Disusun oleh :
10715025
Kelompok: L-2
SEKOLAH FARMASI
2017
I. Tujuan
a. Menentukan peak area dari kafein dan parasetamol (standard)
b. Menentukan persamaan kurva kalibrasi dari peak area vs konsentrasi untuk
setiap kafein dan parasetamol standard
c. Menentukan rata-rata, standar deviasi dan % koefisien variasi dari konsentrasi
sampel yang diuji
II. Cara Kerja
Larutan standar kafein dan parasetamol disiapkan dalam 5 konsentrasi standar
yaitu 5g/mL, 10 g/mL, 15 g/mL, 20 g/mL dan 25 g/mL dari larutan stok kafein
dan parasetamol
Didapatkan kromatogram dan dicatat waktu retensi dan nilai dari AUC
Seluruh standard dan sampel harus difiltrasi terlebih dahulu pada membran 0,45
µm sebelum diinjeksikan ke sistem HPLC
Dibuat kurva kalibrasi dari nilai AUC (y) vs Konsentrasi (x) dari 5 larutan standar
parasetamol-kafein
Dimasukkan nilai AUC sampel pada persamaan regeresi untuk mendapatkan nilai
konsentrasi dari sampel
y = 38488x – 52427
798849 =38488x – 52427
x =22,11 ppm
Rata-rata =21,834 ppm
Standar devias i =0,244
% Koefisien variasi =1,117%
| |
Galat =
=2,96 %
| |
Galat =
=4,902 %
IV. Pembahasan
a. Sistem pelarut
Aparatus digunakan dengan 1 atau lebih glass atau steel solvent reservoirs.
Pelarut dapat dipanaskan atau diaduk, atau reservoir pelarut yang terdapat lubang
masuk untuk gas inert untuk degassing. Degassing adalah proses penghilangan gas
pada fasa gerak. Proses penghilangan gas menjadi penting karena jika terdapat gas
yang memilki kandungan oksigen dan nitrogen maka akan menambah jumlah gas
terlarut dan mengganggu sistem pompa yang akan mengalirkan fase gerak ke kolom
dan detektor yang akan menyebarkan cahaya pada detektor UV-vis, fluoresens dan
refractive index detektor sehingga menyebabkan noise dalam kromatogram.
Degassing dalam sistem HPLC dapat dilakukan dengan helium purging yaitu
menghilangkan 80% udara yang terlarut. Untuk fase gerak pada organik-aqueous
digunakan volume yang sama dari helium untuk membersihkan hingga bersih.
Kecepatan untuk menyuplai helium dapat dikurangi setelah beberapa waktu dengan
excessive purging dapat menyebabkan kehilangan komponen volatil pada fase gerak
lebih banyak. Lalu degassing dengan cara vacuum degassing yang dapat
menghilangkan 60 % udara terlarut.
b. Pompa
Pompa pada HPLC terdiri dari satu atau beberapa pompa. Pompa akan
menggerakakan fase gerak ke kolom. Pompa menggunakan tekanan sebesar 6000 psi
untuk membuat fase gerak bergerak pada kecepatan 0,1-10 mL/min. Melalui kolom
yang panjang dan sempit dengan partikel yang berukuran kecil dan seragam. Tekanan
terjadi sebelum sampel diinjeksikan. Faktor yang mempengaruhi tekanan dari pompa
adalah kecepatan mengalir, viskositas fase gerak dan ukuran partikel dari fase diam.
Pada pemisahan dapat digunakan satu pelarut atau campuran pelarut dengan
komposisi yang tetap yang disebut elusi isokratik. Kemudian dapat juga digunakan
pelarut dengan jumlah dua atau lebih pelarut yang sangat berbeda dalam polaritas.
Saat elusi dimulai, maka perbandingan pelarut akan bervariasi dalam sistem
terprogram, kadang-kadang secara kontinyu dan kadang-kadang dalam beberapa
tahap. Efisiensi pemisahan sangat meningkat dengan elusi gradien.
Pemilihan menggunakan elusi isokratik atau gradien didasarkan jika akan
dilakukan pemisahan pada 2 senyawa dengan polaritas yang tidak jauh berbeda,
gradient baseline mencegah adanya bekas analisis maka dapat digunakan elusi
isokratik (P,Schellinger Adam dan W.Carr,Peter ,2006). Sedangkan jika untuk tujuan
menganalisis ketidakmurnian, senyawa yang memiliki campuran yang berbeda-beda
atau menganalisis sediaan herbal yang terdiri dari beberapa komponen dnegan
polaritas yang berbeda, maka digunakan elusi gradien.
c. Sample Introduction
Pada sample introduction yang merupakan tempat untuk memasukkan sampel
maka dapat digunakan valve type injectors, contohnya six port fixed volume Rheodyne
dengan volume injeksi yang reprodusibel, variable loop size, mudah digunakan dan
reliabel, dan six port variable volume waters dengan volume injeksi yang variabel
without loop change increased maintenance, namun dibutuhkan skill operator yang
tinggi. Kemudian auto injectors atau auto sampler dengan injeksi secara kontinyu
tanpa menggunakan operator, memilki presisi dan akurasi yang comparable dengan
manual, memiliki harga lebih mahal, dapat digunakan untuk menganalisis 100 sampel
dan standar dengan kontrol pada mikroprossesor.
d. Kolom
Kolom HPLC biasanya dikonstruksi dari tubing yang terbuat dari stainless
steel. Fitting dan plug harus inert dan tidak mengurangi homogenitas dari aliran.
Kolom analisis panjangnya berkisar dari 10 sampai 150 cm. Diameter dalam
bervariasi dari 1-20 mm.
e. Fase diam
Fase diam adalah tempat di mana terjadi pemisahan dan merupakan bagian
yang penting dari HPLC. Fase diam yang terdpat pada HPLC adalah:
Gel Silika
Gel silika disiapkan dalam kondisi hidrolisis yang terkontrol dengan
polimerisasi dari tetraethoxysilane dalam bentuk emulsi sehingga menaikkan
sampai microspheres dari diameter yang tidak seragam pada ukuran 2-5 µm.
Sol-gel dibentuk dalam proses sehingga ukuran partikel dapat tejadi dengan
baik dan didapatkan diameter dari mikrometer yang kecil. Material yang
digunakan harus terbebas dari ion logam. Partikel pada silika gel yang
didapatkan harus dalam bentuk yang tidak seragam untuk menghindari
terjadinya jalur lain pada kolom. Gel silika adalah material yang polar yang
bekerja berdasarkan adsorpsi dan suatu fenomena yang mengakibatkan
akumulasi dari senyawa yang memisahkan antara fase gerak dan diam.
Bonded Silica
f. Fase Gerak
Fase gerak pada HPLC merupakan cairan yaitu suatu pelarut yang digunakan untuk
melarutkan senyawa. Interaksi antara fase gerak dan fase diam terjadi berdasarkan
tiga tipe yaitu ikatan ionik, ukuran molekul dan interaksi polar. Pada interaksi polar
dapat terjadi dua hal yaitu :
Fasa Normal
Fasa yang terjadi jika fase diam lebih polar daripada fase gerak maka fase gerak lebih
hidrofob dibandingkan dengan fasa diam
Fase Balik
Fase yang terjadi jika fase gerak lebih polar daripada fase diam, sehingga fase diam
meka fase diam lebih hidrofob dibandingkan dengan fase gerak
g. Detektor
Detektor yang digunakan pada HPLC diguanakn untuk medeteksi hasil pemisahan
sehingga dapat terbentuk kromatogram. Pada kromatogram akan ada waktu retensi
yaitu waktu yang dibutuhkan solut dari awal kolom sampai ke detektor dan terbentuk
Area Under Curve (AUC). Detektor yang digunaka pada HPLC biasanya tertulis pada
alat contohnya HPLC-UV-Vis maka pada sistem HPLC tersebut menggunakan
detektor UV-Vis. Jenis-jenis detektor yang terdapat pada HPLC adalah
a. Detektor spektrofotometrik
Detektor yang digunakan adalah UV, VIS, PDA yang merupakan detektor
absorbansi . Detektor ini mudah untuk digunakan dan memiliki stabilitas yang
baik. Mekanisme kerja detektor UV adalah ketika sinar UV dialirkan ke flow cell,
maka sampel akan menyerap sinar UV. Jaid intensitas sinar UV yang diserap oleh
fase gerak dan eluen akan berbeda. Dengan mengukur perbedaan maka jumlah
sampel yang terukur dapat ditentukan. Jika menggunakan detektor VIS maka
digunakan panjang gelombang yang lebih besar (400-700 nm). PDA mendeteksi
seluruh spektrum secara simultan dan dengan penambahan 3D (panjang
gelombang).
b. Refractive Index Detector
Prinsip kerja detektor RI adalah mengukur perubahan pada refracive index.
Detektor RI memiliki sensitivitas lebh rendah dibandingkan dengan detektor UV,
maka dari itu detektor RI jarang digunakan. Namun detektor RI memilki
keunggulan dapat mendeteksi seluruh senyawa terutama yang tidak memilki
spektrum absorbsi UV contohnya alkohol dan molekul organik. Kemudian
terdapat hubungan antara intensitas dengan konsentrasi analit.
c. Detektor spektrofluorsensi
Detektor spektrofluoresensi adalah detektor yang sensitif dan selektif. Beberapa
senyawa dapat befluoresensi yaitu pada panjang gelombang tertentu dapat
menyerap energi untuk bereksitasi kemudian mengemisikan energi tersebut dan
kembali ke keadaan ground state (fluoresensi). Intensitas fluoresensi sebanding
dengan konsentrasi dari analit. Untuk senyawa yang tidak dapat berfluoresensi
maka dapat ditambahkan derivat fluoresensi pada pre-atau post- column.
d. Detektor Mass spechtometer
Detektor ini adalah detektor yang berdasarkan berat molekul. Lebih sensitif
dibandung spektrofotometrik, spektrofluoresensi, dan detektor RI. Detektor ini
dapat digunakan untuk identifikasi struktur, kuantifikasi limit deteksi yang rendah
dari komponen elemental dan molekular. Liquid Chromatography- Mass
spechtometer (LC-MS) adalah teknik dengan menggunakan electrospray
ionisation (ESI) dengan simple dan robust interface. Apilkasinya dapat digunakan
untuk berbagai macam molekul biologi. Kemudian penggunaan tandem MS dan
isotop yang stabil membuat sensitivitas yang lebih tinggi dan akurat. Kemudian
kecepatan scanning yang cepat membuat high degree multiplexing dan banyak
senyawa dapat diukur dalam single analytical run.
Jenis detektor lain yang dapat digunakan adalah Evaporative Light Scattering
Detector(ELSD) yang memilki sensitivitas yang baik untuk analit yang non-
volatil dan dapat digunakan untuk metode gradien, Multi-Angle Light Scattering
Detector yaitu menentukan berat molekul tanpa menggunakan kurva kalibrasi dan
bernilai absolut dengan low detection limit. Lalu ada Detektor Konduktivitas yaitu
untuk komponen ionik yang akan mengalirkan energi listrik. Jadi nilai yang
diukur adalah hambatan dan linear dengan konsnetrasi ion yang terdapat pada
larutan. Kemudian Detektor Chemiluminance yang prinsinya sama dengan
Detektor pada fluoresensi perbedaannya adalah sumber cahaya ekstasi yang
digunakan berasal dari reaksi kimia dan memiliki sensitivitas lebih tinggi detektor
fluoresensi, Detektor Optical Rotation yag spesifik untuk mengukur isomer optik .
Dengan kolom memisahkan isomer optis R- dan L-, Detektor Elektrokimia yang
berdasarkan amperometri, coulometri, polarography dan konduktometri. Detektor
ini memberikan sensitivitas yang tinggi, sederhana, kenyamanan dan aplikasi yang
luas. Penggunaan pada semi-micro atau sistem tipe kapiler.
Sebelum dilakukan pengukuran dengan HPLC perlu dilakukan adanya
perhitungan nilai UKSS(Uji Kesesuaian Sitem-Sistem) sehingga data analisis
yang didapatkan handal untuk untuk dipakai dalam menyimpulkan suatu hasil
pengujian. Parameter nilai UKSS yang perlu dilakukan adalah
a. Keterberulangan penyuntikan (RSD)
Caranya adalah dengan cara penyuntikan berulang larutan analit dan
dinyatakan dalam simpangan baku relatif (SBR) yang dapat dihitung dari
persamaan berikut:
Dengan
kromatogram baku pembanding dan baku dalam dan jika digunakan balu luar
maka nilai xi adalah nilai yaitu luas kromatogram baku pembanding.
Nilai yang dapat diterima adalah jika tidka lebih dari 1% untuk bahan baku
obat, tidak lebih dari 2% untuk sediaan obat dan tidak lebih dari 5% untuk
cemaran atau hasil degradasi.
b. Daya pemisahan atau Resolusi (Rs)
Daya pemisahan adalah ukuran daya pisah dari dua kromatogram yang terelusi
berdekatan dari dua komponen yang terdapat dalam larutan yang harus
terpisahkan sehingga dapat digunakan untuk analsis kuantitatif secara akurat.
