keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital telah

diobservasi.

b) Telah dilakukan metode kanguru dan bayi telah terbungkus

dengan kain bersih dan kering.

c) Popok bayi diganti setiap kali basah.

d) Ibu mengerti dan akan mengganti pembungkus tali pusat

bayinya setiap kali basah/kotor dengan kassa steril kering.

6) Standart VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Mencatat seluruh pengkajian, dignosa, dan atau masalah

dan kegiatan asuhan sesuai dengan standart yang berlaku

(SOAP) dalam status pasien dan mencatat hasil pelayanan

dalam rekam medis atau buku KIA/kartu pasien.

D. Asuhan Kebidanan Nifas

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Masa puerperium atau sering disebut dengan masa nifas

dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat


134

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Biasanya

dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu (42

hari) (Fraser, 2011; Cunningham, 2013; Prawirohardjo, 2014).

b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1) Uterus

Setelah melahirkan, pada uterus terjadi proses

pengembalian uterus kedalam keadaan seperti sebelum hamil

(Involusi uterus). Proses ini segera setelah plasenta keluar

akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut : Iskemia

miometrium, disebabkan oleh kontraksi dan retraksi terus

menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta,

menyebabkan serat otot atrofi; Autolisis, merupakan proses

penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam uterus

(Cunningham, 2013; Mochtar, 2013).

Tabel 2.5 Involusi Uteri

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta Lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : Mochtar 2013

2) Lochea

Lochea adalah sekret uterus yang keluar melalui vagina

selama masa nifas. Lochea dibedakan menjadi 4 yaitu : pertama


135

lochea rubra yang terdiri dari darah, berwarna coklat –

kemerahan dalam jumlah banyak (selama 2 hari). Kedua

lochea sanguilenta berwarna merah kekuningan (Hari ke 3-7).

Ketiga lochea serosa yang teridiri dari darah tua, serum,

leukosit, dan debris jaringan, berwarna kuning kecoklatan yang

lebih gelap (Hari ke 7-14). Keempat lochea alba yang terdiri

dari sel darah putih, sel epitel, mukus, serum, dan bakteri,

berwarna kuning-keputihan lebih dari 14 hari (Cunningham,

2013; Mochtar, 2013; Kemenkes RI (2015)

3) Ovarium dan Tuba Falopii

Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan

progesteron menurun, sehingga menimbulkan mekanisme

timbale balik dari sirkulasi menstruasi. Pada saat inilah dimulai

kembali proses ovulasi, sehingga wanita dapat hamil kembali

(Bahiyatun, 2009).

4) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menyangga seperti

corong, berwarna marah kehitaman. Konsistensinya lunak dan

kadang-kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir

tangan masih bisa dimasukkan ke rongga rahim. Setelah 2 jam

dapat dilalui 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1

jari (Cunningham, 2013; Mochtar, 2013).


136

5) Vagina

Vulva dan vagina akan menjadi kendur karena selama

proses persalinan mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar. Setelah 3 minggu vulva dan vagina akan kembali

seperti keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina berangsur

angsur akan muncul, serta labia menjadi lebih menonjol

(Cunningham, 2013; Sulistyawati, 2009).

6) Perineum

Akibat tekanan bayi yang bergerak maju membuat

perineum mengalami peregangan dan menjadi kendur. Pada

hari ke- 5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian

tonusnya, meski tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum

hamil (Fraser, 2011; Sulistyawati, 2009).

7) Payudara

Pada ibu pascapartum hari ke-2 sampai ke-4, pembesaran

payudara primer dapat dialami akibat distensi dan stasis

vaskular serta sistem limfatik. Kurangnya stimulasi puting

menimbulkan penurunan kadar prolaktin dan produksi ASI

terhenti (Cunningham, 2013; Kemenkes, 2015).

8) Sistem Pencernaan

Dalam waktu satu atau dua jam pascapartum, wanita

mungkin merasa kelaparan dan mulai makan. Konstipasi dapat


137

menjadi masalah saat puerperium awal karena kurangnya

makanan padat selama persalinan dan menahan defekasi

(Fraser, 2011).

9) Sistem Endokrin

Saat plasenta lepas dari dinding uterus, kadar HCG dan

HPL sacara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari

postpartum. HCG tidak terdapat dalam urin ibu setelah 2 hari

postpartum (Sulistyawati, 2009; Kemenkes, 2015).

