Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN GINEKOLOGI:


MIOMA UTERI

Disusun untuk memenuhi tugas dalam Stase Maternitas


Program Profesi Ners XXXII

Oleh:
Randi Febriana
220112160040

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
MIOMA UTERI

A. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos,
jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Dalam kepustakaan ginekologi mioma uteri terkenal
dengan istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine fibroid
(Prawirohardjo,1996:281). Mioma ini berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya
dominan. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh
wanita (Manuaba, 2004). Leimyomas biasanya tumbuh pada korpus uterus: intramural,
subserosal, dan submucosal. Ketiga fibroid muncul dan membesar pada nonpregnant uterus.

B. Etiologi
Penyebab mioma uteri belum diketahui pasti dan diduga merupakan penyakit multifaktorial.
Mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah
sel neoplastik tunggal. Tumbuh mulai dari benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada
miometrium sangat lambat tetapi progresif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mioma uteri (Manuaba, 2004):
a. Estrogen
Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest
atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma uteri harus terdapat
dua komponen penting yaitu: sel nest ( sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang
sel nest secara terus menerus). Hormon estrogen dapat diperoleh melalui penggunaan alat
kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil KB, Suntikan KB, dan Susuk KB). Peranan estrogen
didukung dengan adanya kecenderungan dari tumor ini menjadi stabil dan menyusut setelah
menopause dan pengangkatan ovarium.
b. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus menstruasi dan
kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.

C. Patofisilogi
Penyebab muioma masih belum diketahui secara pasti. Mioma terjadi dari single neoplastic
cell di dalam miometrium yang lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium
terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor didalam
uterus. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus initampak
bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus,uterus mioma dapat
menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorongkandung kencing ke atas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi.
Selain itu masalah dapat timbul jikaterjadi pecahnya pembuluh darah dan intramural
sehingga kontraksi otot uterus yang menyebabkan perdarahan pervagina lama dan banyak.
Perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan menyebabkan terjadinya anemia. Anemia ini
bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri
tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang
mengalami kekurangan volume cairan dan gangguan peredaran darah ditandai dengan adanya
nekrosa dan perlengketan sehingga timbul rasa nyeri (Sastrawinata S: 151) .

D. Klasifikasi

Terdapat 3 jenis mioma uteri, diantaranya :


1. Mioma Uteri Submukosal
Mioma yang berada di bawah uterus/endometrium (lapisan otot bagian dalam dari dinding
rahim). Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Mioma
submukosum mengganti jaringan endometrial sehingga selalu memberikan keluhan
perdarahan melalui vagina. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma
submukosa pedinkulata (jenis muioma submukosa yang mempunyai tangkai). Tumor ini
dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, sehingga mudah mengalami infeksi dan ulserasi.
Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses diatas.
2. Mioma Uteri Intramural
Terletak pada dinding uterine, disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple.
Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat, uterus bertambah besar, berubah bentuknya.
Mioma yang terletak pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi, rasa tidak
enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
3. Mioma Uteri Subserosal
Subserosal tumor terletak di bawah perimetrium uterus atau bagian luar dinding rahim.
Tumor ini berupa tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan
uterus melalui tangkai. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneum sebagai
suatu massa. Tumor jenis ini dapat tumbuh keluar dinding uterus sehingga dapat menggeser
atau menimpa jaringan lainnya terutama pada struktur genitourinaria dan menyebabkan
hidroureter atau masalah kandung kemih [ CITATION Por11 \l 1033 ].

E. Tanda dan Gejala


a. Gejala Subjektif
Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik
karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya gejala subjektif dipengaruhi oleh: letak
mioma uteri, besar mioma uteri, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala subjektif pada
mioma uteri yaitu:
 Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum dijumpai. Gangguan
perdarahan yang terjadi umumnya adalah: masa menstruasi menyakitkan atau berlebih.
Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat
dijelaskan oleh karena bertambahnya area permukaan dari endometrium yang
menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah
di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
 Rasa nyeri, dapat disebabkan oleh: penekanan saraf, torsi bertangkai, submukosa mioma
terlahir, dan infeksi pada mioma.
 Tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung
kemih akan menyebabkan poliuria, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada
ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
Selain itu jika terjadi penekanan pada rahim maka akan muncul gejala seperti terasa berat
di abdomen bagian bawah.
 Infertilitas, akibat penekanan salran tuba oleh mioma yang berlokasi di kornu.
Perdarahan secara terus menerus pada pasien dengan mioma submukosa dapat
menghalangi implantasi atau mengobstruksi serviks.
b. Gejala Objektif
Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa ahli medis. Gejala
objektif mioma uteri ditegakkan melalui:
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan Abdomen dan pemeriksaan pelvik. Pada
pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba
sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan
degeneratif. Pada pemeriksaan Pelvis, serviks biasanya normal, namun pada keadaan
tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan
terlihat pada ostium servikalis. Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan
noduler. Perlunakan tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular.
2. Pemeriksaan Penunjang; Apabila keberadaan masa pelvis meragukan maka
pemeriksaan dengan ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu pemeriksaan
dengan laporoskopi juga dapat dilakukan untuk mengetahui ukuran dan lokasi tumor
dan biopsi untuk mengetahui adanya keganasan.

F. Pencegahan
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau sebelum terdapat
resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang
tinggi serat seperti sayuran dan buah.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang menderita mioma. Upaya
pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan mengenai faktor-faktor resiko mioma
terutama pada kelompok yang beresiko yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu
tindakan pengawasan pemberian hormon estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB
kombinasi (mengandung estrogen dan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen
lebih rendah dibanding pil sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri berhubungan
dengan kadar estrogen.
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma uteri, tindakan ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan yang dilakukan adalah
dengan melakukan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.
4. Pencegahan Tersier
Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah berupa rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas
hidup dan mencegah timbulnya komplikasi. Pada dasarnya hingga saat ini belum diketahui
penyebab tunggal yang menyebabkan mioma uteri, namun merupakan gabungan beberapa
faktor atau multifaktor. Tindakan yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas hidup
dan mempertahankannya. Penderita pasca operasi harus mendapat asupan gizi yang cukup
dalam masa pemulihannya.
G. Komplikasi
1. Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi Leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32 – 0,6 % dari seluruh
mioma, serta merupakan 50 – 75 % dari seluruh sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru
ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang
mioma dalam menopause.
2. Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah syndrome abdomen akut. Jika torsi
terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu
keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum
3. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat melalui
kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada ada kemungkinan gangguan
sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
4. Gangguan yang terjadi pada kehamilan
Miom bisa mengganggu perkembangan bayi dan mempersulit proses persalinan. Kelahiran
premature juga bisa terjadi. Selain itu mungkin diperlukan operasi SC apabila miom besar
menghalangi vagina. Meski jarang sekali, namun miom juga bisa menyebabkan keguguran.

H. Pemeriksaan Penunjang
- Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya
mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama lebih bermanfaat untuk mendeteksi
kelainain pada rahim, termasuk mioma uteri. Uterus yang besar lebih baik diobservasi
melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri dapat menampilkan gambaran secara
khas yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupunpembesaran uterus. sehingga
sangatlah tepat untuk digunnakan dalam monitoring (pemantauan) perkembangan mioma
uteri.
- Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil
serta bertangkai. Pemeriksaan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk penegakkan diagnosis
dan sekaligus untuk pengobatan karena dapat diangkat.
- MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan
karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi alternative.
ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.

I. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada mioma uteri, diantaranya:
1. Penanganan konservatif:
 Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan.
 Bila anemia, Hb < 8 gr% memerlukan transfuse PRC
 Pemberian zat besi
2. Penanganan operatif:
 Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
 Pertumbuhan tumor cepat
 Penekanan pada organ sekitarnya
 Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
Maka jenis operasi yang dapat dilakukan berupa:
 Histerektomi: dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada penderita
yang memiliki mioma yang simptomatik.
 Miomektomi: pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
 Bedah histeroskopi: adalah prosedur mengangkat miom melalui vagina dengan
menggunakan peralatan operasi kecil. Langkah ini tidak memerlukan adanya
penyayatan, proses pengangkatan miom dilakukan melalui vagina. Cara ini cocok
bagi wanita yang masih ingin memiliki anak di masa mendatang.
3. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami
menopause. Radioterapi hendaknya dilakukan apabila tidak ada keganasan pada uterus.
4. Farmakologi:
 Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu untu mengurangi besar ukuran mioma.
 Levonorgastel intrauterine system (LNG-IUS) merupakan alat dari plastic yang
diletakkan dalam rahim. Alat ini berfungsi mengeluarkan hormon progesterone yang
bernama levonorgastrel secara perlahan-lahan. Dengan alat ini, akan memperlambat
pertumbuhan dinding rahim agar lebih tipis dan perdarahan menjadi lebih sedikit.
 Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) untuk menghentikan atau mengurangi
perdarahan.
J. Pengkajian
1. Data dasar:
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan
fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
2. Data pasien :
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis
kelamin dan pendidikan terakhir.
3. Keluhan utama :
Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri.
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Riwayat penyakit sebelumnya :
Data yang perlu dikaji adalah : riwayat abortus, riwayat operasi ginekologi, riwayat keluarga
yang menderita kanker.
6. Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
7. Data Khusus:
Riwayat reproduksi: haid dikaji tentang riwayat menarche, haid terakhir
Hamil dan persalinan:mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil berkaitan dengan hormone
estrogen pada masa ini dalam jumlah yang besar.
8. Data Psikologi:
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional klien dan
diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi.
9. Pemeriksaan Penunjang
10. Pemeriksaan Fisik
 Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor
dapat terbatas atau bebas.
 Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut
menyatu dengan rahim atau mengisi kavum douglasi

K. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek sekunder darimioma uteri
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam,perdarahan uterus
yang berlebihan atau abnormal
3. Gangguan eliminasi : BAK berhubungan dengan adanya penekanan padamioma uteri
terhadap kandung kemih
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, keterbatasan pergerakan.
L. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek sekunder dari mioma uteri, proses
penyakit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri hilang dan berkurang.
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan nyeri yang dirasakan dapat berkurang,ekspresi wajah
rileks dan tenang
Intervensi :
a. Kaji tingkat dan kerakteristik nyeri, termasuk kualitas, frekuensi, durasi,lokasi dan
intensitasnya
b. Ajarkan pasien latihan teknik relaksasi nafas dalam
c. Berikan pasien posisi yang nyaman
d. Kontrol tanda-tanda vital pasien
e. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam,perdarahan uterus


yang berlebihan / abnormal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan volume cairandalam kondisi
seimbang
Kriteria hasil : tidak terjadi hipovelemi (oliguri, kapilarirefil menurun,turgor jelek), tanda-
tanda vital dalam batas normal (TD 120/80 mmHg, nadi 69 – 100 x/menit,
RR 16 – 24 x/menit, suhu 37° C)
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital
b. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran cairan
c. Catat perdarahan baru setelah berhentinya perdarahan awal
d. Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalperubahan mental,
kelemahan, gelisah, pucat, berkeringat, peningkatansuhu
e. Berikan cairan baik roral maupun parenteral sesuai program
f. Monitor jumlah tetesan infus

3. Gangguan eliminasi : BAK berhubungan dengan adanya penekanan pada mioma uteri
terhadap kandung kemih
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkaneliminasi BAK lancar.
Kriteria hasil :urine dapat keluar lancar, klien tidak mengeluh sakit, klien merasa nyaman
Intervensi :
a. Kaji pola BAK pasien
b. Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine
c. Anjurkan pasien untuk minum banyak
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat sesuai denganindikasi

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, keterbatasanpergerakan.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan perawatan diriterpenuhi
Kriteria hasil :klien merasa nyaman dan kebutuhan perawatan diri terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji kondisi klien
b. Motivasi klien untuk melakukan perawatan diri
c. Bantu klien untuk kebutuhan personal hygiene
d. Libatkan keluarga dalam pemehunan perawatan diri
e. Ajarkan pada klien cara untuk perawatan diri
Pathway
Daftar Pustaka

Manuaba, I. B. G. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.
Ompusunggu, M.L. 2011. Mioma Uteri. Available at :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25190/4/Chapter%20II.pdf
Porth, C. M. 2011. Essentials of Pathophysiology. USA: Wolters Kluwer.
Sastrawinata, S. 2004. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai