Anda di halaman 1dari 5

Nama : Naufal Akbar

NIM : 195020507111039
Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia

Strategi Pemulihan Ekonomi di masa Pandemi Covid - 19

Adanya Covid 19 yang bermula dari Negara China tepatnya berada di Kota Wuhan tahun 2019
mengakibatkan adanya kepanikan terhadap kondisi saat ini. Di masa pandemi Covid 19 seluruh
negara di dunia mengalami gangguan dalam banyak hal, terutama dalam persoalan kesehatan
maupun ekonomi. Situasi seperti ini sangat mengganggu masyarakat di seluruh dunia melakukan
aktivitas ataupun kegiatan di beberapa sektor. Sehingga banyak sekali aktivitas yang tehambat
bahkan sampai dibatalkan dalam jangka waktu yang cukup lama. Saat ini terdapat sekitar
37.470.752 kasus pasien positif corona di seluruh dunia berdasarkan data terakhir. Di bidang
kesehatan, seluruh negara yang ada di dunia melakukan banyak cara untuk mencari solusi terkait
penyembuhan virus covid 19, dengan melakukan beberapa riset, analisis maupun penelitian
dengan tujuan untuk mendapatkan vaksin maupun obat untuk pasien-pasien yang terpapar virus
covid 19 ini. Sedangkan dalam bidang ekonomi sendiri, kondisi ekonomi di seluruh dunia
mengalami penurunan dalam pertumbuhan ekonomi / kontraksi ekonomi. Tidak sedikit pula
negara- negara besar dan menengah mengalami resesi perkonomian saat ini, banyak negara yang
terancam bahkan jatuh ke lubang resesi ekonomi sejak kuartal ke - II 2020 dan berkemungkinan
Negara lainya akan berpotensi menyusul.

Beberapa Negara seperti Indonesia juga mengalami kontraksi ekonomi, kegiatan ekonomi juga
mengalami penurunan karena adanya pembatasan – pembatasan yang dilakukan sebagai protokol
kesehatan. Salah satu penyebab adanya penurunan ini terjadi, lantaran Negara China megalami
kontraksi yang sangat dalam hingga 6 persen. Hal tersebut adalah salah satu penyebab penurunan
pertumbuhan ekonomi global, hal ini dikarenakan China adalah salah satu negara mitra dagang
yang memiliki pengaruh besar terhadap partner mitranya selain negara Amerika Serikat.

Di tingkat global beberapa lembaga dunia mengeluarkan data mengenai pertumbuhan


perkonomian dunia. Presiden Jokowi mengatakan pada bulan Juli lalu dalam pidatonya bahwa
ekonomi global berada pada angka -2,5 % dari sebelumnya berada pada angka 3% - 3,5%
menurut Dana Moneter Internasional (IMF). Lalu Bank Dunia (World Bank) juga mengatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi dunia berada pada kontraksi -5,2 %. Sedangkan, Organisasi
Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD memproyeksi perekonomian dunia
terkontraksi 6 bahkan lebih buruk yaitu mencapai 7,6 persen. Tingkat kondisi seperti ini bisa
setiap bulan berubah, setiap lembaga juga beberapa kali melakukan revisian disebabkan oleh
ketidakpastian kondisi pandemi Covid 19, hal ini menjadi gambaran betapa sulitnya kondisi
perekonomian saat ini.
Dari gambaran tersebut, pemerintah Indonesia ingin memulihkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia agar tidak lagi terjadi kontraksi. Pemerintah memprediksi bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia ditahun 2020 akan mulai membaik di bulan September sekitar -1,7 % hingga
-0,6 %, angka kemiskinan dan juga pengagguran berpotensi meningkat, yang sebelumnya pada
kuartal ke II ekonomi Indonesia terkontraksi -5,32%, angka yang sangat tidak baik dalam
beberapa sektor, terutama pada sektor yang berkontak langsung.

Sebagai negara yang berdaulat, Pemerintahan Republik Indonesia akhirnya membuat suatu
kebijakan dimasa pandemi Covid 19 ini, pemerintah memfokuskan penanganan nasional
terutama dibidang kesehatan dan juga ekonomi. Pemerintahan Indonesia mengeluarkan
kebijakan fiskal ini dengan mengadakan program penanganan Covid 19 dan juga pemulihan
ekonomi yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) yang
diatur di dalam UU no 2 tahun 2020 pada tanggal 16 Mei 2020 yang lalu. Tidak tanggung -
tanggung pemerintah Indonesia menggelontorkan biaya dengan jumlah yang amat besar. Biaya
yang dialokasikan pada progam ini yaitu sebesar Rp. 695,2 Triliun.

Strategi ini dinamakan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Program PEN ini dibuat
pemerintah Indonesia sebagai strategi dalam upaya pemulihan kesehatan dan juga ekonomi.
Pemerintah melakukan Strategi ini untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi agar daya beli
masyarakat meningkat dan dunia usaha tidak tutup serta aktivitas ekonomi tetap berjalan dengan
tetap mengikuti protokol kesehatan.

Sebesar 87,55 Triliun dialokasikan pemerintah Republik Indonesia khusus untuk kesehatan.
Dana ini akan dialokasikan untuk penanganan covid 19 berupa intensif tenaga medis, belanja
penanganan covid , santunan kematian, bantuan iuran BPJS, gugus tugas Covid 19 Dll. Sejauh
ini pemerintah cukup baik dalam realisasi anggaran kesehatan. Pada bulan Juli lalu Tenaga
kesehatan mendapat intensif sebesar Rp. 213, 08 miliar untuk 44.796 Nakes, di waktu yang sama
pemerintah juga mencairkan santunan kematian nakes sebesar Rp. 300 Juta (kontan.co.id).
Kemudian untuk pencairan bantuan BPJS masih belum menemukan system yang cukup baik,
dikarenakan prosedur pengajuan yang berbelit dan juga pendataan yang belum tepat, terdapat
data orang kaya yang mendapat bantuan BPJS yang menjadi kendala BPJS kesehatan.
Sedangkan Gugus Tugas Covid 19 menerima dana sekitar 3 Triliun yang digunakan untuk
pengadaan Alat Pelindung Diri (APD), alat kesehatan, logistik, test kit,dll. yang disalurkan
kepada rumah sakit yang berada di daerah baik itu di Provinsi, Kabupaten / Kota.

Kemudian Pemerintah Republik Indonesia menyiapkan dana sebesar Rp. 607,65 Triliun yang
disiapkan untuk Program PEN. Program yang digunakan untuk belanja dan investasi pemerintah
dalam upaya pemulihan ekonomi ini dialokasikan menjadi beberapa dana penunjang ekonomi
yaitu : dana sosial masyarakat, dana stimulus usaha, dan dana kementerian dan lembaga.
a. Perlindungan Sosial dan Masyarakat (203,9 T)

Dana Perlindungan sosial dan masyarakat adalah dana yang disiapkan oleh pemerintah untuk
menompang kehidupan masyarakat terutama masyarakat menengah kebawah. Program ini
diberikan untuk membantu dan juga meringankan beban ekonomi masyarakat dimasa sulit
pandemi Covid 19. Dengan adanya program ini harapan dari pemerintah adalah agar masyarakat
dapat memanfaatkan dan juga memaksimalkan bantuan yang ada, serta tetap dapat melakukan
kegiatan yang memicu produktivitas.

Dimasa sulit saat ini Pemerintahan Republik Indonesia cukup maksimal dalam menjalankan dana
perlindungan sosial. Pemerintah Republik Indonesia telah memberikan bantuan - bantuan secara
massive selama terjadinya pandemic covid 19 pada daerah – daerah di Jabodetabek maupun
Non- Jabodetabek. Bantuan – bantuan yang diberikan pemerintah sebagai paket penopang
masyarakat ini adalah seperti, bantuan sembako, bantuan sosial di wilayah jabodetabek, bantuan
sosial non jabodetabek, bantuan langsung untuk dana desa, program kartu pra kerja, dan bantuan
subsidi biaya listrik.

Presiden Jokowi mengatakan pelaksanaan program ini berjalan dengan baik per 23 september
2020, dengan rincian :

1. Program Keluarga Harapan, telah tersalurkan Rp 29,133 triliun dan sudah diterima oleh
10 juta penerima manfaat. 
2. Program Sembako, telah tersalurkan Rp 30,978 triliun dan sudah diterima 19,41 juta
penerima manfaat. 
3. Program Sembako di Jabodetabek, telah tersalurkan Rp 4,407 triliun dan sudah
diserahterimakan kepada 1,9 juta penerima manfaat. 
4. Program Bansos Tunai di luar Jabodetabek, juga telah tersalurkan Rp 24,787 triliun dan
sudah diterima 9,1 juta penerima manfaat.
5. Program Kartu Prakerja untuk yang terkena PHK, juga telah tersalurkan Rp 16,617 triliun
dan sudah diterima oleh 4,8 juta penerima manfaat.
6. Program BLT Dana Desa, telah tersalurkan Rp 11,730 triliun dan sudah diterima 7,55
penerima manfaat.
7. Untuk UMKM terdapat Banpres Produktif untuk Modal Kerja, telah tersalurkan Rp
14,183 triliun untuk diterima 5,9 juta penerima manfaat yaitu UMKM.
8. Program Subsidi Gaji, telah tersalurkan Rp 10,800 triliun dan sudah diterima 9 juta
penerima manfaat.
9. Diskon Listrik, telah tersalurkan Rp 3,455 triliun, sudah diterima 31,4 juta penerima
subsidi listrik.
(Kontan.co.id)
b. Stimulus untuk Usaha (297,64)

Stimulus untuk usaha disuntikan oleh pemerintah dengan jumlah yang cukup besar untuk
melanjutkan usaha- usaha ekonomi masyaratat. Tujuan diberikannya stimulus ini adalah untuk
untuk mengatasi adanya krisis ekonomi serta mempercepat pertumbuhan perekonomian
Indonesia menghadapi dampak dari pandemi virus corona.

Pemerintah Republik Indonesia memproyeksikan dana stimulus ini kepada Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) dan juga Korporasi. Mengingat peranan UMKM sangat besar dalam
perekonomian, pemerintah memberikan stimulus berupa subsidi bunga. Menteri Keuangan Ibu
Sri Mulyani mengatakan subsidi ini diberikan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Ultra
Mikro yang meminjam dibawah Rp 10 miliar dan ultra mikro yang pinjamanya berada disekitar
Rp 5 – 10 Juta.

Namun, dalam pelaksanaan subsidi bunga ini masih mengalami evaluasi, yaitu stimulus yang
diberikan belum terbantu oleh bank, karena disebabkan adanya persoalan dari lembaga atau
perbankan dalam proses untuk mendapatkan subsidi bunga tersebut. Selain itu, terdapat stimulus
untuk Korporasi, pemerintah membantu stimulus pada korporasi berupa tariff pajak yang rendah
serta penundaan pembayaran pajak. Stimulus ini dilakukaan pemerintah agar dapat
membangkitkan dunia usaha serta pemilik usaha tetap menjalankan usahanya.

c. Kementerian / Lembaga dan Pemda (106,11 T)

Kementerian / Lembaga dan Pemda juga mendapat dukungan anggaran untuk meningkatkan
produktivitas ekonomi di beberapa sektor. Anggaran yang diberikan ini akan didistribusikan dan
digunakan untuk hal-hal seperti : Program padat karya K/L, Pariwisata, Intensif Perumahan,
Dana Intensif Daerah, Cadangan Dana Alokasi Khusus Fisik, Fasilitas Pinjaman Daerah, dan
Cadangan Perluasan.

Dari program yang sudah diusulkan tesebut sampai dengan 6 agustus 2020 lalu, baru 8,1% dana
terealisasikan dari total anggaran senilai Rp 106,11 Triliun. Artinya sebesar Rp 8,6 Triliun dana
yang sudah digunakan untuk anggaran Kementerian / Lembaga dan Pemda, dengan rincian dana
digunakan pada Stimulus Program Padat karya K/L, Dana Intensif Daerah, dan Dana Alokasi
Khusus. Dalam hal ini Kementerian Keuangan tetap berupaya untuk mempercepat proses
penganggaran dari usulan program-program tesebut.
Pelaksanaan Program PEN sendiri selalu mengalami evaluasi tiap waktunya dari Pemerintah
Republik Indonesia dengan tujuan agar realisasi program selanjutnya dapat berjalan lebih
optimal. Dalam menjalankan Program PEN pemerintah menerapkan prinsip keadilan sosial dan
untuk kemakmuran rakyat dalam mengatasi perekonomian dimasa pandemi virus Covid 19.
Program ini bersifat fleksibel, yang mana program PEN dapat berubah sewaktu – waktu sesuai
dengan situasi dan kondisi ekonomi yang terjadi.

Pembiayaan Program PEN sendiri melibatkan inovasi kerjasama Kebijakan Fiskal dan Kebijakan
Moneter yang di pelopori oleh Pemerintah Republik Indonesia dan Bank Indonesia (BI) dalam
pemulihan perekonomi Indonesia . Selain itu Program PEN ini juga diawasi dan dipantau oleh
lembaga besar nasional seperti Kementerian Keuangan, Komite Penangangan Covid 19, dan
BPK.

Strategi Program PEN ini diharapkan mampu untuk mengoptimalkan peran belanja yang
dilakukan oleh pemerintah, sehingga dapat mengakselerasi pemulihan ekonomi yang lebih baik
pada kuartal ke - III. Dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ke – IV dan
seterusnya. Tidak lupa sebagai masyarakat yang baik kita juga harus berpartisipasi untuk
mendukung Kebijakan Program PEN ini supaya program ini berjalan secara efektif dan
membantu ekonomi masyarakat di masa pandemi Covid 19.

Anda mungkin juga menyukai