MODUL PELAKSANAAN
TEKNOLOGI TIMBUNAN MATERIAL RINGAN MORTAR-BUSA
UNTUK KONSTRUKSI JALAN
Penulis:
Ahmad Numan, Maulana Iqbal, Dea Pertiwi
November 2014
No. ISBN :
Kode Kegiatan : 2432. 001. 003. 107
Koordinator Penelitian
Ir. Rudy Febrijanto, MT.
Diterbitkan oleh:
Kementerian Pekerjaan Umum
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan
Jl. A.H. Nasution No. 264 Ujungberung – Bandung 40293
i
© PUSJATAN 2014
Modul ini disusun dengan sumber dana APBN Tahun 2104, pada paket pekerjaan Penyusunan dan
Workshop (Diseminasi) Teknologi Penanganan Tanah PRoblematik, DIPA Puslitbang Jalan dan Jembatan.
Pandangan-pandangan yang disampaikan di dalam publikasi ini merupakan pandangan penulis dan tidak
selalu menggambarkan pandangan dan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum, unsur pimpinan,
maupun institusi pemerintah lainnya. Penggunaan data dan informasi yang dimuat di dalam publikasi ini
sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
Buku ini juga dibuat versi e-book dan dapat diunduh dari website pusjatan.pu.go.id.
ii
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) adalah lembaga riset yang berada di bawah Badan Litbang
Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Lembaga ini memiliki peranan yang sangat strategis
di dalam mendukung tugas dan fungsi Kementerian Pekerjaan Umum dalam menyelenggarakan jalan di
Indonesia. Sebagai lembaga riset, Pusjatan memiliki visi sebagai lembaga penelitian dan pengembangan
yang terkemuka dan terpercaya, dalam menyediakan jasa keahlian dan teknologi bidang jalan dan
jembatan yang berkelanjutan, dan dengan misi sebagai berikut:
Meneliti dan mengembangkan teknologi bidang jalan dan jembatan yang inovatif, aplikatif, dan
berdaya saing;
Memberikan pelayanan teknologi dalam rangka mewujudkan jalan dan jembatan yang handal;
dan
Menyebarluaskan dan mendorong penerapan hasil litbang bidang jalan dan jembatan.
iii
Kata Pengantar
Modul Pelaksanaan Teknologi Material Ringan Mortar-Busa untuk Konstruksi Jalan ini
merupakan wujud pertukaran informasi dan penyebarluasan hasil kegiatan penelitian
dan pengembangan yang telah dilakukan di Balai Geoteknik Jalan Puslitbang Jalan dan
Jembatan, khususnya oleh Kelompok Program Penelitian (KPP) Teknologi Penanganan
Tanah Problematik. Modul ini juga disusun untuk mendapatkan masukan yang
bermanfaat dari peserta, terkait kesesuaian materi dengan kebutuhan dalam
pekerjaan pelaksanaan teknologi material ringan mortar-busa untuk konstruksi jalan.
Peserta disarankan untuk menelaah tujuan workshop (diseminasi) ini, termasuk
tujuan instruksional umum maupun tujuan instruksional khusus agar dapat
memahami modul ini secara efektif.
Tujuan
Tujuan workshop (diseminasi) ini adalah agar peserta mengetahui pelaksanaan
teknologi material ringan mortar-busa untuk konstruksi jalan.
iv
Daftar Isi
TUJUAN ................................................................................................................................. IV
1 PERSYARATAN .............................................................................................................. 1
v
1.14 PERSYARATAN LAPIS PENCEGAH RETAK REFLEKSI ................................................................... 13
1.15 PERSYARATAN LAPISAN ASPAL.......................................................................................... 13
1.16 PENGENDALIAN MUTU ................................................................................................... 14
1.16.1 Pengujian Ketebalan dan Kerataan Permukaan .............................................. 14
1.16.2 Ketentuan Densitas, Kuat Tekan Bebas dan Flow ............................................ 14
1.16.3 Core Drill ........................................................................................................... 15
1.17 PEMASANGAN INSTRUMEN .............................................................................................. 16
2.1 RANCANGAN................................................................................................................. 18
2.2 PELAKSANAAN............................................................................................................... 19