10) Sistem Kardiovaskuler

Curah jantung meningkat selama proses persalinan dan

berlangsung sampai kala III ketika volume darah uterus

dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama dan

akan kembali normal pada akhir minggu ke -3 postpartum

(Walsh, 2008; Sulistyawati, 2009).

11) Sistem Hematologi

Pada hari pertama post partum, kadar-kadar fibrinogen dan

plasma akan sedikit menurun, tetapi darah lebih kental dengan

peningkatan viskositas yang meningkatkan faktor pembekuan

darah. Terjadi leukositosis dengan peningkatan sel darah putih

selama dua hari pertama pascapartum hingga 20.000-30.000.

Pada 2-3 hari postpartum, konsentrasi hematokrit menurun

sekitar 2% atau lebih. (Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009)


138

12) Sistem Perkemihan

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang

tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal sedangkan

setelah wanita melahirkan kadar steroid menurun selama masa

postpartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan

postpartum. (Cunningham, 2013; Fraser, 2011).

13) Perubahan Berat Badan

Wanita pasca melahirkan mengalami penurunan berat

badan rata-rata 12 pon (4,5 kg). Wanita dapat mengalami

penurunan berat badan sebanyak 5 pon selama minggu pertama

pascapartum karena kehilangan cairan tubuh (Varney, 2007).

14) Perubahan Tanda-tanda Vital

Segera setelah melahirkan, tekanan darah sistolik dan

diastolic kembali normal seperti sebelum hamil. Dalam 1 hari

(24 jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 – 380

C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan

cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan

menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke- 3 suhu badan naik lagi

karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak

dan berwarna merah karena adanya ASI. Bila suhu tidak turun,

kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastitis,

tractus genitalis, atau sistem lain).


139

Denyut nadi kembali normal setelah beberapa jam pertama

pascapartum. Apabila denyut nadi di atas 100 selama

puerperium, hal tersebut merupakan abnormal dan dapat

menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum

lambat.

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan

juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus

pada saluran pencernaan (Fraser, 2011; Sulistyawati, 2009;

Kemenkes RI, 2016).

c. Kebutuhan pada Masa Nifas

Menurut Walsh (2008) kebutuhan ibu pada masa nifas meliputi :

1) Nutrisi dan Cairan

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi

dengan cara : mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari;

makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral, dan vitamin yang cukup; minum sedikitnya 3 liter air

setiap hari; pil zat besi harus diminum untuk menambah zat

gizi, setidaknya selama 40 hari pascapersalinan. Minum 2

kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin

A kepada bayinya melalui ASI (Walsh, 2008; Sulistyawati,

2009; Dewi, 2014; Kemenkes RI, 2016).

2) Ambulasi/mobilisasi
140

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Ibu

harus beristirahat dengan tidur terlentang selama 2 jam post

partum untuk mencegah perdarahan post partum kemudian ibu

boleh miring ke kiri dan kekanan untuk mencegh terjadinya

thrombosis dan tromboemboli. Lalu 6-8 jam post partum

belajar duduk sendiri kemudian setelah 12 jam belajar berjalan.

Ambulasi dini terbukti bermanfat untuk mengurangi insiden

tromboembolisme dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu.

3) Perawatan Perineum

Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh,

terutama perineum. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut

minimal 3 kali sehari/jika ibu merasa sudah tidak nyaman,

mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kelainnya dan bagi ibu yang mempunyai

luka episiotomi atau laserasi, disarankan untuk mencuci luka

tersebut dengan air dingin dan menghindari menyentuh daerah

tersebut (Cunningham, 2013; Sulistyawati, 2009; Kemenkes

RI, 2016).

Menurut penelitian Timbawa, et al (2015) tentang

“Hubungan Vulva Hygiene dengan Pencegahan Infeksi Luka

Perineum Pada Ibu Post Partum di Rumah Sakit Pancaran

Kasih Gmim Manado” dengan hasil ada hubungan vulva

hygiene dengan pencegahan infeksi luka perineum pada ibu


141

post partum. Oleh karena itu ibu dianjurkan untuk menjaga

kebersihan perineum untuk mencegah infeksi.