Rumus untuk perhitungan daya pemisahan (Rs) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
tR1dan tR2=waktu retensi kromatrogam pertama dan kedua
w1dan w2=lebar kromatogram pertama dan kedua yang diukur dengan cara
ekstrapolasi sisi puncak yang lurus terhadap garis alas kromatogram
Jika nilai Rs> 1,5 maka menunjukkan pemisahan yang baik.
c. Efisiensi Kolom
Efisiensi kolom adalah jumlah lempeng teoritis per meter (N) yang merupakan
ukuran ketajaman kromatrogram. Kinerja kolom yang berubah ditunjukkan dari
lebar kromatogram yang berbeda pada analisis berulang sehingga memberikan
nilai efisiensi kolom yang berbeda. Efisiensi kolom (N) dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
N=16(tR/w)2=L/HETP
Dengan tR= waktu retensi
L =panjang kolom
w=Lebar kromatogram
HETP =tinggi lempeng teoritis setara, jika HETP> 1000/M maka
dianggap cukup memadai untuk analisis
d. Faktor ikutan atau Kesimetrisan (Tf)
Suatu ukuran kesimetrisam suatu kromatogram dihitung dengan persaman
sebagai berikut:
Tf = W0,05/2f
Dengan
W0,05 = lebar kromatrogram pada 5 % tinggi
f =jarak maksimum kromatrogram sampai tepi kromatrogram diukur
pada titik dengan ketinggian 5% dari tinggi kromatrogram terhadap garis alas
kromatrogram
Kecermatan kromatrogram akan berkurang jika faktor ikutan bertambahn. Maka
nilai Tf yang masih dapat diterima adalah lebih kecil dari 2,0.
Nilai k’ yang baik harus diantara 1-10, sebab jika kurang dari 1 elusi sangat cepat
sehingga senyawa yang diretensi kolom sangat sedikit dan jika lebih dari 10 maka
waktu elusi sangat lama dan tidak berguna untuk analisis.
f. Faktor Selektivitas (α)
Cara menghitung dengan persamaan berikut
α =K2/K1=k’2/k’1 = tR2-tn/(tR1-tn)
Keterangan:
K2/K1= koefisien partisi dari senyawa kedua yang lebih kuat direteni oleh kolom
k’2,k’1, tR2, tR1= waktu retensi senyawa kedua dan pertama
tn= waktu retensi senyawa yang tidak diretensi oleh kolom
Faktor selektivitas yang baik adalah kurang dari 2
Analisis HPLC dapat digunakan untuk analisis kuantitatif dan kualitatif. Pada
analisis kuantitatif maka digunakan AUC dari kromatogram yang dihasilkan, maka
dengan menggunakan kurva kalibrasi AUC (y) vs konsentrasi (x) dapat diketahui
konsentrasi dari larutan sampel. Selain itu untuk keperluan kuantitatif dapat
digunakan standar adisi, standar eksternal, atau standar internal. Jika menganalisis
dengan kualitatif yaitu identifikasi dapat digunakan waktu retensi yang dihasilkan dari
puncak-puncak gelombang pada kromatogram kemudian dibandingkan dengan waktu
retensi pada kromatogram standar.
Pembahasan prosedur
Setiap akan menginjeksikan sampel syringe perlu dibilas dengan aquades dan dibilas
dengan larutan yang akan dianalisis. Kemudian larutan yang akan dianalisis harus sudah
dalam keadaan tersaring sehingga tidak terdapat gangguan partikel, kemudian tidak boleh
terdapat gelembung udara untuk mencegah gangguan pada detektor untuk mendeteksi.
Sistem HPLC yang digunakan adalah sebagai berikut
Kolom :C-18
Detektor :UV
Panjang Gelombang :272 nm
Flow rate :0,8 mL/mom
Fase Gerak:Air distilasi : methanol (60 : 40)
Senyawa yang dianalisis adalah parasetamol dan kafein , parasetamol adalah suatu
analgesik yang umumnya digunakan untuk mengurangi rasa sakit kepala. Efek
parasetamol untuk mengurangi rasa sakit kepala dapat semakin tinggi dengan
penambahan kafein.
Pembahasan Hasil
V. Kesimpulan
a. Peak Area dari parasetamol dan kafein standar adalah 883517 dan 2930851
b. Persamaan kurva kalibrasi dari peak area vs kosentrasi untuk parasetamol
adalah y=80917x-57497 dan untuk kafein adalah y = 38488x – 52427
c. Rata-rata konsentrasi sampel untuk parasetamol adalah 21,834 ppm, standar
deviasi 0,244 dan % koefisien variasi adalah 1,117 %. Jika rat-rata konsentrasi
sampel untuk kafein adalah 23,603 ppm, , standar deviasi 0,194 dan %
koefisien variasi adalah 0,8%.
VI. Daftar Pustaka
Anonim,
<http://www2.fiu.edu/~gardinal/class_syllabi/4130%20FALL%202010/LIQUID%20CH
ROMATOGRAPHY%20CHAPTER%2028.pdf> ,diakses tanggal 15 Oktober 2017.
.
Lampiran