2.2.1 Persiapan Alat dan Bahan .................................................................................... 19
2.2.2 Persiapan Lantai Kerja .......................................................................................... 23
2.2.3 Pembuatan Mortar Busa ...................................................................................... 24
2.2.4 Pemasangan bekisting.......................................................................................... 25
2.2.5 Pemasangan Anyaman Baja................................................................................. 26
2.2.6 Pengecekan Flow dan Densitas Basah .................................................................. 27
2.2.7 Penghamparan ..................................................................................................... 29
2.2.8 Perataan ............................................................................................................... 31
2.2.9 Pembentukan tekstur permukaan ........................................................................ 31
2.2.10 Perawatan ........................................................................................................ 32
2.2.11 Pembukaan Bekisting ....................................................................................... 33
2.2.12 Pengecekan Densitas Kering dan Kuat Tekan Bebas (UCS) .............................. 34
2.2.13 Pengecekan Visual ........................................................................................... 36
2.2.14 Penghamparan Lapis Pencegah Retak Refleksi ................................................ 36
2.2.15 Penghamparan Lapisan Aspal .......................................................................... 37
2.2.16 Pengendalian Mutu .......................................................................................... 37
2.2.17 Pembukaan untuk Lalu Lintas .......................................................................... 39
vi
Daftar Tabel
TABEL 1. GRADASI PASIR UNTUK MORTAR BUSA 1
TABEL 2. KUAT TEKAN MINIMUM (UMUR 14 HARI ) MATERIAL RINGAN LAPIS FONDASI ATAU BASE (KEMEN. PU,
2011) 3
TABEL 3. KUAT TEKAN MINIMUM (UMUR 14 HARI) MATERIAL RINGAN LAPIS FONDASI-BAWAH ATAU SUBBASE
(KEMEN. PU, 2011) 3
TABEL 4. PENGENDALIAN MUTU 15
TABEL 5. INSTRUMEN YANG DIMONITOR DAN ACUANNYA 17
vii
Daftar Gambar
GAMBAR 1. GRAFIK GRADASI AGREGAT PASIR UNTUK MORTAR BUSA 2
GAMBAR 2 TIPIKAL ALAT PERATAAN PERMUKAAN MATERIAL RINGAN DENGAN MORTAR-BUSA 7
GAMBAR 3. GUDANG PENYIMPANAN SEMEN 9
GAMBAR 4. PELAKSANAAN PENGHAMPARAN PERCOBAAN MORTAR-BUSA DI LAPANGAN (PUSJATAN, 2010) 18
GAMBAR 5. PROSEDUR PEMBUATAN RANCANGAN CAMPURAN KERJA 20
GAMBAR 6. BAGAN ALIR PELAKSANAAN TIMBUNAN MATERIAL RINGAN DENGAN MORTAR-BUSA UNTUK
KONSTRUKSI JALAN 21
GAMBAR 7. PELAKSANAAN PERSIAPAN PERALATAN (PUSJATAN, 2010) 22
GAMBAR 8. PELAKSANAAN PERSIAPAN BAHAN (PUSJATAN, 2010) 22
GAMBAR 9. SATU SISTEM PEMBUATAN MATERIAL RINGAN MORTAR-BUSA (PUSJATAN, 2009) 23
GAMBAR 10. PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN PEMBERIAN RAMBU PENUTUPAN JALAN (PUSJATAN, 2010)
23
GAMBAR 11. PERSIAPAN LANTAI KERJA BERUPA PERATAAN LAHAN (PUSJATAN, 2010) 24
GAMBAR 12. PENCAMPURAN MATERIAL MORTAR-BUSA DI BATCHING PLANT (PUSJATAN, 2010) 25
GAMBAR 13. ILUSTRASI BEKISTING PER SEGMEN 25
GAMBAR 14. PEMASANGAN BEKISTING (PUSJATAN, 2010) 26
GAMBAR 15 PEMASANGAN ANYAMAN BAJA DI ATAS LAPIS PERTAMA PENGHAMPARAN MORTAR-BUSA PERTAMA
(PUSJATAN, 2009) 26
GAMBAR 16. PENGECEKAN DENSITAS KERING DAN UCS LABORATORIUM (PUSJATAN, 2012) 27
GAMBAR 17. PENGECEKAN DENSITAS BASAH (PUSJATAN, 2010) 28
GAMBAR 18. PENUANGAN CAMPURAN UNTUK UJI FLOW (PUSJATAN, 2010) 28
GAMBAR 19. PELAKSANAAN UJI FLOW (PUSJATAN, 2010) 28
GAMBAR 20. DENAH PENGHAMPARAN 29
GAMBAR 21. POTONGAN MELINTANG DENAH PENGHAMPARAN 29
GAMBAR 22. DENAH PENGHAMPARAN 1 SEGMEN 30
GAMBAR 23. PEMBUATAN SILINDER UJI (PUSJATAN. 2009) 30
GAMBAR 24. PENGHAMPARAN MATERIAL RINGAN MORTAR-BUSA (PUSJATAN.PU.GO.ID, 2012) 30
GAMBAR 25. PENGHAMPARAN MORTAR-BUSA (PUSJATAN.PU.GO.ID, 2012) 31
