Anda di halaman 1dari 9

RESUME DASAR-DASAR SAINS

“FILSAFAT”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Sains
Yang diampu oleh Drs. Samijo, M.Pd

Disusun oleh :

Sinta Nur Aishah (19.1.01.05.0014)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2021
FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat
Filsafat merupakan sebuah studi yang membahas segala fenomena yang ada dalam kehidupan
dan pemikiran manusia secara kritis dan skeptis dengan mendalami sebab-sebab terdala, lalu
dijabarkan secara teoritis dan mendasar.
Filsafat sebenarnya merupakan studi tentang hakikat realitas dan keberadaan, soal apa yang
mungkin diketahui serta perilaku yang benar atau salah. Filsafat berasal dari kata
Yunani philosophia yang berarti cinta kebijaksanaan. Ini merupakan bidang pemikiran
manusia yang paling penting karena bercita-cita untuk mencapai makna hidup yang paling
hakiki.
Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli :
1. W.J.S Poerwadarminta
Filsafat merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-
sebab, asas-asas hukum dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta
ataupun mengetahui kebenaran dan arti "adanya" sesuatu.
2. Bertrand Russel
Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari dan bahkan dalam ilmu pengetahuan.
3. Immanuel Kant (1724-1804)
Sementara itu Immanuel Kant merumuskan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok pangkal dan puncak segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya
empat persoalan yaitu:
 Apa yang dapat kita ketahui? Metafisika
 Apa yang seharusnya dilakukan? Etika
 Sampai dimanakah harapan kita? Agama
 Apa hakikat manusia? Antropologi

B. Metode untuk memperoleh kebenaran filsafat

Metode filsafat adalah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu berdasarkan


objek formal yang ditentukan menurut suatu pendapat dan pemikiran khas untuk berfilsafat.
Metode filsafat terus berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan filsafatnya itu
sendiri. Meskipun disebut perkembangan, bukan berarti penemuan terbaru adalah metode
yang terbaik. Nyatanya, dalam dunia filsafat yang spekulatif, tidak ada metode terbaik.

Metode Filsafat

Berikut adalah 10 contoh metode filsafat yang dapat digunakan sebagai pijakan dalam
berfilsafat :

1. Metode Kritis

Plato dan Sokrates adalah filosof yang menggunakan dan


mengembangkan metode ini. Metode kritis bersifat analisa istilah dan
pendapat, kemudian disistematiskan dalam hermeneutika yang
menjelaskan keyakinan dan berbagai pertentangannya.

2. Metode Filsafat Intuitif

Metode yang dikembangkan oleh Bergson dan Plotinus ini sering


dikatakan tidak bertumpu pada intelek dan rasionalisasi manusia, tetapi
tidak bersifat anti-intelektual. Manusia terkadang harus mengambil jarak
dan berjauhan dengan logika, serta menyerahkan diri pada kemurnian
kenyataan dan keaslian fitrah manusia.

3. Metode Skolastik

Metode ini berkembang pada Abad Pertengahan. Thomas Aquinas (1225-


1247) merupakan salah satu penganjurnya. Pada masa Klasik, Aristoteles
juga dikatakan sebagai pengguna metode  ini. Sesuai dengan namanya,
metode skolastik menunjukkan kaitan yang erat dengan metode
mengajar.

4. Metode Filsafat Matematis

Descartes menyebut metode ini dengan sebutan “metode analistis”.


Menurut Descartes ada keteraturan dan ketersusunan alami dalam
kenyataan yang berhubungan dengan pengertian manusia. Ketersusunan
alam ini dapat diungkapkan dengan cara penemuan (via inventionis).

5. Metode Empiris-Eksperimental
Para penganut empiris sangat dipengaruhi oleh sistem dan metode
Descartes, terutama dalam menekankan data kesadaran dan pengalaman
individual yang tidak dapat diragukan lagi. Bagi mereka, pengalaman
(empeiria) adalah sumber pengetahuan yang lebih dipercaya ketimbang
rasio.
6. Metode Transendental

Metode ini juga sering disebut dengan metode neo-skolastik. Immanuel


Kant (1724-1804) merupakan pelopor metode ini. Pemikiran Kant
merupakan titik-tolak periode baru bagi filsafat Barat. Ia mendamaikan
dua aliran yang berseberangan: rasionalisme dan empirisme.

7. Metode Dialektis

Tokoh terkenal metode ini adalah Hegel, hingga terkadang metode ini
disebut dengan ‘Hegelian Method’. Nama lengkapnya adalah George
Willhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Langkah awal metode ini ialah
pengiyaan dengan mengambil konsep atau pengertian yang lazim
diterima dan jelas.

