Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


MODUL III : BATIMETRI DAN KARTOGRAFI DIGITAL

Disusun Oleh:
Safira Ashilah
26050119140116
Oseanografi B

Koordinator Mata Kuliah Sistem Informasi Geografis :


Ir. Petrus Subardjo, M.Si
NIP. 19561020 198703 1 001

Tim Asisten
Danang Imaddudin Mahardika 26050118140076
Audria Izza Nadira 26050118120021
Dhimas Prabu Pratama 26050118140047
Hajar Shofwatul Islam 26050118120007
Harya Bagus D 26050118140058
Namira Yunita Prasasti 26050118120017
Zahra Sadza Salma 26050118120009

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
Tgl Praktikum : 15 April 2021
Tgl Pengumpulan : 28 April 2021

LEMBAR PENILAIAN

MODUL III : BATIMETRI DAN KARTOGRAFI DIGITAL

Nama : Safira Ashilah NIM: 26050119140116 Ttd:

NO KETERANGAN NILAI
.
1. Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka
3. Materi dan Metode
4. Hasil dan Pembahasan
5. Penutup
6. Daftar Pustaka
TOTAL

Mengetahui,
Koordinator Praktikum Asisten

Danang Imaddudin Mahardika Danang Imaddudin Mahardika


26050118140076 26050118140076
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peta merupakan proyeksi gambaran permukaan bumi dalam bentuk dua
dimensi sekarang ini penggunaan peta tidak hanya terbatas dalam bidang geografi
namun penerapan peta sudah sangat luas. Karena kebutuhan manusia tentang
informasi tempat dan lokasi terus meningkat. ArcGIS sebagai suatu program
berbasis informasi geografi memberikan fasilitas pembuatan peta secara digital
yang dapat disebut kartografi digital.
Kartografi sendiri merupakan ilmu dalam pembuatan peta dalam hal ini
pembuatanya dibantu komputer sehingga disebut kartografi digital. Kegiatan
kartografi digital meliputi proses pemberian keterangan peta yang mencakupi
nama peta, legenda peta, skala peta, arah mata angin, dan lain-lain. Maksudnya
agar peta yang dibuat mudah digunakan atau dibaca karena memuat informasi
lengkap. Peta hasil kartografi bisa berupa peta resmi ataupun peta tematik
tergantung tujuan penggunaannya nanti.
Peta dapat dibuat dengan beberapa cara salah satunya survey batimetri
untuk pembuatan peta batimetri. Bathimetri/pemeruman merupakan bagian
terpenting dan mendasar dari pekerjaan survey hidrografi yang didefinisikan
sebagai pengumpulan data dengan metode penginderaan/rekaman dari permukaan
dasar laut yang dibuat berdasarkan hasil sounding (pengukuran kedalaman) yang
dihubungkan dengan hasil pengukuran elevasi pasang surut, orientasi medan dan
lain-lain. Sehingga dapat diketahui bahwa kartografi digital sangat diperlukan
dalam bidang kelautan khususnya pada oseanografi.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui fungsi kartografi digital
2. Mengetahui cara pembuatan peta digital