GAMBAR 26. PERATAAN MATERIAL RINGAN MORTAR-BUSA (PUSJATAN, 2009) 31
GAMBAR 27. PERMUKAAN MORTAR-BUSA YANG SUDAH MEMILIKI ALUR (PUSJATAN, 2009) 32
GAMBAR 28. PERLINDUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN TERPAL (PUSJATAN, 2009) 32
GAMBAR 29. PENGECEKAN SETTING TIME SEBELUM PEMBUKAAN BEKISTING (PUSJATAN. 2009) 33
GAMBAR 30. PEMBUKAAN BEKISTING (PUSJATAN, 2010) 33
GAMBAR 31. PEMBONGKARAN LAPISAN MORTAR-BUSA YANG MENGALAMI KERUSAKAN (PUSJATAN, 2010) 34
GAMBAR 32. KERUSAKAN PADA MORTAR-BUSA BERUPA “SARANG TAWON” (PUSJATAN, 2010) 34
GAMBAR 33. PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS (UCS) DI LABORATORIUM (PUSJATAN, 2009) 35
GAMBAR 34. PENGUJIAN BERAT ISI (PUSJATAN, 2009) 35
GAMBAR 35. PENANDAAN KERUSAKAN BERDASARKAN PENGAMATAN VISUAL (PUSJATAN, 2010) 36
GAMBAR 36. PERBAIKAN RETAKAN DENGAN MENGGUNAKAN RESIN EPOXY (VUBA SUPPLIES, 2014) 36
viii
GAMBAR 37. STRESS ABSORBING MEMBRANE INTERLAYER [SAMI] (CLEMSON.EDU, 2014) 37
GAMBAR 38. PENGHAMPARAN LAPISAN ASPAL (PUSJATAN, 2010) 37
GAMBAR 39. PENCATATAN MUTU MORTAR-BUSA (DENSITAS BASAH DAN FLOW) LENGKAP DENGAN LOKASI
SEGMEN PENGHAMPARAN (PUSJATAN, 2010) 38
GAMBAR 40. PENGAMBILAN CORE DRILL (PUSJATAN, 2009) 38
GAMBAR 41. HASIL CORE DRILL (PUSJATAN, 2009) 39
ix
11 Persyaratan
1.1.1 Semen
1.1.2 Pasir
1
Gambar 1. Grafik Gradasi Agregat Pasir untuk Mortar Busa
Busa yang digunakan mengandung protein nabati atau sejenisnya yang dapat
menghasilkan gelembung terpisah yang stabil sehingga dapat menghasilkan
campuran material ringan yang memenuhi spesifikasi teknis.
1.1.4 Air
Air untuk mencampur adonan material ringan mortar-busa sesuai spesifikasi SNI
7974:2013.
2
1.2 Persyaratan Campuran Mortar-Busa
Bahan adukan merupakan campuran dari pasir, semen air, dan busa yang memiliki
sifat memadat sendiri. Densitas dan kuat tekan minimum material ringan mortar-
busa harus merujuk pada spesifikasi teknis (Kemen. PU, 2011), sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Selain itu campuran mortar-busa juga harus
mempunyai flow sebesar 180 mm ± 20mm.
Tabel 2. Kuat Tekan Minimum (Umur 14 Hari ) Material Ringan Lapis Fondasi atau Base
(Kemen. PU, 2011)
Tabel 3. Kuat Tekan Minimum (Umur 14 Hari) Material Ringan Lapis Fondasi-Bawah atau
Subbase (Kemen. PU, 2011)
1.3.1 Umum
Peralatan pembangkit busa terdiri dari alat pembangkit busa dan kompresor. Alat
pembangkit busa yang digunakan dengan kapasitas minimum 0,2 MPa dan kapasitas
kompresor yang digunakan adalah minimum 0,6 MPa.
3
a. Central mixing plant (stationary mixer) tipe wet-mix yang dilengkapi alat
penimbang, alat pengontrol kelembaban dan kadar air pasir serta alat pengontrol
lainnya yang memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi sesuai SNI 03-4433-
1997.
b. Jika menggunakan alat terpisah yaitu mesin pengaduk , dapat digunakan jenis
truck mixer, transit mixer atau concrete mixer. Mesin pengaduk harus memiliki
poros yang berputar (bukan drum pengaduknya yang berputar), dengan
kecepatan putaran maksimum 60 rpm.
1.3.2.4 Timbangan
4
1.3.2.5 Alat-Alat Penakar (Penimbang dan Pengukur)
Tangki ini harus memiliki kapasitas yang cukup memadai dan laik pakai serta harus
dilengkapi dengan batang semprot dan alat pengendali pasokan dan semprotan.
Truk untuk mengangkut campuran busa harus tertutup dapat melindungi campuran
busa dari udara. Truk harus mempunyai bak yang terbuat dari logam yang rapat,
bersih dan rata.
5
Jika proses pencampuran menggunakan central mixing plant (stationary mixer) tipe
wet-mix, maka alat pengangkut dapat menggunakan truck mixer atau transit mixer.
1.3.4 Pompa
Mesin pompa dapat digunakan untuk memompa campuran material ringan basah ke
titik penghamparan apabila tidak bisa dijangkau oleh truck mixer tersebut.
Alat pembuat tekstur berupa sikat yang harus dibuat dari kawat kaku dan lebar sikat
tidak boleh kurang dari 45 cm. Sikat harus terdiri dari dua baris dengan jarak 2 cm
dari sumbu ke sumbu, masing-masing baris terdiri dari beberapa ikatan kawat
dengan jarak antar ikatan 1 cm, yang setiap ikatan terdiri dari 14 kawat. Letak ikatan
kawat harus dipasang secara zigzag. Panjang kawat 10 cm dan harus diganti apabila
panjangnya menjadi 9 cm.