8. Metode Fenomenologis

Fenomena yang dimaksud disini bukanlah fenomena alamiah yang dapat


dicerap dengan observasi empiris seperti fenomena alam. Fenomena
disini merupakan makna aslinya yang berasal dari bahasa
Yunani: phainomai, artinya adalah “yang terlihat”. Jadi fenomena adalah
data sejauh disadari dan sejauh masuk dalam pemahaman. Metode
fenomenologi dilakukan dengan melakukan tiga reduksi (ephoc) terhadap
objek, yaitu:

9. Metode Filsafat Eksistensialisme

Tokoh-tokoh terkemuka Eksistensialisme adalah Heidegger, Sartre,


Jaspers, Marcel dan Merleau-Point. Para tokoh eksistensialis tidak
menyetujui tekanan Husserl pada sikap objektif. Bagi kalangan
eksistensialis, subjektifitas manusialah yang pertama-tama dianalisa.

10. Metode Analitika Bahasa

Wittgenstein adalah tokoh dominan dalam metode ini. Ia mempelajari


filsafat dengan alasan yang kemungkinan sama dengan kebanyakan
orang. Ia penasaran dengan filsafat yang begitu membingungkan. Setelah
melakukan penelitian, ia menemukan bahwa kebingungan ini banyak
disebabkan oleh bahasa filosofis yang rancu dan kacau.
C. Asal-usul filsafat
Filsafat, terutama Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M..
Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan
alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada
agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah
yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya
sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta
sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang
di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah:
Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles
adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain
hanyalah “Komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh
Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.

D. Perbandingan antara Sains dan Filsafat

Sains Filsafat

Bersifat Empiris Bersifat Konseptual


Berhubungan dengan fakta-fakta menggunakan eksperimen Sesuatu yang tidak dapat dirasakan oleh
yang bisa terukur oleh indera indera belum tentu bukan merupakan kebenaran hakiki
Bersifat Analisis (ada objek formalnya) Bersifat Sinopsis (melihat secara keseluruhan)
Bersifat objektif Bersifat subjektif
Kuantitatif Kualitatif
Mempercayai asumsi yang sudah diyakini sebelumnya Meragukan dan merenungkan kembali asumsi yang ada
(konsisten & korespondensi)
Mengikuti Langkah-langkah sistematis Tanpa eksperimen/riset sehingga dapat menelaah
penyelesaian yang tidak dapat dicarikan penyelesaiannya
oleh sains

E. Cabang-cabang Filsafat
Dalam filsafat dikenal cabang-cabang filsafat diantaranya logika, epistemologi, etika, estetika
dan metafisika.

1. Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya suatu
pemikiran kita. Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan
pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Dengan mempelajari logika diharapkan
seseorang akan dapat menerapkan asas bernalar sehingga dapat menarik
kesimpulan dengan tepat
2. Epistemologi
Epistemologi merupakan bagian filsafat yang menerangkan tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat,
metode dan kesahihan pengetahuan. Contohnya dalam filsafat ilmu yaitu
mempelajari tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan bagaimana cara
mendapatkannya. Dengan belajar epistemologi dan filsafat ilmu diharapkan
dapat membedakan antara pengetahuan dan ilmu serta mengetahui kebenaran
suatu ilmu itu ditinjau dari isinya.
3. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan
manusia dalam hubungannya dengan baik-buruk. Etika dapat membantu kita
mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik menurut teori-teori
tertentu. Jadi objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia
yang dilakukan secara sadar dan bebas. Objek formal etika adalah kebaikan
dan keburukan.
4. Estetika
Estetika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan.
Objek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dengan belajar
estetika diharapkan dapat membedakan antara estetika filsafat dan estetika
ilmiah, teori-teori keindahan, definisi seni, nilai seni dan teori penciptaan
dalam seni.
5. Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.
Metafisika membicarakan sesuaru di balik yang tampak. Dengan belajar
metafisika maka seseorang akan mengenal Tuhannya. Perosalan metafisis
dibagi tiga yaitu ontologi, kosmologi, dan antropologi. Contoh persoalan
metafisika antara lain apakah ruang dan waktu itu? manusia sebagai mahluk
bebas atau tidak bebas?

