DISUSUN OLEH :
T.A 2021
1
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
Latar Belakang...............................................................................................................3
Perumusan Masalah.......................................................................................................4
Tujuan............................................................................................................................4
Manfaat..........................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
DASAR TEORI.................................................................................................................6
Biogas............................................................................................................................7
Teknologi Digester.......................................................................................................13
BAB III............................................................................................................................19
METODOLOGI...............................................................................................................19
BAB IV............................................................................................................................22
PEUTUP..........................................................................................................................22
Kesimpulan..................................................................................................................22
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Energi merupakan komponen penting untuk menunjang aktivitas dan
usaha produktif maupun dalam menghasilkan barang dan jasa. Sumber energi
dapat berasal dari energi fosil, energi matahari, air, angin atau energi dari sumber
daya hayati (bioenergi). Kelangkaan bahan bakar minyak sudah tidak dapat
dipungkiri lagi. Persediaan minyak bumi di dunia makin lama makin menipis dan
harganya makin melonjak. Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan
akan sumber energi makin meningkat, terutama dari minyak bumi. Untuk itu,
sumber energi selain minyak bumi sangat diperlukan salah satunya adalah
bioenergi.
Bionergi merupakan sumber energi (bahan bakar) yang dihasilkan oleh
sumber daya hayati seperti tumbuh-tumbuhan, minyak nabati, dan limbah
peternakan dan pertanian. Jenis energi yang dihasilkan berupa energi dalam
bentuk gas (biogas), cair (biofuel), atau padat (biomass). Energi tersebut
selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan panas (kalor), gerak (mekanik),
dan listrik tergantung pada alat yang digunakan dan kebutuhan dari pengguna.
Dengan kekayaan dan keragaman sumber daya hayati yang ada di Indonesia,
pemanfaatan bioenergi merupakan pilhan yang tepat dalam rangka penyediaan
energi yang terbarukan, murah, dan ramah lingkungan.
Salah satu sumber energi terbarukan yang berasal dari sumber daya alam
hayati adalah biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian
bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi yang relatif kurang
oksigen (anaerob). Sumber bahan baku untuk menghasilkan biogas yang utama
adalah kotoran ternak sapi, kerbau, babi, kuda dan unggas, dapat juga berasal dari
sampah organik. Namun sampai saat ini pemanfaatan limbah kotoran ternak
sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk biogas ataupun bioarang sangat kurang
3
karena teknologi dan produk tersebut merupakan hal yang baru di masyarakat.
Padahal biogas merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan
terbarukan, dapat dibakar seperti gas elpiji (LPG) dan dapat dugunakan sebagai
sumber energi penggerak generator listrik.
Prospek pengembangan teknologi biogas ini sangat besar terutama di
daerah pedesaan dimana sebagian besarnya masyarakat bekerja dibidang
peternakan dan pertanian. Pada umunya masyarakat yang berprofesi sebagai
petani mempunyai hewan ternak seperti unggas, kambing, sapi, kerbau, dll.
Selama ini limbah kotoran ternak hanya dimanfaatkan sebagai pupuk itupun
kurang optimal. Limbah kotoran ternak yang menumpuk menimbulkan efek
pencemaran seperti pencemaran terhadap air tanah, pencemaran terhadap udara,
dan memicu timbulnya efek rumah kaca. Untuk itu dikembangkan teknologi baru
untuk memanfaatkan dan menaikkan nilai keekonomisan dari limbah tersebut
salah satunya dengan jalan memanfaatkannya sebagai bahan baku pembuatan
biogas.
Perumusan Masalah
Bagaimana mengolah limbah kotoran ternak menjadi biogas?
Bagaimana kualitas dari bahan bakar yang dihasilkan dibanding dengan
bahan bakar fosil yang ada?
Tujuan
menghasilkan sumber energi (bahan bakar) yang terbarukan, murah dan
ramah lingkungan,
mengurangi pencemaran akibat limbah kotoran ternak,
mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumber energi tak
terbarukan seperti minyak bumi.
4
Manfaat
mengurangi pengeluaran masyarakat untuk membeli bahan bakar,
menambah pendapatan masyarakat,
mengurangi dampak buruk penggunaan bahan bakar minyak bumi
terhadap lingkungan,
meningkatkan kebersihan dan sanitasi lingkungan.
5
BAB II
DASAR TEORI
6
Biogas
[1]
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan oleh
proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang
hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa
diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik
(padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak cocok
untuk sistem biogas sederhana. Di daerah yang banyak industri pemrosesan
makaan antara lain tahu, tempe, ikan, pindang atau brem bisa menyatukan saluran
limbahnya ke dalam sistem biogas, sehingga limbah industri tersebut tidak
mencemari lingkungan di sekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah
industri tersebut diatas berasal dari bahan organik yang homogen.
Bahan bakar biogas tidak menghasilkan asap merupakan suatu pengganti
yang unggul untuk menggantikan bahan bakar minyak atau gas alam. Gas ini
dihasilkan dalam proses yang disebut pencernaan anaerob, merupakan gas
campuran metan (CH4) , karbondioksida (CO2), dan sejumlah kecil nitrogen,
amonia, sulfur dioksida, hidrogen sulfida, dan hidrogen. Secara alami, gas ini
terbentuk pada limbah pembuangan air, tumpukan sampah, dasar danau atau rawa.
Mamalia termasuk manusia menghasilkan biogas dalam sistem pencernaannya,
bakteri dalam sistem pencernaan menghasilkan biogas untuk proses mencerna
selulosa. Biomassa yang mengandung kadar air yang tinggi seperti kotoran hewan
dan limbah pengolahan pangan cocok digunakan untuk bahan baku pembuatan
biogas.
Limbah peternakan merupakan salah satu sumber bahan yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas, sementara perkembangan atau
pertumbuhan industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan karena
menumpuknya limbah peternakan. Polutan yang dihasilkan dari dekomposisi
kotoran ternak yaitu BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemichal
Oxygen Demand), bakteri patogen, polusi air, debu, dan polusi bau. Di banyak
negara berkembang kotoran ternak, limbah pertanian, dan kayu bakar digunakan
sebagai bahan bakar. Hal inilah yang menjadi perhatian karena emisi metan dan
7
karbondioksida yang menyebabkan efek rumah kaca dan mempengaruhi
perubahan iklim global.
Jika dilihat dari segi pengolahan limbah, proses anaerob juga
memberikan beberapa keuntungan yaitu menurunkan nilai COD dan BOD, total
solid, volatile solid, nitrogen nitrat, dan nitrogen organik. Bakteri caliform dan
patogen lainnya, telur insek, parasit, bau juga dihilangkan atau menurun. Di
daerah pedesaan yang tidak terjangkau listrik, penggunaan biogas memungkinkan
untuk belajar dan melakukan kegiatan komunitas di malam hari. Kesetaraan
biogas dengan sumber energi lain dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Kesetaraan biogas dengan beberapa sumber energi lain
0.46 Kg LPG
3
1 m Biogas 0.62 liter Minyak tanah
3.5 Kg Kayu bakar
Sumber : Departemen Petanian (2009) [1]
Beberapa alasan lain mengapa biogas dapat dimanfaatkan sebagai energi
alternatif dan semakin mendapat perhatian yaitu :
(a) harga bahan bakar yang terus meningkat,
(b) dalam rangka usaha untuk memperoleh bahan bakar lain yang dapat
diperbarui,
(c) dapat diproduksi dalam skala kecil di tempat yang tidak terjangkau listrik
atau energi lainnya,
(d) dapat diproduksi dalam kontruksi yang sederhana.
8
Tabel 2.1 Kondisi pengoperasian pada proses pencernaan anaerob
Parameter Nilai
Temperatur
Mesofilik 35o C
Termofilik 54o C
pH 7-8
Alkalinitas 2500 mg/L Minimum
Waktu retensi 10-30 hari
Laju terjenuhkan 0.15-0.35 kg.VS/m3/hari
Hasil biogas 4.5-11 m3/kg.VS
Kandungan metana 60-70 %
Untuk lebih jelasnya proses pembentukan biogas dapat dilihat pada diagram alir
di bawah ini :
9
Selulosa
10
Tabel 2.2 Kompisisi gas (%) dalam biogas yang berasal dari kotoran ternak dan sisa
pertanian
Campuran Kotoran
Jenis Gas Kotoran Sapi Sapi dan Sampah
Pertanian
Metana (CH4) 65.7 55-70
Karbondioksida (CO2) 27.0 27-45
Nitrogen (N2) 2.3 0.5-3.0
Karbonmonoksida (CO) 0.0 0.1
Oksigen (O2) 0.1 6.0
Propan (C3H8) 0.7 -
Hidrogen Sulfida (H2S) Tidak Terukur Sedikit sekali
Nilai Kalor (kkal/m3) 6513 4800-6700
11
rasio C/N yang diinginkan. Rasio C/N beberapa bahan yang umum digunakan
sebagai bahan baku biogas disajikan pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Rasio karbon dan nitrogen (C/N) dari beberapa bahan baku
Bahan Rasio C/N
Kotoran bebek 8
Kotoran manusia 8
Kotoran ayam 10
Kotoran kambing 12
Kotoran babi 18
Kotoran domba 19
Kotoran sapi/kerbau 24
Slurry kotoran sapi mengadung 1,8 - 2,4% nitrogen, 1,0 - 1,2% fosfor
(P205), 0,6 - 0,8% potassium (K 20), dan 50 - 75% bahan organik. Kandungan
solid yang paling baik untuk proses anaerobik yaitu sekitar 8%. Untuk limbah
kotoran sapi segar dibutuhkan pengenceran 1 : 1 dengan air. Teknologi
pencernaan anaerob bila digunakan dalam sistem perencanaan yang matang, tidak
hanya mencegah polusi tetapi juga menyediakan energi berkelanjutan, pupuk dan
rekoveri nutrien tanah. Untuk itu proses ini dapat mengubah limbah dari suatu
masalah menjadi suatu yang menguntungkan.
Tabel 2.4 Potensi produksi gas dari berbagai jenis kotoran hewan
Jenis Kotoran Produksi Gas per Kg (m3)
Sapi/Kerbau 0.023-0.040
Babi 0.040-0.059
Unggas 0.065-0.116
Manusia 0.020-0.028
Teknologi Digester
Saat ini berbagai bahan dan jenis peralatan biogas telah banyak
dikembangkan sehingga dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, jenis,
jumlah dan pengelolaan kotoran ternak. Secara umum terdapat dua teknologi yang
digunakan untuk memperoleh biogas. Pertama, proses yang sangat umum yaitu
fermentasi kotoran ternak menggunakan digester yang didesain khusus dalam
kondisi anaerob. Kedua, teknologi yang baru dikembangkan yaitu dengan
menangkap langsung gas metan dari lokasi tumpukan sampah tanpa harus
12
membuat digester khusus. Peralatan dan proses pengolahan dan pemanfaatan
biogas ditampilkan pada gambar berikut.
13
4. Keuntungan ekonomi
Lebih ekonomis dibandingkan dengan proses lainnya ditinjau dari siklus ulang
proses
Bagian utama dari proses produksi biogas yaitu tangki tertutup yang
disebut digester. Desain digester bermacam-macam sesuai dengan jenis bahan
baku yang digunakan, temperatur yang dipakai dan bahan konstruksi. Digester
dapat terbuat dari cor beton, baja, bata atau plastik dan bentuknya dapat berupa
seperti silo, bak, kolam dan dapat diletakkan di bawah tanah. Sedangkan untuk
ukurannya bervariasi dari 4-35 m3. Biogas dengan ukuran terkecil dapat
dioperasikan dengan kotoran ternak 3 ekor sapi, 7 ekor babi atau 500 ekor unggas.
14
Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi pemanfaatan
kotoran ternak menjadi biogas yaitu : (Dede Sulaeman, 2009)
1. Ketersediaan ternak
Jenis, jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah dapat menjadi
potensi bagi pengembangan biogas. Hal ini karena biogas dijalankan dengan
memanfaatkan kotoran ternak.Kotoran ternak yang dapat diproses menjadi
biogas berasal dari ternak ruminansia dan non ruminansia seperti sapi potong,
sapi perah dan babi; serta unggas.
Jenis ternak mempengaruhi jumlah kotoran yang dihasilkannya. Untuk
menjalankan biogas skala individual atau rumah tangga diperlukan kotoran
ternak dari 3 ekor sapi, atau 7 ekor babi, atau 500 ekor ayam.
2. Kepemilikan Ternak
Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadi dasar pemilihan
jenis dan kapasitas biogas yang dapat digunakan. Saat ini biogas kapasitas
rumah tangga terkecil dapat dijalankan dengan kotoran ternak yang berasal dari
3 ekor sapi atau 7 ekor babi atau 500 ekor ayam. Bila ternak yang dimiliki
lebih dari jumlah tersebut, maka dapat dipilihkan biogas dengan kapasitas yang
lebih besar (berbahan fiber atau semen) atau beberapa biogas skala rumah
tangga.
3. Pola Pemeliharaan Ternak
Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi
optimal. Kotoran ternak lebih mudah didapatkan bila ternak dipelihara dengan
cara dikandangkan dibandingkan dengan cara digembalakan.
4. Ketersediaan Lahan
Untuk membangun biogas diperlukan lahan disekitar kandang yang
luasannya bergantung pada jenis dan kapasitas biogas. Lahan yang dibutuhkan
untuk membangun biogas skala terkecil (skala rumah tangga) adalah 14 m2 (7m
x 2m). Sedangkan skala komunal terkecil membutuhkan lahan sebesar 40m 2
(8m x 5m).
5. Tenaga Kerja
15
Untuk mengoperasikan biogas diperlukan tenaga kerja yang berasal
dari peternak/pengelola itu sendiri. Hal ini penting mengingat biogas dapat
berfungsi optimal bila pengisian kotoran ke dalam reaktor dilakukan dengan
baik serta dilakukan perawatan peralatannya.
Banyak kasus mengenai tidak beroperasinya atau tidak optimalnya
biogas disebabkan karena: pertama, tidak adanya tenaga kerja yang menangani
unit tersebut; kedua, peternak/pengelola tidak memiliki waktu untuk
melakukan pengisian kotoran karena memiliki pekerjaan lain selain
memelihara ternak.
6. Manajemen Limbah/Kotoran
Manajemen limbah/kotoran terkait dengan penentuan komposisi padat
cair kotoran ternak yang sesuai untuk menghasilkan biogas, frekuensi
pemasukan kotoran, dan pengangkutan atau pengaliran kotoran ternak ke
dalam raktor. Bahan baku (raw material) reaktor biogas adalah kotoran ternak
yang komposisi padat cairnya sesuai yaitu 1 berbanding 3. Pada peternakan
sapi perah komposisi padat cair kotoran ternak biasanya telah sesuai, namun
pada peternakan sapi potong perlu penambahan air agar komposisinya menjadi
sesuai.
Frekuensi pemasukan kotoran dilakukan secara berkala setiap hari
atau setiap 2 hari sekali tergantung dari jumlah kotoran yang tersedia dan
sarana penunjang yang dimiliki. Pemasukan kotoran ini dapat dilakukan secara
manual dengan cara diangkut atau melalui saluran.
7. Kebutuhan Energi
Pengelolaan kotoran ternak melalui proses reaktor an-aerobik akan
menghasilkan gas yang dapat digunakan sebagai energi. Dengan demikian,
kebutuhan peternak akan energi dari sumber biogas harus menjadi salah satu
faktor yang utama. Hal ini mengingat, bila energi lain berupa listrik, minyak
tanah atau kayu bakar mudah, murah dan tersedia dengan cukup di lingkungan
peternak, maka energi yang bersumber dari biogas tidak menarik untuk
dimanfaatkan. Bila energi dari sumber lain tersedia, peternak dapat diarahkan
untuk mengolah kotoran ternaknya menjadi kompos atau kompos cacing
(kascing).
16
8. Jarak (kandang-reaktor biogas-rumah)
Energi yang dihasilkan dari reaktor biogas dapat dimanfaatkan untuk
memasak, menyalakan petromak, menjalankan generator listrik, mesin
penghangat telur/ungas dll. Selain itu air panas yang dihasilkan dapat
digunakan untuk proses sanitasi sapi perah.
Pemanfaatan energi ini dapat optimal bila jarak antara kandang ternak,
reaktor biogas dan rumah peternak tidak telampau jauh dan masih
memungkinkan dijangkau instalasi penyaluran biogas. Karena secara umum
pemanfaatan energi biogas dilakukan di rumah peternak baik untuk memasak
dan keperluan lainnya.
9. Pengelolaan Hasil Samping Biogas
Pengelolaan hasil samping biogas ditujukan untuk memanfaatkannya
menjadi pupuk cair atau pupuk padat (kompos). Pengeolahannya relatif
sederhana yaitu untuk pupuk cair dilakukan fermentasi dengan penambahan
bioaktivator agar unsur haranya dapat lebih baik, sedangkan untuk membuat
pupuk kompos hasil samping biogas perlu dikurangi kandungan airnya dengan
cara diendapkan, disaring atau dijemur. Pupuk yang dihasilkan tersebut dapat
digunakan sendiri atau dijual kepada kelompok tani setempat dan menjadi
sumber tambahan pandapatan bagi peternak.
10. Sarana Pendukung
Sarana pendukung dalam pemanfaatan biogas terdiri dari saluran
air/drainase, air dan peralatan kerja. Sarana ini dapat mempermudah
operasional dan perawatan instalasi biogas. Saluran air dapat digunakan untuk
mengalirkan kotoran ternak dari kandang ke reaktor biogas sehingga kotoran
tidak perlu diangkut secara manual. Air digunakan untuk membersihkan
kandang ternak dan juga digunakan untuk membuat komposisi padat cair
kotoran ternak yang sesuai. Sedangkan peralatan kerja digunakan untuk
mempermudah/meringankan pekerjaan/perawatan instalasi biogas.
Selain sepuluh faktor di atas, kemauan peternak/pelaku untuk,
menjalankan instalasi biogas dan merawatnya serta memanfaatkan energi biogas
menjadi modal utama dalam pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas. Tanpa
adanya kemauan peternak untuk secara aktif mengoptimalkan biogas, maka
17
faktor-faktor lain tidak akan cukum membantu dalam optimalisasi pemanfaatan
biogas.
18
BAB III
METODOLOGI
19
Gambar 3.1 Tipe digester yang digunakan
Sumber : Departemen Pertanian (2009)[1]
20
2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada
pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan
lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada
pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang
banyak sampai digester penuh.
3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan
isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk
kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya
terjadi proses fermentasi.
4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena
yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14
baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4
54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.
5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api
pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa
menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau
seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran ternak
secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.
21
BAB IV
PEUTUP
Kesimpulan
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan
organik oleh mikroorganisme pada kondisi yang relatif kurang oksigen (anaerob).
Sumber bahan baku untuk menghasilkan biogas yang utama adalah kotoran ternak
sapi, kerbau, babi, kuda dan unggas, dapat juga berasal dari sampah organik.
biogas merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan
terbarukan, dapat dibakar seperti gas elpiji (LPG) dan dapat dugunakan sebagai
sumber energi penggerak generator listrik. Prospek pengembangan teknologi
biogas ini sangat besar terutama di daerah pedesaan dimana sebagian besarnya
masyarakat bekerja dibidang peternakan dan pertanian. Pada umunya masyarakat
yang berprofesi sebagai petani mempunyai hewan ternak seperti unggas, kambing,
sapi, kerbau, dll.
22