6
Gambar 2 Tipikal Alat Perataan Permukaan Material Ringan dengan Mortar-Busa
1.4.1 Pasir
Bahan harus disimpan sedemikian hingga dapat mencegah terjadinya segregasi dan
menjamin gradasi yang sebagaimana mestinya, serta tidak terdapat kadar air yang
berlebihan. Tinggi maksimum dari penumpukan bahan harus dibatasi sampai dengan
maksimum 5 meter.
Tumpukan pasir harus dilindungi dari hujan untuk mencegah pengurangan mutu
bahan yang dihampar atau paling tidak mempengaruhi penghamparan bahan.
Bila lokasi penumpukan pasir tidak memungkinkan karena keterbatasan area, maka
harus dilengkapai bangunan pencegah atau dinding penyekat agar pasir hasil
7
pengujian tidak tercampur dengan material lain, baik ditempat penumpukan maupun
di tempat penimbangan.
1.4.2 Air
Air harus disimpan dan ditampung dalam tangki air yang tertutup untuk mencegah air
terkontaminasi karena cuaca dan hal lainnya.
Bahan baku busa harus disimpan dalam tempatnya dan selalu dalam keadaan
tertutup agar tidak terjadi pengurangan mutu busa itu sendiri.
1.4.4 Semen
8
Gambar 3. Gudang Penyimpanan Semen
Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tegak lurus
sumbu jalan tidak boleh melampaui 10 mm.
Bilamana diukur dengan mistar lurus atau mistar lurus berjalan (rolling) sepanjang 3
m yang diletakkan sejajar dengan sumbu jalan tidak boleh melampaui 10 mm.
9
1.5.2 Kerataan Permukaan Material Ringan Setelah Mengeras
Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tegak lurus
sumbu jalan tidak boleh melampaui 6 mm.
Setiap ketidakrataan bila diukur dengan mistar lurus atau mistar lurus berjalan
(rolling) sepanjang 3 m yang diletakkan sejajar dengan sumbu jalan tidak boleh
melampaui 6 mm.
10
selama sekurang-kurangnya 10 menit. Lanjutkan cara tersebut sampai mata
mendapatkan pengobatan;
2. Jika bahan baku busa terminum, orang tersebut sebaiknya dipindahkan ke tempat
berudara segar, dijaga agar tetap hangat dan beristirahat sampai mendapatkan
pengobatan.
11
1.10 Persyaratan Penghamparan
Pelaksanaan penghamparan perlu memperhatikan persyaratan-persyaratan berikut:
a. Penghamparan harus dilakukan pada saat cuaca yang cerah, karena air hujan yang
masuk pada adukan material ringan akan menyebabkan material ringan tidak
mengeras dengan sempurna.
b. Tata cara pencampuran sesuai dengan tata cara pengadukan dan penghamparan
beton, sesuai SNI 03-3976-1995. Pada mortar-busa tidak dilakukan proses
pemadatan karena sifat dari mortar-busa yang memadat sendiri.
c. Tinggi jatuh penghamparan minimum 1 meter.
d. Mortar-busa dihampar dengan menuangkan mortar-busa dari alat pengangkut
sesuai dengan batas bekisting.
e. Mortar-busa harus dihampar per lapisan dengan takaran yang cukup untuk
menghampar seluruh lebar mortar-busa yang bekerjanya sedemikian rupa
sehingga tidak akan timbul segregasi atau pemisahan material-material
pembentuk mortar-busa sendiri.
f. Level permukaan harus diawasi dari bekisting samping dan harus diatur pada
kemiringan yang betul sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam gambar
rencana.
g. Apabila pada saat penghamparan titik penghamparan tidak bisa dijangkau oleh
truck mixer dapat menggunakan mesin pompa (concrete pump) untuk memompa
mortar-busa basah ke lokasi penghamparan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya buih yang terlalu besar pada hasil pelaksanaan penghamparan, yang
akan mengakibatkan segregasi atau penurunan hasil penghamparan sehingga
keroposnya permukaan atas hasil penghamparan.
h. Pengangkutan material ringan yang dicampur di batching plant, ke lokasi
penghamparan harus menggunakan antara lain tipping trucks, truck mixer, transit
mixers, sesuai dengan pertimbangan ekonomis dan jumlah material ringan yang
diangkut. Pengangkutan harus dapat menjaga mortar material ringan tetap
homogen, tidak segregasi dan tidak menyebabkan perubahan konsistensi material
ringan.
12
1.12 Persyaratan Tekstur Permukaan
Pembuatan tekstur permukaan perlu memperhatikan persyaratan-persyaratan
berikut:
a. Pembuatan tekstur permukaan dilakukan setelah setting time sesuai dengan Pd T-
07-2005-B.
b. Pembuatan tekstur permukaan ini untuk mengasarkan permukaan mortar-busa
setelah dihampar sebelum penghamparan lapisan mortar-busa berikutnya.
c. Pembuatan tekstur permukaan dilakukan arah melintang jalan.
13
c. Bahan lapisan aspal AC/WC dan AC/BC terdiri dari agregat dan aspal sesuai Revisi
PERMEN 28/PRT/M/2007.
d. Pelaksanaan lapisan aspal sesuai PERMEN 28/PRT/M/2007.
