Anda di halaman 1dari 7

Kebudayaan Romawi

Kebudayaan Romawi terbentuk berdasarkan elernen-elernen yang diambil dari kebudayaan Yunani,
kebudayaan Etruscan (engineering ability dan utiliter architecture) dan kebudayaan Syria. Penduduk asli
Romawi adalah bangsa prajurit sejati yang suka berperang sehingga memiliki karakter yang kuat dan
lebih mencurahkan perhatiannya pada pekerjaan, negara, dewa dan juga keluarga. Bangsa Romawi
mempunyai disiplin dan ambisi yang tinggi terhadap kekayaan dan penguasaan terhadap bangsa lain.

Beberapa hal yang dapat dibedakan atau lebih diunggulkan dengan bangsa lain yailu:

Organisasi dalam masyarakat dan negara telah terbentuk mulai dari rakyat biasa atau prajurit hingga
pimpinan yang tertinggi (kaisar).

Asimilasi budaya berasal dari gabungan kebudayaan Yunani, Etruscan dan Syria. Namun dengan
perpaduan kebudayaan tersebut muncul satu karakter atau sifat kebudayaan baru, yaitu kebudayaan
Romawi.

Hubungan dengan masyarakat pendatang sangat toleran dan bersifat terbuka, terutama pedagang yang
berasal dari sekitar kekuasaan Romawi. Selama penduduk pendatang mau mengikuti peraturan yang
berlaku dan menguntungkan bagi kepentingan kerajaan Romawi hubungan pendatang dan pribumi
sangat baik.

Bangsa Romawi memiliki satu prinsip yang sangat ambisius dalam hidup. Pandangan mereka adalah
hanya melalui prinsip kerja yang keras maka akan menghasilkan apapun yang diinginkan. Ambisi
menguasai alam dan lingkungan akhirnya melahirkan satu keterampilan yang dominan dalam konsep
teknik dan ruang.

Karakteristik Arsitektur Romawi dan Yunani

1). Kemampuan dalam teknologi bangunan lebih maju dari pada bangsa Yunani, seperti dalam
pembuatan saluran air dan pembuatan konstruksi busur/lengkung.

2). Penafsiran terhadap makna kehidupan dari segi fungsi dan sistem struktur sosial sangat kompleks.
Kondisi ini sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku, tata cara hidup dan termasuk dalam tata
bangunan. Setiap aktifitas kehidupan dalam struktur social kemasyarakatan seringkali diperingati
dengan upacara-upacara atau pesta-pesta besar.

3). Konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan dirancang secara integratif. Perancangan
bangunan selalu berorientasi kedalan skala yang lebih luas atau dalam skala kota demikian juga
sebaliknya.

4). Konsep perancangan menekankan pada pengertian bahwa ruang merupakan media ekspresi
arsitektural. pada skala kota dan interior.

5). Skala bangunan bersifat monumental atau mengutamakan kesan agung. Ekspresi arsitekturnya
terungkapkan melalui peralihan artikulasi detail.
6). Bentuk arsitektur mengesankan keanggunan formal yang berorientasi birokratik, tersusun secara
sistematik, praktis dan variatif dalam langgam.

Langgam Arsitektur Romawi dan Yunani

1). Memanfaatkan kosa klasik Yunani sebagai motif dekorasi, bukan elemen dasar yang mengungkap
karakter ideal secara utuh.

2). Superimposisi (menggahungkan order kiasik yang diatur dalam posisi saling tumpang tindih untuk
satu tingkatan yang berbeda) berbagai langgam, untuk mencapai suatu totalitas sistem yang dinamis
dan bentuk simbolik yang baru.

3). Dinding sebagai bidang penerus, diperkuat dengan pembagian bidang, tekstur, elemen vertikal dan
horizontal.

4). Kontruksi busur dan lengkung untuk gugus ruang yang kompleks.

Konsep Ruang

Ruang merupakan konkretisasi dimensi waktu dan tindakan, bukan keabadian atau keteraturan statis.

1). Ruang bersifat self-contained bukan merupakan batasan fisik belaka, karena itu harus dibentuk,
diartikulasikan dan diaktifkan.

2). Karakter lingkungan spatial terpadu, tidak ditentukan oleh ikatan situasi geografis tertentu.

3). Artikulasi ruang merupakan kontinuitas, irama, variasi, keteraturan, dinamis, sekuens dan aksialitas.