Selain itu biasanya ibu nifas mengalami keluhan nyeri pada

perineum/bekas luka jahitan laserasi. Untuk itu ibu dapat

diajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri

di daerah jalan lahirnya. Penelitian yang dilakukan oleh Nur, et

al (2009) dengan judul “Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap

Penurunan Nyeri Luka Jahitan Perineum Pada Ibu Post Partum

Di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan” menunjukkan

bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan antara teknik

relaksasi terhadap penurunan nyeri jahitan perineum. Hal

tersebut dikarenakan relaksasi dapat menurunkan ketegangan

otot malalui pola pernafasan yang teratur dan rileks maka tubuh

akan melepaskan hormon endorfin sehingga ibu mersa lebih

tenang dan nyaman.

4) Perawatan Payudara

Ibu menyusui dianjurkan untuk mencuci puting hanya

dengan air hangat dan dilakukan setiap akan menyusui bayi.

Bra yang tepat dapat memberi sokongan dan meningkatkan

kenyamanan (Cunningham, 2013; Mochtar, 2013; Dewi, 2014).

5) Seksualitas

Umumnya koitus seksual dapat dilakukan kembali dengan

aman ketika tidak ada perdarahan vagina berwarna merah


142

ketika jahitan telah sembuh dan secara emosional merasa

memerlukannya sehingga ibu dianjurkan untuk melakukan

kembali hubungan seksual biasanya 30-40 hari. Secara fisik

aman untuk melakukan hubungan seksual adalah begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya ke

dalam vagina tanpa rasa nyeri (Cunningham, 2013;

Sulistyawati, 2009; Manuaba, 2010).

6) Senam Nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal,

sebaiknya latihan senam nifas dilakukan seawal mungkin

dengan catatan ibu menjalani persalinan secara normal dan

tidak ada penyulit postpartum (Sulistyawati, 2009; Dewi, 2014;

Astuti, 2015).

Untuk melancarkan peredaran darah pada daerah wajah bisa

diberikan totok wajah yang dapat menyeimbangkan keadaan

fisik dan emosional (Riggio, ahli terapi Amerika Serikat).

7) Eliminasi

Menurut Cuningham (2013) dan Dewi (2014) ibu dapat

buang air kecil spontan 3-4 jam setelah masa persalinan. Dan

menurut Sulistyawati (2009) dan Saleha (2009) ibu dapat

buang air kecil spontan 7-8 jam setelah masa persalinan.

Apabila tidak bisa dilakukan sendiri, dirangsang dengan


143

mengalirkan air mengalir dekat klien, mengompres air hangat

diatas simpisis.

Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar.

Jika klien pada hari ketiga belum buang air besar maka

diberikan laksan supositoria dan minum air hangat (Saleha,

2009; Dewi, 2014; Kemenkes RI, 2016).

8) Dukungan Emosional

Ibu pada masa pascapartum sering merasa “haru” dan

terjadi depresi yang lebih serius sehingga sangat membutuhkan

dukungan emosional, yaitu dengan menjelaskan bahwa hal

tersebut normal dan dapat hilang dengan sendirinya. Suami dan

keluarga berperan besar memberikan dukungan emosional

terhadap ibu. Ibu akan merasa diperhatikan dan dipenuhi

kebutuhannya dalam keluarga.

d. Tahapan Masa Nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas sebagai berikut :

1) Puerperium dini, yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium intermediat, yaitu kepulihan menyeluruh alatalat

genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih

dan kembali sehat sempurna, terutama apabila selama hamil

atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk


144

mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-minggu,

bulanan atau tahunan (Mochtar, 2013; Dewi, 2014).

e. Kunjungan

1) Kunjungan I

a) 6 jam – 48 jam setelah kelahiran

(1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

(2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,

rujuk bila perdarahan berlanjut

(3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri

(4) Pemberian ASI awal

(5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

(6) Konseling Memastikan involusi uterus berjalan dengan

normal, uterus berkontraksi, tinggi fundus uteri di

bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,

lochea tidak berbau.

(7) Memastikan ibu mendapat isitirahat yang cukup.

(8) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi,

cukup cairan dan cukup istirahat.

2) Kunjungan II : 4 hari – 28 hari setelah persalinan

a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus.


145

b) Berkontraksi, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak

ada perdarahan abnormal, lochea tidak berbau.

c) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan

perdarahan.

d) Memastikan ibu mendapat isitirahat yang cukup.

e) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi, cukup

cairan dan cukup istirahat.