Ketebalan dan kerataan permukaan timbunan jalan dengan material ringan mortar-
busa harus diperiksa dengan mistar lurus sepajang 3 meter dan dilaksanakan tegak
lurus dan sejajar as jalan.
Pengujian untuk pemeriksaan toleransi ketebalan dan kerataan yang disyaratkan
harus mulai dilaksanakan segera setelah penghamparan dan perataan, penyimpangan
yang terjadi harus diperbaiki dengan membuang atau menambahkan bahan
sebagaimana yang dipersyaratkan.
Ketentuan densitas, kuat tekan bebas dan flow diuraikan sebagai berikut:
1. Berat isi dan kekuatan tekan timbunan jalan dengan mortar-busa dan flow harus
sesuai dengan ketentuan 4.2
2. Pengujian UCS timbunan jalan dengan material ringan mortar-busa harus
mengikuti SNI 3638:2012.
3. Pengambilan benda uji silinder dilakukan sesaat sebelum penghamparan material
ringan mortar-busa perhari atau 110 m3 atas dasar segmen yang diwakili oleh
benda uji yang diambil. Benda uji yang harus diambil minimum sebanyak 3 (tiga)
buah benda uji silinder per set yang setiap setnya diuji pada umur 3 hari dan 14
hari.
4. Hasil pengetesan benda uji tersebut di atas digunakan sebagai dasar untuk
mempertimbangkan apakah perlu diadakan perubahan rancangan campuran
rencana dan cara pelaksanaannya.
5. Benda-benda uji tersebut harus dibuat/disiapkan menurut cara standar tentang
pembuatan dan perawatan benda uji di laboratorium seperti tercantum dalam
SNI 2458:2008.
14
1.16.3 Core Drill
Penyedia jasa diwajibkan untuk melaksanakan core drill dengan kedalaman setebal
timbunan jalan menggunakan material ringan mortar-busa menurut gambar rencana
serta diwajibkan untuk membuat laporan.
Jumlah dan lokasi core drill harus dilaksanakan sebagai berikut :
a. Pada timbunan jalan menggunakan material ringan pada setiap lapisannya atau
dengan luas 1000 m2 hasil penghamparan harus diadakan 1 core drill.
b. Lokasi core drill ditentukan secara acak/uji petik (random) sesuai SNI 03-6868-
2002 dan SNI 4810:2013.
Tabel 4. Pengendalian Mutu
Pengujian Frekuensi pengujian Metode Pengujian
Bahan
Semen Diperiksa setiap pembuatan
rancangan campuran
Semen Portland rencana/ perubahan SNI 15-2049-2004
Semen komposit produksi/sumber SNI 15-7064-2004
Semen pozzolan SNI 15-0302-2004
Pasir
3
Kadar kotoran organik pada pasir Diperiksa setiap 1000 m SNI 03-2816-1992
atau perubahan material
baru
Kadar air Diperiksa setiap hasil SNI 1971 : 2008
penghamparan
3
Gradasi Diperiksa setiap 1000 m SNI 3423 : 2008
atau perubahan material
baru
3
Berat jenis dan penyerapan Diperiksa setiap 1000 m SNI 1970:2008
atau perubahan material
baru
3
Gumpalan lempung Diperiksa setiap 1000 m SNI 03-4141-1996
atau perubahan material
baru
3
Lolos saringan 200 Diperiksa setiap 1000 m SNI ASTM C117:2012
atau perubahan material
baru
Air
Pengujian air Diperiksa setiap perubahan SNI 7974 : 2013
rancangan campuran
rencana
Campuran
15
Pengujian Frekuensi pengujian Metode Pengujian
Densitas basah dan densitas Diperiksa setiap dilakukan SNI 1973:2008
kering pencampuran/batch
Flow Diperiksa setiap dilakukan ASTM C1611
penghamparan
Uji tekan bebas (UCS) umur 14 Diperiksa setiap dilakukan SNI 3638:2012
hari pencampuran di lab
16
a. Pelat penurunan
b. Ekstensometer magnetik
c. Pisometer pneumatik
d. Inklinometer
Instrumen yang dimonitor dan acuan yang digunakan diperlihatkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Instrumen yang Dimonitor dan Acuannya
17
22 Prosedur Pelaksanaan
2.1 Rancangan
Pekerjaan timbunan material ringan mortar-busa di mulai dengan pembuatan
rancangan campuran rencana untuk mendapatkan komposisi material campuran yang
sesuai dengan perencanaan campuran material mortar-busa. Pembuatan rancangan
campuran rencana dilakukan dengan dicoba-coba yang mengacu pada pedoman
perancangan campuran material ringan dengan mortar-busa untuk konstruksi jalan.
Jika percobaan tersebut gagal memenuhi salah satu persyaratan pada ketentuan 4.2
maka dilakukan penyesuaian dan percobaan kembali hingga memenuhi ketentuan
tersebut.
Setelah pembuatan rancangan campuran rencana, dilakukan penghamparan
percobaan di lapangan sesuai dengan ketentuan pada pasal 1.10 pada Gambar 5. Jika
percobaan tersebut gagal memenuhi ketentuan pasal 1.10 pada salah salah satu
persyaratan maka dilakukan penyesuaian dan percobaan kembali hingga memenuhi
ketentuan tersebut. Campuran yang sesuai spesifikasi ini disebut rancangan
campuran kerja yang dijadikan acuan untuk pelaksanaan pekerjaaan timbunan
material ringan mortar-busa untuk konstruksi jalan. Gambar 4 memperlihatkan
dokumentasi pelaksanaan penghamparan percobaan material ringan mortar-busa di
lapangan.
18
2.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan timbunan material ringan mortar-busa untuk konstruksi jalan dimulai
dengan persiapan alat dan bahan, persiapan lantai kerja kemudian pembuatan
mortar-busa sesuai dengan rancangan campuran kerja. Setelah itu dilanjutkan dengan
pemasangan anyaman baja (apabila dibutuhkan), pembuatan mortar-busa,
pemasangan bekisting, penghamparan, perataan, pembentukan tekstur permukaan,
perawatan dan pembukaan bekisting. Langkah berikutnya adalah uji mutu,
penghamparan lapis pencegah retak, penghamparan lapisan aspal dan pembukaan
lalu lintas sebagaimana ditunjukkan pada bagan alir di Gambar 5 dan Gambar 6.
Peralatan sebagaimana pada ketentuan 1.3 disiapkan dan diperiksa dalam kondisi
baik. Dokumentasi pada Gambar 7 memperlihatkan beberapa persiapan peralatan di
lapangan.
Bahan-bahan untuk material ringan dengan mortar-busa sebagaimana tertera pada
ketentuan 1.1 yang telah memenuhi persyaratan disediakan di lapangan.
Dokumentasi pada Gambar 8 memperlihatkan beberapa persiapan peralatan di
lapangan. Gambar 9 merupakan salah satu contoh sistem pembuatan material ringan
mortar-busa untuk konstruksi jalan.
Pengaturan lalu lintas dilakukan untuk melindungi kerusakan permukaan terhadap
lalu lintas umum dan proyek dengan pemasangan rambu lalu lintas dan penghalang.
Dokumentasi pada Gambar 10 memperlihatkan pelaksanaan pengaturan lalu lintas
dengan pemberian rambu penutupan jalan.
19
Gambar 5. Prosedur Pembuatan Rancangan Campuran Kerja
20
Mulai
Tidak
Densitas basah sesuai
Flow sesuai mutu
Sesuai
Perataan
Pembentukan tekstur
permukaan
Perawatan
Pembukaan bekisting
Tidak
sesuai UCS laboratorium
Bongkar densitas kering
sesuai persyaratan mutu
Sesuai
Ada
Ada retakan
Perbaiki
(secara visual)
Tidak Ada
Penghamparan
lapis pencetak retak
Selesai
Gambar 6. Bagan Alir Pelaksanaan Timbunan Material Ringan dengan Mortar-Busa untuk
Konstruksi Jalan
21
(a) Kompresor (b) Alat Pembangkit Busa
22
Gambar 9. Satu Sistem Pembuatan Material Ringan Mortar-Busa (Pusjatan, 2009)
Gambar 10. Pengaturan Lalu Lintas dengan Pemberian Rambu Penutupan Jalan (Pusjatan,
2010)
Penyiapan kondisi lapangan yaitu meliputi kebersihan lahan dan semua kerusakan
termasuk ketidakrataan telah diperbaiki. Lantai kerja atau lean mixed concrete telah
siap, semua peralatan dan operator sudah siap dan laik kerja.
23
Lahan yang akan dihamparkan harus ditutup agar tidak terkena sinar matahari, hujan
atau angin secara langsung. Dokumentasi pada
memperlihatkan pelaksanaan persiapan lantai kerja.
Gambar 11. Persiapan Lantai Kerja Berupa Perataan Lahan (Pusjatan, 2010)
Setelah material, alat dan lantai kerja telah disiapkan, maka langkah selanjutnya
adalah pembuatan mortar-busa. Pembuatan busa dan material mortar sesuai dengan
rancangan campuran kerja pada 2.1. Berikut adalah ketentuan-ketentuannya.
a. Pembuatan mortar-busa mengacu pada ketentuan 1.2.
b. Pencampuran material mortar dengan busa dapat dilakukan di batching plant
atau di lapangan dengan concrete mixer.
c. Alat yang digunakan sesuai dengan ketentuan 1.3.2.
d. Pengangkutan material ringan yang dicampur di batching plant, ke lokasi
penghamparan harus menggunakan antara lain tipping trucks, truck mixer, transit
mixers, sesuai dengan pertimbangan ekonomis dan jumlah material ringan yang
diangkut. Pengangkutan harus dapat menjaga mortar material ringan tetap
homogen, tidak segregasi dan tidak menyebabkan perubahan konsistensi material
ringan. Dokumentasi pada Gambar 12 memperlihatkan pelaksanaan
pencampuran material ringan mortar-busa di batching plant.
24
Gambar 12. Pencampuran Material Mortar-Busa di Batching Plant (Pusjatan, 2010)
25
Gambar 14. Pemasangan Bekisting (Pusjatan, 2010)
26
2.2.6 Pengecekan Flow dan Densitas Basah
Pengecekan flow dan densitas basah harus mengikuti ketentuan-ketentuan berikut:
a. Sebelum mortar-busa dihamparkan ke areal yang akan ditimbun maka terlebih
dahulu dilakukan pengecekan densitas basah dan flow sesuai ketentuan 1.2.
b. Pengujian nilai flow material mortar-busa dilakukan dalam kondisi segar,
pengecekan flow sebagai berikut :
1. Tuangkan hasil campuran yang telah terbentuk menjadi mortar-busa di atas
bidang yang rata ke dalam ring flow hingga batas atas.
2. Angkat ring flow perlahan hingga mortar-busa mengalir dan menyebar untuk
mengetahui nilai flow.
3. Nilai hasil flow sesuai ketentuan 1.2.
4. Apabila nilai flow tidak memenuhi spesifikasi, dapat dikurangi atau
menambah jumlah busa atau mengurangi agregat yang digunakan.
c. Pengujian densitas basah, dilakukan setelah pengujian flow dilakukan. Pengujian
densitas basah dilakukan dengan cara menimbang benda uji hasil pengujian flow
dan mengurangi nilai yang dihasilkan terhadap berat dari ring flow.
d. Bila sudah memenuhi ketentuan flow maka dilanjutkan dengan penghamparan
mortar-busa. Gambar 16 dalah dokumentasi pengecekan densitas kering dan uji
tekan bebas (UCS) laboratorium, sedangkan Gambar 17 adalah pengecekan
densitas basah. Pengecekan atau pengujian flow ditunjukkan dengan
dokumentasi pada Gambar 18 dan Gambar 19.
Gambar 16. Pengecekan Densitas Kering dan UCS Laboratorium (Pusjatan, 2012)
27
Gambar 17. Pengecekan Densitas Basah (Pusjatan, 2010)
28
2.2.7 Penghamparan
Penghamparan merupakan salah satu pekerjaan yang memegang peranan penting
dan menentukan. Penghamparan yang tidak baik dapat menyebabkan tekstur
permukaan buruk, kerataan tidak baik dan ketebalan lapisan kurang. Ketentuan-
ketentuan penghamparan adalah sebagai berikut:
a. Penghamparan dilakukan mengacu pada ketentuan 1.10.
b. Tebal material ringan mortar-busa sesuai dengan ketentuan 1.5.
c. Penghamparan dapat dilakukan secara menerus seperti pada denah
penghamparan pada Gambar 20 dan apabila ada tanjakan atau turunan
penghamparan dapat dilakukan per segmen seperti pada Gambar 21.
d. Alat yang digunakan dalam penghamparan sesuai ketentuan 1.3.
e. Apabila pada saat penghamparan titik penghamparan tidak bisa dijangkau oleh
truck mixer dapat menggunakan mesin pompa (concrete pump) untuk memompa
mortar-busa basah ke lokasi penghamparan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya buih yang terlalu besar pada hasil pelaksanaan penghamparan, yang
akan mengakibatkan segregasi atau penurunan hasil penghamparan sehingga
keroposnya permukaan atas hasil penghamparan.
f. Pada saat penghamparan dibuat benda uji berbentuk silinder sesuai ketentuan
1.16 (Gambar 23). Dokumentasi pada Gambar 22 sampai dengan Gambar 25
memperlihatkan pelaksanaan penghamparan di lapangan.
29
Gambar 22. Denah Penghamparan 1 Segmen
30
Gambar 25. Penghamparan Mortar-Busa (pusjatan.pu.go.id, 2012)
2.2.8 Perataan
Setelah material ringan mortar-busa dihamparkan, permukaan mortar-busa kemudian
diratakan sesuai ketentuan 1.11. Perataan tersebut dilakukan dengan alat perata
sesuai Gambar 2 pada ketentuan 1.3. Dalam pekerjaan perataan, dilakukan
pengukuran ketebalan mortar-busa dan kerataan mortar-busa harus sesuai ketentuan
1.5. Dokumentasi pada Gambar 26 memperlihatkan pelaksanaan perataan material
ringan mortar-busa.
31
menggunakan alat sesuai ketentuan 1.3. Dokumentasi pada Gambar 27
memperlihatkan permukaan yang sudah diberi alur.
Gambar 27. Permukaan Mortar-Busa yang Sudah Memiliki Alur (Pusjatan, 2009)
2.2.10 Perawatan
Material ringan yang telah selesai dihampar segera ditutup dengan bahan penutup
sesuai ketentuan 1.13. Gambar 28 adalah pelaksanaan perawatan dengan
menggunakan terpal.
32
2.2.11 Pembukaan Bekisting
Pembukaan bekisting harus dilakukan secara hati-hati sesuai dengan ketentuan 1.8.
Apabila pada saat pembukaan beskisting terdapat “sarang tawon”, maka harus
dibongkar dan diganti dengan adukan yang baru sesuai dengan ketentuan 1.2.
