Disusun Oleh:
1. Asti Istiqomah (5011201039)
2. Endroen Muhammad. B (5009201183)
3. Imam Rosyid Priska. P (5016201087)
4. Riantama Ichsanun. A (5009201130)
5. Qarina Putri. A.N.I (5016201026)
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama
islam dengan judul "Agama Menjamin Kebahagiaan" tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami
di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
c. Bagaimana konsep kebahagiaan dalam perspektif Islam dan di luar
Islam?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Prof. Dr. H. Mukti Ali dalam bukunya yang berjudul Seni, Ilmu, dan
Agama, menggambarkan fungsi ketiga hal yang sangat penting ini dengan
ungkapan, “Dengan seni, hidup menjadi halus dan syahdu; dengan ilmu,
hidup menjadi maju dan enak; dan dengan agama, hidup menjadi bermakna
dan bahagia.” Ketiga hal ini merupakan kebutuhan dalam hidup manusia
dalam rangka mencapai kebahaigaan, baik secara individual maupun kolektif
dan kelompok.
3
ََللا فِ ْط َر َة َ َاس ف
َِّ ط ََر الّتِي ََ ّعلَيـ ْ َها الن
َ
Artinya: (tetaplah atas) Fitrah Allah yang telah menciptakan menurut fitrah
itu.
Karena fitrah ini, manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama. Tuhan
menciptakan fitrah tersebut karena agama merupakan kebutuhan hidup
manusia. Manusia mungkin saja menangguhkan pengakuan terhadap
kebutuhan fitrawi terhadap agama ini dalam dirinya sekian lama, mungkin
hingga menjelang kematian, tetapi pada akhirnya, sebelum ruhnya
meninggalkan jasad, ia akan merasakan kebutuhan itu.
4
dapat menjadi pegangan hidup dengan ajaran yang sehat dan mampu
menyelamatkan seseorang dari pedoman yang salah dalam menjalani
kehidupan.
5
ketenangan ketika mereka berpegang teguh dengan agama Allah SWT, yaitu
agama Islam. Allah SWT dalam firmannya:
“Kamu tidak akan menemukan satu kaum yang beriman kepada Allah
dan hari akhir saling cinta kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-
Nya walaupun mereka adalah bapak-bapak mereka, anak-anak mereka,
saudara-saudara mereka dan keluarga-keluarga mereka. Merekalah orang-
orang yang telah Allah catat dalam hati-hati mereka keimanan dan diberikan
pertolongan, dan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir dari
bawahnya sungai-sungai dan mereka kekal di dalamnya. Allah meridhai
mereka dan mereka ridha kepada Allah. Ketahuilah mereka adalah hizb
(pasukan) Allah dan ketahuilah bahwa pasukan Allah itu pasti menang.” (Al-
Mujadilah: 22)
As-Sa’di dalam tafsirnya mengatakan: “Orang-orang yang memiliki sifat
ini adalah orang-orang yang keimanan telah dicatat di dalam hati-hati mereka.
Artinya Allah mengokohkan dalam dirinya keimanan dan mencegah agar
tidak goncang dan terpengaruh sedikitpun dengan syubhat dan keraguan.
Dialah yang telah Allah kuatkan dengan pertolongan-Nya yaitu
menguatkannya dengan wahyu-Nya, ilmu dari-Nya, pertolongan, dan dengan
segala kebaikan. Merekalah orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan
dalam hidup di dunia dan akan mendapatkan segala macam kenikmatan surga
yang di dalamnya terdapat segala apa yang diinginkan setiap jiwa yang
menyejukkan hatinya, dan segala apa yang diinginkan. Mereka juga akan
mendapatkan nikmat paling utama dan besar yaitu mendapatkan keridhaan
Allah SWT dan tidak akan mendapatkan kemurkaan selama–lamanya.
Mereka ridha dengan apa yang diberikan Rabb mereka dari segala macam
kemuliaan, pahala yang banyak, kewibawaan, dan derajat yang tinggi. Hal ini
karena mereka tidak melihat sesuatu yang lebih dari yang diberikan Allah.”
Ada beberapa cara yang diajarkan agama untuk dapat mencapai hidup
bahagia, di antaranya disebutkan oleh asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir
as-Sa’di rahimahullah dalam kitabnya al-Wasailul Mufidah lil Hayatis
Sa’adah.
6
a. Beriman dan Beramal Sholeh.