1.3 Manfaat Praktikum


1. Agar mahasiswa mengetahui fungsi kartografi digital
2. Agar mahasiswa mengetahui cara pembuatan peta digital
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kartografi
2.1.1 Sejarah Kartografi
Menurut Irawan (2012), awal perkembangan - Kartografi adalah seni dan
ilmu pembuatan peta. Peta tertua yang diawetkan pada tablet tanah liat Babilonia
dari sekitar 2300 SM Kartografi itu cukup maju di Yunani kuno. Konsep Bumi
bulat itu terkenal di kalangan filsuf Yunani pada saat Aristoteles (ca. 350 SM) dan
telah diterima oleh semua geografer.kartografi Yunani dan Romawi mencapai
puncak dengan Claudius Ptolemaeus (Ptolemy, sekitar tahun 85-165). “peta
dunia” digambarkan. Dunia Lama dari sekitar 60 ° N ke 30 ° S garis lintang. Dia
menulis karya monumental, Panduan untuk Geografi (Geographike hyphygesis),
yang tetap menjadi referensi otoritatif di geografi dunia hingga Renaissance.
CGIS merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi
pemetaan yang memiliki kemampuan timpang susun (overlay), penghitungan,
pendijitalan/pemindaian (digitizing/scanning), mendukung sistem koordinat
national yang membentang di atas benua Amerika, memasukkan garis sebagai arc
yang memiliki topologi dan menyimpan atribut dan informasi lokasional pada
berkas terpisah. Pengembangya, seorang geografer bernama Roger Tomlinson
kemudian disebut "Bapak SIG".
Penemuan pencetakan membuat peta lebih banyak tersedia dimulai pada
abad ke-15. Peta berada di blok kayu pertama yang dicetak menggunakan diukir
(lihat di atas). Di antara pembuat peta yang paling penting pada masa ini adalah
Sebastian Münster di Basel (sekarang Swiss). Nya Geographia, yang diterbitkan
pada tahun 1540, menjadi standar global baru untuk peta dunia.Percetakan dengan
pelat tembaga terukir muncul pada abad 16 dan terus menjadi standar hingga
teknik fotografi dikembangkan. Kemajuan besar dalam pemetaan terjadi pada
Zaman Eksplorasi di abad 15 dan 16. Pembuat Peta menanggapi dengan grafik
navigasi, yang digambarkan garis pantai, pulau, sungai, pelabuhan, dan fitur yang
menarik berlayar. baris Kompas dan bantuan navigasi lainnya termasuk, proyeksi
peta baru dibuat, dan bola dibangun. peta dan bola dunia tersebut diselenggarakan
di nilai besar untuk, militer, dan diplomatik tujuan ekonomi, dan sebagainya
sering dianggap sebagai atau komersial rahasia nasional – atau kepemilikan peta
rahasia.Seluruh-peta dunia pertama mulai muncul di awal abad ke-16, setelah
pelayaran oleh Columbus dan orang lain untuk Dunia Baru. Peta dunia pertama
benar biasanya dikreditkan ke Martin Waldseemüller di tahun 1507.Peta ini
digunakan proyeksi Ptolemaic diperluas dan adalah peta pertama yang
menggunakan nama Amerika untuk Dunia Baru – lihat Waldseemüller’s peta
dunia.Gerardus Mercator dari Flanders (Belgia) adalah kartografer terkemuka dari
pertengahan abad ke-16. Ia mengembangkan proyeksi silinder yang masih banyak
digunakan untuk grafik navigasi dan peta global. Ia menerbitkan peta dunia pada
1569 yang didasarkan pada proyeksi ini. Banyak proyeksi peta lainnya segera
dikembangkan (Prihandito, 1989).
Peta menjadi semakin akurat dan faktual selama abad ke-17, 18 dan 19
dengan penerapan metode ilmiah. Banyak negara melakukan program pemetaan
nasional. Meskipun demikian, sebagian besar dunia ini kurang diketahui sampai
meluasnya penggunaan foto udara berikut perang Dunia I. Kartografi Modern
didasarkan pada kombinasi pengamatan tanah dan penginderaan jauh. Sistem
Informasi Geografis (GIS) muncul pada periode-80 1970. GIS merupakan
perubahan besar dalam paradigma kartografi. Dalam tradisional (kertas)
kartografi, peta itu dipandang baik sebagai database dan menampilkan informasi
geografis. Untuk GIS, database, analisis, dan menampilkan secara fisik dan
konseptual aspek terpisah dari penanganan data geografis. Sistem Informasi
Geografis terdiri dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data digital,
orang, organisasi, dan lembaga untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis,
dan menampilkan informasi bergeoreferensi tentang bumi (Prihandito, 1989).
2.1.2 Pengertian Kartografi
Kartografi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu karto = carto yang berarti
permukaan dan grafi yang berarti gambaran/bentuk, kartografi = gambaran
permukaan. Maka diartikan kartografi adalah sebagai ilmu membuat peta.
Kartografi adalah merupakan ilmu yang khusus mempelajari segala sesuatu
tentang peta. Mulai dari sejarah, perkembangan, pembuatan, pengetahuan,
penyimpanan, hingga pengawetan serta cara-cara penggunaan peta (Sekeon et al.,
2016).
Menurut Handoyo (2009), kartografi adalah seni, ilmu pengetahuan dan
teknologi tentang pembuatan peta-peta, sekaligus mencakup studinya sebagai
dokumen-dokumen ilmiah dan hasil karya seni. Kartografi merupakan
pengorganisasian, penyajian, pengkomunikasian, dan pemeliharaan (utilisasi)
geo-informasi dalam bentuk grafis, digital, dan taktil (tactile),termasuk semua
tahap dari penyiapan data hingga penggunaan akhir dalam pembuatan peta
ataupun berbagai produk informasi keruangan yang terkait.
2.1.3 Perkembangan Kartografi
Menurut Akbar dan Khakhim (2020), kartografi dikenal sebagai seni, ilmu
pengetahuan dan teknologi tentang pembuatan peta-peta, sekaligus mencakup
studinya sebagai dokumen-dokumen ilmiah dan hasil karya seni. Namun pada saat
peta pertama dibuat, kartografi belum dikenal. Dan tidak ada yang mengetahui
secara pasti tahun tepatnya kemunculan kartografi pertama kali. Atas dasar fakta
sejarah yang tersebut diatas, maka sebelum menyusun kronologis perkembangan
dunia kertografi dari awal kemunculannya hingga berkembangnya kartografi
modern saat ini, alangkah baiknya kita meruntut dan mengenal kemunculan peta
sebagai pangkal tolak kemunculan ilmu kartografi.
Menurut Akbar dan Khakhim (2020), menengok ke masa sejarah kuno,
sekitar 6200 SM di Catal Hyûk, Anatolia. Terdapat sebuah lukisan pada dinding
yang menerangkan mengenai posisi jalan dan rumah dari sebuah kota yang juga
menampilkan keberadaan gunung yang berada di dekat kota tersebut. Lukisan
pada dinding itu ditemukan pada 1963, yang pada saat ini merupakan kota di
dekat Ankara, Turki. Namun status dari penemuan tersebut masih dalam
perdebatan untuk dikategorikan sebagai peta atau hanya merupakan lukisan saja.
Perkembangan kartografi adalah sejalan dengan perkembangan peta, karena
produk dari katografi adalah peta. Hanya saja seperti yang telah disebutkan diatas
bahwa peta telah dihasilkan jauh sebelum ilmu kartografi ditemukan. Dimana
ilmu kartografi baru diperkenalkan pertama kali oleh Claudius Ptolomeus
(Ptolemy) sekitar 85 – 165 M, yang pada zamannya juga telah dikenal konsep
hitungan posisi dan proyeksi peta. Cakupan area dari peta yang dibuat Ptolemy
dari 600LU – 300LS. Ptolemy juga menulis Guide to Geography (Geographike
hypygesis), yang menjadi literature cukup diakui hingga masa Renaissance.
2.1.4 Kartografi Digital
Menurut Devega et al (2020), pembuatan peta digital merupakan suatu
cabang ilmu desain grafis, dimana peta tersebut dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan internal institusi.Adapun peta digital sudah tersedia
layanannya seperti google maps, tomtom, dan lain sebagainya. Pemetaan digital
(juga disebut kartografi digital) adalah proses dimana suatu kumpulan data
dikompilasi dan diformat menjadi gambar digital. Fungsi utama dari teknologi ini
adalah untuk menghasilkanpetayang memberikan representasi akurat dari daerah
tertentu, merinci jalan utama dan tempat menarik lainnya. Teknologi ini juga
memungkinkan untuk perhitungan jarak dari satu tempat ke tempat lain.
Pemetaan digital atau sering disebut sebagai digital mapping merupakan
suatu cara baru dalam pembuatan peta, baik untuk keperluan pencetakan maupun
dalam format peta digital. Pemetaan digital (kartografi digital) adalah proses
dimana suatu kumpulan data dikompilasi dan diformat menjadi gambar digital.
Dikarenakan dilakukan secara digital maka dibutuhkan perangkat keras komputer
dan perangkat lunak yang berkaitan. Salah satu teknologi pemetaan digital pada
saat ini yaitu Google Maps. Layanan ini memberikan citra satelit, peta jalan,
panorama 360°, kondisi lalu lintas, dan perencanaan rute untuk bepergian dengan
berjalan kaki, mobil, sepeda (versibeta), atau angkutan umum (Susanto, 2016).