Dokumentasi pada Gambar 29 menunjukkan pengecekan setting time, sedangkan
Gambar 30 adalah pelaksanaan pembukaan bekisting.
Gambar 29. Pengecekan Setting Time Sebelum Pembukaan Bekisting (Pusjatan. 2009)
33
Dokumentasi pada Gambar 31 memperlihatkan pelaksanaan pembongkaran lapisan
mortar-busa yang mengalami kerusakan. Kerusakan yang biasanya terjadi adalah
keroposnya material sehingga menyerupai bentuk sarang tawon (Gambar 32).
Gambar 32. Kerusakan pada Mortar-Busa Berupa “Sarang Tawon” (Pusjatan, 2010)
34
a. Pengecekan densitas kering diperoleh dari hasil pengujian campuran mortar busa
yang berbentuk silinder dengan ukuran yang telah ditentukan diuji tekan
sehingga diperoleh nilai target kekuatannya sesuai ketentuan 1.16 (Gambar 34).
b. Pengeceken kuat tekan bebas (UCS) di laboratorium sesuai persyaratan dalam
ketentuan 1.16 (Dokumentasi pada Gambar 33).
c. Apabila densitas kering serta kuat tekan bebas (UCS) di laboratorium tidak
memenuhi ketentuan 1.16 maka material ringan mortar-busa harus dibongkar.
Gambar 33. Pengujian Kuat Tekan Bebas (UCS) di Laboratorium (Pusjatan, 2009)
35
2.2.13 Pengecekan Visual
Pengecekan visual dilakukan untuk mengetahui adanya retakan. Jika ada retakan
maka dilakukan perbaikan dengan menggunakan resin epoxy atau sealant.
Dokumentasinya dapat dilihat pada Gambar 35 dan Gambar 36.
Gambar 36. Perbaikan Retakan dengan Menggunakan Resin Epoxy (vuba supplies, 2014)
Setelah mortar-ringan memenuhi persyaratan uji kuat tekan bebas batas lapangan
sesuai Error! Reference source not found. dan Tabel 3 pada ketentuan 1.2 dan 1.16,
dilakukan penghamparan lapis pencegah refleksi yaitu pasir atau material berbutir
lainnya dengan tebal sesuai ketentuan 1.14. Lapis pencegah retak refleksi dapat
36
menggunakan lapisan pasir atau SAMI sesuai ketentuan 1.14. Dokumentasi ilustrasi
penerapan SAMI diperlihatkan pada Gambar 37.
37
a. Frekuensi pengujian minimal dalam pengendalian mutu selama proses
pelaksanaan timbunan jalan harus sesuai dengan ketentuan yang diuraikan dalam
Tabel 4 pada ketentuan 1.16.
b. Pengujian ketebalan dan kerataan permukaan sesuai dengan ketentuan 1.16 butir
a.
c. Uji ketebalan lapisan mortar-busa dapat dilakukan dengan core drill sesuai Tabel 4
pada ketentuan 1.16. Beberapa dokumentasi pencatatan maupun pelaksanaan
core drill diperlihatkan pada Gambar 39, Gambar 40 dan Gambar 41.
Gambar 39. Pencatatan Mutu Mortar-Busa (Densitas Basah Dan Flow) Lengkap dengan
Lokasi Segmen Penghamparan (Pusjatan, 2010)
38
Gambar 41. Hasil Core Drill (Pusjatan, 2009)
39
Daftar Pustaka
The National Information and Technology Centre for Transport and Infrastructure
(CROW). Light-Weight Materials in Road Construction (Lichte
Ophoogmaterialen In De Wegenbouw) version 8. Januari 2013.
Iqbal, Maulana. 2012. Naskah Ilmiah Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan
Timbunan Jalan Mortar-Busa.
Kemen. PU. Spesifikasi Material Ringan dengan Mortar Busa untuk Konstruksi Jalan.
Kementerian Pekerjaan Umum. 2011.
Kemen. PU. R3 Pedoman Perancangan Campuran Material Ringan Mortar-Busa untuk
Konstruksi Jalan. Kementerian Pekerjaan Umum. 2014.
Kemen. PU. R3 Pedoman Pelaksanaan Timbunan Material Ringan Mortar-Busa untuk
Konstruksi Jalan. Kementerian Pekerjaan Umum. 2014.
Pusjatan. 2009. Kajian dan Pengawasan Uji Coba Skala Penuh Timbunan Badan Jalan
dengan Material ringan. Laporan Pendahuluan Balai Geoteknik Jalan.
Puslitbang Jalan dan Jembatan.
Pusjatan. 2007. Timbunan Badan Jalan dengan Bahan Material ringan, Laporan Akhir
Balai Geoteknik Jalan Puslitbang Jalan dan Jembatan.
Pusjatan. 2007. Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan. Pd T-07-
2005-B.
Pusjatan. 2009. Spesifikasi Material Ringan dengan Mortar-busa untuk Konstruksi
Jalan.
40
Ucapan Terima Kasih
Tim Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Sub Tim Teknis Balai Geoteknik
Jalan yang telah memberikan masukan-masukan berharga untuk penyusunan modul
ini.
41