3) Kunjungan III : 29 hari – 40 hari setelah persalinan

a) Menanyakan masalah/penyulit yang dialami ibu dan

bayinya.

b) Memberiakn konseling KB secara dini

c) Menganjurkan atau mengajak ibu untuk membawa bayi ke

posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan

imunisasi (Syaifudin, 2009; Sulistyawati, 2009; Mochtar,

2013).

f. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun

psikologi.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif mendeteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,

pemberian imunisasi.
146

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.

(Syaifudin, 2009; Sulistyawati, 2009)

g. Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Menurut Lowdemilk (2013) fase-fase adaptasi setelah melahirkan

adalah :

1) Fase Dependen (taking in)

Fase taking in adalah periode ketergantungan. Berlangsung

dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada

fase ini, ibu lebih berfokus pada dirinya sendiri. Ibu sangat

gembira dan suka mengkomunikasikannya, sehingga petugas

kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik

dengan cara mendengarkan dan memperhatikan ibu.

2) Fase Dependen-Mandiri (taking hold)

Fase taking hold berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini, secara bergantian muncul kebutuhan

untuk mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain

serta keinginan untuk dapat melakukan segala sesuatu secara

mandiri. Namun perasaan mudah tersinggung dapat timbul

akibat jenuh dengan banyaknya tanggung jawab. Dukungan

moril sangat diperlukan untuk menambah kepercayaan ibu.

3) Fase Interdependen (letting go)


147

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab

akan peran barunya. Berlangsung sepuluh hari setelah

melahirkan. Ibu mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan terhadap bayinya. Dukungan suami dan

keluarga masih dibutuhkan oleh ibu, yaitu dengan membantu

merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu

tidak terlalu terbebani (Shaleha, 2009; Astutik, 2015).

h. Tanda Bahaya Pascapartum

Memberitahu ibu untuk menghubungi tenaga kesehatan

terdekat jika mengalami gejala seperti :

1) Perdarahan pervagina yang luar biasa banyak atau yang tiba-

tiba bertambah banyak (lebih banyak dari perdarahan haid

biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut dua kali

dalam setengah jam dan berbau busuk).

2) Rasa sakit bagian bawah abdomen atau punggung

3) Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah

penglihatan.

4) Pembengkakan di wajah atau tangan.

5) Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau merasa

tidak enak badan.

6) Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan terasa sakit

7) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

8) Rasa sakit, merah, nyeri tekan dan pembengkakan pada kaki


148

9) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri

bayinya

10) Merasa sangat letih atau napas terengah-engah.

(Shaleha, 2009; Kemenkes RI, 2015; Astutik, 2015).

2. Manajemen Asuhan Kebidanan Nifas

Manajemen asuhan kebidanan yang digunakan sesuai dengan

KEPMENKES Nomer 938/Menkes/SK/VIII/2007 yang meliputi :

a. Standart I : Pengkajian

Tanggal/Jam masuk untuk mengetahui tanggal dan waktu

melakukan pengkajian.

1) Data Subjektif

a) Keluhan Utama

Keluhan Utama pada ibu nifas, untuk mengetahui

keluhan yang dirasakan ibu berupa rasa sakit yang diderita

ibu, after pains (mules-mules) akibat kontraksi uterus.

Depresi/ kesedihan, pengeluaran pervaginam/perdarahan

lokea, putting/payudara (Prawirohrdjo, 2014).

b) Data Pemenuhan Kebutuhan

Nutrisi, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan

nutrisi postpartum. Eliminasi, dikaji tentang BAB dan

BAK. Istirahat, ibu nifas membutuhkan istirahat dan tidur

yang cukup. Mobilisasi yang dikaji yaitu apa saja yang


149

sudah dilakukan ibu setelah melahirkan. Personal hygine

meliputi : mandi, keramas, sikat gigi, ganti pakaian dan

ganti pembalut.

c) Data Psikososial dan Spiritual

Dikaji untuk mengetahui penerimaan ibu terhadap

kelahiran bayi, tanggapan ibu dan keluarga terhadap

kelahiran bayi, tanggapan ibu terhadap masa nifas.