2.2 Peta Rupa Bumi Indonesia


Peta RBI biasa disebut juga dengan peta Topografi atau peta Dasar adalah
peta yang digunakan sebagai dasar pembuatan peta lainnya. Pembuatan peta
tematik, peta dasar adalah peta yang berisi semua data – data tematis akan di
gambarkan. Pada hakekatnya peta dasar yang di gunakan adalah peta topografi
yang resmi dari suatu negara. Umumnya peta dasar tersebut di buat berdasarkan
survei lapangan atau cara lain yang biasa disebut fotogrametris. Peta-peta yang di
jadikan peta dasar akan ada perbedaan dalam proyeksi, skala, ketelitian ataupun
waktu penerbitannya (Bakosurtanal, 2004).
Menurut Bakosurtanal (2004), Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta
topografi yang menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di
wilayah NKRI. Unsur-unsur kenampakan rupabumi dapat dikelompokkan
menjadi 7 tema, yaitu: tema 1 berisikan penutup lahan, yaitu area tutupan lahan
seperti hutan, sawah, pemukiman dan sebagainya. Tema 2 berisikan hidrografi
yaitu meliputi unsur perairan seperti sungai, danau, garis pantai dan sebagainya.
Tema 3 berisikan tentang hipsografi yaitu, data ketinggian seperti titik tinggi dan
kontur. Tema 4 merupakan bangunan dengan bentuk berupa gedung, rumah dan
bangunan perkantoran dan budaya lainnya. Tema 5 ialah transportasi dan utilitas
yaitu berupa, jaringan jalan, kereta api, kabel transmisi dan jembatan. Tema 6
membahas tentang batas administrasi, salah satunya ialah batas negara provinsi.
Terakhir tema 7 yaitu toponim yang berupa nama-nama geografi seperti nama
pulau, nama selat, nama gunung dan sebagainya.

2.3 Batimetri
Batimetri adalah ilmu yang mempelajari tentang cara menentukan
topografi dari dasar perairan. Data batimetri digunakan untuk keperluan navigasi,
pembuatan nautical charts, oseanografi biologi, erosi di pantai, kenaikan muka
air. Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan batimetri laut,
seperti menggunakan sensor aktif seperti sonar, lidar, atau citra pasif multispectral
seperti Ikonos, WorldView dan Landsat (Jagalingam et al., 2015).
Salah satu informasi sumber daya alam yang dapat dihasilkan dari
teknologi penginderaan jauh adalah batimetri. Batimetri merupakan informasi
penting yang berisi kedalaman perairan dan topografi bawah laut. Banyak aspek
laut baik perencanaan spasial, lingkungan laut, budidaya perairan memerlukan
data batimetri. Pemetaan batimetri penting untuk zona pesisir dan peta navigasi
keselamatan pelayaran. Pengukuran batimetri secara konvensional di daerah
dangkal dan bergelombang seperti di daerah terumbu sangat sulit dan mahal
bahkan terkadang sangat berbahaya (Bakosurtanal, 2004).