Allah SWT berfirman:
َ َجْزيَنَّ ُه ْم أَجْ َرهُم بِأ َ ْح
س ِن َما َ ً ص ِل ًحا مِن ذَك ٍَر أ َ ْو أُنث َ َٰى َوه َُو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُ ْحيِيَنَّ ۥهُ َحيَ َٰوة
ِ طيِبَةً َولَن َ َٰ َعمِل
َ َم ْن
﴾٧٩﴿ َوا يَ ْع َملُون۟ ُكَان
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.”
b. Perbanyak Dzikir.
Dengan zikir kepada-Nya akan diperoleh kelapangan dan
ketenangan, yang berarti akan hilang kegelisahan dan
kegundahgulanaan.
ُ ُٱَّلل ت َْط َمئ ُِّن ْٱلقُل
﴾٨٢﴿ وب ۟ ُٱلَّذِينَ َءا َمن
ِ َّ وا َوت َْط َمئ ُِّن قُلُوبُ ُهم بِ ِذ ْك ِر
ِ َّ ٱَّلل أ َ ََل بِ ِذ ْك ِر
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.”
c. Selalu Bersndar dan Tawakal Kepada Allah SWT.
Kita harus yakin dan percaya kepada-Nya, serta bersemangat untuk
meraih keutamaan-Nya. Dengan cara seperti ini seorang hamba akan
memiliki kekuatan jiwa dan tidak mudah putus asa serta gundah gulana.
Allah SWT berfirman,
َّ ٱَّلل َٰ َب ِل ُغ أ َ ْم ِرِۦه قَدْ َج َع َل
ٱَّللُ ِل ُُ ِل ِ َّ علَى
َ َّ ٱَّلل فَ ُه َو َح ْسبُ ٓۥه ُ ِإ َّن َ ِب َو َمن َيت ََو َّك ْل ُ َو َي ْر ُز ْقهُ م ِْن َحي
ُ ْث ََل َيحْ تَس
﴾٣﴿ ش ْىءٍ قَد ًْرا
َ
“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
d. Berbuat Baik Kepada Setiap Makhluk
7
Kita harus berbuat baik kepada setiap makhluk Allah SWT, baik
dalam bentuk ucapan maupun perbuatan dengan ikhlas kepada Allah
SWT dan mengharapkan pahala-Nya. Allah SWT dalam firmannya:
اس َو َمن يَ ْف َع ْل َٰذَلِك َٰ ْ ِير مِن نَّ ْجو َٰى ُه ْم إ ََّل م ْن أَمر بصدَقَ ٍة أ َ ْو م ْع ُروفٍ أ َ ْو إ
ٍ ٍۭ َصل
ِ َّح بَيْنَ ٱلن ِ َ َ ِ َ َ َ ِ َ ٍ ََّل َخي َْر فِى َكث
﴾١١١﴿ عظِ ي ًما َ ف نُؤْ تِي ِه أَج ًْرا
َ س ْو َ َٱَّلل ف
ِ َّ ت ِ ضاَ ٱ ْبتِغَا ٓ َء َم ْر
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi
sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari
keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar.”
e. Menyibukkan Diri Dengan Mempelajari Ilmu Yang Bermanfaat
Allah SWT juga menjanjikan kebahagiaan dunia hingga akherat
bagi makhluknya yang sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Hal
tersebut dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW, yaitu:
َو َم ْن أ َ َرادَهُ َما فَ َعلَ ْي ِه ِب ْالع ِْل ِم،آخ َرة َ فَ َعلَ ْي ِه ِب ْالع ِْل ِم
ِ َو َم ْن أ َ َرادَ ْاَل،َم ْن أ َ َرا دَالدُّ ْنيَا فَ َع َل ْي ِه ِبا ْلع ِْل ِم
“Barang siapa menginginkan kebahagian dunia, maka tuntutlah ilmu
dan barang siapa yang ingin kebahagian akhirat, tuntulah ilmu dan
barangsiapa yang menginginkan keduanya, tuntutlah ilmu pengetahuan.”
f. Mencurahkan Perhatian Dengan Apa Yang Sedang Dihadapi
Disertai Permintaan Tolong Kepada Allah SWT.
Kita sebagai umat islam dalam menghadapi sebuah masalah
harusalah percaya dan meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT.
Kita harus memiliki keyakinan bahwa apa yang kita hadapi merupakan
sebuah ujian yang diberikan oleh Allah SWT untuk memperkuat iman
serta menaikkan derajat kita di dunia hingga di akherat nanti.
g. Senantiasa Mengingat Dan Menyebut Nikmat Yang Telah Diberikan
Allah SWT
Dengan melakukan hal ini seorang hamba akan terdorong untuk
selalu bersyukur kepada-Nya. Bahkan ketika ia ditimpa sakit atau
8
berbagai musibah lainnya ia akan selalu berpikir bahwa segala nikmat
yang tela ia dapat tidak sebanding dengan musibah yang ia hadapi.
h. Selalu Melihat Orang Yang Di Bawah Dari Sisi Kehidupan Dunia
Sebaiknya dalam menjalani hidup di dunia kita harus selalu melihat
orang yang berada di bawah kita dari sisi kehidupan di dunia. misalnya
dalam hal ekonomi, kita harus mengetahui kehidupan orang yang
ekonominya berada dibawah kita, sehingga hal tersebut akan selau
mengingatkan kita akan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT
kepada kita. Hal tersebut juga dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW
yang artinya:
“Lihatlah orang yang di bawah kalian dan jangan melihat orang yang
di atas kalian karena dengan (melihat ke bawah) lebih pantas untuk kalian
tidak meremehkan nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang dilimpahkan-
Nya kepada kalian.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
i. Jangan Mengharapkan Imbalan Saat Membantu Sesama.
Janganlah kita memiliki sifat pamrih dalam melakukan suatu
kebaikan, karena hal tersebut akan menimbulkan sifat sombong pada diri
kita. Dalam Al-Qur’an surat Al-Insan ayat 9 Allah menerangkan:
ً ُُُٱَّلل ََل نُ ِريد ُ مِنُُ ْم َجزَ آ ًء َو ََل ش
﴾٧﴿ ورا ْ ُإِنَّ َما ن
ِ َّ ط ِع ُمُُ ْم ل َِو ْج ِه
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari
kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.”
Menurut Usman bin Hasan Al-Khaubawi, ada beberapa indikator
yang dapat menunjukkan bahwa seorang muslim mendapatkan
kebahagiaan, yaitu:
1. Mempunya keluarga yang sholeh dan Sholehah,
2. Tidak besikap dzalim terhadap sesama makhluk Allah SWT,
3. Rezeki yang ia peroleh dapat berguna bagi sesama (memiliki sifat
dermawan),
4. Selalu menjaga sholatnya
5. Bersemangat dalam menjalani ibadah
9
6. Bergaul dengan orang-orang sholeh
7. Memiliki sifat tawaduk
8. Selalu mengingat akan kematian dan juga hari akhir.
Seseorang yang mendapatkan kebahagiaan mereka melalui ajaran
agama islam pastnya memiliki hati yang sehat. Berikut beberapa
karakteristik sesorang yang memiliki hati yang sehat:
1. Hati yang sehat lebih menyukai hal yang bisa memberi manfaat dan
kesembuhan daripada terhadap hal yang membahayakan dan
menyakitkan. Untuk itu, mesti dipahami bahwa makanan yang baik
bagi hati adalah iman, sedangkan obat terbaik baginya adalah Al-
Qur’an.
2. Menjauhi dunia dan mendekati akherat. Hal ini memiliki artian kita
harus beranggapan bahwa dunia hanya tempat untuk mengumpulkan
amalan dan akherat adalah rumah kita yang sesungguhnya.
3. Hatinya selalu diajak untuk selalu kembali kepada Allah SWT untuk
mendapatkan hati yang tentram.
4. Selalu mengingat Allah SWT (selalu berdzikir).
5. Akan merasa sedih apabila kehilangan waktu untuk mengadu kepada
Allah SWT.
6. Apabila memasuki waktu sholat, kecemasan dan kesedihannya
terhadap dunia menjadi lenyap.
7. Tidak akan membuang waktu dengan sia-sia
8. Senantiasa mengutamakan perbaikan amal.
10
dan dibahas dalam kegiatan keagamaan. Perbedaan cara pandang
mengenai kebahagiaan dimaksudkan agar masing- masing agama dapat
bertoleransi dalam menjalankan kehidupan agama masing-masing, tanpa
ada perselisihan, dan merasa paling benar. Seperti yang tertulis dalam
QS. Al-Kafirun (6) yang berbunyi “lakum diinukum wa aliya diin” yang
artinya “untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku”.