2) Data Objektif

a) Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, jika kesadaran penuh, TTV

normal, dan pemenuhan kebutuhan mandiri seperti makan

tanpa disuapi dan eliminasi sendiri tanpa bantuan. KU

sedang, jika kesadaran penuh sampai dengan apatis, TTV

tidak normal, dan pemenuhan kebutuhan dibantu sebagian

sampai seluruhnya. KU lemah, jika kesadaran penuh

sampai dengan somnolen, TTV tidak normal, memakai alat

bantu organ vital, memerlukan tindakan pengobatan dan

perawatan intensif, pemenuhan kebutuhan dibantu

seluruhnya (Rukiyah, 2013).

Kesadaran composmentis, jika sadar penuh. Apatis,

sikap acuh tak acuh, apabila ditanya tidak segera merespon.

Delirium, kesadaran menurun disertai dengan kekacauan


150

mental dan motorik. Somnolen, kesadaran menurun dengan

respon psikomotor yang lambat. Stupor, tingkat kesadaran

seperti tertidur lelap, tetapi masih ada respon terhadap

nyeri. Koma, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun.

(Rukiyah, 2013)

Tanda-tanda vital, Tekanan darah normal yaitu

120/80, Suhu tubuh normal yaitu 36,50C sampai 37,20C,

Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100 x/menit,

Pernafasan normal yaitu 16-20 x/menit.

b) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan payudara dalam melakukan pengkajian

apakah terdapat benjolan,pembesaran kelenjar, dan

bagaimanakah keadaan puting susu ibu dan kaji

pengeluaran ASI. Umunya ASI keluar 2-3 hari setelah

melahirkan. Namun dipayudara sudah terbentuk kolostrum

yang baik sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya

gizi dan antibiotik pembunuh kuman.

Pemeriksaan abdomen, periksa tinggi fundus uteri,

apakah kontraksi uterus baik, apabila uterus awalnya

berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi tidak akan

tampak peningkatan aliran pengeluaran lochea. Bila

sebelumnya kontraksi uterus tidak baik dan konsistensinya

lunak, palpasi akan menyebabkan kontraksi yang akan


151

mengeluarkan bekuan darah yang terakumulasi, aliran ini

pada keadaan yang normal akan berkurang dan uterus

menjadi keras.

Pemeriksaan kandung kemih, kandung kencing

yang penuh akan teraba keras, anjurkan ibu agar tidak

menahan apabila terasa BAK. Tanyakan juga mengenai

BAB, ibu nifas normal biasanya sudah bisa BAB

setidaknya 3 hari setelah melahirkan.

Pemeriksaan vulva, periksa pengeluaran

lochea,warna,bau dan jumlahnya, dan lihat kebersihan pada

genitalia ibu. Pemeriksaan perineum, periksa bila ada

jahitan. Sebelum melakukan pemeriksaan jahitan

laserasinya, terlebih dahulu bersihkan pada bagian jahitan

laserasi dengan kasa betadine agar jahitan terlihat tampak

lebih jelas. Inspeksi oedema atau tidak dan hematoma.

Pemeriksaan anus periksa ada tidaknya hemoroid.

Pemeriksaan ektremitas, periksa apakah ada/tidak ada

oedema, varises dan refleks patella (Manuaba, 2010).

c) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang, meliputi hemoglobin, yaitu

untuk mengetahui apakah ibu nifas mengalami anemia

postpartum atau tidak.

b. Standart II : Merumuskan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan


152

1) Analisa

Diagnosa ditegakkan bidan dalam lingkup praktik

kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis

kebidanan. Para atau jumlah kehamilan yang berakhir dengan

kelahiran bayi atau bayi telah mencapai titik mampu bertahan

hidup. (Varney, 2007). Abortus adalah kehamilan yang

berakhir pada usia kehamilan < 24 minggu atau berat janin

<500 gram, contoh penulisan diagnosa misalnya P..A.. umur 20

tahun postpatum hari normal.

2) Masalah

Masalah dirumuskan sesuai kondisi klien, sesuai keluhan

pasien antara lain demam, putting,lecet, payudara bengkak, dll.

3) Kebutuhan

Kebutuhan ibu nifas meliputi nutisi, perawatan

payudara,perawatan perineum,ambulasi, dan lain-lain.

c. Standart III : Perencanaan

1) Lakukan Observasi

a) Pengeluaran pervaginam : Untuk pengawasan pengeluaran

pervaginam dilakukan pengawasan keadaan pembalut

untuk mengetahui lochea yang keluar, meliputi: warna,

banyak dan baunya bila tidak normal kemungkinan infeksi.


153

b) Kontraksi uterus : Untuk memastikan kontraksi uterus baik

melakukan massase uterus sehingga dapat mengeluarkan

bekuan darah.

c) Luka pada perineum : Pemeriksaan luka pada perineum

digunakan untuk melihat keadaan jahitan, perdarahan aktif,

dan tanda infeksi.

d) Eliminasi : Pemeriksaan eliminasi digunakan untuk system

urinaria dan digestivus sudah berfungsi pasca persalinan.

e) Laktasi :Periksa keadaan puting, menonjol atau tidak, dan

kelancaran pengeluaran ASI.

2) Jelaskan perubahan fisik pada ibu nifas (perubahan abdomen,

pengeluaran ASI, perubahan TFU).

3) Jelaskan perubahan psikologi pada ibu nifas (post partum

bluss, depresi postpartum, psikosis post partum).

4) Lakukan Perawatan pada jahitan perineum, jika terdapat jahitan

yang dilakukan yaitu jelaskan pada ibu tentang penyebab.

5) Berikan terapi vitamin A 200.000 IU dengan dosis 2 tablet

selama masa nifas untuk meningkatkan kandungan vitamin A

dalam ASI yang akan bermanfaat pada bayinya sehingga bayi

lebih kebal dan jarang terkena infeksi, kesehatan ibu lebih

cepat pulih setelah melahirkan dan tablet Fe 1 x 60 mg/hari

pada ibu untuk mencegah terjadinya anemia postpartum.


154

6) Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai dengan

jadwal kunjungan nifas.

7) Berikan pendidikan kesehatan tentang : Gizi ibu nifas,

perawatan perineum, tanda bahaya masa nifas, hubungan

seksual, pijat oksitosin, teknik menyusui, perawatan payudara

dan KB.

d. Standart IV : Implementasi

Implementasi dilakukan sesuia dengan perencanaan.

e. Standar V : Evaluasi

1) Pengeluaran pervaginam, kontraksi uterus, luka pada perineum,

eliminasi, dan laktasi telah diobservasi dan hasilnya normal.

2) Ibu mengerti dan mampu menjelaskan kembali mengenai

perubahan fisik pada ibu nifas yang telah dijelaskan.

3) Ibu mampu menjelaskan kembali tentang perubahan psikologis

pada masa nifas.

4) Telah dilakukan perawatan luka pada jahitan perineum dan ibu

mengetahui mengenai penyebab rasa nyeri.

5) Telah diberikan terapi vitamin A 200.000 IU dengan dosis 2

tablet selama masa nifas dan tablet Fe 1 x 60 mg/hari pada ibu.

6) Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan ulang sesuai

dengan jadwal kunjungan nifas.

7) Ibu mengerti dan mampu menyebutkan kembali mengenai

pendidikan kesehatan yang telah diberikan, seperti : Gizi ibu


155

nifas, perawatan perineum, tanda bahaya masa nifas, hubungan

seksual, pijat oksitosin, teknik menyusui, perawatan payudara

dan KB.

f. Standart VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan

sesuai dengan standar yang berlaku (SOAP) pada formulir yang

tersedia (rekam medis/KMS/status klien/buku KIA).


156

E. Kerangka pikir

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa dan
atau Masalah Kebidanan
Ibu Hamil…. 3. Perencanaan Sesuai 1. Kesehatan
Minggu dengan Teori Ibu
4. Implementasi 2. Kesehatan
5. Evaluasi Janin
6. Laporan Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa dan
1. Kesehatan
atau Masalah Kebidanan
Ibu
3. Perencanaan Sesuai dengan
Ibu Bersalin 2. Kesehatan
Teori
Bayi segera
4. Implementasi
setelah lahir
5. Evaluasi
s/d 2 jam
6. Laporan Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa dan
atau Masalah Kebidanan
Kesehatan
3. Perencanaan Sesuai Bayi segera
Bayi Baru Lahir dengan Teori setelah lahir
4. Implementasi s/d 2 jam
5. Evaluasi
6. Laporan Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa dan
atau Masalah Kebidanan
3. Perencanaan Sesuai Kesehatan Ibu
dengan Teori
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Laporan Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan
157

Ibu Nifas

Bagan 2.6

Kerangka Pikir Sumber: KEPMENKES Nomor 938/MENKES/SK/VIII/2007

Anda mungkin juga menyukai