Karakteristik Romawi

Jenjang jalan terdiri dari : Jalan Arteri (Cardo) untuk kawasan pemerintahan yang menghubungkan jalur
Utara-Selatan kota Roma, Jalan Kolektor (Decusmanus) untuk daerah Pemerintahan (Domain),
Apartemen (Insule) dan Ruang Terbuka (Tempulum) yang menghubungkan jalur Timur-Barat, Jalan
lingkungan (Prinsipia) dan Lorong (Path) untuk hunian. Pada pertemuan jenis jalan tersebut dinamakan
simpul (Nodes), biasanya diletakkan pintu-pintu gerbang (Triumphal-Arches). Jalur Utara-Selatan dan
Timur-Barat diakhiri dengan empat benteng Kota. Citra kota menekankan pada aspek keteraturan
kosmik (Cosmik Order) dengan mengacu pada lata letak berskala besar dengan pola “grideon”. Citra
spatial kota ini mempunyai sifat tidak berubah-ubah (non arbitrary), ortogonal, dan memasukkan unsur-
unsur ruang memusat, vertikal dan berorientasi arah mata angin (Cardinal).

Pemisahan yang jelas antara daerah sekitar pemukiman (Periphery Bloks) dengan kawasan penghijauan
taman kota/lanskap. Ruang-ruang kota mempunyai interaksi sistematik dengan bangunan di sekitarnya.
Fasade bangunan kota merupakan rangkaian (sequence) dan tipikal kolonade yang menampilkan efek
perspektif meluas.

Kehidupan Penduduk Romawi Kuno

Penduduk asli romawi tinggal di Italia bagian Utara, tepatnya di sekitar Danau Maggiore. Mereka
mendapatkan makanan dengan cara bertani, berburu dan menangkap ikan. Pada masa zaman besi
(1000-600 SM), bangsa pendatang muncul di Italia diantaranya bangsa Umbria di bagian utara, Latin di
lembah Sungai Tiger dan Samnite di Selatan.Sungai Timber berada di bagian tengah Itali, dan dari sinilah
selanjutnya muncul kerajaan Romawi yang menyebar hampir ke seluruh daratan Eropa, Asia dan
Afrika.Kebudayaan tersebut dikenal dengan kebudayaan Latin.

Ada beragam jenis keluarga di Kekaisaran Romawi.Secara umum, persamaan kedudukan pria dan wanita
di bawah hukum Romawi agak lebih baik dibandingkan dengan hukum Yunani atau bahkan hukum
Islam.Persamaan gender di Romawi lebih tinggi di daerah barat, seperti di Eropa dan Afrika Utara,
daripada di daerah timur seperti di Asia Barat, yang meneruskan tradisi-tradisi Yunani.

Orang-orang dari ras dan budaya minoritas kemungkinan merasa lebih nyaman berada di bawah hukum
Romawi. Ada banyak orang berbagai budaya dan suku yang berinteraksi di kekaisaran sehingga muncul
toleransi yang tinggi terhadap budaya lain. Di pihak lain, hubungan ini kadangkala juga dapat meletus
menjadi kekerasan terhadap kelompok minoritas.

Di seluruh kekaisaran, banyak anak lelaki di kota yang pergi bersekolah. Beberapa anak perempuan
bersekolah, namun sebagian besar tidak diizinkan bersekolah.Di daerah pedesaan, jumlah anak yang
bersekolah jauh lebih sedikit lagi.Yang belajar di perguruan tinggi juga sedikit, karena jaraknya yang
jauh, misalnya di Athena atau di Alexandria.

Anak-anak Romawi memiliki banyak teman, baik di sekolah, keluarga, atau di lingkungan sekitar
mereka.Akan tetapi, lelaki dan gadis dari keluarga kaya tidak diperbolehkan untuk saling mencintai
dengan leluasa karena biasanya pernikahan dilakukan melalui perjodohan yang diatur oleh
keluarga.Sementara untuk orang miskin, percintaan bisa lebih leluasa.

Bahasa Peradaban Romawi Kuno

Bahasa Kekaisaran Romawi adalah Latin. Menurut Virgil, bahasa Latin merupakan sumber persatuan dan
tradisi bangsa Romawi. Hingga pemerintahan Aleksander Severus (222–235), akta kelahiran dan surat
wasiat warga Romawi harus ditulis dalam bahasa Latin. Latin adalah bahasa resmi pengadilan dan militer
di seluruh Kekaisaran, tetapi penggunaannya tidak dipaksakan secara resmi kepada masyarakat yang
berada di bawah kekuasaan Romawi.Kebijakan ini bertentangan dengan yang dilakukan oleh Aleksander
Agung, yang bertujuan menjadikan bahasa Yunani sebagai bahasa resmi di seluruh
kekaisarannya.Sebagai konsekuensi dari penaklukkan Aleksander, bahasa Yunani Koine telah menjadi
bahasa pergaulan di Mediterania timur dan Asia Minor.”Perbatasan linguistik” membagi Barat Latin dan
Timur Yunani melalui semenanjung Balkan.
Warga Romawi yang menempuh pendidikan elite mempelajari bahasa Yunani sebagai bahasa sastra, dan
sebagian besar pria kelas atas mampu menuturkan bahasa Yunani. Kaisar-kaisar dari dinasti Julio-
Klaudianus mendorong penggunaan bahasa Latin yang benar dan berstandar tinggi (Latinitas),
pergerakan linguistik yang di dunia modern dikenal dengan bahasa Latin Klasik, dan lebih menyukai
penggunaan bahasa Latin dalam urusan-urusan resmi. Klaudius berupaya untuk membatasi penggunaan
bahasa Yunani, dan bahkan mencabut kewarganegaraan orang-orang yang tidak menguasai bahasa
Latin.Meskipun demikian, Klaudius, yang menguasai kedua bahasa tersebut, masih menuturkan bahasa
Yunani ketika berbicara dengan perwakilan Yunani di Senat.[47]Suetonius menjuluki sang Kaisar dengan
“bilingualis kami”.

Mata Pencaharian Pada Peradaban Romawi Kuno

Sebagian besar orang di Romawi adalah petani, dan beberapa petani adalah budak meskipun sebagian
besarnya adalah orang merdeka. Mereka menanam gandum, barley, zaitun, anggur, apel, bawang, dan
seledri. Mereka biasanya menjual hasil panen mereka di pasar kota. Petani Romawi membayar pajak
sebagian dengan uang, sebagian lagi dengan hasil panen.

Dengan uang dari penjualan hasil panen, para petani bisa membeli makanan, pakaian, dan barang-
barang lainnya. Mereka juga membeli hewan untuk dipersembahkan pada dewa.

Banyak petani tinggal di desa kecil, namun banyak juga yang tinggal di kota yang agak besar, dan pergi
ke ladang mereka setiap hari. Di desa, orang-orang kebanyakan tinggal di bangunan dari batu bata yang
dilengkapi halaman. Orang yang tinggal di kota biasanya tinggal di bangunan apartemen kecil tanpa
halaman dan dapur, sehingga mereka harus membeli makanan di pedagang jalanan atau restoran.

Orang kaya beserta budak-budak mereka juga tinggal di kota. Beberapa dari orang kaya ini adalah tuan
tanah, yang menyewakan tanah mereka pada para petani miskin, atau menyuruh budak untuk
mengurusnya. Beberapa orang kaya menjalankan bisnis pembuatan pakaian atau peralatan. Beberpa
orang yang lebih miskin menajdi pengajar, dokter, pemabawa air, atau pengemis. Kaum perempuan
menjual barang-barang di toko, menjadi penjahit, atau mengemis. Perempuan biasanya tidak menjadi
pengajar di sekolah.

Bangsa Romawi juga melakukan perdagangan dengan bangsa-bangsa lainnya. Mereka menyeberangi
Laut Tengah untuk membeli papirus dari Mesir, kaca dari Fenisia, daging babi dan garam dari Austria,
timah dari Inggris, saus ikan, alat masak, dan piring dari Afrika Utara, dan minyak zaitun dari Spanyol.
Bahkan petani biasa mampu membeli banyak dari benda-benda tersebut.

Beberapa pedagang bahkan pergi lebih jauh, ke Samudra Hindia atau menyebrangi Asia Barat, untuk
berdagang dengan orang india dan memperoleh kapas, kayu manis, bumbu-bumbu, dan bahkan sutra
yang datang dari Tiongkok. Benda-benda ini tergolong mahal dan hanya mampu dibeli oleh golongan
orang kaya.

Pemerintahan Peradaban Romawi Kuno


Sejak 1500 SM sampai mendekati 500 M, selama dua ribu tahun, pemerintahan Romawi kurang lebih
memakai sistem yang sama, dengan kata lain, tidak banyak terjadi perubahan, meskipun perubahan itu
tetap ada seiring waktu.

Pada awalnya, Romawi dipimpin oleh raja yang dibantu oleh senat.Ketika Republik Romawi pertama kali
didirkan pada 500 SM, raja diganti oleh dua orang yang disebut konsul, sedangkan senat tetap
ada.Perempuan tidak diperbolehkan menjadi konsul.Kedua konsul memegang kendali atas pasukan,
behak menyatakan perang, menentukan jumlah pajak, dan membuat hukum.Suatu keputusan harus
disetujui oleh kedua konsul; jika salah seorang mengatakan “veto” (aku tolak), maka keputusan tidak
jadi dilaksanakan.

Konsul dibantu oleh senat sebagai dewan penasihat.Senat terdiri dari keluarga-keluarga kaya di
Romawi.Perempuan tidak diperbolehkan menjadi anggota senat.Jabatan senator (anggota senat)
merupakan jabatan seumur hidup.Kebanyakan konsul pada akhirnya bergabung dengan senat, dan
kebanyakan senator memiliki ayah atau kakek yang dulunya juga menjabat di senat. Para konsul sering
melaksanakan apa yang diusulkan oleh senat.

Ada juga prefek di Romawi, mereka bertugas mengurusi kota, beberapa mengadili kasus, beberapa yang
lainnya mengatur pasar atau pelabuhan. Selain itu, ada Tribunus, yaitu orang-orang di senat yang
mewakili rakyat miskin.Tribunus dipilih oleh Majelis.Tribunus berhak memveto keputusan senat yang
berkenaan dengan rakyat miskin.Sementara Majelis adalah kumpulan yang terdiri dari para pria dewasa
dan merdeka di Romawi.Mereka berhak memberikan suara jika dimintai oleh konsul, mislnya harus
pergi berperang atau tidak.Majelis juga memilih konsul, prefek, dan senator.Namun Majelis sudah diatur
sedemikian rupa sehingga orang kaya bisa lebih bnyak memilih daripada orang miskin.Baik prefek,
Tribunus, atau Majelis hanya boleh diisi oleh laki-laki.

Setelah Romawi menaklukan berbagai daerah yang jauh dari kota Roma, mereka pun menerapkan
sistem provinsi. Setiap provinsi dipimpin oleh gubernur.Gubernur memegang kendali atas pasukan di
provinsinya.Gubernur biasanya berasal dari kalangan jenderal. Menjelang tahun 50 SM, yakni masanya
Julius Caesar, jenderal-jenderal ini mulai mengambil alih pemerintahan dan mengabaikan senat serta
konsul.Mereka bisa melakukannya karena memiliki pasukan.Augustus, pada 31 SM, adalah salah satu
jenderal ini. Dia berhasil mendirikan suatu sistem baru.

Lembaga senat dan jabatan konsul tetap disteruskan namun Augustus menjadikan dirina memiliki
kekuasaan tertinggi. Dia berhasil membuat senat menjadikannya dirinya sebagai Tribunus, sehingga
Augustus bisa memveto keputusan senat yang tidak dia sukai. Augustus juga memegang kendali atas
pasukan sehingga dia bisa menyingkirkan orang yang menghalangi jalannya.Sistem ini, yaitu Romawi
dipimpin oleh kaisar namun senat dan konsul tetap ada, terus berjalan selama 1500 tahun sampai
akhirnya Romawi runtuh.

Kepercayaan Peradaban Romawi Kuno

Pada awalnya bangsa Romawi mempercayai akan kekuatan roh atau dengan kata lain, kepercayaan
mereka adalah animisme. Kekuatan roh ini berkaitan dengan rumah tangga, sebagai berikut:
Leres, roh penjaga ladang.

Penates, penjaga gudang.

Janus, penjaga pintu rumah.

Vesta, penjaga api.

Lares familiaris, penjaga rumah.

Masuknya kebudayaan Yunani dan Etrusci berubah menjadi politeisme, dewa-dewa diwujudkan seperti
halnya manusia, bahkan sejak kekuasaan Julius Caesar raja dianggap sebagai dewa. Dewa-dewa yang
disembah oleh bangsa Romawi hampir sama dengan dewa-dewa bangsa Yunani namun dengan nama
yang berbeda. Contohnya Yupiter (dewa tertinggi), Mars (dewa perang), Venus (dewi kecantikan),
Neptunus (dewa laut) dan lain-lain.

Penyebaran agama Kristen oleh Santo Petrus dan Paulus ke Eropa turut mengubah kepercayaan bangsa
Romawi menjadi monotheisme. Agama Kristen dijadikan sebagai agama negara oleh Theodosius (378-
395 M), bahkan Kota Roma menjadi pusat agama Katolik.

