Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

ANALISIS JURNAL

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK DAN TERAPI SEFT DAN


MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN TERHADAP NYERI PASIEN
POST OPERASI HERNIA

Dosen Pembimbing : Diana Rachmania, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok Vb

1. Lia Yusmawati ( 202006062 )


2. Dise Fahdiana Alesia Ningrum ( 202006010 )
3. Siska Putri Ayu Priningtyas ( 202006063 )
4. Jordianus Rangga Bondi ( 202006047 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI


2021
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah seminar kasus departemen medikal bedah pada pasien dengan


demam tipoid abdominalis yang dilakukan oleh :

1. Lia Yusmawati (202006062)


2. Dise Fahdiana (202006010)
3. Siska Putri Ayu (202006063)
4. Jordianus Rangga Bondi (202006047)

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktek profesi ners yang
dilaksankan pada tanggal 08 Maret s.d 10 Juli 2021 yang telah disetujui dan
disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Pare, 24 Mei 2021


Mengetahui
Pembimbing Akademik

Diana Rachmania, S.Kep, M.Kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah seminar kelompok yang
berjudul ”Pengaruh Terapi Musik Klasik Dan Terapi Seft dan Mendengarkan
Bacaan Al-Qur’an Terhadap Nyeri Pasien Post Operasi Hernia ” makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas paktik profesi ners yang dilaksanakan pada
tanggal 08 Mei s.d 10 Juli 2021 dan kami tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Diana Rachmania,S.Kep, M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah


memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesainya makalah ini.
2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makallah ini msih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan
dei kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis
dan petugas kesehatan lain maupun masyarakat yang memanfaatkannya.

Kediri, 21 Mei 2021

Kelompok 5B
DAFTAR ISI

Sampul
Lembar pengesahan
Kata pengantar
Daftar isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Manfaat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2

BAB 3 LITERATUR REVIEW

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Identrifikasi Pengaruh Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap Nyeri Pasien
Post Operasi Hernia
4.2 Identrifikasi Pengaruh Penerapan Terapi Seft Dan Mendengarkan Bacaan Al-
Qu’an Terhadap Nyeri Pasien Post Operasi Hernia.
4.3 MenganalisisPerbedaan Efektifitas Terapi Musik Klasik Dan Seft
Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an Terhadap Nyeri Post Operasi Hernia.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 saran
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hernia merupakan menonjolnya massa dalam perut dari rongga yang normal
melalui defek pada fasia dan muskulo aponeurotik dinding abdomen baik
secara kongenital atau didapat. Lubang tersebut dapat muncul dikarenakan
lubang embrional yang tidak dapat tertutup atau melebar serta diakibatkan
tekanan pada rongga abdomen yang tinggi. Hernia ada 3 bagian yaitu, kantong
hernia, isi hernia, dan cincin hernia (Tanto, 2014) Penyebab pastinya hernia
inguinalis terletak pada lemahnya pada dinding akibat defek kongenital yang
tidak dapat diketahui. Lemahnya dinding dapat terjadi pada usia lanjut
dikarenakan perubahan struktur fisik dari dinding rongga. Faktor presipitasi
dari kondisi hernia tersebut adalah peningkatan tekanan intra abdomen.
Tekanan intra abdominal umumnya meningkat bisa diakibatkan dari
kehamilan atau kegemukan. Batuk yang kuat, mengedan akibat sembelit,
bersin sangat kuwat, meniup kuat juga dapat meningkatkan tekanan intra
abdomen. Berbagai profesi dikaitkan dengan peningkatan tekanan intra
abdomen yang tinggi, contohnya balap sepeda, atlet angkat besi, dan berbagai
jenis olah raga lain yang cenderung meningkatkan tekanan intraabdomen.
Buruh pekerja yang mengangkat beban berat bisa mempunyai resiko
terjadinya hernia. Apabila dari dua faktor ini terjdi bersamaan, maka individu
akan mengalami terjadinya peningkatan resiko hernia inguinalis (Muttaqin &
Sari, 2011)
Studi pendahuluan yang dilakukan di RSI Sultan Agung Semarang didapatkan
data pada tahun 2015 bulan Juni-Desember terdapat 23 kasus hernia
inguinalis. Dengan pasien rawat inap sembuh total 22 kasus hernia inguinlis,
dan 1 pasien belum sembuh total dipulangkan. Perbandingan 2016 terdapat 25
kasus hernia inguinalis. Dengan pasien rawat inap sembuh total sebanyak 24
pasien, dan 1 pasien dirujuk (Rekam Medik RSI Sultan Agung Semarang,
2017)
Komplikasi pada hernia menurut Suratun dan Lusianah (2010) adalah hernia
berulang, obstruksi usus parisal atau total, luka pada usus, gangguan suplai
darah ke testis jika klien laki-laki, perdarahan berlebih, infeksi luka pada
pembedah, fistel urin dan feses. Tindakan yang biasanya dilakukan hernia
dengan penggunaan sabuk hernia atau pembedahan yaitu herniotomy dan
herniorraphy (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012)
Herniorraphy adalah pembedahan dan pengambilan pada kantong hernia yang
disertai melalui operasi plastik agar dinding abdomen lebih kuat pada bagian
bawah di belakang kanalis inguinalis (Muttaqin & Sari, 2011). Herniorraphy
biasanya tindakan yang dilakukan untuk meminimalis anulus inguinalis
internus dan untuk memperkuat pada dinding belakang kanalis inguinalis
(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012) masalah yang mungkin muncul pada
herniorraphy adalah nyeri dan aktivitas.
Nyeri sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan, baik sensori maupun
emosional yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan jaringan
tubuh (Judha, 2012). Tindakan yang dapat dilakukan yuuntuk mengurangi
nyeri pada pasien post operasi adalah terapi farmakologis dan non
farmakologis. Distraksi adalah tindakan pengalihan perhattian pasien ke hal-
hal diluar nyeri, ada tiga jenis tehnik distraksi diantaranya distraksi
penglihatan (visual), distraksi intelekstual dan distraksi pendengaran (audio)
(Andarmoyo,2013 ).
Maka disini kelompok kami akan menganalisis keefektifan Pengaruh Terapi
Musik Klasik Dan Seft Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an Terhadap Nyeri
Pasien Post Operasi Hernia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan intensitas
nyeri pada pasien post operasi hernia?
2. Apakah ada pengaruh terapi seft dan mendengarkan bacaan al-quran
terhadap nyeri pasien post operasi hernia?
3. Apakah ada perbedaan efektifitas intervensi terapi musik klasik dan seft
mendengarkan bacaan al-quran terhadap nyeri post operasi hernia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Efektifitas Intervensi Inovasi Pengaruh Terapi Musik Klasik
Dan Seft Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an Terhadap Nyeri Pasien Post
Operasi Hernia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Pengaruh Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap
Nyeri Pasien Post Operasi Hernia
2. Mengidentifikasi Pengaruh Penerapan Terapi Seft Dan Mendengarkan
Bacaan Al-Qu’an Terhadap Nyeri Pasien Post Operasi Hernia.
3. Menganalisis Perbedaan Efektifitas Terapi Musik Klasik Dan Seft
Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an Terhadap Nyeri Post Operasi
Hernia.
1.3.3 Manfaat
1. Mengetahui Pengaruh Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap Nyeri
Pasien Post Operasi Hernia
2. Mengetahui Pengaruh Penerapan Terapi Seft Dan Mendengarkan
Bacaan Al-Qu’an Terhadap Nyeri Pasien Post Operasi Hernia.
3. Mengetahui Perbedaan Efektifitas Terapi Musik Klasik Dan Seft
Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an Terhadap Nyeri Post Operasi
Hernia.
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Penyakit Hernia


2.1.1 Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan pada organ atau struktur melalui

di dinding otot perut. Hernia meliputi jaringan subkutan yang

umumnya terdiri dari kulit , peritoneal kantung, dan yang

mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ

internal lainnya. Pembedahan mendadak termasuk Faktor yang

terjadi peningkatan tekanan intra-abdomen, selama mengangkat

penyakit ini terjadi diakaibatkan beban berat atau batuk yang

berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen

berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites (Schwartz,

2000). Hernia adalah sering terjadinya dan muncul sebagai

tonjolan dilipatan paha atau skrotum. Biasanya Orang awam

menyebutnya turun bero atau hernia. Terjadi Hernia inguinalis

yaitu ketika dinding abdomen bertambah ke bawah melalui

dinding sehingga menerobos usus (Nurarif & kusuma

2016).Menurut Mansoer (2000), hernia merupakan masuknya

organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis

berobliterasi. Sumber lain mengatakan bahwa hernia merupakan

sebuah tonjolan atau benjolan yang terjadi disalah satu bagian

tubuh yang seharusnya tidak ada.


2.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan Terjadinya
a) Hernia Bawaan atau Kongenital.
Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal

tersebut Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal.

Penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus

vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir mengalami

penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah

skrotum dapat mengalami prosesus ini telah mengalami

obliterasi sehingga isi rongga perut belum dapat melalui

kanalis tersebut.tetapi dalam beberapa hal, kanalis ini belum

merekat. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis

inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka

maka biasanya sebelah kanan bisa terbuka. Dalam keadaan

normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2

bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami

obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.

Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena

merupakan lokusminoris resistensie,maka pada keadaan yang

menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal

tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis

lateralis akuisita (Erfandi, 2009).


b) Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)

Hernia kongenital / didapat dan ditemukan pada bayi sedangkan

hernia akuisita / didapat, pertama terjadi ketahanan dinding

otot perut ditemukan saat sudah dewasa. Proses ini

mengakibatkan hernia eksternal pada bayi umumnya

dikarenakan penyakit kongenital, yakni penyakit yang terjadi

disaat bayi masih dikandungan dan umumnya tidak dipastikan

penyebabnya (Erfandi, 2009).

Berdasarkan sifatnya
c) Hernia reponibel/reducible
Yaitu jika isi hernia jika keluar masuk. Maka Usus keluar bila saat

berdiri atau jongkok dan mengedan dan bisa masuk lagi jika

keadaan terlentang atau dipaksa masuk, tidak ada keluhan nyeri

atau gejala obstruksi usus (Erfandi, 2009).

d) Hernia ireponibe

Yaitu keadaan isi dalam rongga hernia belum bisa dikembalikan

ke dalam rongga.biasanya dikarenakan oleh perlekatan dari dalam

kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini disebut juga

hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada

mengeluh rasa nyeri ataupun tanda penyempitan usus

(Erfandi,2009).
e) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio =

terperangkap, carcer = penjara)

Hernia inkarserata yaitu tidak dapat kembali ke dalam rongga

perut disertai akibatnyayang berupa gangguan pasase atau

vaskularisasi bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. berarti isi

kantong terperangkap,. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih

dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase,

sedangkan pada gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia

strangulata”. Hernia strangulata terjadinya nekrosis dari isi

abdomen di dalamnya tidak menghasilkan darah akibat pembuluh

terjadi penyempitan atau terjepit. Hernia seperti ini bisa dikatakan

keadaan yang gawat darurat diketahui harus memerlukan

pertolongan secepat mungkin (Erfandi,2009).

Berdasarkan Letaknya
f) Hernia Femoralis
Hernia femoralis pengeluaran dari lakuna vasorum kaudal

darligamentum inguinale. Kondisi anatomi ini sering

menyebabkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis

umumnya ditemui pada perempuan pada usia lanjut,yang sering

terjadi perempuan diperkirakan 4 kali dari lelaki. Keluhan

merupakan benjolan di selangkangan paha yang timbul terutama

saat keadaan melakukan kegiatan yang meningkatkan penekanan

intra abdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini

bisa berkurang pada waktuterlentang. anulus femoralis.


Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang

berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang

lebih2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha ini yang

menyebakan Pintu masuk pada hernia femoralis (Syamsuhidayat,

2004).

g) Hernia Umbilikalis

Hernia umbilikalis membentuk hernia kongenital pada umbilikus

yang bila tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini bisa didapat

kkurang lebih 20% bayi dan angka ini lebih sering terjadi pada

bayi prematur. Dan belum bisa membagi angka kejadian antara

bayi laki-laki dan perempuan. Hernia umbilikalis merupakan

terjadinya pembekakan yang terdapat didalam rongga perut yang

lewat melalui cincin umbilikus akibat peningkatan tekanan

intraabdomen, dan disertai bayi menangis. Hernia ini tidak

menimbulkan nyeri dan tidak pernah tetapi hanya terjadi sekali

sekali inkarserasi (Syamsuhidayat, 2004

h) Hernia sikatriks atau hernia insisional

Hernia ini yang ada pada luka bekas laparotomi. anestesi kulit

mengakibatkan Sayatan pada nervus dan paralisis ototpada

segmen melalui oleh saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat,

2004).
i) Hernia Inguinalis

Hernia Inguinalis adalah merupakan sesuatu usus masuk melalui

sebuah lubang melalalui dinding perut yang suatu kondisi dimana

sebagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis

inguinalis. Saluran ini berbentuk tabung yaitu Kanalis inguinalis,

yang menyebakan tempat turunnya buah testis (buah zakar) dari

perut menuju skrotum (kantung zakar) hal ini sering terjadi

sebelum bayi dilahirkan. Hernia inguinalis didapat kan sejak dari

bawah sebelum melahirkan atau masih dalam kandungan.

(kongenital) dan bisa (akuisita). Klien laki-laki lebih banyak dari

pada klien wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan,

yaitu terjadi dibagian korda spermatika keluar diantara perut dan

masuk ke dalam skrotum (Subarkah, 2008).

2.1.3 Etiologi
Hal-hal yang dapat mengakibatkan timbulnya hernia secara umum

adalah mengendong barang yang sangat berat, batuk, kegemukan,

mengedan, asites (terjadi kumpulan cairan abnormal di daerag

rongga perut), aktifitas fisik yang berlebihan. Etiologi terjadinya

hernia yaitu :

a. Hernia Inguinal

Penyebab Hernia Inguinal adalah

- Terjadi penurunan kekuatan otot dinding abdomen.

1) Kelemahan jaringan
2) Terdapat tempat dibagian lebar diligamen inguinal

3) Traum

- Terjadi tekanan pada intra abdominal.

1) Obesitas

2) Mengaambil barang berat

3) Mengejan Konstipasi

4) Kehamilan

5) Batuk dalam jangka waktu lama

6) prostate Hipertropi

b. Hernia Hiatal

Faktor hernia hiatal biasanya belum diketahui, namun bisa terjadi

karena adanya kelemahan pada jaringan penyokong. Faktor

resiko terjadinya Hernia Hiatal adalah:

Pertambahan usia, kegemukan, dan Merokok

c. Hernia Umbilical

Hernia Umbilical/Umbilikus terdapat jika penutupan umbilikus

(didapat tali pusar)tidak sempurna.

d. Hernia Femoralis

1) Akibat adanya hernia Femoralis adalah kehamilan multipara,

kegemukan dan keturunan penahan ikat.


2) Faktor kekurangan bagan fascia dan aponeurosis tranversa,

degenerasi/atropi, tekanan intra abdomen meningkat,

pekerjaan mengangkat benda-benda berat, batuk kronik,

gangguan BAB, dan gangguan BAK.

2.1.3 Manifestasi Klinis


Menurut Heather Herdman (2012), tanda dan gejala yang sering

muncul pada pasien hernia adalah

a. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak

benjolan dilipat paha.

b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit

disertai perasaan mual.

c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila lelah ada

komplikasi

d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata kulit diatasnya menjadi

merahdan panas serta terasa sakit yang bertambah hebat.

e. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing

sehingga menimbulkan gajala sakit kencing disertai hematuria.

Sedangkan menurut Long (1996),gejala klinis yang mungkin

timbulsetelah dilakukan operasi :

a. Nyeri

b. Peradangan

c. Edema
d. Pendarahan

e. Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis

indirek

f. Retensi urin

g. Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas paha

2.1.4 Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami

pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat

sesuatu yang berat, padasaat buang air besar atau batuk yang kuat

atau perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal. Tekanan

yang berlebihan pada daerah abdominal tentunya akan

menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding

abdominal yang tipis atau tidak cukup kuat pada daerahtersebut

dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi pada proses

perkembangan yang cukup lama,pembedahan abdominal dan

kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangatkecil

pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-

organ selalu saja melakukan perjalanan yang berat dan

berlangsung dalam waktu yang cukup lama sehingga terjadilan

penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah

sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam

perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah


terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan gangren

(Oswari, 2000).

Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau

terdapat resiko tinggi akan terjadi komplikasi. Akibat dari keadaan

post operatif seperti peradangan, edema, dan pendarahan, sering

terjadi pembengakakanskrotum setelah perbaikan hernia.

Komplikasi ini sangat menimbulkanrasa nyeri dan pergerakan

apapun akan membuat pasien tidak nyaman. Peradangan tersebut

menyebabkan vasokontriksi vaskuler sehingga aliran darah

menjadi berlebihan dan menekan sistem syaraf. (Long, 2001).

Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena

sebab yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan

bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang

meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang

berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding

perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada

keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis

inguinalisberjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut

berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan

anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya

usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis

tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut

maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan

peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).


2.1.5 Komplikasi

Akibat dari hernia dapat menimbulkan beberapa komplikasi antara

lain:

a. Terjadi perlengketan berupa isi hernia sama isi kantung hernia

sehinggaisi kantung hernia belum diketahui kembalinya lagi,

keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis ireponibilis. saat

kondisi ini tidak gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang

tersering menyebabkan keadaan ireponibilis, adalah omentum,

karena mudah melekat pada dinding herniadan isinya dapat

menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih

sering menyebabkanireponibilisdaripada usus halus.

b. Terjadi tekanan pada cincin hernia maka terjadi banyaknya usus

yang masuk. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya isi usus

diikuti dengan gangguan vascular (proses strangulasi).

Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangla.

2.3 Karakteristik
Berdasarkan karakteristiknya hernia dapat dibedakan atas hernia bawaan
atau congenital dan hernia didapat atau akuisita:
1. Kongenital
a. Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia sejak lahir karena adanya defek pada
tempat-tempat tertentu
b. Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai
defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan
(0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut
karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan,
batuk, menangis).
3. Aquisital
Adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya efek bawaan
tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia selama hidupnya,
antara lain :
a) Tekanan intraabdominal yang tinggi
Banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan baik saat BAB
maupun BAK. Misalnya pada pasien BPH, batu uretra, konstipasi,
penderita batuk kronis, partus, asites, dll.
b) Konstitusi tubuh
Orang kurus cenderung terkena hernia karena jaringan ikatnya yang
sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena
banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja
jaringan ikat penyokong pada LMR.
c) Banyaknya preperitoneal fat
Banyak terjadi pada orang gemuk.
d) Distensi dinding abdomen
Karena peningkatan tekanan intrabdominal.
e) Sikatrik
f) Penyakit yang melemahkan dinding perut.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pengecekan laboratorium supaya dapat diketahui kerusakan pada

organ yaitu jantung dan ginjal.

a. Untuk mengetahui hasil hipertropi ventrikel kiri dengan cara

EKG

b. Pemeriksaan Urinalisa untuk mendapatkan hasil

urine,glukosa,urine,darah, protein Pemeriksaan : pemeriksaan


fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin. pielogram

intravena arteriogram renal,renogram,

c. Rontgen dan CT scan

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari hernia menurut Hidayat (2006) dengan

tindakan sebagai berikut:

1) Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi

dan pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi

hernia yang telah di reposisi (pengembalian kembali organ

pada posisi normal). Reposisi ini tidak dilakukan pada hernia

stranggulata , pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan

menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah

menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.

Sebaiknya cara ini tidak dilanjutkan karena mempunyai

komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding di

didaerahyang tertekan sedangkan strangulasi tetap

mengancam.

2) Definitf

Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi.cara yang paling

efektif mengatasi hernia adalah pembadahan.untuk


mengembalikan lagi organ dan menutup lubang hernia agar tidak

terjadi lagi. Ada dua prinsip pembedaahan yaitu:

a. Hernioraphy

Hernioraphy merupakan tindakan menjepit kantung hernia.

b. Herniotomi

Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia sampai

lehernya,kantong di buka dan di isi hernia dibebaskan kalau ada

perlengketan kemudian direposisi kantong hernia dijahit ikat

setinggi mungkin kalau di potong. Menurut Oswari

penatalaksanaan hermia yang terbaik adalah operasi dengan jalan

menutup lubang hernianya.

2.1. Diagnosis

Ada cara untuk mendiagnosis hernia, yaitu :

1. Anamnesa
a. Adanya benjolan dilipat paha (hernia inguinalis, femoralis).
b. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan
didaerah epigastrium atau daerah paraumbilikal berupa nyeri viseral
karena regangan pada mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk
kedalam kantong hernia.
c. Nyeri yang disertai mual atau muntah (bila terjadi inkarserasi
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren).
d. Pada hernia strangulata suhu badan dapat meninggi atau
normal.
e. Pada hernia epigastrika penderita sering mengeluh perut kurang
enak dan mual, mirip keluhan pada kelainan kandung ampedu, tukak
peptik atau hernia hiatus esophagus.
f. Pada hernia obturatoria didapatkan keluhan nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan parastesia didaerah panggul, lutut dan bagian medial
paha akibat penekanan pada n.obturatorius.

2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
1) Hernia reponibel
terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin,atau mengedan dan menghilang setelah berbaring.
2. Hernia inguinalis
a. Lateralis
muncul penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral
atas ke medial bawah (tonjolan berbentuk lonjong).
b. Medialis
tonjolan biasanya biasanya terjadi bilateral (tonjolan berbentuk
bulat) .
2. Hernia skrotalis
Benjolan yang terlihat sampai ke skrotum yang merupakan tonjolan
lanjutan dari hernia inguinalis lateralis .
3. Hernia femoralis
Benjolan dibawah ligamentum inguinal.
4. Hernia epigastrika
Benjolan dilinea alba.
5. Hernia umbilical
Benjolan diumbilikal.
6. Hernia perineum
Benjolan di perineum.

Palpasi
Caranya :
1. Titik tengah antar SIAS dengan tuberculum pubicum
(A.I.L)ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di
sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu adalah
H.I.Medialis.
2. Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum
(A.I.M) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di
lateral titik yang kita tekanmaka dapat diasumsikan sebagai
H.I.Lateralis.
3. Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan
canalis inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat
benjolan di lateralnya berarti H.I.L., jika di medialnya H.I.Medialis.
 Hernia inguinalis
- Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada funiculus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong
yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini
disebut tanda sarung tangan sutera.
- Kantong hernia yang berisi, maka tergantung
isinya. Mungkin teraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium.
- Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari
masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan.
Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis
lateralis, dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan
hernia inguinalis medialis.
 Hernia femoralis
Benjolan lunak di lipat paha dibawah ligamentum inguinal dan lateral
tuberkulum pubikum.
 Hernia inkarserata
Nyeri tekan.

Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus
dipikirkan kemungkinan hernia strangulate.
Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen
pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia
inkarserata).

Colok dubur
Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda
Howship-Romberg (hernia obturatoria).

3. Pemeriksaan laboratorium
a. Nekrosis/ gangrene pada hernia strangulata didapatkan leukositosis.
b. Radiologis, untuk hernia interna.

Diagnosis banding
1. Hidrokel testis/funikuli
2. Varikokel
3. Limfadenopati inguinal
4. Abses inguinal

2.2 Terapi SEFT ( Spiritual Emotional Freedom Technique )

2.2.1 Pengertian

Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah

terapi dengan menggunakan gerakan sederhana yang dilakukan

untuk membantu menyelesaikan permasalahan sakit fisik maupun

psikis, meningkatkan kinerja dan prestasi, meraih kedamaian dan

kebahagiaan hidup. Rangkaian yang dilakukan adalah the set-up

(menetralisir energi negatif yang ada ditubuh), the tune-in

(mengarahkan pikiran pada tempat rasa sakit) dan the tapping


(mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu

ditubuh manusia).

Pada terapi SEFT ini, dasar yang digunakan adalah energi

psikologi dan kekuatan spiritual. Energi psikologi, sebagai sistem

yang sering kali dipraktekkan pada situasi-situasi klinik dan

setelah bencana, sebagai perawatan yang mendasar. Keunikan dari

energi psikologi adalah bahwa pudarnya asosiasi seseorang

terfasilitasi oleh stimulus manual dari akupuntur atau poin-poin

yang berkaitan diyakini mengirimkan sinyal-sinyal kepada

amigdala dan struktur-struktur otak lainnya yang cepat dalam

mereduksi hiperarusal. Ketika otak menguatkan memori

traumatik, asosiasi baru (untuk mereduksi hiperarusal atau tanpa

hiperarusal) menjadi tertahan. Hal ini, akan menghasilkan

perawatan yang lebih cepat dan lebih kuat. Dengan mampu

mereduksi hiperarusal secara tepat pada sebuah stimulus yang

ditargetkan, maka banyak aspek dari berbagai permasalahan yang

akan teridentifikasi.11Kekuatan spiritual dalam terapi SEFT

bertujuan untuk menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Pada

pengobatan yang menggabungkan spiritual disebut dengan terapi

spiritual. Terapi spiritual sebenarnya merupakan hasil dari studi

dan pemahaman spiritual. Artinya, pembentangan diri dan

realisasi diri, pengembangan sifat manusia, pembentangan

kualitas-kualitas keberadaan sebagai satu kesatuan oleh alam

semesta, puncak dari kesadaran manusia dan mengembangkan


pemahaman yang lebih besar tentang apa yang disebut dengan

“kebenaran” tentang kehidupan. Seluruh tindakan/aksi dari proses

pengobatan ialah mengubah kesadaran, yang membuahkan

perubahan sesuatu dan perubahan bentuk. Keyakinan manusia

yang belum tercerahkan maka seseorang harus berjuang untuk

kebaikan, memanipulasi untuk mencapai sesuatu. Ini

menunjukkan, bahwa pikiran yang cerdas itu akan mencapainya.

Pandangan spiritual yang lebih tinggi ialah kesadaran manusia

yang perlu

Dengan demikian dapat diketahui, bahwa terapi Spiritual

Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah terapi dengan

menggunakan ketukan (tapping) ringan menggunakan jari tangan

pada titik-titik tertentu untuk membantu menyelesaikan

permasalahan sakit fisik maupun emosi. Dimana terapi ini

menggunakan gabungan dari sistem energi psikologi dan kekuatan

spiritual. Sistem energi tubuh akan dialirkan kembali dengan cara

tapping dan spiritulitas seseorang akan dibangkitkan kembali pada

saat tapping sedang berlangsung, sehingga permasalahan baik

fisik maupun psikis akan hilang.

2.2.2 Tujuan Terapi SEFT

Menurut Zainuddin dalam Shifatul, Ulyah, bahwa tujuan terapi

SEFT adalah untuk membantu orang lain baik individual maupun

kelompok dalam mengurangi penderitaan psikis maupun fisik,


sehingga acuannya dapat digunakan untuk melihat tujuan tersebut

ada padberbunyi “LOGOS” (loving God, blessing to the others

and self improvement).13

Adapun tiga hal yang dapat diungkapkan dari motto tersebut

adalah:

a. Loving God yaitu seseorang harus mencintai Tuhan, dengan

cara aktivitasnya untuk hal-hal yang baik dan tidak

berlawanan dengan norma yang sudah ditentukan.

b. Blassing to the other adalah ungkapan yang ditujukkan agar kita

peduli pada orang lain untuk bisa menerapi.

c. Self improvement adalah memiliki makna perbaiki diri sendiri

mengingat adanya kelemahan dan kekurangan pada setiap

pribadi, sebab itu melalui refleksi ini seseorang akan mawas

diri bertindak hati-hati dan tidak ceroboh dalam kehidupan

sehari-hari dan tujuan seutuhnya SEFT adalah tidak lain

membawa manusia dalam kehidupan damai dan sejahtera

2.2.3 Tehnik SEFT

Ada dua versi dalam melakukan SEFT. Pertama adalah versi

lengkap dan yang kedua adalah versi ringkas (short-cut).

Keduanya terdiri dari tiga langkah sederhana, perbedaannya hanya

pada langkah ketiga (the tapping). Pada versi ringkas, langkah

ketiga dilakukan hanya pada 9 titik dan pada versi lengkap

tapping dilakukan pada 18 titik.


Tiga langkah sederhana itu adalah sebagai berikut:

a. The set-up

The set-up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh

kita terarahkan dengan tepat. Langkah yang dilakukan untuk

menetralisir “psychological reversal” atau perlawanan

psikologis (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau

keyakinan bawah sadar negatif).

Misal: (saya sedih karena sering marah). Kalimat yang harus

diucapkan adalah,”Ya Allah.....meskipun kepala saya pusing

karena sering marah, saya ikhlas, saya pasrah sepenuhnya

kepada-Mu”

The set-up terdiri dari 2 aktivitas. Pertama, adalah mengucapkan

kalimat seperti diatas dengan penuh rasa khusyu‟, ikhlas dan

pasrah sebanyak 3 kali. Kedua, adalah sambil mengucapkan

dengan penuh perasaan, menekan dada tepatnya dibagian sore

spot (titik nyeri = daerah disekitar dada atas yang jika ditekan

terasa agak sakit) atau mengetuk dengan dua ujung jari

dibagian karate chop.

Gambar 2.1
Setelah menekan titik nyeri atau mengetuk karate chop sambil

mengucap kalimat set-up seperti diatas, kita lanjutkan dengan

langkah kedua, “the tune-in”

b. The tune-in

Untuk masalah fisik, melakukan tune-in dengan cara merasakan

rasa sakit yang dialami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat

rasa sakit, dibarengi dengan hati dan mulut mengatakan: “Ya

Allah saya ikhlas, saya pasrah…” atau “Ya Allah saya ikhlas

menerima sakit saya ini, saya pasrahkan kepada-Mu

kesembuhan saya”. Untuk masalah emosi, tune-in dilakukan

dengan cara memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik

tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin

kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih,

takut dan lain sebagainya) hati dan mulut kita mengatakan,

“Ya Allah… saya ikhlas.. saya pasrah”. Bersamaan dengan

tune-in ini kita melakukan langkah ketiga yaitu Pada proses ini
tune-in yang dibarengi dengan tapping, kita menetralisir emosi

negatif atau rasa sakit fisik.

c. The tapping

Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-

titik tertentu ditubuh, sambil terus melakukan tune-in. Titik ini

adalah titik-titik kunci dari the major energy meridians, yang

jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada

ternetralisasirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang

dirasakan, karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal

dan seimbang

2.3 Konsep Terapi Musik Klasik

2.3.1 Pengertian

Terapi musik klasik adalah penggunaan musik sebagai alat terapis

untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik

dan kesehatan emosi. Terapi musik merupakan suatu bentuk terapi

dibidang kesehatan yang menggunakan musik dan aktivitas musik

untuk mengatasi berbagai masalah dalam aspek baik, fisik,

psikologis, kognitif dan kebutuhan sosial individu. Terapi musik

dapat digunakan dalam lingkup klinis, pendidikan dan sosial bagi

pasien yang membutuhkan pengobatan atau intervensi pada aspek

sosial dan psikologis (Gusti, 2014).dapat digunakan dalam

lingkup klinis, pendidikan dan sosial bagi pasien yang


membutuhkan pengobatan atau intervensi pada aspek sosial dan

psikologis (Gusti, 2014).

2.3.2 Cara Kerja Musik

Terapi musik dapat mengatasi stres pada bayi dan anak-anak

setelah diputarkan musik yang menenangkan dan lembut pada

mereka, setidaknya selama 20-30 menit, tetapi lebih lama lebih

baik (Aizid, 2011).

Beberapa cara kerja musik sehingga dapat mempengaruhi kondisi

tubuh, antara lain :

1) Menurunkan hormon-hormon yang berhubungan dengan stres;

2) Mengalihkan perhatian seseorang dari rasa takut, cemas, tegang

dan masalah sehari-hari lainnya;

3) Mengaktifkan hormon endorfin (semacam protein yang

dihasilkan di dalam otak dan berfungsi untuk menghilangkan

rasa sakit);

4) Meningkatkan perasaan rileks;

5) Menyediakan “liburan mental mini” yang bahkan dapat

membawa pikiran seseorang menjauh dari rasa sakit fisik

selama periode waktu tertentu;

6) Secara fisiologis memperbaiki sistem kimia tubuh, sehingga

mampu menurunkan tekanan darah serta memperlambat


pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas

gelombang otak (Aizid, 2011).

2.3.3 Manfaat Terapi Musik

Manfaat terapi musik antara lain (Djohan, 2006) :

a. Mampu menutupi bunyi dan perasaan yang tidak

menyenangkan

b. Mempengaruhi pernafasan

c. Mempengaruhi denyut jantung, nadi dan tekanan darah manusia

d. Bisa mempengaruhi suhu tubuh manusia

e. Bisa menimbulkan rasa aman dan sejahtera

f. Bisa mempengaruhi rasa sakit.

Terapi musik dapat menyembuhkan warga frankfurt yang

menderita penyakit keturunan yang menyakitkan dan sampai saat

ini belum ada obatnya. Jaringan ikatnya melemah hingga

menggangu organ dalam lainnya termasuk jantung. Sudah tiga

kali mengalami serangan jantung ringan, pada mulanya musik dari

handphone selama 15 menit untuk membebaskan dari keadaan

stress, berdasarkan perantauan aktivitas ototnya. Setelah tiga

minggu dirawat dengan terapi musik, cuman 5 menit

mendengarkan musik sudah bisa tenang (Faradisi, 2012).


2.3.4 Jenis Terapi Musik

Jenis terapi musik antara lain musik instrumental dan musik

klasik. Musik instrumental bermanfaat menjadikan badan, pikiran,

dan mental menjadi lebih sehat. Musik klasik bermanfaat untuk

membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan

sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih menurunkan tingkat

kecemasan pasien pra operasi dan melepaskan rasa sakit dan

menurunkan stress (Aditia, 2012).

2.3.5 Mekanisme Musik Klasik Sebagai Terapi

Setelah mendengarkan musik klasik implus atau rangsangan suara

akan diterima oleh daun telinga pembacanya. Kemudian telinga

memulai proses mendengarkan. Secara fisiologi pendengaran

merupakan proses dimana telinga menerima gelombang suara,

membedakan frekuensi dan mengirim informasi kesusunan saraf

pusat. Setiap bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi atau

getaran udara akan diterima oleh telinga. Getaran tesebut diubah

menjadi implus mekanik ditelinga tengah dan diubah menjadi

implus elektrik ditelinga dalam yang diteruskan melalui saraf

pendengaran menuju ke korteks pendengaran diotak. Disamping

menerima sinyal dari talamus (salah satu bagian otak yang

berfungsi menerima pesan dari indara dan diteruskan kebagian

otak lain). Amigdala juga menerima sinyal dari semua bagian

korteks limbic (emosi /prilaku) seperti juga neokorteks.


lobus temporal (korteks atau lapisan otak yang hanya ada pada

manusia) parietal (bagaian otak tengah) dan oksipital (otak

belakang) terutama diarea asosiasi auditorik dan area asosiasi

visual.Talamus juga menjalankan sinyal ke neokorteks (area otak

yang berfungsi untuk berfikir atau mengolah data serta infomasi

yang masuk ke otak). Di neokorteks sinyal disusun menjadi benda

yang difahami dan dipilah-pilah menurut maknanya, sehingga

otak mengenali masing masing objek dan arti kehadirannya.

Kemudian amigdala menjalankan sinyal ke hipokampus.

Hipokampus sangat penting untuk membantu otak dalam

menyimpan ingatan yang baru. Hal ini dimungkinkan karena

hipokampus merupakan salah satu dari sekian banyak jalur

keluar penting yang berasal dari area “ganjaran” dan

“hukuman”. Diantara motivasi-motivasi itu terdapat dorongan

dalam otak untuk mengingat pengalaman-pengalaman,

pikiran-pikiran yang menyenangkan, dan tidak menyenagkan .

walaupun demikian mendengarkan musik klasik tanpa

mengetahui maknanya juga tetap bermanfaat apabila

mendengarkan dengan keikhlasan dan kerendahan hati. Sebab

musik klasik akan memberikan kesan positif pada hipokampus

dan amigdala sehingga menimbulkan suasana hati yang

positif.

Selain dengan mendengarkan musik klasik kita juga dapat

memperoleh manfaat dengan hanya mendengarkan


nya.Hipotalamus juga dinamakan pusat stress otak karena

fungsi gandanya dalam keadaan darurat. Fungsi pertamanya

mengakcabang simpatis dan sistem otonom. Hipotalamus

menghantarkan implus saraf ke nukleus-nukleus dibatang otak

yang mengendalikan fungsi sistem saraf otonom cabang

simpatis saraf otonom bereaksi langsung pada otot polos dan

organ internal yang menghasilkan beberapa perubahan tubuh

seperti peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan

darah (Primadita, 2011).


BAB 3

TABEL LITERATUR REVIEW

No Judul Variabel Desain Sampel Hasil penelitian


Penelitian penelitian penelitian

1 Pengaruh Terapi Variabel Pre 20 Dari hasil analisa uji


Musik Klasik independen: Eksperiment responden statistik dengan
Terhadap Terapi musik Design menggunakan uji
Penurunan klasik paired sampel
Intensitas Nyeri Variabel diperoleh p value
Pada Pasien dependen: sebesar 0,000 < ᵅ
Post Operasi di Intensitas nyeri (0,05) sehingga H0
RSUD Cideres. post operasi ditolak dan H1
Hernia. hernia diterima yang berarti
Peneliti : Aat ada pengaruh skala
Agustini tahun nyeri post operasi
2018 hernia antara sebelum
dan sesudah .
Hasil sebelum
dilakukan intervensi
menunjukkan :
Hasil pre tes sesi 1:
Tidak nyeri :0
Ringan : 4
Sedang : 14
Hebat : 2
Sangat hebat : 0
Hasil pre tes sesi 2:
Tidak nyeri :0
Ringan : 6
Sedang : 14
Hebat : 0
Sangat hebat : 0
Kemudian setelah
dilakukan intervensi
Hasil pos tes sesi 1 :
Tidak nyeri :0
Ringan : 13
Sedang : 7
Hebat : 0
Sangat hebat : 0
Hasil pos tes sesi 2
Tidak nyeri :1
Ringan : 17
Sedang : 2
Hebat : 0
Sangat hebat : 0
2 Pengaruh Variabel Pre 13 Dari hasil analisa uji
Pemberian independen: Eksperiment responden statistik dengan
Terapi Seft dan Terapi Seft dan Design menggunakan uji
Mendengarkan mendengarkan wilcoxon diperoleh p
Bacaan Al- bacaa al-quran value sebesar 0,002 <
Qur’an Variabel ᵅ (0,05) sehingga H0
Terhadap dependen: ditolak dan H1
Intensitas Nyeri Instensitas diterima yang berarti
Pasien Post nyeri post ada pengaruh skala
Hernia di RSUD operasi hernia nyeri postoperasi
Syamrabu hernia antara sebelum
Bangkalan. dan sesudah .
Peneliti : Alvin Hasil sebelum
Abdilah 2017 diberikan intervensi :
Nyeri sangat berat : 3
Nyeri berat : 8
Nyeri sedang : 2
Hasil sesudah
diberikan intervensi
Nyeri sangat berat : 0
Nyeri berat : 2
Nyeri sedang : 2
Nyeri ringan : 6
Tidak nyeri :3
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Pengaruh Intervensi Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap


Nyeri Pasien Post Operasi Hernia.
Jurnal dengan judul Pengaruh Intervensi Penerapan Terapi Musik Klasik
Terhadap Nyeri Pasien Post Operasi Hernia membuktikan bahwa terdapat pengaruh
pemberian intervensi terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat nyeri dengan
didikung analisa data secara univariat mengguanakan menggunakan distribusi
frekuensi dengan ukuran persentase atau proporsi untuk data kategorik dan
distribusi tendensi sentral yaitu nilai mean, median, standar deviasi dan nilai
minimum dan maksimumnya untuk data numeriksedangkan analisis bivariatyaitu
uji Tberpasangan (Paired t-test). Penelitian yang dilakukan AatAgustin di tahun
2018 jurnal ini mengunakan sampel sebanyak 20 responden. Penelitian ini dilakukan
kepada responden hari ke dua post operasi dengan memberikan terapi musik klasik
selama 20 menit sebanyak 2 sesi dalam sehari dengan mengguanakan alat handphone,
earphone, dan musik klasik River Flows in You-Yiruma. Nyeri diobservasi 20 menit
sbeelum intervensi dan sesudan intervensi. Sesi ke dua dimulai setelah 4 jam dari sesi
pertama. Lalu nyeri diobservasi kembali seperti ketentuan pada sesi pertama.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum menerapkan terapi musik,
terdapat perbedaan tingkat nyeri secara statistik pada pasien post operasi hernia baik
pada sesi satu maupun pada sesi dua Pada sesi satu dan sesi dua. Hal ini dikarenakan
pada sesi dua, sebelumnya sudah dilakukan intervensi penerapan terapi musik klasik
selama 20 menit. Tetapi setelah 2 sesi atau penelitian dilakukan terdapat perbedaan
hasil yang yang cukup signifikan tingkat nyeri pasien post operasi hernia. Dimana
hasil pre test sesi 1 tingkat nyeri hebat 2 pasien, nyeri sedang 14 pasien, nyeri ringan
4 pasien dan hasil post test sesi 1 adalah nyeri hebat 0 pasien, nyeri sedang 7 pasien,
nyeri ringan 13 pasien. Hal ini dapat dilihat bahwa terdapat penurunan tingkat nyeri
pada pasien post operasi hernia di sesi satu.
Setelah dilakukan penerapan musik klasik sesi satu terdapat sesi dua dimana
prosedur yang sama dengan durasi 20 menit didapat kan hasil pre test nyeri hebat 0
pasien, nyeri sedang 14 pasien, nyeri ringan 6 pasien. Hasil post test nyeri hebat 0
pasien, nyeri sedang 2 pasien, nyeri ringan 17 pasien, dan tidak nyeri 1 pasien. Hal ini
dapat dilihat bahwa terdapat penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi hernia
di sesi dua. Berdasarkan hal tersebut terapi dengan musik klasik yang berjudul
river flows in you selama 20 menit yang dilakukan dalam dua sesi dapat
mengurangi rasa nyeri dan membuat tubuh menjadi rileks dan nyaman. Musik
klasik membantu untuk melepaskan diri dari rasa sakit dan belajar untuk
menerimanya dengan cara yang lebih positif. Musik klasik juga mengubah
persepsi waktu, yang menolongnmengurangi rasa sakit yang diderita pasien.
Hasil penelitian ini didukung penelitian dari Vindora, Ayu, Pribadi (2013)
dengan hasilmbahwa sebelum diberikan tehnik distraksi dengan musik klasik rata –
rata skala nyeri yang dialami responden adalah skala 5, didukung juga oleh
penelitian Harefa, Manurung, Nainggolan (2010) bahwa sebelum dilakukan
pemberian terapi musik rata – rata tingkat nyeri yang diderita pasien kelompok
intervensi adalah 5,57 yaitu nyeri sedang. Terapi musik klasik yang berupa suara
diterima oleh saraf pendengaran, diubah menjadi vibrasi yang kemudian
disalurkan menuju otak melalui sistem limbik. Sistem limbik (Amigala dan
hipotalamus) memberikan stimulus agar sistem saraf atonom yang berkaitan erat
dengan sistem endrokrin dapat menurunkan hormon - hormon yang berhubungan
dengan stress dan kecemasan, kemudian stimulus merangsang pengeluaran
hormon endorfin untuk membantu meningkatkan rasa rileks dalam tubuh
seseorang (Setyoadi&Kushariyadi 2011 dalam Mutiarasari 2016). Berdasarkan
penelitian di State University of New York di Buffalo, sejak mereka
menggunakan terapi musik kebutuhan akan obat penenang pun turun dratis
hingga 50%. Dan Penelitian yang dilakukan McCaffrey menemukan bahwa
intensitas nyeri menurun sebanyak 33% setelah terapi musik dengan
menggunakan musik klasik Mozart terhadap pasien osteoarthritis selama 20 menit
dengan musik Mozart (Harefa, Manurung, Nainggolan, 2010).

4.2 Identifikasi Pengaruh Intervensi Pemberian Terapi SEFT dan Mendengarkan


Bacaan Al-Qu’ran Terhadap Nyeri Pasien Post Operasi Hernia.

Jurnal dengan judul Pengaruh Intervensi Pemberian Terapi SEFT dan


Mendengarkan Bacaan Al-Qu’ran Terhadap Nyeri Pasien Post Operasi Hernia
membuktikan bahwa terdapat pengaruh pemberian intervensi terhadap tingkat nyeri.
Dari hasil analisa uji statistik dengan menggunakan Uji wilcoxon diperoleh P
Value sebesar 0,002< α (0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada
pengaruh skala nyeri post operasi hernia antara sebelum dan sesudah diberikan
terapi SEFT dan mendengarkan bacaan Al-qur’an di ruang irna A RSUD Syamrabu
Bangkalan.

Pada penelitian Alvin Abdilah di tahun 2018 bulan Mei-Juni didapatkan


sebagian besar dari resoinden mengalami nyeri berat yaitu 8 pasien dan sangat berat
sebanyak 3 orang dan 1 orang mengalami nyeri sedang. Setelah dilakukan intervensi
terapi SEFT dan mendengarkan bacaan Alquran tingat nyeri pasien berkurang yaitu
nyeri berat 2 pasien, nyeri sedang 2 pasien, nyeri ringan 6 pasien, tanpa nyeri 3
pasien. Terapi SEFT dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an dilakukan selama 3x15
menit.

Nyeri hernia disebabkan oleh rangsangan stimulus saraf selama tindakan


pembedahan (Aasvang, Hansen &Kehlet, 2008). Nyeri dirasakan mulai hari
pertama sampai ketiga paska operasi, mulai dari nyeri skala ringan sedangsampai
berat tergantung pada jenis atau luasnya pembedahan (Coll & Ameen, 2006).
Menurut responden, ketika diberikan terapi SEFT dan mendengarkan bacaan Al-
Qur’an individu akan merasakan nyaman dan rileks karena sel-sel tubuh
bergerak teratur kearah perbaikan, sehingga nyeri berkurang dan proses
penyembuhan pasien berlangsung lebih cepat.

Intervensi SEFT terbukti mampu secara signifikan menurunkan intensitas


nyeri post operasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil penurunan intensitas nyeri pada
kelompok intervensi. SEFT merupakan terapi pengobatan yang menggabungkan
sistem energi tubuh dengan terapi spiritual dengan menggunakan metode tapping
pada beberapa titik tertentu pada tubuh, cara kerja SEFT sama dengan akupunktur
dan akupresur, Ketiganya bekerja dengan cara merangsang titikkunci pada
sepanjang 12 jalur energy tubuh, Perbedaannya teknik SEFT menggunakan
unsur spiritual, cara yang digunakan lebih aman, lebih cepat, lebih mudah,
dan lebih sederhana (Zainuddin, 2008). Terapi SEFT yang dikombinasikan
dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an terbukti dapat melepaskan endorphin
dengan pengaktifan sel-sel tubuh melaluigetaran suara yang ditangkap oleh
tubuh menuju pusat reseptor nyeri di otak sehingga menimbulakn rasa ketenangan.
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah SWT yang telah memiliki banyak manfaat
baik untuk kesembuhan penyakit baik jasmani maupun rohani bagi orang yang
membaca maupu mendengarkannya.Hal ini ditegaskan berdasarkan sabda
Rasulullah SAW “berobatlah kalian dengan madu dan Al-Qur’an” (Izzat & Arif,
2011). Al-Qur’an telah lama dikenal sebagai metode pengobatan. Terapi sangat
diharapakan menjadi salah satu terapi komplementer pilihan utama. Pada
prinsipnya getaran sel tubuh akan mengikuti irama dari getaran suara yang
masuk ketelinga secara berkelanjutan.Saat bagian sel tubuh yang sakit, diberikan
terapi bacaan Al-Qur’an sebanyak 3 kali selama 15 menit, tubuh akan merespon
gelombang tersebut dan sinyalnya akan dikirim ke otak (AlKahel, 2011).

4.3 Analisis Efektifitas Pengaruh Intervensi Penerapan Terapi Musik Klasik


Terhadap Nyeri Pasien Post Operasi Hernia Dan Pengaruh Intervensi
Pemberian Terapi SEFT dan Mendengarkan Bacaan Al-Qu’ran Terhadap
Nyeri Pasien Post Operasi Hernia.

Pada jurnal 1 dengan judul Pengaruh Intervensi Penerapan Terapi Musik


Klasik Terhadap Nyeri Pasien Post Operasi Hernia didapatkan pengaruh pemberian
terapi musik klasik terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi
hernia di ruang dadali RSUD Cideres tahun 2018 dengan hasil post test sesi
kedua 85% nyeri sedang pada 20 responden. Dimana hasil pre test sesi 1 tingkat
nyeri hebat 2 pasien, nyeri sedang 14 pasien, nyeri ringan 4 pasien dan hasil post test
sesi 1 adalah nyeri hebat 0 pasien, nyeri sedang 7 pasien, nyeri ringan 13 pasien. Hal
ini dapat dilihat bahwa terdapat penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi
hernia di sesi satu. Setelah dilakukan penerapan musik klasik sesi satu terdapat sesi
dua dimana prosedur yang sama dengan durasi 20 menit didapat kan hasil pre test
nyeri hebat 0 pasien, nyeri sedang 14 pasien, nyeri ringan 6 pasien. Hasil post test
nyeri hebat 0 pasien, nyeri sedang 2 pasien, nyeri ringan 17 pasien, dan tidak nyeri 1
pasien. Hal ini dapat dilihat bahwa terdapat penurunan tingkat nyeri pada pasien post
operasi hernia di sesi dua Penelitian ini dilakukan kepada responden hari ke dua post
operasi dengan memberikan terapi musik klasik selama 20 menit sebanyak 2 sesi
dalam sehari dengan mengguanakan alat handphone, earphone, dan musik klasik
River Flows in You-Yiruma. Nyeri diobservasi 20 menit sebelum intervensi dan
sesudan intervensi. Sesi ke dua dimulai setelah 4 jam dari sesi pertama. Lalu nyeri
diobservasi kembali seperti ketentuan pada sesi pertama. Intensitas nyeri setelah
dilakukan pemberian terapi musik klasik mengalami penurunan karena
Pada jurnal 2 dengan judul Pengaruh Intervensi Pemberian Terapi SEFT dan
Mendengarkan Bacaan Al-Qu’ran Terhadap Nyeri Pasien Post Operasi Hernia
didapatkan Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Wilcoxon Test,
didapatkan hasil P Value : 0,002 dengan α 0,05 maka 0,002 < 0,05 membuktikan
bahwa H1 diterima sehingga H0 ditolak yang menunjukkan ada pengaruh
sebelum dan sesudah diberikan terapi SEFT dan bacaan Al-Qur’an, sebagian
besar dari resoinden mengalami nyeri berat yaitu 8 pasien dan sangat berat sebanyak
3 orang dan 1 orang mengalami nyeri sedang Setelah dilakukan intervensi terapi
SEFT dan mendengarkan bacaan Alquran tingat nyeri pasien berkurang yaitu nyeri
berat 2 pasien, nyeri sedang 2 pasien, nyeri ringan 6 pasien, tanpa nyeri 3 pasien.
Terapi SEFT dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an dilakukan selama 3x15
menit.

Dari hasil analisa dan diskusi pada kelompok kami didapatkan pada kedua
intervensi inovasi diatas bahwa intervensi SEFT dan mendengarkan bacaan Alquran
menunjukkan haisl penurunan tingkat nyeri secara signifikan dari 8 pasien yang
sanagt berat menjadi 2 pasien yang mengalami nyeri berat, dimana terapi SEFT dan
mendengarkan bacaan Alquran lebih efektif menurunkan tingkat nyeri pada pasien
post operasi hernia dibandingkan dengan terapi musik klasik.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
pada bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
abdomen.
Berdasarkan karakteristiknya hernia dapat dibedakan atas hernia bawaan atau
congenital dan hernia didapat atau akuisita:
1. Kongenital
2. Aquisital
Hernia diberi nama menurut letaknya, seperti hernia umbikalisis, femoralis,
inguinalis, dan epigastrik.
Ada cara untuk mendiagnosa hernia, yaitu :
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium

B. SARAN
Kenali tanda-tanda dari hernia, apabila terdapat tanda-tanda hernia segera
berkunjung ke dokter sehingga dengan cepat ditangani sedini mungkin sebelum hernia
tersebut bertambah parah.
DAFTAR PUSTAKA

Watson, Leigh F..Hernia: anatomy, etiology, symptoms, diagnosis, differential


diagnoses, progmois, and treatment. 2010 Mosby.
Kapita Selekta Kedokteran. 2014. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI.
Keperawatan Medikal Bedah. 2015.Swearingen. Edisi II. EGC.
Reeves, Charlene J, Bayle Roux, Robin Lockhart.Keperawatan Medikal Bedah.
2016. Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba  Media. EdisiI.
Surya B, Simarmata A. Perbandingan nyeri paska herniography shouldice “pure
suture” dengan lichtenstein tension free. Medan : FK USU ; 2016 Dibuka pada situs:
www//http: library.usu.ac.id pada tanggal 29 Mei 2012.
Darmojo B, Martono H. Geriatri : ilmu kesehatan lanjut usia. Edisi ke-4. Jakarta :
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013
McIntosh A,Hutchinson A, Roberts A, Wither . Evidence based management of
groin hernia in primary care a systematic review. London : Oxford University Press. 2015
John T J, Patrick JO . Inguinal hernias . BMJ.2012

Anda mungkin juga menyukai