Konsep kebahagiaan menurut Islam sendiri dijelaskan didalam Al-
Qur’an, dan beberapa tokoh agama Islam menjelaskan dengan berbagai
istilah, baik yang menyangkut kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan
akhirat. Konsep kebahagiaan menurut Al-Qur’an sendiri diantaranya:
a. hayatan thayyibah (kehidupan yang baik)
b. la yadillu wala yasiqa (tidak akan sesat dan tidak akan celaka)
c. faridiha (mereka gembira)
d. yastabsyiruna sa’id syifaun lima fi shudur (penyembuh bagi
penyakit yang ada dalam dada)
Dr. Abdurrahman bin Mu’alla al-Lawaiqiq menyimpulkan bahwa
kebahagiaan dalam islam merupakan ketenangan jiwa, tuma’ninah hati,
kelaparan hati yang dihasilkan dari istiqomahnya, serta ‘amaliyah
zhahiriyah dan batiniyyah’ yang didorong oleh kekuatan iman. Pendapat
kedua dari Imam al-Ghazali, dimana beliau menjelaskan kebahagiaan
(al-sa’adah) adalah Ketika manusia mengenal dirinya (ma’rifah al-
Nafs), mengenal diri yang dimaksud disini adalah mengenal secara secara
batiniyah atau ruhiyyah. Mengenal dirinya sebagai makhluk ciptaan
Allah, yang tau dari mana datangnya dan kemana akan kembali, untuk
apa diciptakan dan mengenal kebahagiaan maupun kesengsaraan baik
dunia maupun akhirat kelak. (Cep Gilang Fikri Ash-shufi, 2015)
Dan yang ketiga adalah meraih kebahagian melaui jalan kenabiaan
atau syariat, mengingat didalam nafs terdapat unsur yang saling
bersebrangan dan berbeda derajatnya. Imam al-Ghazali menyebutkan
bahwa jiwa manusia terdri dari berbagai unsur, diantaranya unsur baha
‘im (unsur hewani) yang kebahagiaannya dengan memenuhi makan,
11
minum, tidur, dan menikah. Kedua, unsur siba’ (binatang buas) dimana
kebahagiaan didapat dari menerkam dan membinasakan. Ketiga, unsur
syaitan, dimana kebahagiaan diperoleh dari membuat keburukan.
Keempat, unsur malaikah kebahagiaan unsur ini didapat dengan
merasakan kehadiran allah didalam hidupnya. Unsur malaikah sendiri
adalah jalan mengenal Allah yang tentunya butuh keistiqomahan dan
bimbingan untuk melakukannya. (Cep Gilang Fikri Ash-shufi, 2015)
Dari ketiga pendapat, baik yang tertera didalam al-quran maupun
dari pendapat tokoh agama islam, maka dapat disimpulkan bahwa
kebahagiaan menurut islam adalah merujuk pada ketenangan jiwa atau
batiniyah, kebahagiaan yang bersumber dari Allah kepada hambanya
yang taat kepadanya.
Sedangkan konsep kebahagiaan menurut agama lain juga datang dari
berbagai pendapat. Disini akan dipaparkan konsep kebahagiaan menurut
agama Katolik atau Kristen. Dimana dijelaskan bahwa ratusan tahun
silam di Yunani terdapat Stoa yang hidup dengan kebahagiaan yang
diukur dari seberapa banyak penderitaan yang ditanggung secara terus-
menerus. Kebahagiaan dapat diperoleh jika kuat menderita. Menderita
yang dimaksud adalah askese (menyiksa diri). Dan pendapat lain
mengenai kebahagiaan lain adalah dari Epicuros, yang mengatakan
bahwa kebahagiaan adalah menikmati indrawi, dan semua hal yang
menyenangkan tubuh dan boleh dinikmati. Selanjutnya pendapat yag
terdapat dalam Al-Kitab, dimana kebahagiaan diukur dari tingkat posisi,
posisi seseorang dihadapan Tuhan. Gereja Kristus di Indonesia (GKDI)
melalui Al Kitab menyebutkan bahwa kebahagiaan dapat diperoleh
melalui hal-hal berikut:
a. Accept Yourself (Menerima diri sendiri)
Menerima dan menghargai diri sendiri atas semua kelemahan,
kekuatan, kekurangan, dan kelebihan yang ada.
b. Forgive (Memaafkan)
12
Walaupun didalam kondisi tersulit untuk memaafkan kesalahan
merupakan kemenangan dari segala ketidaknyamanan di dalam hati.
c. Stop Worry (Berhenti Kuatir)
Melupakan segala kecemasan yang dapat membuat iman kendur dan
tidak ada pengharapan.
d. Giving (Memberi)
Dengan memberi akan memunculkan rasa cukup dan bersyukur atas
karunia Tuhan.
e. Love (Kasih)
Mengasihi merupakan esensi dari siapa diri kita dan mengapa
dengan orang lain. Mengasihi tidak melulu tentang mengasihi orang
lain saja, tetapi mengasihi diri sendiri juga merupakan hal yang
prnting.