F. Bidang Telaah Filsafat

Filsafat menelaah segala masalah yang mungkin selalu dipikirkan oleh manusia. Sesuai
dengan fungsinya sebagai printis ilmu baru, filsafat mempermasalahkan hal-hal yang pokok. Jika
sudah terjawab masalah yang satu, maka filsafat pun mulai merambah kepada pertanyaan-pertanyaan
yang lain. Seperti halnya permasalahan yang dikaji filsafat seperti berikut :
1. What is a man ?
2. What is ?
3. What ?
Maksud pertanyaan diatas adalah, bahwa dalam hal ini terdapat 3 tahapan untuk menyikapi
permasalahan-permasalahan tersebut, yakni :
· Tahap Pertama
Pada tahap pertama, filsafat mempersoalkan “siapakah manusia itu?”. Tahap ini dapat dihubungkan
dengan segenap pemikiran ahli-ahli filsafat sejak zaman Yunani Kuno sampai sekarang yang tidak
pernah selesai mempermasalahkan makhluk yang satu ini. tanpa kita sadari, bahwa tiap ilmu, terutama
ilmu-ilmu sosial (social sciences), mempunyai asumsi tertentu tentang manusia yang menjadi peran
utama dalam kajian keilmuannya. Mungkin ada baiknya jika kita mengambil contoh yang sedikit
berdekatan, yitu ilmu ekonomi dan manajemen. Kedua ilmu ini mempunyai asumsi yang berbeda-
beda tentang manusia.
Asumsi menurut ilmu ekonomi bahwa manusia adalah makhluk ekonomi, yang bertujuan mencari
kenikmatan sebesar-besarnya dan menjauhi ketidaknyamanan sebisa mungkin. Dia adalah makhluk
hedonis yang tak pernah merasa cukup. Atau dalam proposisi ilmiahnya : mencari keuntungan
sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya. Sedangkan ilmu manajemen, mempunyai
asumsi yang berbeda tentang manusia. Karena bidang telaahan ilmu manajemen, lain halnya dengan
ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi, bertujuan menelaah hubungan manusia dengan barang atau jasa yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan ilmu manajemen, bertujuan untuk menelaah tentang
"kerja sama" antar sesama manusia, untuk mencapai suatu tujuan yang disetujui bersama (atau dengan
kata lain, musyawarah untuk mufakat).
Mengkaji permasalahan-permasalahan manajemen dengan asumsi manusia dalam kegiatan ekonomis,
bisa menyebabkan timbulnya kekacauan dalam analisis yang bersifat akademik. Demikian juga,
mengkaji permasalahan-permasalahan ekonomi dengan asumsi yang lain di luar makhluk ekonomi
(katakanlah makhluk sosial, seperti asumsi dalam manajemen), bisa menjadikan ilmu ekonomi
menjadi moral terapan, mundur sekian ratus tahun ke Abad Pertengahan. "....The right (assumption
of) man on the right place....". Mungkin kalimat ini perlu kita gantung di tiap-tiap pintu masing-
masing disiplin keilmuan.
· Tahap Kedua
Tahap yang kedua ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkisar tentang ada (wujud), tentang hidup,
dan tentang eksistensi manusia. Apakah hidup ini sebenarnya ? Ataukah hidup ini sama sekali tidak
masuk akal, arah tanpa bentuk, bagaikan amoeba yang berzig-zag ? atau apakah nasib itu sama ? Atau
barangkali suatu maksud ?
Ketika 2 abad berselang setelah Bruder Juniper menciptakan sastra klasiknya, yakni The Bridge of
San Luis Rey yang sangat termasyhur itu, satu-satunya jembatan yang paling indah di seluruh Peru
ambruk, hingga melemparkan 5 orang ke dalam jurang yang sangat dalam itu. Adalah hal yang sangat
sulit untuk mengetahui kehendak Tuhan, namun sama sekali tidak berarti bahwa hal ini tidak akan
pernah bisa kita ketahui, dan mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah berpihak kepada kita, hingga
mengatakan bahwa Tuhan terhadap kita adalah bagaikan lalat yang dibunuh kanak-kanak pada suatu
hari di musim panas. Dengan nasib jadi algojo yang kejam;
Namun demikian, jika kita ingin mengkaji permasalahan-permasalahan semacam itu; baik tentang
genetika, social engineering, atau bahkan bayi tabung; maka asas-asasnya tidak terdapat dalam ruang
lingkup teori-teori ilmiah. Kita harus berpaling kepada filsafat (bukan berpaling dari filsafat),
kemudian memilih-milih landasan moral; apakah suatu kegiatan ilmiah secara etis dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak.
· Tahap Ketiga
Pada tahap yang ketiga ini skenarionya bermula pada suatu pertemuan ilmiah "tingkat tinggi". Filsuf
kelahiran Austria, yakni Ludwig Josef Johann Wittgenstein, menurutnya Tugas utama filsafat
bukanlah sekedar menghasilkan sesusun pernyataan filsafati, tetapi juga menyatakan sebuah
pernyataan sejelas mungkin. Masalah filsafat sebenarnya adalah masalah bahasa". Nah, dengan
demikian maka epistemologi dan bahasa merupakan gumulan utama para filsuf dalam tahap ini.
Bahasa, yang secara filsafati bukan cuma merupakan ilmu, melainkan sebagai bahasa non-verbal.
Adalah merupakan pokok pengkajian filsafat sejak abad 20an.

G. Filsafat Sains
Filsafat Sains sebagai cabang filsafat yang mencoba mengkaji Sains dari segi ciri-ciri
dan cara pemerolehannya. Filsafat Sains merupakan jawaban filsafat atas pertanyaan sains,
atau Filsafat Sains merupakan upaya penjelasan dan penelaahan secara mendalam hal-hal
yang berkaitan dengan sains terutama berhubungan dengan Sains Fisika. Filsafat ilmu
merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa
dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :

1. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.


2. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan
filsafat lainnya.
3. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
4. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
5. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai