Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGELOLAAN MEDIA TANAM

SYARAT TUMBUH DAN JENIS MEDIA TANAM UNTUK


MEMAKSIMALKAN PRODUKSI TANAMAN PARIA

Dosen Pengampu : Indrawati, SP, MP

Oleh :

Egga Millenia
04.01.18.014
Pertanian 4A

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTRIAN PERTANIAN
2020

KATA PENGANTAR

1
Alhamdulillah hirobbil alamin kami panjatkan kepada Allah Swt. yang telah

memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Syarat

Tumbuh dan Jenis Media Tanam untuk Memaksimalkan Produksi Tanaman Paria”. Makalah

ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Media Tanam.

Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pembimbing

kami yaitu :

1. Bapak Ir. Budianto, MP sebagai koordinator mata kuliah

2. Ibu Indrawati, SP, MP sebagai dosen pengampu mata kuliah

Yang telah membimbing dan memberikan kami pengarahan dalam proses pembuatan

makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang. Kami telah

berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan makalah ini walaupun masih jauh dari

kata sempurna.

Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat

membangun untuk menyempurnakan kembali makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan

terimakasih.

Malang, Maret 2020

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... 2

Daftar Isi ............................................................................................................. 3

2
BAB I : Deskripsi dan Taksonomi Tanaman Paria ......................................... 4
1.1 Deskripsi Tanaman Paria ............................................................ 4
1.2 Taksonomi Tanaman Paria ......................................................... 4

BAB II : Syarat Tumbuh Tanaman Paria .......................................................... 7

BAB III : Jenis dan Komposisi Media Tanam Ideal Tanaman Paria .................. 8

BAB IV : Simpulan ............................................................................................. 9

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 10

3
BAB I

DESKRIPSI DAN TAKSONOMI TANAMAN PARIA

1.1 Deskripsi Tanaman Paria

Pare bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim
panas tropis. Para ahli telah memastikan tanaman pare berasal dari Asia tropis terutama
Myanmar dan India bagian barat, tepatnya di Assam dan Burma. Tanaman ini juga ditemukan
di Nepal, Sri lanka, Cina dan beberapa negara Asia tenggara khususnya Indonesia. Pare
(Momordica charantia L.) atau disebut bitter gourd merupakan sayuran budidaya dengan
nilai ekonomi yang cukup penting di negara-negara seperti India, China, Malaysia, Afrika
dan Amerika Selatan. Tempat asal asli diduga dari India yang juga kemudian memiliki
keberagaman plasma nutfah di China.

Pare dikenal dengan rasa pahitnya, terutama pada bagian daun dan buahnya. Hal ini
disebabkan karena pare memiliki kandungan zat sejenis glikosida yang disebut momordicin
dan charantin. Walaupun memiliki rasa yang pahit, jika pare dibandingkan dengan sayuran
jenis cucurbits yang lain, pare memiliki nilai nutrisi yang tinggi diantaranya seperti protein,
karbohidrat, berbagai vitamin, betakaroten, fitokimia, lutein, likopen, kalori, lemak, serat,
kalsium, zat besi, natrium, dan mineral. Buah dan ekstraknya secara tradisional telah
digunakan untuk mengobati diabetes, demam, campak, hepatitis, sariawan, batuk,
penyembuhan anemia, malaria, dan kolera. Selain buahnya, ternyata daun pare juga
mempunyai manfaat yang tidak kalah dengan buahnya. Manfaat tersebut antara lain: dapat
menyembuhkan mencret pada bayi, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan,
dapat menurunkan panas, dapat mengeluarkan cacing kremi serta dapat menyembuhkan
batuk.