Kesenian Peradaban Romawi Kuno

Seni Romawi berkembang dari seni bangsa Etruria, karenanya pada masa awal, seni Romawi sangat
mirip dengan seni Etruria. Maka dari itu, seni Romawi juga berhubungan erat dengan seni
Yunani.Romawi baru memiliki seni dengan ciri khas sendiri sejak sekitar tahun 500 SM dengan berdirinya
Republik Romawi.Bangsa Yunani lebih tertarik pada konsep yang ideal, yaitu makhluk-makhluk yang
indah dan sempurna, sedangkan bangsa Romawi lebih tertarik pada realitas. Bangsa Romawi senang
membuat patung yang menggamabarkan tokoh tertentu dengan sangat mirip dan realistis.

Banyak orang Romawi juga percaya bahwa membuat wajah yang bagus pada patung seseorang akan
membuat arwah mereka tenang setelah mati dan tidak bergentayangan. Sehingga, selama masa
Republik dan Kekaisaran Romawi, banyak sekali patung yang dibuat.

Sekitar tahun 200 SM, Romawi mulai menaklukan Yunani, dan hal ini sangat mempengaruhi gaya seni
mereka. Ketika pasukan Romawi memasuki Yunani, mereka melihat banyak sekali karya seni di kuil, di
pemakaman, di alun-alun kota, dan di rumah-rumah. Mereka sangat mengagumi karya seni Yunani.
Bangsa Romawi pun mengambil banyak karya seni Yunani, baik dengan cara membelinya, mencurinya,
atau kadang memeprolehnya dari orang Yunani sebagai hadiah). Bangsa Romawi juga banyak membawa
pematung Yunani (kadang dengan cara memperbudak mereka) ke Romawi supaya mereka bisa
membuat lebih banyak karya seni untuk Romawi.

Seni Romawi pada abad pertama dan kedua Masehi masih meneruskan gaya dari masa sebelumnya.
Namun seniman Romawi mulai menambahkan fungsi seni sebagai propaganda untuk menunjukkan pada
rakyat Romawi apa yang diinginkan oleh kaisar untuk diketahui atau dipikirkan oleh rakyatnya, beberapa
contohnya adalah Pelengkung Titus dan Tiang Trajanus.
Ada banyak lukisan dinding pada masa ini. Lukisan dinding pada abad pertama Masehi kadang dibagi
menjadi beberapa gaya berbeda. Gaya pertama adalah lukisan dinding yang membuat dinding rumah
nampak seperti dibuat dari marmer, meskipun pada kenyataannya itu dibuat dari bahan yang jauh lebih
murah dariapda marmer.Gaya kedua adalah lukisan dinding yang dihiasi dekorasi bunga, burung,
tanaman, atau buah-buahan. Gaya ketiga adalah lukisan dinding yang dihiasi gambar-gambar manusia.
Di salah satu vila di kota Pompeii, ditemukan adanya lukisan dinding dengan gambar orang-orang (dalam
ukuran sebenarnya) yang sedang mengobrol dan duduk. Selain itu, ada pula berbagai variasi lainnya.

Bangsa Galia menggabungkan gaya seni mereka dengan gaya Romawi. Begitu juga bangsa Briton,
Spanyol, Kartago, Punisia, dll.

Pada abad ketiga Masehi, beberapa konsep baru bermunculan dalam seni Romawi.Yang pertama adalah
peperangan dengan kaum Jermanik di utara. Hal ini ikut diabadikan dalam seni (kadang dengan gaya
yang berlebihan), seperti misalnya pada Tiang Markus Aurelius, yang memperlihatkan orang-orang yang
kepalanya dipotong atau isi perutnya dikeluarkan. Contoh lainnya adalah Pelengkung Severus.Yang
kedua adalah penggunaan bor yang mulai menggantikan pahat.

Hal ini membuat pembuatan patung menjadi lebih mudah dan cepat.Patung Romawi pun terlihat
berbeda.Yang ketiga adalah meningkatnya perhatian ada jiwa, mungkin akibat pengaruh agama
Nasrani.Hal ini ditunjukkan dengan patung-patung yang lebih menekankan pada mata (jendela jiwa),
kadang dengan pandangan ke atas (surga). Bagian tubuh pun dianggap kurang penting sehingga para
pematung kadang membuat bagian tubuh lainnya secara tidak akurat, kadang tangan dan kakinya
terlalu pendek, atau kepalanya terlalu besar.Gaya ini terus berlanjut sampai kejatuhan Romawi.

Anda mungkin juga menyukai