2.4 Peta Batimetri


Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan kedalaman laut dan
disajikan dengan menggunakan garis kontur kedalaman. Garis kontur adalah garis
abstrak yang menghubungkan beberapa lokasi atau daerah yang memiliki
ketinggian atau kedalaman yang sama. Peta batimetri sebenarnya tidak sedetail
peta rupa bumi yang menyajkan data ketinggian dan kenampakan permukaan
bumi. Peta batimetri digunakan dalam berbagai sektor seperti pertambangan,
perhubungan, militer, penelitian dan lainnya. Dengan adanya peta batimetri maka
informasi kedalaman laut, gambaran dasar laut dapat diketahui (Satriadi, 2012).
Penggunaan peta batimetri semakin hari semakin penting karena dengan itu,
para peneliti mampu untuk mempelajari dampak perubahan iklim lebih lanjut
terhadap lingkungan. Survey batimetri dapat dijadikan acuan ataupun peringatan
tentang potensi dari erosi di daerah pantai, kenaikan muka air laut, dan penurunan
muka tanah. Untuk pengukuran topografi, surveyor membutuhkan sejumlah titik-
titik control yang dipakai sebagai titik acuan. Titik control tersebut dikaitkan pada
stasiun pasang surut untuk mendapatkan referensi ketinggian terhadap muka air
laut rata-rata atau Mean Sea Level (Martha, 2004).
III. MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Kamis, 15 April 2021
Waktu : 19.00 - 20.30 WIB
Tempat : Secara daring melalui platform Microsoft Teams.

3.2 Materi
1. Aplikasi ArcGIS
2. Microsoft Excel

3.3 Metode
3.3.1. Batimetri
1. Buka aplikasi ArcGIS 10.8

2. Add Data diklik lalu masukkan data garis pantai.shp dan teluk awur.tif
3. Layers diklik kemudian Add Data diklik > data batimetri.xls > Hasil$ lalu
klik OK

4. Pada sublayer, data Hasil$ diklik kanan > Display X,Y Data > Z Field
diubah menjadi z, kemudian Coordinate system diubah menjadi WGS
1984 lalu OK diklik

5. Untuk membuat polygon, catalog diklik dan file didalam folder dibuat
kemudian shapefile diklik
6. Pada jendela Create New Shapefile, nama diubah menjadi Boundary >
Feature Type = Polygon. Lalu Coordinate System diubah menjadi WGS
1984, OK diklik

7. Editor pada toolbar diklik > Start Editing > Boundary dipilih, dan OK
diklik

8. Create Features diklik, Boundary1 diklik lalu pada Construction tools,


Polygon diklik
9. Ujung garis pantai diklik sebagai titik awal untuk area, lalu titik
disesuaikan dengan mengelilingi area yang terdapat garis

10. Setelah sampai pada ujung kiri garis pantai, Trace pada toolbar diklik
kemudian kursor diarahkan mengikuti alur garis pantai hingga kembali ke
titik awal garis pantai, lalu klik dua kali untuk berhenti

11. Hasil$ Events dan Garis PantaiUTM pada Layers di-unchecklist


12. Topo to Raster dicari pada tool Search, kemudian Topo to Raster (3D
Analyst) (Tool) dipilih

13. Ketiga data yang ada pada jendela Topo to Raster diinput. Field pada
Hasil$ Events diubah menjadi z. Type pada Hasil$ Events,
Garis_PantaiUTM dan Boundary1 diubah berturut menjadi
PointElevation, Boundary, dan Boundary, lalu OK diklik

14. TopoToR_Hasil diklik kanan >Properties kemudian tab Symbology dipilih


15. Sesuaikan jumlah Classify dan warna yang diinginkan. Kemudian pada
kolom Label, nilainya diubah menjadi 2 angka belakang koma dengan
satuan meter, Ok diklik

16. Batimetri dapat terlihat sebagai berikut

3.3.2. Kartografi Digital


1. Layouting dilakukan, File > Page and Print Setup > Landscape di-
checklist lalu OK diklik
2. Peta diperbesar dan ukurannya disesuaikan dengan keinginan

3. Peta diklik kanan, Properties > tab Grid > New Grid, kemudian Next
hingga Finish

4. Properties diklik kemudian pada tab Axes, Bottom dan Right pada Major
Division Ticks dan Subdivision Ticks di-unchecklist
5. Pada tab Labels, Bottom dan Right pada Label Axes di-unchecklist, lalu
Left pada Vertical Labels di-unchecklist. Apply diklik kemudian OK

6. Rectangle pada toolbar diklik kemudian kotak informasi terkait peta


dibuat. Lalu kotak diklik kanan > Properties, Fill Color diubah menjadi
No Color kemudian Apply dan OK diklik.

7. Judul peta dimasukkan, ikon A diklik kemudian font dan size diubah
menjadi TNR ukuran 12.
8. Logo UNDIP dimasukkan, tab Insert diklik > Picture

9. Nama NIM dan kelas ditambahkan dengan mengklik ikon A

10. Scale Bar dimasukkan, pada tab Insert > > Scale Bar > Alternating Scale
Bar 2 > Properties > Division Units diubah menjadi Kilometers
11. Scale Text dimasukkan, pada tab Insert > Scale Text >Absolute Scale, lalu
Apply dan OK diklik

12. Keterangan peta dimasukkan, insert >legend. Pada Legend items, data
selain hasil topo to raster dihapus > next hingga finish

13. Legenda diklik kanan > Convert to Graphics > Ungroup lalu keterangan
yang tidak dibutuhkan dihapus dan dirapihkan kembali
14. Inset peta dimasukkan, Insert > Data Frame > New Data Frame diklik
kanan lalu Add Data > File shp Indonesia_kab dipilih

15. Data frame diklik kanan > Properties > Extent indicator > layers di klik
ke kanan. Grid ditambahkan. Lalu label pada peta ditambahkan

16. Sumber peta ditambahkan, ikon A diklik lalu sumber peta ditulis
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Batimetri

4.1.2 Kartografi Digital

4.2. Pembahasan
4.2.1 Batimetri
Berdasarkan pada praktikum modul 3 SIG yang telah dilakukan, dapat
diketahui batimetri pada perairan Teluk Awur, Jepara. Batimetri merupakan
informasi yang berisi kedalaman perairan dan topografi bawah laut. Peta batimetri
merupakan suatu peta dimana didalamnya terdapat informasi yang berisi
kedalaman perairan dan topografi bawah laut. Pembuatan peta batimetri pada
sepanjang pantai Teluk Awur, Jepara dilakukan dengan menggunakan aplikasi
ArcGIS. Data yang ada berupa data posisi dan data kedalaman berbentuk titik
yang memiliki informasi posisi dan kedalaman yang langsung. Pemberian warna
pada batimetri yang terbentuk dimaksudkan untuk mempermudah melihat
kedalaman yang berbeda tiap jarak yang ada.
Berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
ArcToolbox Topo to Raster digunakan untuk melakukan interpolasi terhadap data-
data hasil pemeruman yang hanya berupa titik sehingga dapat berbentuk menjadi
kontur batimetri dalam suatu batasan yang telah ditentukan sesuai kedalamannya.
Pada hasil peta batimetri diperoleh variasi perbedaan nilai kedalaman yang
digambarkan dengan adanya perbedaan warna. Dapat dilihat pada daerah yang
dekat dengan daratan memiliki warna yang lebih terang yang berarti kedalaman
perairan lebih rendah atau dangkal dibandingkan dengan daerah perairan yang
jauh dari daratan. Terlihat Warna yang lebih gelap yang mengambarkan daerah
tersebut memiliki kedalaman yang dalam. Karena pada daerah yang menjauhi
pantai atau daratan memiliki kedalaman yang lebih besar. Namun perlu
diperhatikan, bahwasannya variasi perbedaan kedalaman di setiap daerah yang
dipetakkan memiliki kecenderungan perbedaan yang tidak terlalu signifikan.
Karena ciri topografi perairan Teluk Awur itu sendiri termasuk salah satu perairan
Utara Jawa memiliki ciri kedalaman yang landai.
4.2.2. Kartografi Digital
Kartografi digital merupakan teknik pembuatan peta secara digital dengan
komputer dan perangkat lunak lainnya yang berhubungan. Pembuatan peta secara
digital memiliki keuntungan yaitu lebih fleksibel dan praktiks. Peta yang
digunakan adalah peta Pantai Pantai Teluk Awur yang diolah dengan aplikasi
ArcGIS. Pembuatan peta dalam ArcGIS dilakukan dalam layout view. Ukuran dan
orientasi kertas diatur sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan dalam pembuatan
modul ini yaitu dengan menggunakan orientasi kertas landscape. Legenda peta
merupakan komponen penting seperti arah mata angin, lambang instansi, nama
pembuat peta, skala bar dan lainnya penting untuk menunjukkan keterangan yang
ada pada peta. Dalam menunjukkan lokasi terhadap peta yang lebih luas atau
sebagai inset peta dapat digunakan data frame. Selain itu sumber peta disertakan
yaitu dari peta RBI dan Google Earth sebagai rujukan sumber citra yang telah di
download. Peta RBI merupakan peta topografi yang menampilkan sebagian unsur-
unsur alam dan buatan manusia di wilayah NKRI.
V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Fungsi arctoolbox topo to raster salah satunya adalah untuk membuat
batimetri pada suatu peta perairan.
2. Pembuatan peta kartografi digital menggunakan software ArcGIS 10.8
dengan menggunakan data berupa Indonesia_kab, data batimetri serta peta
Teluk Awur Jepara yang kemudian di olah sehingga menghasilkan peta
yang informatif dalam bentuk digital.

5.2 Saran
1. Sebaiknya sebelum praktikum dimulai semuanya dipersiapkan terlebih
dahulu terutama sinyal baik praktikan maupun asisten
2. Sebaiknya tutorial yang diberikan lebih jelas dan rinci
3. Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung praktikan lebih aktif.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M.I. dan N. Khakhim. 2020. Penyusunan Sistem Informasi dan Analisis
data Kesehatan Pegawai Universitas Gadjah Mada. Jurnal Bumi
Indonesia., 9(1).
Bakosurtanal, 2004. Petunjuk Teknis Penggunaan Peta Rupabumi Indonesia
(RBI). Jakarta: Bakosurtanal.
Devega, M., Yuhelmi, dan Walhidayat. 2020. Peta 3D Universitas Lancang
Kuning. Jurnal Sistem Informasi., 2(1): 48-60.
Handoyo, Sri. 2009. Kaidah Kartografis: Sebuah Kontemplasi Profesi.
Martha, Sukendra. 2004. Panduan Membaca Peta Rupa Bumi Indonesia. Pusat
Pelayanan jasa dan informasi BAKOSURTANAL: Cibinong.
Prihandito, 1989. Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1 untuk SMK. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Sekeon, N.D., Y.D. Rindengan, dan R. Sengkey. 2016. Perancangan SIG Dalam
Pembuatan Profil Desa Se-Kecamatan Kawangkoan. E-Journal Teknik
Elektro dan Komputer., 5(1): 49-59.
Susanto. 2016. Aplikasi Pemetaan Pelanggan TV Kabel PT. Linggau Mandiri
Jaya. Lubuk Linggau;STMIK MUSIRAWAS. Jurnal Jutim, Volume 1
No.1.

Anda mungkin juga menyukai