1.2 Taksonomi Tanaman Paria

Buah pare (Momordica charantia L.) dapat diklasifikan sebagai berikut :

Kingdom Plantae

Subkingdom Tracheobionta

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiosperma

Kelas Dicotyledona

4
Subkelas Dilleniidae

Ordo Curcubitales

Famili Cucurbitaceae

Genus Momordica

Spesies Momordica charantia

Menurut Liani (2016) tanaman pare termasuk dalam anggota famili Cucurbitaceae
yang tergolong tanaman herba berumur satu tahun atau lebih. Tanaman ini tumbuh menjalar
dan memanjat dengan sulur mirip spiral di dekat daun, tidak berkayu, batangnya berbentuk
segi lima dan bercabang banyak, memiliki bulu agak kasar ketika masih muda, namun gundul
ketika tua. Bentuk daunnya menjari, menyerupai kaki dengan tanpa daun penumpu, berdaun
tunggal, berjajar diantara batang berselang – seling. Bunganya berwarna kuning muda,
bunganya termasuk bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, dan bertangkai
panjang. Buahnya berwarna hijau, jika buah telah masak maka berwarna kuning sampai
jingga yang pecah dengan tiga katup, berbentuk bulat telur memanjang dengan panjang 8 –
30 cm, memiliki 8 – 10 rusuk memanjang, pangkal berbentuk jantung, permukaannya
berbintil besar, dagingnya agak tebal, dan memiliki rasa pahit jika dimakan. Berat buah rata –
rata 250 – 500 g, namun bisa lebih dengan perawatan yang baik. Bijinya banyak dan keras,
serta berwarna cokelat kekuningan, dan berbentuk pipih memanjang (Hernawati, 2014).

Ada lima jenis tanaman pare yang saat ini cukup dikenal oleh masayarakat, antara lain
pare gajih, pare hijau, pare import, pare belut, dan pare hutan. Jenis – jenis pare tersebut
adalah sebagai berikut :

1. Pare Gajih

Pare gajih merupakan jenis pare yang paling banyak disukai dan dibudidayakan oleh
masyarakat. Pare ini biasa dikenal dengan sebutan pare putih atau pare mentega. Bentuk
buahnya panjang dengan ukuran 30-50 cm dengan diameter buah 3-7 cm serta memiliki berat
200-500 gram/buah.

2. Pare Hijau

Pare hijau merupakan pare yang berwarna hijau berbentuk lonjong, kecil dengan bintil
agak halus pada buahnya. Panjang buah pare hijau 15-20 cm. Daging buahnya tipis dan

5
rasanya pahit. Pemeliharaan pare hijau ini tergolong mudah, karena tanpa lanjaran atau para-
para tanaman pare hijau ini sudah bisa tumbuh dengan baik.

3. Pare Import

Pare import merupakan pare yang berasal dari taiwan. Varietas pare import yang
beredar di Indonesia meliputi known-you green, known-you now, dan 10 moonshine dengan
perbedaan yang dapat dilihat dari permukaan kulit, kecepatan tumbuh, bentuk buah dan
ukuran buah. Pare ini sulit dibudidayakan karena benih pare ini merupakan hybrida yang
final stock sehingga jika ditanam tidak dapat menghasilkan bibit baru dan jika tetap ditanam
akan menghasilkan produk yang jelek.

4. Pare Belut

Pare belut merupakan jenis pare yang kurang populer di masyarakat. Pare ini
berbentuk panjang menyerupai sebuah belut dan agak melengkung. Panjang pare ini berkisar
antara 30 – 110 cm dengan diameter sebesar 4 – 8 cm. permukaan kulitnya berwarna belang
belang hijau keputihan – putihan mirip dengan kulit ular. Tetapi, rasa daging buahnya tidak
terlalu pahit.

5. Pare Hutan

Pare hutan merupakan pare yang tumbuh secara liar, buahnya berukuran kecil – kecil
dan berbentuk panjang lurus, biasanya ujung buah yang masih kecil digantungkan batu, dan
rasanya pahit.

BAB II

SYARAT TUMBUH TANAMAN PARIA

Untuk melakukan budidaya tanaman pare tidaklah terlalu sulit, karena tanaman pare
merupakan tanaman yang mudah beradaptasi dan bisa menyesuaikan diri terhadap kondisi
iklim yang sangat ekstrim, seperti suhu dan curah hujan yang tinggi. Pada umumnya, pare
dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah tidak
terpakai, tegalan, maupun di pekarangan dengan dirambatkan pada pagar. Walaupun pare
termasuk golongan tanaman yang mudah beradaptasi, tetapi jika tanaman pare ditanam pada

6
dataran tinggi maka biasanya buahnya akan berukuran kecil – kecil dan pertumbuhan
buahnya juga kurang normal.

Syarat terpenting dalam proses budidaya tanaman pare yaitu tanah yang gembur,
banyak mengandung humus, memiliki sistem drainase dan aerasi yang baik, dan pH tanah
berkisar antara 5 – 6. Tanaman pare dapat tumbuh optimal pada ketinggian maksimal 1.500
mdpl, dengan suhu antara 18˚C - 24˚C, membutuhkan kelembaban udara yang cukup tinggi
yaitu antara 50% - 70% dan dengan curah hujan yang relatif rendah. Tanaman pare juga tidak
memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumuh dengan subur di tempat – tempat
yang sedikit terlindung dari sinar matahari atau di tempat – tempat yang teduh.
Sesungguhnya, tanaman pare dapat tumbuh dengan baik dan subur sepanjang tahun, baik di
musim hujan maupun di musim kemarau. Tetapi, waktu tanam yang paling baik bagi tanaman
pare yaitu pada saat awal musim hujan atau awal musim kemarau. Tanaman pare akan
menghasilkan dalam jumlah yang tinggi jika ditanam di tempat yang terbuka dan kering.

7
BAB III

JENIS DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM IDEAL UNTUK TANAMAN PARIA

Berdasarkan Jurnal Agroekoteknologi Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria


terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair, dilakukan
penelitian terhadap komposisi media tanam dan pemberian pupuk organik cair. Beberapa
komposisi media tanam yang digunakan yaitu (M1) tanah ultisol, pukan sapi, sekam padi
dengan perbandingan 2 : 1 : 1, (M2) tanah ultisol, pukan ayam, sekam padi dengan
perbandingan 2 : 1 : 1, (M3) tanah ultisol, pupuk kompos, sekam padi dengan perbandingan 2
: 1 : 1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media tanam lebih berpengaruh nyata
daripada pemberian pupuk organik cair terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang
primer, umur berbunga, jumlah buah, panjang buah, diameter buah, bobot buah segar per
tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan persentase buah normal. Dari hasil
penelitian, diperoleh bahwa penggunaan media tanam yang terbaik bagi pertumbuhan dan
produksi tanaman pare yaitu penggunaan media tanam berupa campuran antara tanah ultisol,
pupuk kandang ayam, dan sekam padi dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Jadi, jenis dan
komposisi media tanam yang ideal untuk tanaman pare agar dapat tumbuh dengan optimal,
serta menghasilkan produk yang tinggi adalah dengan menggunakan media tanam berupa
campuran antara tanah ultisol, pupuk kandang ayam, dan sekam padi, dengan perbandingan 2
: 1 : 1.

8
BAB IV

SIMPULAN

Tanaman paria (Momordica charantia L.) atau yang lebih sering dikenal dengan nama
pare, dapat tumbuh dengan optimal dan menghasilkan produk yang tinggi jika di tanam pada
ketinggian kurang dari 1.500 mdpl, dengan suhu antara 18˚C - 24˚C, pH tanah antara 5 – 6,
curah hujan yang relatif rendah, kelembaban udara antara 50% - 70%, ditanam di tempat
yang terbuka dan kering, serta sedikit terlindungi dari paparan sinar matahari, menggunakan
tanah yang gembur, mengandung banyak humus, memiliki sistem drainase dan aerasi yang
baik, serta lebih disarankan untuk menggunakan media tanam berupa campuran antara tanah
ultisol, pupuk kandang ayam, dan sekam padi dengan perbandingan 2 : 1 : 1.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anto A. Kiat Budidaya Tanaman Pare. https://kalteng.litbang.petanian.go.id/ind/


index.php/publikasi-mainmenu-47-47/teknologi/398-kiat-budi-daya-tanaman-
pare

Bastari IL, Sipayung R, Ginting J. 2017. Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria terhadap
Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair : FP
USU Medan.

http://jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/12paria.pdf

http://eprints.umm.ac.id/46181/3/BAB%20II.pdf

https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1009006078-3-BAB%20II.pdf

https://eprints.uns.ac.id/42770/1/H3314024_abstrak.pdf

http://jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/12paria.pdf

sssssssBAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Media tanam merupakan komponen utama yang diperlukan dalam budidaya suatu tanaman.
Ada berbagai macam media tanam, akan tetapi tidak semua jenis media tanam cocok digunakan untuk
menanam suatu jenis tanaman. Media tanam yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman
yang akan ditanam, Menentukan media tanam yang tepat sesuai standar jenis tanaman yang berbeda
habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan
kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah
sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur harabagi tanaman.

10
Media tanam yang paling umum digunakan adalah tanah. Namun seiring dengan majunya
ilmu pengetahuan, saat ini banyak media tanam tanpa tanah juga digunakan. Media tanam yang di
maksud misalnya adalah spons,gel,air bahkan udara, serta masih banyak lagi beberapa jenis lainnya.
Pemilihan media tanam yang cocok sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Mengingat akan
pentingnya media tanam maka makalah ini akan membahas mengenai media tanam agar media tanam
lebih di pahami. Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal
dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut diakibatkan oleh
berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan kimiawi.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian media tanam dan apa yang dimaksud media tanam anorganik
2. Untuk mengetahui manfaat media anorganik
3. Untuk mengetahui jenis media tanama panorganik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Fungsi Media Tanam

Media tanam adalah media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan tanaman dan
tempat berpegangnya akar untuk mengokohkan tanaman. Media tanam  merupakan
komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam.

Fungsi Media Tanam

Fungsi media tanam :

11
 Tempat tumbuh dan berkembangnya akar tanaman
 Penopang tanaman dan bonggol agar tumbuh secara baik
 Penyedia unsur hara bagi tanaman
 Penyedia air bagi tanaman

2.2 Media Tanam Anorganik

A.Pengertian Bahan Anorganik

Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal
dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumiBerdasarkan bentuk dan ukurannya,
mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu
kerikil atau batu-batuan (berukuran lebih dari2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu
(berukuran 2-50u), dan tanah liat. Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-
bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik.

B.Macam-macam Media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu :

a  Gel

Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan sebagai media
tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan efisien karena
tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Selain
itu, media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga pemilihannya dapat
disesuaikan dengan selera dan warna tanaman. Hampir semua jenis tanaman hias indoor bisa
ditanam dalam media ini, misalnya philodendron dan anthurium. Namun, gel tidak cocok
untuk tanaman hias berakar keras, seperti adenium atau tanaman hias bonsai. Hal itu bukan
dikarenakan ketidakmampuan gel dalam memasok kebutuhan air, tetapi lebih dikarenakan
pertumbuhan akar tanaman yang mengeras sehingga bisa membuat vas pecah. Sebagian besar
nursery lebih memilih gel sebagai pengganti tanah untuk pengangkutan tanaman dalam jarak
jauh. Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap terjaga.

Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan media lain. Di
Jepang gel digunakan sebagai komponen terarium bersama dengan pasir. Gel yang berwarna-
warni dapat memberi kesan hidup pada taman miniatur tersebut.

b. Pasir

Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi
tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk
penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman.
Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang
dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang

12
cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam
pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta
drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering
digunakan sebagai media tanam.

Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah
basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap
proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan
demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal
tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.

Penggunaan pasir seoagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan
anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis
tanaman.Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang bersersalinitas tinggi
merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk digunakan sebagai media tanam, kendati
pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat
menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan
daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian
jaringan (nekrosis).

c.   Kerikil

Pada dasarnya, penggunaaan kerikil sebagai media tanam memang tidak jauh berbeda
dengan pasir. Hanya saja, kerikil memiliki pori-pori makro lebih banyak daripada pasir.
Kerikil sering digunakan sebagai media untuk budi daya tanaman secara hidroponik.
Penggunaan media ini akan membantu peredaran larutan unsur hara dan udara serta pada
prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Namun, kerikil memiliki kemampuan mengikat
air yang relatif rendah sehingga mudah basah dan cepat kering jika penyiraman tidak
dilakukan secara rutin.

Seiring kemajuan teknologi, saat ini banyak dijumpai kerikil sintesis. Sifat kerikil sintesis
cenderung menyerupai batu apung, yakni memiliki rongga-rongga udara sehingga memiliki
bobot yang ringan. Kelebihan kerikil sintesis dibandingkan dengan kerikil biasa adalah
kemampuannya yang cukup baik dalam menyerap air. Selain itu, sistem drainase yang
dihasilkan juga baik sehingga tetap dapat mempertahankan kelembapan dan sirkulasi udara
dalam media tanam.

d.  Pecahan batu bata

Pecahan batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Seperti halnya
bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaiknya,
ukuran batu-bata yang akan digunakan sebagai media tanam dibuat kecil, seperti kerikil,
dengan ukuran sekitar 2-3 cm. Semakin kecil ukurannya, kemampuan daya serap batu bata
terhadap air maupun unsur hara akan semakin baik. Selain itu, ukuran yang semakin kecil

13
juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembapan di sekitar akar tanaman berlangsung
lebih baik.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media tanam ini adalah kondisinya yang
miskin hara. Selain itu, kebersihan dan kesterilan pecahan batu bata yang belum tentu
terjamin. Oleh karena itu, penggunaan media ini perlu ditambahkan dengan pupuk kandang
yang komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

Walaupun miskin unsur hara, media pecahan batu bata tidak mudah melapuk. Dengan
demikian, pecahan batu bata cocok digunakan sebagai media tanam di dasar pot karena
memiliki kemampuan drainase dan aerasi yang baik. Tanaman yang sering menggunakan
pecahan batu bata sebagai media dasar pot adalah anggrek.

e. Spons (floralfoam)

Para hobiis yang berkecimpung dalam budi daya tanaman hias sudah sering
memanfaatkan spons sebagai media tanam anorganik. Dilihat dari sifatnya, spons sangat
ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan dan ditempatkan di mana saja. Walaupun ringan,
media jenis ini tidak membutuhkan pemberat karena setelah direndam atau disiram air akan
menjadi berat dengan sendirinya sehingga dapat menegakkan tanaman.

Kelebihan lain dari media tanam spons adalah tingginya daya serap terhadap air dan unsur
hara esensial yang biasanya diberikan dalam bentuk larutan. Namun, penggunaannya tidak
tahan lama karena bahannya mudah hancur. Oleh karena itu, jika spons sudah terlihat tidak
layak pakai (mudah hancur ketika dipegang), sebaiknya segera diganti dengan yang baru.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangannya tersebut, spons sering digunakan sebagai media
tanam untuk tanaman hias bunga potong (cutting flower) yang penggunaannya cenderung
hanya sementara waktu saja.

f. Tanah liat

Tanah liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket atau
berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki pori-pori berukuran kecil (pori-pori
mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori yang berukuran besar (pori-pori makro)
sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang cukup kuat. Pori-pori mikro adalah pori-
pori halus yang berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori makro adalah pori-pori
kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang mudah hilang. Ruang dari setiap pori-pori
mikro berukuran sangat sempit sehingga menyebabkan sirkulasi air atau udara menjadi
lamban.

Pada dasarnya, tanah liat bersifat miskin unsur hara sehingga perlu dikombinasikan dengan
bahan-bahan lain yang kaya akan unsur hara. Penggunaan tanah liat yang dikombinasikan

14
dengan bahan-bahan lain seperti pasir dan humus sangat cocok dijadikan sebagai media
penyemaian, cangkok, dan bonsai.

g.  Vermikulit dan perlit

Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan dari


pemananasan kepingan-kepingan mika serta mengandung potasium dan Halium. Berdasarkan
sifatnya, vermikulit merupakan media tanam yang memiliki kemampuan kapasitas tukar
kation yang tinggi, terutama dalam keadaan padat dan pada saat basah. Vermikulit dapat
menurunkan berat jenis, dan meningkatkan daya serap air jika digunakan sebagai campuran
media tanaman. Jika digunakan sebagai campuran media tanam, vermikulit dapat
menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya absorpsi air sehingga bisa dengan mudah
diserap oleh akar tanaman.

Berbeda dengan vermikulit, perlit merupakan produk mineral berbobot ringan serta memiliki
kapasitas tukar kation dan daya serap air yang rendah. Sebagai campuran media tanam,
fungsi perlit sama dengan Vermikulit, yakni menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya
serap air.

Penggunaan vermikulit dan perlit sebagai media tanam sebaiknya dikombinasikan dengan
bahan organik untuk mengoptimalkan tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara.

h. Gabus (styrofoam)

Styrofoam merupakan bahan anorganik yang terbuat dari kopolimer


styren yang dapat dijadikan sebagai alternatif media tanam. Mulanya, styrofoam hanya
digunakan sebagai media aklimatisasi (penyesuaian diri) bagi tanaman sebelum ditanam di
lahan. Proses aklimatisasi tersebut hanya bersifat sementara. Styrofoam yang digunakan
berbentuk kubus jengan ukuran (1 x 1 x 1) cm.

Sekarang, beberapa nursery menggunakan styrofoam sebagai campuran media tanam untuk
mening katkan porousitas media tanam. Jntuk keperluan ini, styrofoam yang
digunakan dalam bentuk yang sudah dihancurkan sehingga menjadi bola-bola kecil,
berukuran sebesar biji kedelai. Penambahan styrofoam ke dalam media tanam membuatnya
menjadi riangan. Namun, media tanam sering dijadikan sarang oleh semu

2.3 Metode hidroponik dalam media tanam anorganik

Dalam metode hidroponik juga dikenal media tanam anorganik atau media yang berasal
dari bahan selain sisa bagian tumbuhan. Media tanam ini biasanya banyak digunakan karena
sifatnya yang permanen dan lebih mudah digunakan. Berikut ini beberapa contoh media
tanam anorganik yang biasa digunakan dalam metode tanam hidroponik

15
1. Rockwool

Rockwool adalah salah satu media tanam hidroponik yang sangat digemari oleh para
petani atau mereka yang hobi berkebun dengan metode hidroponik khususnya di Indonesia.
Rockwool merupakan media tanam anorganik yang didapat dari proses pemanasan batuan
basalt dan bentuknya hampir menyerupai spons atau busa yang biasa digunakan untuk
mencuci piring. Untuk menghasilkan rockwool, bayuan basalt dipanaskan dengan suhu atau
temperatur yang sanagt tinggi sehingga batuan tersebut mencair dan selanjutnya membentuk
serabut halus. Tekstur rockwool yang lembut dan bobotnya yang cukup ringan serta daya
serapa yang baik membuat rockwool banyak digemari. Saat ini rockwool banyak dipasarkan
ditoko-toko atau gerai yang menjual peralatan hidroponik sehingga anda dapat
menemukannya dengan mudah.

2. Hydroton

  Meskipun dinamakan hydroton, jangan salah sangka, media ini justru terbuat dari
tanah liat atau lempung yang dibentuk bulat dengan macam-macam variasi ukuran diameter 1
hingga 2,5 cm. Hydroton dibuat dengan cara memanaskan tanah liat atau lempung sehingga
teksturnya akan lebih padat dan kering. Daya serap air dan nutrisi yang dimiliki oleh
hydroton sangat baik karena terdapat pori-pori di dalamnya. Penggunaan hydroton dalam
metode hydroponik sangat cocok untuk pertumbuhan akar karena pHnya yang netral serta
aerasi yang tinggi. Jika diletakkan dalam suatu wadah tanam hidroponik maka hydroton
mampu menciptakan celah atau ruang antara bulatan-bulatannya sehingga tanaman
mendapatkan pasokan oksigen yang cukup. Selain itu, media tanam ini dapat digunakan
secara permanen dan berulang kali. Anda hanya perlu mencucinya sebelum melakukan
penanaman berikutnya.

3. Perlite

Jika rockwool terbuat dari batuan basalt yang dilelehkan maka perlite adalah media tanam
yang terbuat dari batuan silika juga dipanaskan pada temperatur yang sangat tinggi. Perlite
memiliki daya serap air yang cukup baik,  tekstur dan bentuk yang menyerupai styrofoam
sehingga jika digunakan sebagai media tanam hidroponik, media ini dapat meningkatkan
aerasi tanaman. Bobot perlite juga sangat ringan dan dapat dicampur dengan media tanam
yang lain baik organik maupun anorganik untik meningkatkan kualitasnya,dan yang pasti
pencampuran dilakukan dengan perbandingan tertentu.

4. Vermiculite

Vermiculite adalah media tanam anorganik yang terbuat dari batuan yang dipanaskan dan
sifatnya hampir mirip dengan perlite, namun daya serap air dan bobot vermiculite diklaim
lebih tinggi dibandingkan dengan media tanam perlite. Untuk digunakan dalam metode
hidroponik, media tanam ini biasanya dicampur dengan perlite dan tentunya dengan kadar
yang atau perbandingan yang telah ditentukan.

16
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Media Anorganik

Media tanama anorganik memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yang dapat
dijadikan patokan dalam memilih media tanam hidroponik yang sesuai dengan lingkungan
dan jenis tanaman. Adapun kelebihan dan kekurangan media tanam anorganik adalah sebagai
berikut :

1.Kelebihan media tanam anorganik :

 Media tanam bersifat permanen dan dapat digunakan berkali-kali dalam jangka waktu
yang cukup lama.
 Memiliki tingkat aerasi yang optimal
 Media tidak terlalu lembab sehingga tidak mudah terjadi pembusukan.

Terjamin sterilitasnya

 Dapat mencegah timbulnya penyakit pada tanaman yang disebaban oleh bakteri, virus
dan jamur

2.Kekurangan media tanam anorganik

 Media tanam lebih berat karena biasanya berasal dari batuan


 Tidak dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme baik pada tanaman seperti
mikoriza
 Nutrisi terlalu cepat diserap dan dialirkan sehingga dapat mengganggu proses
pertumbuhan tanaman.
 Media anorganik tidak terlalu cocok untuk pertumbuhan akar tanaman.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Media tanam disebut juga dengan media tumbuh, bagi tanaman. Puluhan bahan yang
berbeda yang digunakan dalam berbagai kombinasi untuk membuat media tumbuh buatan
sendiri atau komersial. Media tanam umumnya memiliki berbagai ntrisi, mineral, air, vitamin,
serta kandungan lain yang tentunya dibutuhkan oleh tanaman, sehingga peran akar berperan
penting dalam menyerap kandungan hara yang dimiliki media tanam bisa lebih optimal.

17
Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal
dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut diakibatkan
o/eh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan kimiawi. bahan
anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik.
Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel, pasir,
kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.

3.2 Saran

Dalam budidaya, media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis
tanaman yang ingin ditanam serta kondisi lingkungan, agar hasil yang didapatkan dapat
optimal dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

18

Anda mungkin juga menyukai