Anda di halaman 1dari 3

HUBUNGAN PENGARAHAN KEPALA RUANG DENGAN PELAKSANAAN

KOMUNIKASI SBAR DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM

MEURAXA BANDA ACEH

A. Latar Belakang

Perawat merupakan paramedis yang memiliki berbagai peran penting dalam

menunjang proses kesembuhan pasien, diantara berbagai peran tersebut, terdapat

peran yang sangat signifikan yaitu peran sebagai komunikator. Adapun peran ini

mengharuskan perawat untuk melakukan komunikasi dengan pasien, keluarga,

perawat, dan dengan berbagai profesi kesehatan lainnya yang bertujuan untuk

memberikan pelayanan yang secara menyeluruh dan berkelanjutan sehingga

mendukung percepatan penyembuhan pasien (Potter & Perry, 2005).

World Health Organisation merekomendasikan komunikasi efektif kepada rumah

sakit adalah komunikasi yang yang berporos kepada situation, Backround,

assessment, dan Rekomendasi atau yang lebih dikenal dengan komunikas SBAR

(WHO, 2010). Komunikasi SBAR juga digunakan sebagai salah satu indikator dalam

penilaian akreditasi Internasional yaitu di sub fokus komunikasi yang efektif yang

berada di bawah International Patient Safety Goal (Join Commision International,

2016).

Berdasarkan penelitian Dufour (2012) yang dilakukan di Negara Amerika Serikat

yang berjudul tentang hubungan pengimplementasian teknik komunikasi SBAR


terhadap peningkatan patient safety yang mendapatkan hasil bahwa kurangnya

komunikasi perawat saat handover merupakan fenomena kategori kedua yang

kejadiannya paling tinggi yang mempengaruhi tingkat pelayanan dalam menjaga

keselamatan pasien.

Komunikasi handover menjadi perhatian yang penting dalam standar akreditasi

Rumah Sakit nasional Indonesia yang bertujuan untuk mengurangi kesalahan

komunikasi yang dapat berefek buruk kepada pasien(KARS, 2012). Rumah sakit tipe

B yang sedang mempersiapkan akreditasi nasional KARS 2012 dituntut agar mampu

menerapkan komunikasi handover secara optimal yang dimana menggunakan teknik

komunikasi SBAR (KARS, 2016).

Selanjutnya dalam menunjang berjalannya komunikasi hand over berjalan dengan

baik, maka berbagai fungsi manajemen memiliki peranan penting yang terlibat di

dalamnya. Adapun beberapa fungsi manajemen diantaranya, planning (perencanaan),

organizing (pengorganisasian), directing (pengarahan), controlling (pengawasan).

Salah satu fungsi yang vital adalah fungsi pengarahan, dimana kepala ruang

memegang peranan penting adalah mengatur dan mengarahkan para staf sesuai

tupoksi kerjanya mencakup cara penyampaian informasi yang baik dan optimal.

Penelitian Fajri (2015) yang dilakukan di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh tentang motivasi perawat dalam melakukan teknik komunikasi SBAR

mendapatkan hasil bahwa motivasi perawat dalam melakukan teknik komunikasi


SBAR berada dalam keadaan tinggi, diantaranya pada bagian motivasi ekstrinsik

(motivasi yang berasal dari luar individu tersebut) berada dalam kategori tinggi

(80%).

Rumah Sakit Umum Meuraxa Kota Banda Aceh telah mendapatkan akreditasi

Paripurna dan Penghargaan Role Model Pelayanan Publik dari Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia,

sehingga pelayanan yang diberikan sudah sepatutnya bertaraf nasional dan

mengedepankan professional serta rasa empati yang mendalam (Arifin di dalam

BandaAceh.go.id, 2017).

Berdasarkan berbagai ulasan diatas, maka peneliti ingin mengetahui hubungan

antara fungsi manajemen yaitu fungsi pengarahan yang dilakukan kepala ruang

dengan pelaksanaan teknik komunikasi SBAR di RSUM Kota Banda Aceh.

Anda mungkin juga menyukai