Anda di halaman 1dari 1

ALIANSI JOGJA SAHKAN RUU PENGHAPUSAN KEKERASAN SEKSUAL

RUU Penghapusan Kekerasan Seksual harus segera disahkan! Situasi di atas makin menunjukkan kalau DPR telah gagal menentukan prioritas.
Ribuan kasus kekerasan seksual hanya akan menjadi angka, dan pengabaian hak
Tuntutan ini adalah tuntutan yang akan terus dibawa di aksi tiap Selasa di kan terus menerus muncul tiap harinya. Kekerasan pada perempuan akibat
Yogyakarta, dan serentak dilakukan di Jakarta dan Jawa Barat. Tuntutan ini konflik berbasis SDA pun akan meningkat seiring makin masifnya eksploitasi
adalah bentuk kekecewaan masyarakat sipil atas dikeluarkannya RUU SDA. Alih-alih mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dan atau RUU
Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU P-KS) dari prioritas Prolegnas 2020. RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga yang menjamin keadilan bagi warga
Penghapusan Kekerasan Seksual adalah RUU yang diharapkan mampu negaranya, DPR RI justru memilih untuk memprioritaskan RUU Cipta Kerja.
menjawab kebuntuan hukum dalam penanganan kasus kekerasan seksual.
TERUS DESAK PENGESAHAN RUU P-KS, TERUS DUKUNG KORBAN KEKERASAN
RUU Penghapusan Kekerasan Seksual adalah peraturan perundangan yang akan SEKSUAL!
secara komprehensif mengatur hal-hal berkenaan penanganan kasus kekerasan
seksual seperti pencegahan, hak bagi saksi korban, pemulihan, dan hukum acara Kami Aliansi Jogja Sahkan RUU P-KS akan terus bergerak dan mendesak DPR
bagi pelaku. Adanya kebuntuan hukum ini adalah salah satu penyebab tumbuh untuk mengesahkan RUU P-KS melalui aksi langsung tiap Selasa di Yogyakarta.
suburnya ‘budaya memperkosa’ dan semakin banyaknya kasus kekerasan Upaya ini adalah bentuk solidaritas kami bagi para korban/penyintas kekerasan
seksual yang tidak terselesaikan karena ketiadaan payung hukum yang menjamin seksual yang selama ini dikhianati oleh janji kosong keterwakilan para anggota
keadilan bagi korban/penyintas. DPR. Kami mendesak DPR RI untuk memasukkan kembali RUU Penghapusan
Kekerasan Seksual ini ke dalam Prolegnas 2021, dan melanjutkan
DPR Harus Membuat Prioritas! Kasus Kekerasan Seksual Bukan Sekadar Angka! pembahasannya agar RUU ini dapat disahkan di tahun 2021. Pengesahan RUU ini
harus menjadi wujud nyata komitmen politik atas ribuan kasus kekerasan seksual
Pada bulan Juli 2020, DPR RI memutuskan mengeluarkan RUU ini dari Prolegnas yang terus meningkat di sepanjang tahun. Jika payung hukum yang berpihak
2020. Hal ini menunjukkan abai dan tidak adanya komitmen anggota DPR dalam kepada korban/penyintas tidak juga disediakan, dan kultur patriarki & seksisme
memperjuangkan keadilan bagi korban/penyintas kekerasan seksual serta terus dilanggengkan, kasus kekerasan seksual tidak akan berkurang dan justru
menentukan prioritas pengesahan undang-undang. RUU P-KS telah masuk ke akan terus bertambah. Untuk itu kami mendesak DPR untuk :
Prolegnas sejak 2015 dan di tahun 2017 Presiden Joko Widodo mengeluarkan
perintah koordinasi lintas kementerian untuk RUU P-KS. Tahun 2018, DPR telah SAHKAN RUU PENGHAPUSAN KEKERASAN SEKSUAL!
menunjuk Komisi VIII sebagai panitia kerja untuk pembahasan namun di bulan
Juli ini mereka memutuskan untuk mengeluarkannya dari Prioritas Prolegnas Kami juga mengajak seluruh elemen warga di Yogyakarta dan atau daerah
2020. lainnya untuk ikut aktif menyuarakan desakan pengesahan RUU P-KS ini serta
mendukung korban/penyintas kekerasan seksual untuk memperoleh akses untuk
Kekecewaan tak berhenti begitu saja, di bulan yang sama Badan Musyawarah keadilan.
(Bamus) DPR RI menolak RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT)
untuk ditetapkan menjadi RUU Inisiatif DPR pada tanggal 13 Juli 2020 lalu. Yogyakarta, 21 Juli 2020
Padahal usulan RUU PPRT ini telah dimulai sejak 16 tahun lalu. DPR RI juga masih
berambisi mengesahkan Omnibus Law RUU Cipta Kerja di tahun 2020. Padahal AMP, CIQAL, Jaringan Perempuan Yogyakarta, Lavender Study Club, LBH
RUU Cipta Kerja ini tidak memiliki perspektif yang berpihak pada perempuan Yogyakarta, LMND DN, LSS, P3SY, PEMBEBASAN, PLUSH, PSG UNU, PW FATAYAT
pekerja, baik di sektor formal maupun informal serta tidak memuat aturan NU DIY, Samsara, SEMMI​, ​Sigab, Sapda, Solidaritas Perempuan Kinasih, UII
penghapusan kekerasan terhadap perempuan di dunia kerja. Bahkan RUU Cipta Bergerak, UMY Bergerak
Kerja memiliki perspektif yang semakin mengancam ruang hidup perempuan di
sektor Sumber Daya Alam (tanah, pangan, dan pertanian) yang tak luput dari
adanya kekerasan pada perempuan yang memperjuangkan haknya. Kontak:
Dila - 082215186675 // Frida - 085800335985 

Anda mungkin juga menyukai