f. Be Grateful (Bersyukur)
Bersyukur merupakan salah satu kunci kebahagiaan, bersyukur
harus. (Pdt. Bigman Sirait, 2018)
13
BAB III
STUDI KASUS
14
3. Biasakan bersyukur atas segala keputusan Allah terhadap harapan
yang dibuat
4. Berbicara yang positif terhadap diri kita dan hasil yang akhirnya
didapat dengan melihat sisi baik keputusan Allah tersebut
5. Selalu tersenyum dan senantiasa berusaha untuk menggapai impian
yang belum diijabah oleh Allah (optimis)
15
7. Meminta maaf kepada setiap orang yang pernah kita sakiti.
3.3. Studi Kasus 3:
Seseorang merasa tidak bahagia karena mendapatkan ancaman
diskriminasi dan intimidasi karena dia menganut agama yang minoritas
diwilayahnya. (Riantama)
16
Apa yang membuat orang bahagia? Pertanyaan ini mungkin sulit
dijawab. Namun kebahagiaan dan kepuasan hidup sulit didefinisikan.
Sementara keduanya merupakan bagian dari kesejahteraan seseorang..
kebahagiaan merujuk pada emosi individu, perasaan, atau suasana hati.
Sebaliknya, kepuasan hidup lebih berkaitan dengan cara orang memikirkan
kehidupan mereka secara kesatuan utuh — termasuk hubungan mereka.
Melihat dari sudut pandang agama islam. Maka sebetulnya
kebahagian itu terbagi jadi dua yaitu kebahagian semu (Duniawi, sekuler,
dll) dan kebahagian real/nyata (suatu hal yg sifatnya nonduniawi). Nah
berangkat dari pernyataan itu, tidak semua orang berada pada lingkup yg
sama. Artinya tiap orang sedang berada di kebahagiaanya masing masing,
terlepas itu semu ataupun nyata. Nah ketika seperti itu, kita tidak bisa
memaksakan segala sesuatunya untuk sesuai dengan apa yg kita
anut/percayai/yakini. "Lakum Dinukum Waliyadin" mereka semua bebas
untuk percaya dan terlena dengan jenis kebahagiaan yg mana, karena kita
tidak dapat memaksa mereka. Kita sebagai manusia untuk hidup didunia itu
diberi yg namanya kewajiban/beban. Oleh karena itu manusia disebut
dengan Mukallaf. Yang salah satunya adalah untuk saling mengingatkan
dan membimbing.
Mereka dan kita berbeda pandangan, mereka mematerialkan dan
merealistikan semua hal didunia, menurut mereka, mereka merasa bahagia
karena mereka mencarinya, sama halnya dengan mereka mendapat uang
karena berkerja. Dan kita tidak dapat memaksakannya.
17
Seperti, Perubahan Fisik, Perubahan Intelek, Perubahan Emosi, Perubahan
Sosial, dan Perubahan Moral. Karena adanya perubahan itulah para remaja
mulai mencari jati diri atau kebahagiaan. Banyak cara yang ditempuh
remaja dalam proses pencarian jati dirinya, dari melakukan hal yang positif
maupun hal yang negative. Proses pencarian jati diri juga sangatlah tidak
mudah, tidak jarang ada remaja yang merasa putus asa, depresi dan tertekan.
Salah satu solusi untuk membuat remaja lebih semangat dan Bahagia dalam
perjalanan mencari jari dirinya adalah dengan mempelajari Ilmu Agama.
Hakikat remaja yang mencari jati diri adalah mencari kebahagiaan.
Tapi, sering kali setelah semua yang diinginkan tercapai seperti harta,
kekayaan, karir cemerlang, bahkan istri yang cantik, banyak juga orang
belum merasa bahagia. Hatinya masih terus diliput gundah gulana dan
merasa kekurangan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran Surah
Ar Ra’du Ayat 28 yang artinya “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tenteram.” lantas apa yang bisa menjadi
jaminan agar seseorang bisa merasakan kebahagiaan dalam hidup ini?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Alqur’an memberikan solusinya.
Alqur’an memberikan garansi kepada siapa saja yang selalu mengingat
Allah dan dekat dengan-Nya niscaya akan mendapatkan ketenangan hati,
ketenteraman batin dan kebahagiaan jiwa.
18
BAB IV
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
iii
LAMPIRAN
A. Power Point
(Slide 1) (Slide 2)
(Slide 3) (Slide 4)
(Slide 5) (Slide 6)
(Slide 7) (Slide 8)